Anda di halaman 1dari 32

A.

Definisi
Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumlah eritrosit dan/atau
hemoglobin yang beredar dalam darah tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh atau kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal (Handayani dan Hariwibowo, 2008)

B. Etiologi
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena :
1. Kehilangan darah
Kehilangan darah adalah penyebab paling umum terjadinya
anemia, khususnya terutama anemia karena kekurangan defisiensi zat
besi. Kehilangan darah bisa jangka pendek atau persisten. Jika
kehilangan darah berlebihan, tubuh akan kehilangan sel darah merah
yang banyak dan menyebabkan anemia. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kehilangan darah seperti menstruasi, perdarahan di
saluran pencernaan dapat menyebabkan kehilangan darah. Bedah atau
kanker juga bisa menyebabkan kehilangan darah.
2. Produksi sel darah merah yang menurun
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan
kofaktor untuk eritropoesis seperti asam folat, B12, dan besi. Produksi
sel darah merah dapat turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh
tulang atau obat) atau rangsangan yang tidak memadai karena
kekurangan eritropoetin seperti yang terjadi pada penderita ginjal
kronis. Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan produksi
sel darah merah yang tidak memadai, ini termasuk:

a. Makanan
Makanan yang kekurangan atau tidak memiliki zat besi, asam
folat (folat), dan vitamin B12 dapat menyebabkan tubuh tidak
membuat sel darah merah yang cukup. Zat besi merupakan mineral
penting untuk pembuatan sel darah merah.
b. Penyakit Kronis
Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat
menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah
yang cukup. Orang yang memiliki HIV / AIDS juga menyebabkan
anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan
penyakit.

c. Kehamilan
Selama 6 bulan pertama kehamilan, bagian cair darah
perempuan meningkat lebih cepat dibandingkan jumlah sel darah
merah. Ini mencairkan darah dan dapat menyebabkan anemia.

d. Hormon
Tubuh kita membutuhkan hormon erythropoietin untuk
membuat sel darah merah. Hormon ini membantu merangsang
sumsum tulang untuk membuat sel darah merah. Rendahnya tingkat
hormon ini dapat menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan
Beberapa obat seperti antibiotik, obat anti kejang, pengobatan
kanker atau paparan radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada
sumsum tulang. Jika sumsum tulang rusak, tidak dapat membentuk
sel darah merah baru untuk menggantikan sel yang mati.
3. Peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis)
Peningkatan penghancuran sel darah merah dapat terjadi akibat
aktivitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan (misal
hipersplenisme) atau akibat susmsum tulang yang menghasilkan sel
darah merah abnormal. Peningkatan Anemia yang disebabkan oleh
kerusakan sel darah merah yang berlebihan dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa bentuk anemia, mereka adalah sebagai berikut:

a. Anemia hemolitik.
Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah hancur sebelum
masanya berakhir. Umur normal sel darah merah adalah 120 hari. Pada
anemia hemolitik, umurnya jauh lebih pendek.
b. Anemia sel sabit.
Anemia sel sabit adalah bentuk parah dari anemia. Hal ini biasanya
terjadi ketika seseorang mewarisi dua gen yang abnormal (satu dari
setiap orangtua) yang menyebabkan sel darah merah mereka berubah
bentuknya.
c. Thalassemia.
Thalasemia adalah suatu bentuk anemia yang sel darah merah cepat
hancur. Hal ini menyebabkan tubuh memiliki sedikit sel darah merah
sehat dan hemoglobin dari normal.

C. Faktor Risiko
Ada beberapa faktor resiko terkena anemia, di antaranya :
1. Rendahnya asupan gizi pada makanan.
Pola makan yang kurang zat penting bagi sel darah merah
seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat meningkatkan
resiko anemia.
2. Kondisi saluran cerna
Kondisi saluran cerna dapat mempengaruhi absorbsi nutrisi
yang penting bagi pembentukan sel darah merah sehingga dapat
meningkatkan resiko anemia.Selain itu, pendarahan akibat
tukak lambung, tukak peptik, dan infek si parasit pada
salurancerna juga dapat menyebabkan anemia.
3. Menstruasi
Menstruasi dapat meningkatkan resiko anemia akibat
kekurangan zat besi. Kehilangan darah akibat menstruasi
memicu pembentukan darah berlebih. Apabila tidak diikuti
dengan peningkatan asupan nutrisi terutama zat besi, dapat
memicu terjadinya anemia defisiensi zat besi.

4. Kehamilan
Kehamilan dapat meningkatkan resiko anemia akibat
kekurangan zat besi. Hal ini disebabkan tubuh harus memiliki nutrisi
yang cukup untuk tubuh ibu dan fetus, serta nutrisi untuk
pembentukan sel darah fetus. Apabila tidak dibarengi dengan
asupan nutrisi yang cukup terutama zat besi, dapat
menyebabkan anemia.

5. Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.


6. Genetik dan Sejarah keluarga
Sejarah keluarga merupakan faktor resiko untuk anemia
yang disebabkan oleh genetik, misalnya sickle-cell anemia dan
thalasemia
7. Zat kimia dan obat: beberapa obat dan zat kimia seperti
benzena, penisilin, primaquin, dan sulfasalazin dapat menyebabkan
anemia.
8. Infeksi tertentu seperti gangguan pada darah dan autoimun, terkena
racun kimia, dan menggunakan beberapa obat yang berpengaruh pada
produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.
9. Risiko lain adalah diabetes, alkohol dan orang yang menjadi vegetarian
ketat dan kurang asupan zat besi atau vitamin B12 pada makanannya.

D. Epidemiologi
Perkiraan prevalensi anemia di Indonesi menurut Husaini, dkk
tergambar dalam tabel dibawah ini.

Prevalensi anemia di Indonesia


Kelompok Populasi Angka Prevalensi
1. Anak prasekolah 30-40%
2. Anak usia sekolah 25-35%
3. Dewasa tidak hamil 30-40%
4. Hamil 50-70%
5. Laki-laki dewasa 20-30%
6. Pekerja berpenghasilan rendah 30-40%

Data WHO menyatakan bahwa hampir 30% total penduduk dunia


diperkirakan menderita anemia.
E. Klasifikasi

Menurut Arif Muttaqin (2014), anemia dapat diklasifikasikan


menurut morfologi sel darah merah dan etiologi.
a. Klasifikasi Morfologi
Pada klasifikasi anemia menurut morfologi mikro dan mikro
menunjukan ukuran sel darah, sedangkan kromik menunjukan
warnanya.
Anemia Normositik Normokrom
Terjadi ketika ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal (MCV dan
MCHC normal atau normal rendah), tetapi individu menderita anemia.
Penyebab terjadinya Anemia Normositik Normokrom adalah
kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronis, gangguan endokrin,
gangguan ginjal dan kegagalan sumsum tulang.
Anemia Makrositik Normokrom
Anemia Makrositik Normokrom terjadi karena ukuran sel-sel darah
merah lebih besar dari normal, tetapi normokrom terjadi karena
konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV meningkat, MCHC normal).
Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam
nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 atau asam
folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker.
Anemia Mikrositik Hipokrom
Anemia Mikrositik Hipokrom tejadi karena ukuran sel- sel darah merah
lebih kecil dan hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang kurang dari normal (MCV kurang, MCHC kurang). Hal
ini umumnya menggambarkan insufisiensi zat besi .
Klasifikasi Etiologi
Anemia diklasifikasikan menurut etiologi dengan penyebab utamanya
yaitu meningkatnya kehilangan sel darah merah dan penurunan atau
gangguan pembentukan sel.
Anemia aplastik
Merupakan anemia yang disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang ,
sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti. Anemia aplastic
adalah anemia yang disertai dengan pansitopenia pada darah tepi yang
disebabkan kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia
atau hypoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi, atau pendesakan
sumsum tulang.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan zat besi tubuh sehingga penyediaan zat besi untuk eritropoesis
berkurang yang akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia
defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi,
kebutuhan zat besi meningkat (seperti pada prematuritas anak dalam
masa pertumbuhan dan kehamilan), gangguan absorpsi (contoh:
gastrektomi, colitis kronis), serta kehilangan besi akibat pendarahan
menahun. Gejala khas akibat defisiensi besi yaitu koilorikia (kuku
rapuh, bergaris-garis,cekung seperti sendok), atrofi papilla lidah ( lidah
menjadi licin dan mengilap), stomatitis angularis (peradangan sudut
mulut), disfagia (nyeri menelan), atrofi mukosa gaster sehingga
menimbulkan aklorida.
Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam
sumsum tulang. Sel megaloblast adalah sel precursor eritrosit dengan
bentuk sel yang besar disertai adanya kes, dimana maturasi sitoplasma
normal tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang longgar.
Penyebab anemia megaloblastik adalah defisiensi vitamin B12,
defisiensi asam folat, gangguan metabolism vitamin B12 dan asam
folat, gangguan sintesis DNA.
Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Anemia
hemolitik dapat disebabkan oleh malaria, reaksi transfuse.
Anemia Sel Sabit
Merupakan suatu gangguan resesif otosom yang disebabkan oleh
pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektif, satu buah dari masing-
masing orang tua. Hemoglobin yang cacat itu disebut hemoglobin S
(HbS) menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit apabila
terpajan oksigen berkadar rendah.
Anemia Post-Hemoragik Akut
Anemia pasca pendarahan akut adalah anemia yang disebkan oleh
pendarahan massif (banyak) dan berlangsung cepat. Karena cadangan
sumsum tulang terbatas, anemia dapat terjadi akibat pendarahan massif,
karena rupture spontan, traumatic atau robeknya pembuluh darah besar
, erosi arteri akibat luka atau kegagalan hemostasis.
Anemia Sideroblastik
Adalah kelompok penyakit heterogen yang ditandai oleh kelainan
sintesis molekul heme, baik gangguan sintesis protoporfirin atau
gabungan gangguan besi dan cincin protoporfirin. Anemia ini dapat
diwariskan atau didapat dan kasus-kasus yang terjadi mungkin
reversible atau ireversibel. Tanda dan gejala utama anemia ini adalah
adanya sideroblast bercincin dalam sumsum tulang dengan pewarnaan
untuk besi.
Anemia Hemolitik

F. Patofisiologi

Anemia dapat menunjukan adanya kegagalan sumsum tulang atau


kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor,
atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui pendarahan atau hemolysis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel
fagositik atau dalam system retikulo endothelial, terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang
terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah
merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urine. Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi
penghancuran sel darah merah abnormal pada klien dengan hemolysis dan
dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik
tersebut. Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:
a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah ke jaringan
b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia
Eritrosit/hemoglobin menurun

Kapasitas angkut oksigen

Anoksia organ target Mekanisme kompensasi tubuh

Menimbulkan gejala anemia bergantung pada organ terkena

System kardiovaskular system saraf system urogenital epitel

Meningkatkan curah jantung

Retribusi aliran darah

Menurunkan tekanan oksigen vena

Penurunan afinitas Hb
terhadap oksigen dengan
meningkatkan enzim 2,3
DPG (diphospo glycerate)

Gejala anemia

Skema patofisiologi anemia


(Dalam buku Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi)
G. Tanda dan Gejala
a. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic
syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin
kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di
bawah kuku (Bakta, 2006). Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila
kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan
jelas.
b. Gejala Khas Defisiensi Besi
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai
pada anemia jenis lain adalah (Bakta, 2006):
1. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh,
bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

2. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan


mengkilap karena papil lidah menghilang.

3. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada


sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat
keputihan.

4. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.

Adapun gejala-gejala lain dari anemia adalah:


1. Lemah, lesu, pusing, mudah marah atau sulit konsentrasi atau
mudah lupa.
2. Pucat terutama pada gusi dan kelopak mata atau bawah kuku.
3. Jantung berdebar nafas pendek.
4. Sariawan mulut atau lidah, bilur-bilur atau pendarahan tidak biasa.
5. Mati rasa atau kesemutan di daerah kaki.
6. Mual dan diare.
7. Keletihan, mudah lelah bila berolahraga.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Parameter awal dari hitung darah lengkap biasanya menunjukkan
klinisi arah dari anemia defisiensi besi. MCV, MCH dan MCHC yang
rendah dan film darah hipokromik sangat mengarahkan terutama jika pasien
diketahui mempunyai hitung darah yang normal dimasa lalu. (Ibister JP,
Pittiglio DH, 1999, hal 43-54)
Saturasi transferin biasanya dibawah 5%, serum ferritin kadarnya
kurang dari 10ng/ ml, protoporfirin eritrosit bebas sangat meningkat yaitu
200 μg/dl, terjadi peningkatan TIBC [normal orang dewasa 240-360μg/dl],
kadar besi serum kurang dari 40μg/dl. (Sacher RA, Mc Pherson RA, 2000,
p. 68-70).
Hapusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositik,
anisositosis (banyak variasi ukuran eritrosit), poikilositosis (banyak
kelainan bentuk eritrosit), sel pensil, kadang- kadang adanya sel target.
(Permono B, Ugrasena IDG, 2002, hal 55- 66; Sacher RA, Mc Pherson RA,
2000, p 68-70).
Pada pemeriksaan hapusan darah, sel darah merah mikrositik
hipokromik apabila Hb < 12 g/dl (laki-laki), Hb < 10 g/dl (perempuan),
mungkin leukopeni, trombosit tinggi pada perdarahan aktif, retikulosit
rendah.(Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32-33).
Pada pemeriksaan sumsum tulang : hiperplasi eritroid, besi yang
terwarnai sangat rendah atau tidak ada.

I. Penatalaksanaan
Anemia merupakan kelainan fisiologis, bukan suatu diagnosis. Oleh
karenanya harus ditegakkan diagnosis akhir berupa suatu penyakit. Langkah
pertama dalam melakukannya adalah mengelompokkan anemia menurut
ukuran eritrosit:
Anemia mikrositik atau hipokromik : ukuran eritrosit lebih kecil dari
normal (mikrositik) dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari normal
(hipokromik). Penyebab tersering adalah anemia defisiensi Fe dan
talasemia.
Anemia nonmokromik dan normositik: kadang-kadang disebut
‘anemia karena penyakit kronis ‘. Ukuran eritrosit normal atau hanya sedikit
mengecil dan konsentrassi hemoglobin normal. Penyebab tersering di
antaranya: Infeksi kronis, seperti tuberculosis (TB) dan osteomielitis,
Penyakit radang seperti arthritis reumatoid dan penyakit jaringan ikat,
Keganasan, Gagal ginjal.

Anemia karena penyakit kronis terjadi sebagian karena efek


inhibitor dari interleukin 1 pada eritropoiesis dan defisiensi eritropoietin
(yang terakhir terutama pada gagal ginjal). Sering terjadi
komplikasidefisiensi Fe dan bisa menjelaskan bila ada penurunan kadar
hemoglobin.

Anemia makrositik: ukuran eritrosit lebih besar dari normal.


Penyebab tersering di antaranya : Defisiensi vitamin B12 atau fosfat,
Pemberian obat sitotoksik, seperti azatioprin atau siklofosfamid,
Miclodisplasia, Anemia hemolitik, Hipotiroidisme: bisa menyebabkan
anemia normositik atau makrositik, Penyakit hati dan penyalahgunaan
alkohol menyebabkan makrositosis., tapi tidak terjadi anemia, kecuali
bersamaan dengan pendarahan atau defisiensi hematin.

J. Pencegahan
Konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi. Makanan
yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayur-sayuran
yang berwarna hijau dan lain-lain. Zat besi juga sangat penting untuk wanita
yang sedang menstruasi, wanita hamil dan anak-anak.

Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat.


Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti pisang,
sayuran hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal dan lain-lain.

Makanan yang mengandung Vitamin B12. Bisa didapatkan dengan


mengkonsumsi daging dan susu.
Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C. Banyak
manfaat Vitamin C, salah satunya yaitu bisa membantu penyerapan zat besi.
Jenis-jenis makanan yang banyak mengandung vitamin C seperti buah
melon, buah jeruk, dan buah beri.

K. Komplikasi

Komplikasi dari anemia yaitu:


- Gagal jantung kongesif
- Parestesia; Konfusi kanker
- Penyakit ginjal
- Gondok
- Penyakit infeksi kuman
- Thalasemia
- Kelainan jantung
- Rematoid
- Meningitis
- Gangguan sistem imun
Wiwik, (2008)

L. Asuhan Keperawatan
Pengkajian

Biodata pasien
Nama : Tn. H
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
No. Registrasi : 0182
Diagnosa medis : Anemia
Tanggal masuk Rumah Sakit: 12 Februari 2014

Keluhan utama
Pasien mengatakan sakit kepala (pusing).

Riwayat kesehatan sekarang


Pada tanggal 13 Februari 2014, Kamis, pukul 08.30 WIB, pasien mengeluh
mual, muntah – muntah, lemah, lemas, pusing pada pagi hari, pusing
dirasakan setelah beraktivitas mencangkul padi, pusing yang dirasakan pada
bagian depan atas. Skala nyeri : 3 (nyeri sedang).

Riwayat kesehatan dahulu


Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit yang
dialami sekarang sebelum masuk ke Rumah Sakit.

Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti
diabetes militus, penyakit jantung, struk, hipertensi.

Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Pasien tampak bersih
2. Tingkat kesadaran : Apatis
3. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 120 / 60 mmHg
b. Nadi : 85 x / menit
c. Pernafasan : 28 x / menit
d. Suhu : 36,2 0 C
4. Berat badan dan tinggi badan
Berat badan dan tinggi badan telah dikaji namun keluarga pasien tidak
tahu dan pasien tidak bersedia untuk dilakukan pengukuran berat badan
dan tinggi badan.

5. Pemeriksaan head to toe


a. Kepala / rambut
Simetris, warna rambut hitam dan beruban, terlihat rapi, penyebaran
rambut merata, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, rambut
tampak bersih.
b. Mata
Simetris, penglihatan tidak tajam, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, tampak bersih.
c. Telinga
Simetris, tampak bersih, pendengaran kurang tajam, tidak ada
perdarahan, tidak ada serumen.
d. Hidung
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal, tidak
ada sekret, tidak ada kotoran, tidak ada luka, ada bulu hidung, tidak ada
perdarahan.
e. Mulut
Simetris, gigi tidak lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, warna bibir
sedikit merah.
f. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tampak bersih, tidak ada
jaringan parut, tidak ada lesi.
g. Dada (paru – paru dan jantung)
Bentuk dada simetris, bunyi jantung regular, nafas cepat, tidak ada
penumpukan cairan pada pleura.
h. Ketiak
Simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kemerahan, tidak ada
pigmentasi.
i. Perut
Simetris, tidak ada busung, tidak obesitas, bentuk perut datar, tidak ada
penumpukan cairan.
j. Genetalia
Tidak ada keluhan maupun kelainan.
k. Kulit dan kuku
Kulit keriput, kering, warna kulit kuning langsit, kuku dan kulit tampak
bersih.
l. Ekstermitas atas
Simetris, ada nyeri tekan pada tangan kiri karena terpasang infus, tidak
ada kelainan, agak lemah.
Kekuatan otot : 4 3
m. Ekstermitas bawah
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih.
Kekuatan otot :
4 4

Aktivitas sehari – hari


No. Aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Nutrisi
a. Makan
1) Jenis Nasi D5
2) Frekuensi 2x / 3x sehari Belum makan
3) Porsi 1 porsi habis Tidak ada
4) Keluhan Tidak ada Ada
b. Minum
1) Jenis Air putih / kopi Air putih
2) Frekuensi 4x / hari 1 gelas
3) Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 4x / hari 2x
2) Warna Kuning / putih Kuning
3) Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAB
1) Frekuensi 1x / hari Belum
2) Warna Kuning khas Tidak ada
3) Konsistensi Lembek Tidak ada
4) Keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Personal higiene
a. Mandi 2x / hari 1x
b. Gosok gigi 2x / hari Belum
c. Keramas 3x / minggu Belum
4. Istirahat dan tidur
a. Malam
1) Frekuensi 8 jam 4 jam
2) Keluhan Tidak ada Ada
b. Siang
1) Frekuensi 2 jam Belum
2) Keluhan Tidak ada Tidak ada
5. Mobilisasi dan aktivitas
a. Jenis aktivitas Tani / mencangkul Istirahat
b. Keluhan Tidak ada Ada

Data penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Gula darah sewaktu 144,0
Faal ginjal(kreatinin) 1,38 *
Faal hati : SGOT 52,5 *
SGPT 74,6 *
2. Terapi
Infus D5
Obat injeksi :
Levofioksan 1x1
Pantoprazol 1x1
Kalneks 3x1

Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Ds : Pasien Kekurangan jumlah Gangguan rasa
mengatakan pusing sel darah merah nyaman nyeri
pada bagian depan didalam tubuh
atas kepala. Pengangkutan sel
Do : Pasien tampak darah merah ke
meringis kesakitan, seluruh tubuh tidak
mengeluh, tampak optimal
tidak nyaman pada Sedangkan sel darah
sakit pada kepalanya, merah diperlukan
skala nyeri : 3 (nyeri untuk mengangkut
sedang). oksigen ke dalam
otak
Sehingga suplai
oksigen ke dalam
otak pun berkurang
Sakit kepala (pusing)

Gangguan rasa
nyaman nyeri
2. Ds : Pasien Mual Gangguan
mengatakan belum pemenuhan
makan, lemas, Mual dapat kebutuhan nutrisi
mengeluh mual. merangsang output
Do : Pasien tampak dari dalam tubuh
mual dan muntah – Muntah – muntah
muntah, lemas, muka
pucat. Tubuh kekurangan
nutrisi
Intek tidak terpenuhi

Gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
3. Ds : Pasien Tangan kiri dipasang Gangguan
mengatakan lemah, infus aktivitas
lemas.
Do : pasien tidak bisa Tangan kiri tidak
beraktivitas dengan dapat bergerak bebas
leluasa karena dengan leluasa
badanya lemah,
tangan kiri tidak bisa Keterbatasan dalam
digerakan dengan melakukan aktivitas
bebas karena
terpasang infus. Gangguan aktivitas

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut prioritas masalah


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan berkurangnya
pengangkutan sel darah merah ke seluruh tubuh.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan aktivitas berhubungan dengan terpasang infus pada tangan kiri

(secara umum tidak menggunakan kasus)


Riwayat kesehatan
a)Riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama
Lemah, lesu, letih, lelah, lunglai, Bibr pucat, Napas pendek, Lidah licin
Denyut jantng meningkat, Susah BAB, Nafsu mkn berkurang, Pusing,
Mudah ngantuk
b)Riwayat kesehatan dahulu
kemungkinan dahulu pernah mengalami anemia
c)Riwayat keluarga
kemungkinan sekarang keluarganya tidak mengalami anemia
d)Pengkajian Fisik
1.Tanda vital :
-nadi takikardi
-jantung palpitas
-pernapasan dipsnu
2.Pemeriksaan neorologis :
-mual
-muntah
-diare
-anora
3.Rambut : kering, kasar warna merah
4.Membran mukosa mulut :
-kering
-bibir pucat
-pecah-pecah
5.Kulit licin :
-kering
-tekstur kasar
B.Diagnosa keperawatan
1.Perubahan ferpusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yg di
perlukan untuk pengiriman O2 atau nutrien ke sel.
2.Perubahan nutrisi b.d k gagalan untuk mencerna makananatau absorpsi
nutrisi yg di perlukan untuk pembentukan SDM normal.
3.Kontstipasi atau diare b.d penurunan masukan diet atau perubahan proses
pencernaan efek samping terapi obat.
4.Kurang pengetahuuan b.d tdk mengenal sumber informasi atau salah
intervensi.
5.Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat.
Rencana Keperawatan
Tujuan perencanaan dan implementasi keperawatan adalah
membantu klien dalam mengatasi masalah kebutuhan dasarnya,
meningkatkan kemampuan adaptasi klien secara optimal, dan mengurangi
resiko komplikasi

Aktual/ resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan


menurunnya pengangkutan oksigen dan sirkulasi sel darah merah

Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam perfusi perifer meningkat

Kriteria: klien tidak mengeluh pusing, tanda – tanda vital dalam batas
normal, konjungtiva merah (tidak pucat), CRT <3 detik, urine >600
ml/hari.

Intervensi Rasional

Kaji status mental klien Mengetahui derajat hipoksia pada otak


sacara teratur

Kaji faktor – faktor yang Berkurangnya sel darah merah dapat


menyebabkan disebabkan oleh kekurangan kofaktor
penurunan sel darah untuk eritropoesis seperti asam folat,
merah. vitamin B12, dan zat besi. Pada
anemia, karena smua sistem organ
dapat terlibat, maka dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang
luas. Karena jumlah efektif sel darah
merah berkurang, maka lebih sedikit
oksigen yang dikirimkan ke jaringan.

Kaji warna kulit, suhu, Mengetahui derajat hipoksemia dan


sianosis, nadi perifer, peningkatan tahanan perifer
dan diaphoresis secara
teratur.

Pantau urine output Penurunan curah jantung


mengakibatkan menurunnya produksi
urine. Pemantauan yang ketat pada
produksi urine < 600 ml/hari
merupakan tanda – tanda terjadinya
syok kardiogenik

Catat adanya keluhan Keluhan pusing merupakan


pusing manifestasi penurunan suplai darah ke
jaringan otak yang parah

Pantau frekuensi Perubahan frekuensi dan irama jantung


jantung dan irama menunjukkan komplikasi disritmia

Berikan makanan kecil/ Makanan besar dapat meningkatkan


mudah dikunyah, batasi kerja miokardium. Kafein dapat
asupan kafein merangsang jantung sehingga
meningkatkan frekuensi jantung

Kolaborasi

 Pemberian tranfusi darah Tranfusi dengan PRC (Packed Red


Cells) lebih rasional diberikan pada
klien yang mengalami anemia akibat
penurunan sel – sel darah merah

 Pemberian antibiotika Antibiotik tidak boleh diberikan secara


profilaksis pada klien dengan kadar
neutrofil rendah dan abnormal
(netropenia) karena antibiotik dapat
mengakibatkan resistensi bakteri dan
jamur
 Pertahankan cara masuk Jalur yang penting untuk pemberian
heparin (IV) sesuai indikasi obat darurat

 Pemantauan laboratorium Pemantauan darah rutin berguna untuk


melihat perkembangan pasca-
intervensi

 Pemberian imunosupresif Terapi imunosupresif globulin


antitimosit (ATG) diberikan untuk
menghentikan fungsi imunologis yang
memperpanjang aplasia sehingga
memungkinkan sumsum tulang
mengalami penyembuhan. Klien yang
berespon terhadap terapi biasanya akan
sembuh dalam beberapa minggu
sampai tiga bulan, tetapi respon dapat
lambat samoai enam bulan setelah
penanganan.

 Transplantasi Transplantasi sumsum tulang


dilakukan untuk memberikan
persediaan jaringan hematopoetik
yang masih dapat berfungsi.

Aktual/ resio tinggi nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan


suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder dari
penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat

Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat


penurunan respon nyeri dada
Kriteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada,
secara objektif didapatkan tanda – tanda vital dalam batas normal, wajah
rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine > 600 ml/hari

Intervensi Rasional

Catat karakteristik nyeri, Variasi penampilan dan perilaku klien


lokasi, intensitas, serta karena nyeri terjadi sebagai temuan
lama penyebarannya. pengkajian

Anjurkan kepada klien Nyeri berat dapat menyebabkan syok


untuk melaporkan nyeri kardiogenik yang berdampak pada
dengan segera. kematian mendadak

Lakukan manajemen
nyeri keperawatan
sebagai berikut:
Posisi fisiologis akan meningkatkan
1. Atur posisi fisiologis
asupan oksigen ke jaringan yang
mengalami iskemia

2. Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan


oksigen jaringan perifer, sehingga
akan menurunkan kebutuhan
miokardium serta meingkatkan suplai
darah dan oksigen ke miokardium
yang membutuhkan oksigen untuk
menurunkan iskemia

3. Berikan oksigen tambahan Meningkatkan jumlah oksigen yang


dengan nasal kanul atau ada untuk pemakaian miokardium
masker sesuai dengan sekaligus mengurangi
indikasi ketidaknyamanan akibat nyeri dada
4. Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan
lingkungan tenang dan stimulus nyeri eksternal dan
batasi pengunjung membantu meningkatkan kondisi
oksigen ruangan. Semakin banyak
jumlah pengujung, maka kondisi
oksigen di ruangan berkurang.

5. Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan asupan oksigen


pernapasan dalam sehingga akan menurunkan nyeri
sekunder dari iskemia ke jaringan otak

6. Ajarkan teknik distraksi Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


pada saat nyeri menurunkan stimulasi internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endorfin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri sehingga
menurunkan sensasi nyeri.

7. Lakukan manajemen Pemerian sentuhan dukungan


sentuhan psikologis dapat membanu meredakan
rasa nyeri. Dipton ringan dapat
meningkatkan aliran darah yang
otomstis membantu suplai darah dan
oksigen ke area nyeri dan menurunkan
sensasi nyeri

Kolaborasi pemberian Obat antiangina bertujuan untuk


terapi farmakologis meningkatkan aliran darah sehingga
antiangina dapat menambah suplai oksigen atau
mengurangi kebutuhan miokardium
dan oksigen
 Antiangina (nitroglycerin) Nitrat berguna untuk kontrol nyeri
dengan efek vasodilatasi koroner

 Analgesik Menurunkan nyeri hebat, memberikan


sedasi, dan mengurangi kerja
miokardium

Aktual/ resio tinggi pola napas tidak efektif yang erhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal

Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas

Kriteria: klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16 – 20


kali/menit, respon batuk berkurang

Intervensi Rasional

Auskultasi bunyi napas Indikasi edema paru, sekunder akibat


(krakles) dekompensasi jantung

Kaji adanya edema Curiga gagal kongestif/ kelebihan


volume cairan

Ukur intake dan output Penurunan curah jantung,


mengakibatkan gangguan ferfusi
ginjal, retensi natrium/ air, dan
penurunan pengeluaran urine

Timbang berat badan Perubahan tiba – tiba dari berat badan


menunjukkan gangguang
keseimbangan cairan

Pertahankan pemasukan Memenuhi kebutuhan cairan tubuh


total cairan 2.000 ml/24 orang dewasa, tetapi memerlukan
jam dalam toleransi pembatasan dengan adanya
kardiovaskular dekompensasi jantung

Kolaborasi

 Berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan


dan volume plasma yang berdampak
terhadap peningkatan beban kerja
jantung dan akan meningkatkan
kebutuhan miokardium

 Berikan diuretic Diuretik bertujuan untuk menurunkan


(furosemide. Prinolakton, volume plasma dan retensi cairan di
hidronolakton) jaringan sehingga menurunkan resiko
terjadinya edema paru

 Pantau data laboratorium Hipokalemia dapat membatasi


elektrolit kalium keefektifan terapi

Aktual/ resio tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia

Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan


nutrisi

Kriteria: klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan


nutrisi sesuai anjuran, klien dan keluarga tentang asupan nutrisi yang
tepat pada klien, asupan meningkat pada pirsi makan yang disediakan

Intervensi Rasional

Jelaskan tentang Dengan pemahaman klien akan lebih


manfaat makan bila kooperatif mengikuti aturan
dikaitkan dengan
kondisi klien saat ini

Anjurkan agar klien Untuk menghindari makanan yang


memakan makanan dapat mengganggu proses
yang disediakan dari penyembuhan klien
rumah sakit

Beri makanan dalam Untuk meningkatkan selera dan


keadaan hangat dan mencegah mual, mempercepat
porsi kecil serta diet perbaikan kondisi, serta mengurangi
tinggi kalori dan protein beban kerja jantung

Libatkan keluarga Dengan bantuan keluarga dalam


pasien dalam pemenuhan nutrisi diharapkan tidak
pemenuhan nutrisi bertentangan dengan pola diet klien.
tambahan yang tidak
bertentangan dengan
penyakitnya.

Lakukan dan ajarkan Hygine oral yang baik akan


perawatan mulut meningkatkan nafsu makan klien
sebelum dan sesudah
makan serta sebelum
dan sesudah intervensi/
pemerikasaan per oral

Beri motivasi dan Meningkatkan motivasi secara


dukungan psikologis psikologis

Kolaborasi

 Dengan nutrisi tentang Meningkatkan pemenuhan sesuai


pemenuhan diet klien dengan kondisi klien
 Pemberian multivitamin Memenuhi asupan vitamin yang
kurang dan penurunan asupan nutrisi
secara umum dan memperbaiki daya
tahan

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan
curah jantung

Tujuan: aktivitas sehari – hari klien terpenuhi dan meningkatnya


kemampuan beraktivitas

Kriteria: klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala –


gejala yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur

Intervensi Rasional

Catat frekuensi dan Respon klien terhadap aktivitas dapat


irama jantung serta mengindikasikan penurunan oksigen
perubahan tekanan miokardium
darah selama dan
sesudah beraktivitas

Tingkatan istirahat, Menurunkan kerja miokardium


batasi aktivitas, dan
berikan aktivitas
senggang yang tidak
berat

Anjurkan klien untuk Mengejan dapat mengakibatkan


menghindari takikardia serta peningkatan tekanan
peningkatan tekanan darah
abdomen, misalnya
mengejan saat defekasi

Jelaskan pola Aktivitas yang maju memberikan


peningkatan bertahap control jantung, menigkatkan
dari tingkat aktivitas. regangan, dan mencegah aktivitas
Contoh: bangun dari berlebih
kursi bila tidak ada
nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1 jam
setelah makan

Pertahankan klien tirah Untung mengurangi beban jantung


baring sementara sakit

Pertahankan rentang Meningkatkan kontraksi otot sehingga


gerak pasif selama sakit membantu aliran vena balik
kritis

Evaluasi tanda vital saat Untuk mengetahui funsi jantung bila


kemajuan aktivitas dikaitkan dengan aktivitas
terjadi

Berikan waktu istirahat Untuk mendapatkan cukup waktu


diantara waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu
beraktivitas memaksakan kerja jantung

Selama aktivitas kaji Melihat dampak dari aktivitas terhadap


EKG, dispnea, sianosis, fungsi jantung
kerja dan frekuensi
napas, serta keluhan
subyektif
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman,
atau eprubahan kesehatan

Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan klien berkurang

Kriteria: klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal


perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang
empengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, dan wajah rileks

Intervensi Rasional

Bantu klien Cemas berkelanjutan dapat


mengekspresikan memberikan dampak serangan
perasaannya. jantung

Kaji tanda verbal dan Reaksi verbal/ nonverbal dapat


nonverbal kecemasan, menunjukkan rasa agitasi, marah, dan
dampingi klien, dan gelisah
lakukan tindakan bila
menunjukkan perilaku
menyimpang

Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa


marah, emnurunkan kerja saam, dan
mungkin memperlambat
penyembuhan

Mulai melakukan Mengurangi rangsangan eksternal


tindakan untuk yang tidak penuh
mengurangi kecemasan.
Beri lingkungan yang
tenang dan suasana
nyaman
Tingkatkan kontrol Kontrol sensasi klien (menurunkan
sensasi klien ketakutan) dengan cara memberikan
informasi tentang keadaan klien,
menekankan pada penghargaan
terhadap sumber – sumber koping
(pertahanan diri) yang positif,
membantu latihan relaksasi dan teknik
– teknik pengalihan, serta
memberikan respon balik yang positif

Orientasikan klien Orientasi dapat menurunkan


terhadap prosedur rutin kecemasan
dan aktivitas yang
diharapkan

Beri kesempatan kepada Dapat menghilangkan ketegangan


klien untuk terhadap kekhawatiran yang tidak
mengungkapkan diekspresikan
kecemasannya

Berikan privasi untuk Memberikan waktu untuk


klien dan orang terdekat mengekspresiakn perasaan,
menghilankan rasa cemas, dan
perilaku adaptasi.

Adanya keluarga dan teman dekat


dapat menurunkan perasaan terisolasi

Kolaborasi: berikan Meningkatkan relaksasi dan


anticemas sesuai indikasi menurunkan kecemasan
(diaxepam)

Anda mungkin juga menyukai