Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini para orang tua belum menyadari bahwa menjaga kesehatan kulit pada
balita sama pentingnya dengan menjaga kesehatan kulit pada orang dewasa. Untuk
menjaga kesehatan kulit ini diperlukan perawatan rutin sejak usia dini. Perawatan
rutin kulit juga menunjukkan rasa cinta seorang ibu pada buah hatinya, karena
sentuhan ibu sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak
(Boediardja, 2004).
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh para ibu dalam mendidik dan
merawat balita adalah perawatan kulitnya. Kulit balita masih sangat sensitif,
sehingga balita seringkali menderita penyakit kulit, seperti miliaria (Nakita, 2005).
Miliaria sering tidak diperdulikan oleh banyak orang karena tidak berbahaya.
Miliaria yang disebut juga sebagai sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat
buntet, prickle heat adalah salah satu gangguan pada kulit akibat keringat berlebihan
disertai sumbatan saluran kelenjar keringat berupa bintik-bintik merah yang timbul
pada sekujur tubuh yang mengakibatkan rasa gatal dan panas, sehingga merangsang
penderita untuk menggaruknya kuat-kuat. Namun bahayanya jika tempat yang gatal
itu digaruk akan menimbulkan iritasi dan luka sampai meradang menjadi bisul 2
akibat infeksi bakteri atau jamur.
Penyebab miliaria antara lain karena udara yang panas dan lembab, atau karena
pengaruh pakaian yang tidak menyerap keringat. Penyebab lain adalah tersumbatnya
pori-pori kelenjar keringat oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan edema
akibat keringat yang tidak keluar dan diabsorbsi oleh stratum korneum. Pori-pori
sejati pada bayi berfungsi sebagai sistem kerja kelenjar keringat yang fungsinya
belum sempurna sehingga bila bayi kepanasan akan menimbulkan miliaria. Keringat
bayi yang keluar terkumpul dibawah kulit, kemudian akan muncul bintik-bintik
merah dan akan menimbulkan rasa gatal, terutama di daerah paha dan bagian tubuh
yang tertutup.
2

Bayi yang mengalami miliaria menjadi rewel akibat rasa gatal dan orang tua
biasanya mengeluh karena pola tidur bayinya terganggu seperti gelisah, tidak
nyenyak dan lainnya (Natahusada, 1999). Frekuensi kejadian miliaria sama antara
laki-laki atau wanita dan menyerang semua umur (Siregar, 2005).
Tetapi diperkirakan sekitar 80% penderita miliaria terjadi pada anak dibawah
umur 5 tahun (Sugito, 2007). Berbeda dengan hasil penelitian di Jepang, dari 5000
bayi yang di survei, menyebutkan 4,5% neonatus mengalami miliaria kristalina pada
rata-rata usia 1 minggu. Sedangkan miliaria rubra ditemukan pada 4% neonatus pada
usia rata-rata 11-14 hari (Hidano A, et al,1986). Pada survei tahun 2006 di Iran,
ditemukan kejadian miliaria sebanyak 1,3% pada bayi baru lahir (Moosavi Z &
Hosseini T, 2006). Survei pada pasien anak-anak 3 di Bagian Timur Laut India
ditemukan kejadian miliaria sebanyak 1,6% (Huda M & Saha P, 2009).
Penelitian di Indonesia terdapat 282 kasus (22,79%) dari 8919 kasus anak
menderita penyakit kulit miliaria. Miliaria menempati urutan ke- 7 dari 10 penyakit
kulit bayi dan balita. Insiden penyakit kulit miliaria ini akan meningkat sampai 50%
pada iklim panas dan lembab. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terdapat 15% yang menderita penyakit
kulit miliaria yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak (Boediardja, 2004).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan
(morbilitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada
masyarakat atau penderita miliaria. Dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan
sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada
masyarakat. Sehingga pengetahuan yang dimiliki masyarakat diharapkan dapat
mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan
3

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Miliariasis dengan


menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan
menurut Varney dan mendokumentasikanya dalam bentuk catatan SOAP

1.2.2 Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar teori Miliariasis
2. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada Miliariasis
dengan menggunakan manajemen kebidaan menurut Varney
3. Melakukan asuhan kebidanan pada Miliariasis
4. Membandingkan kesenjangan anatara konsep teori Miliariasis dan asuhan
dilapangan.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


2.1 Pengertian
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian miliariasis.
Berikut ini ada lima definisi dari miliariasis yang didapat dari berbagai sumber
buku yang berbeda, yaitu:
a) Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya
saluran kelenjar keringat. (Hassan, 1984).
b) Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan
adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987).
c) Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan
adanya vesikel milier. (Adhi tnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
d) Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi,
leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat
diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak
gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
e) Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa miliariasis adalah dermatosis
yang timbul akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim
timbul dalam udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim
panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena
sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya
kelenjar atau duktus kelenjar keringat.
5

Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan


anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan
oleh edema akibat keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto,
1988)
Dari pengertian di atas maka dapat di simpulkan, milliariasis adalah kelainan
kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair
yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung),
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.

2.2 Pembagian Kehamilan Menurut Who


Untuk menentukan apakah bayi lahir itu premature SMK, matur normal dan
KMK. WHO (1979) membagi umur kahamilan dalam 3 kelompok :
1. Preterm yaitu umur kahamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Aterm yaitu umur kahamilan antara 37 – 42 minggu (259 – 293 hari)
3. Post term yaitu umur kahamilan lebih dari 42 minggu (294 hari)

2.3 Klasifikasi BBLR


BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut berdasarkan berat badan lahir :
1. BBLR (berat badan lahir rendah) : Yaitu berat badan lahir < 2.500 gram
2. BBLSR (berat badan lahir sangat rendah) : Yaitu berat badan lahir antara 1.000
– 1.500 gram
3. BBLASR (berat badan lahir amat sangat rendah) : Yaitu berat badan lahir <
1.000 gram

2.4 Etiologi
Adapun etiologi dari BBLR menurut Surasmi (2003) diantaranya yaitu :
2.4.1 Prematuritas Murni
6

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai


dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).
Penyebab prematuritas murni yaitu :
1. Faktor ibu
a) Penyakit yang diderita ibu ( hipertensi, jantung, diabetes melitus).
Penyakit lainnya ialah infeksi akut yang dapat merupakan faktor
etiologi prematuritas.
b) Usia ibu saat hamil (kurang dari 16 tahun dan lebih dari 35 tahun).
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 – 35 tahun.
c) Multigravida dan jarak kelahiran yang terlalu dekat.
d) Gizi saat ibu hamil.
e) Pekerjaan ibu yang terlalu berat.
f) Trauma fisik dan psikologis.
g) Kebiasaan ibu (merokok, minum alkohol, dan narkotika).
2. Faktor janin
a) Cacat bawaan.
b) Infeksi dalam rahim.
c) Kelainan kromosom.
3. Faktor kehamilan
a) Hamil dengan hidromion
b) Hamil ganda.
c) Perdarahan antepartum.
d) Komplikasi saat hamil (Preeklamsi/eklamsi, ketuban pecah dini)
4. Faktor lingkungan dan sosial ekonomi.
a) Tempat tinggal.
b) Radiasi
c) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang
7

rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang teratur.
d) Zat-zat racun

2.4.2 Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine sehingga bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan dismaturitas janin yaitu :
1. Faktor ibu
a) Malnutrisi.
b) Penyakit ibu seperti hipertensi, penyakit paru, dan DM.
c) Komplikasi kehamilan seperti preeklampsi/eklampsi dan perdarahan
antepartum (plasenta previa, ketuban pecah dini )
d) Kebiasaan ibu seperti merokok dan minum alcohol.
2. Faktor uterus dan placenta
a) Gangguan pembuluh darah.
b) Gangguan insersi tali pusat.
c) Kelainan bentuk placenta.
d) Perkapuran placenta.
3. Faktor janin
a) Kelainan kromosom.
b) Hamil ganda atau gemeli.
c) Infeksi pada rahim. (Toxoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus,
Herpes,Sifilis atau disebut dengan TORCH)
d) Cacat bawaan.

2.5 Patofisilogi
8

Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu
hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan kurangnya asupan gizi
untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil
ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu,
maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh pun dalam rahim tidak sama dengan
janin tunggal. Pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu harus
dibagi sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami
BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi
dalam rahim yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.

2.6 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis pada bayi BBLR Menurut Mochtar, 1998 antara lain:
2.6.1 Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
premature dan lahir mati.
2) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
9

3) Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat,


gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
4) Petambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai dengan
seharusnya.
5) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidromnion atau biasanya
juga dengan hydramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil
lanjut dengan perdarahan antepartum.
2.6.2 Setelah bayi lahir
1) Kepala lebih besar daripada badan.
2) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30
cm.
3) Kulit tipis transparan.
4) Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga
dan lengan.
5) Lemak subkutan kurang.
6) Ubun-ubun dan sutura lebar.
7) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita), pada laki-laki testis belum turun.
8) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terdengar.
9) Rambut tipis dan halus.
10) Tulang rawan dan daun telinga immatur (elastis daun telinga masih
kurang sempurna).
11) Puting susu belum terbentuk dengan baik.
12) Bayi kecil.
13) Pergerakan kurang dan lemah.
14) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur, sering
mengalami serangan apnea.
15) Otot masih hipotonik.
16) Refleks tonus leher lemah, refleks menghisap dan menelan belum
sempurna.
17) Kulit tampak mengkilat dan licin. (Manuaba, 1998 : 328)
10

2.7 Komplikasi
Menurut Surasmi (2003), komplikasi yang terjadi pada bayi berat badan
lahir rendah adalah :
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi prematuritas murni adalah:
1) Sindrom distress pernapasan disebut juga penyakit membran hialin
karena pada stadium akhir akan terbentuk membran hialin yang
membungkus alveolus paru.
2) Aspirasi pneumonia, keadaan ini disebabkan karena refleks menelan
dan batuk pada bayi premaur belum sempurna.
3) Perdarahan intraventricular adalah perdarahan spontan pada ventrikel
otak lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan
membran hialin di paru-paru.
4) Fibroplasia retrolental, keadaan ini disebabkan oleh gangguan oksigen
yang berlebihan.
5) Hiperbilirubinemia, keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi
prematur belum matang.

b. Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dismaturitas adalah :


1) Aspirasi mekonium yang dapat menyebabkan kolaps paru-paru dan
pneumotoraks.
2) Jumlah Hb tinggi sehingga sering diikuti ikterus dan kernikterus.
3) Hipoglisemia janin.
4) Asfiksia sedang sampai berat.
5) Perdarahan
6) panas badan tinggi.

2.8 Upaya Pencegahan Bidan Dalam Terjadinya BBLR


1. Upayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera
melakukan konsultasi dan merujuk penderita bila terdapat kelainan.
2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya
persalinan dengan berat badan lahir rendah.
3. Tingkatkan penerimaan keluarga berencana.
11

4. Anjurkan lebih banyak istrahat, bila kehamilan mendekati aterm.


5. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.

2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Prematuritas Murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan operkembagan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan suhu
lingkungan, pemberian makanan, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi serta keburuhan oksigen.
Menurut Mochtar, 1998 perawatan bayi dengan BBLR antara lain:
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR.
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Dengan pengaturan
suhu pada bayi dengan berat badan di bawah 2 kilogram dengan suhu
inkubator 35°C, bayi dengan berat badan 2-2,5 kilogram dengan suhu
inkubator 34°C, suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu sampai
bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan kurang lebih 24-27°C.
2. Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gram/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan mengisap cairan lambung. Refleks mengisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang
paling dahulu diberikan. Bila reflek mengisapnya kurang maka ASI
12

dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau


dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50-60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu,
upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas sebaiknya secara khusus
dan terisolasi dengan baik. Untuk mencegah infeksi ini para petugas
perlu disadarkan akan bahaya infeksi bayi, selanjutnya tindakan yang
perlu dilakukan adalah :
- Diadakan pemisahan bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang
tidak terkena infeksi.
- Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi.
- Membersihkan tempat tidur bayi segera, sesudah tidak dipakai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antiseptik).
- Setiap bayi mempunyai perlengkpan sendiri.
- Setiap petugas yang menderita penyakit menular (infeksi saluran
nafas, diare, konjungtivitis, dll) dilarang merawat bayi.
- Kulit harus dibersihkan.
- Merawat tali pusat bayi denga kassa steril.
- Membatasi para pengunjung
4. Melakukan Resusitasi
Melakukan resusitasi atau menghisap lender dengan menggunakan
section sampai bersih sehingga bayi dapat bernafas secara baik.
5. Penimbangan Ketat
13

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan


berat kaitanya dengan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
6. Personal Hygiene
Menjaga personal hygiene bayi, agar bayi merasa nyaman dan tidak
gelisah.
7. Tindakan medik
a. Intubasi
Dilakukan pada bayi prematur dengan berat badan lahir rendah yang
mengalami pernafasan periodik yang berat serta mengalami serangan
apnea yang menetap.
b. Oksigen tambahan
Tujuan pemberian oksigen tambahan untuk mengatasi hipoksemia,
dalam pemberian oksigen tambahan harus dilakukan secara hati-hati
karena tekanan oksigen yang tinggi di dalam arteri bayi prematur dapat
menyebabkan retinopati prematuritas

2.9.2 Dismaturitas (KMK)


a. Pada bayi dismatur mudah sekali menderita hipotermi bila berada
di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan. Bila bayi dirawat dalam incubator, suhu
untuk bayi dengan beral badan 2000-2500 adalah 34°C. Jika di
tempat pertolongan persalinan tidak terdapat incubator bayi dapat
dibungkus dengan kain dan menghangatkan suhu lingkunganya
dengan lampu sorot.
b. Pemberian minum (Wiknjosastro H,2007)
Pada bayi dismatur , reflek menghisap, menelan dan batuk masih
belum sempurna. Kapasitas lambung masih sedikit , dan kerja
enzim pencernaan terutama enzim lipase masih belum maksimal.
c. Perawatan bayi dengan metode kanguru
14

Menggunakan penutup kepala pada bayi baru lahir kemudian


bayi diletakkan diatara payudara ibu dan ditutup baju ibu yang
berfungsi sebagai kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu
berdiri atau duduk dan tengkurap. (Prinasia, Direktorat jendral
Bina Pelayanan medic, Depkes RI dan health Service program-
USAID, 2008)
15

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada BBLR


I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir : 1 jam- 4 minggu
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Dia gnosa Medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu : <20 tahun
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Pekerjaan erat kaitannya dengan status
ekonomi dimana status ekonomi berperan
terhadap timbulnya BBLR. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi
kurang baik (malnutrisi) dan pemeriksaan
antenatal yang tidak teratur.
Agama :
Suku/bangsa : Negara bagian yang mempunyai populasi
penduduk kota besar, atau banyak terdapat
kemiskinan, mempunyai insiden paling tinggi
(obsetri William,2006)
Alamat :
16

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kehamilan sekarang
a. Factor Ibu :
1. Factor Umur ( Faktor ibu yang lain dikaitkan adalah umur
ibu yang muda). (obs.william,2006)
2. Ibu multigravida jarak kelahiran yang terlalu dekat lebih
beresiko melahirkan anak dengan BBLR. Surasmi (2003)
3. Penyakit kehamilan ( sekitar 28 % kelahiran preterm
diindikasikan disebabkan oleh pre eklamsi (43%), gawat
janin (27%), pertumbuhan janin terhambat (10%),
abrupsio plasenta (7%) (terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus), dan kematian janin (7%). (obsetri
William,2006)
4. Gizi kurang atau malnutrisi
5. Trauma
6. Kelelahan
7. Merokok
8. Kehamilan yang tak diinginkan
b. Faktor plasenta :
1. Penyakit vaskuler
2. Kehamilan ganda
c. Faktor janin :
1. kelainan bawaan
2. infeksi :
Riwayat ibu dapat menunjukkan factor-faktor yang
memperberat kelahiran preterm, seperti adanya infeksi.
(doengoes, 2005).

3. Infeksi koriomnion yang disebabkan oleh berbagai


mikroorganisme telah muncul sebagai kemungkinan
17

penjelasan berbagai kasus pecah ketuban dan persalinan


preterm. (Bobbitt dan ledder,1995 dalam
obs.william,2005) mencurigai infeksi cairan amnion
subklinis sebagai penyebab persalinan preterm.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Faktor genetic : Hoffman dan Ward dalam obst. William 2006
telah membuat tinjauan akan kemungkinan factor-faktor genetic
yang dicurigai pada kelahiran preterm.
b. Gaya hidup : Perilaku seperti merokok, mengonsumsi
alkohol, serta gizi buruk, dan penambah berat badan yang kurang
baik selama kehamilan telah dilaporkan memainkan peranan
penting pada kejadian dan hasil akhir dengan berat lahir rendah.
(obstri William, 2006)
c. Pola Fungsional Kesehatan
Kebutuhan Dasar Keterangan
PolaNutrisi Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah
lahir, Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari. (Mochtar,
Rustam.1998).
Pola Eliminasi Pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) penting mengkaji pola eliminasi, sebab
pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang
diberikan berbeda dengan bayi yang berat
badannya normal, oleh sebab itu akan
berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK
nya setiap harinya. (Soepardan, Suryani. 2009)
Pola Istirahat Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah
(BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak
dari bayi normal, sebab nutrisi yang dikonsumsi
18

sangat cukup dan memiliki frekuensi yang


ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering
tertidur nyenyak dengan nutrisi yang cukup.
( Soepardan, Suryani.2009)
Pola Personal Pada bayi dengan berat badan lahir rendah
Hygiene (BBLR) personal hygine juga perlu dikaji sebab
kebersihan pada bayi sangat diutamakan untuk
pencegahan infeksi.
(Soepardan, Suryani.2009)
Pola Aktivitas Bayi lebih banyak tidur. (Soepardan,Suryani.
2009)

d. Riwayat Psikososiokultural Spiritual :


(Depkes, 2005) dan Najman 1991 dalam salmah (2006)
menyatakan bahwa kehamilan yang tak diinginkan bisa berdampak
kepada kesehatan mental, baik ibu maupun bapaknya.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Compos mentis sampai samnolen
Tanda Vital :

 Nadi : Nadi apical mungkin cepat dan/atau tidak teratur


dalam batas normal (120-160 dpm) (Doengoes,2001)

 Pernafasan :
Skor apgar mungkin rendah, Pernafasan mungkin
dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik
intermiten atau periodic (40-60x/mnt)
(doengoes,2001)
19

 Suhu : Suhu berfluktuasi dengan mudah (doengoes, 2001)


Antropometri :
 BB : >2500 gram
 PB : > 45 cm
 LK : > 33 cm
 LD : > 30 cm.
(doengoes, 2001)

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala :
 keadaan kepala tidak mampu tegak,
rambut tipis, halus
 Ukuran kepala agak besar dalam
hubungannya dengan tubuh. fontanel
mungkin besar atau terbuka (dongoes,
2001)
Kulit :
 Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah muda/kebiruan,
akrosinosis/ sianosis/ pucat)
(doegoes,2001)
 Lanugo terdistribusi secara luas di
seluruh tubuh (doegoes,2001)

Wajah :
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput
sucedaneum (doengoes, 2001)
20

Mata :
 Edema kelopak mata mungkin terjadi, mata
mungkin merapat (tergantung usia gestasi)
(doegoes,2001)
 Bayi dengan BBLR dapat mengalami
retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.

Telinga : Tulang rawan telinga belum terbentuk


(Depkes, 2005)

Hidung : Batang hiding cekung, hidung pendek mencuat,


adanya tanda-tanda distress pernapasan
khususnya pada sindrom aspirasi mekonium,
terdapat pernapasan cuping hidung dan
terdapat penumpukan lender (sarwono,
2002)
Mulut :
Pada BBLR bibir atas tipis, dagu maju,
reflek menelan dan menghisap lemah.
(Sarwono, 2002)

Leher :
Refleks tonus leher lemah, refleks
menghisap, menelan dan refleks batuk
belum sempurna.
Dada : tampak retraksi dinding dada

Abdomen :
 Abdomen agak gendut (doegoes,2001)
21

 Tali pusat tebal dan segar (synopsis


obsetri)

Genetalia eksterna :
 Perempuan : Labia minora wanita lebih
besar dari labia mayora, dan klitoris
menonjol.
 Laki-Laki : testis pria mungkin tidak
turun, rugae mungkin banyak atau tidak
ada pada scrotum. (sarwono, 2002)
Ekstremitas :
Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai
ujung jari, Tampak edema. Garis telapak kaki
tidak ada pada semua atau sebagian telapak.
(doengoes, 2001)

Palpasi
Kepala :
Sutura mungin mudah digerakkan (doegoes,
2001)

Auskultasi
Dada :
Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur,
pernafasan diafragmatik intermiten atau
periodic (40-60x/mnt) (doengoes, 2001)

Perkusi
1. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Reflek refleks masih lemah dan belum sempurna. (doengoes, 2001)
22

Reflek : Refleks tergantung pada usia gestasi


(Doengoes,2001) ,yaitu :
 Rooting terjadi dengan baik pada gestasi
minggu 32
 Kooerdinasi reflex untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk
pada gestasi minggu ke-32
 Komponen pertama dari reflex moro
(ekstensi lateral dari ekstermitas atas
dengan membuka tangan) tampak pada
gestasi minggu ke 28
 Komponen kedua (fleksi anterior dan
menangis yang dapat didengar) tampak
pada gestasi minggu ke-32.

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
 Studi cairan amniotic : untuk rasio
lesitin terhadap sfingomielin (L/S) ,
profil paru janin, dan
fosfatidigliserol/fosfatidilinositol
mungkin telah dilakukan selama
kehamilan untuk mengkaji maturitas
janin.
 Jumlah darah lengkap (JDL) :
Penurunan pada hemoglobin/hematokrit
(Hb/Ht) mungkin dihubungkan dengan
anemia atau kehilangan darah. Dimana
penurunan simpanan besi pada
kelahiran, pengulangan pengambilan
sampel darah, pertumbuhan cepat, dan
23

episode hemoragis meningkatkan


kemungkinan bahwa bayi preterm akan
anemic, sehingga menurunkan kapasitas
pembawa oksigen darah.
 Gas Darah Artesi (GDA) : PO2
mungkin rendah; PCO2 mungkin
meningkat dan menunjukkan asidosis
ringan/sedang, sepsis, atau kesulitan
nafas yang lama.
 Dekstrostik : Menyatakan hipoglikemia.
Test glukosa serum mungkin diperlukan
bila hasil dekstrostik < 45 mg/ml.
 Kalsium serum : Mungkn rendah.
 Elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam
batas normal pada awalnya.
 Laju Sedimenasi eritrosit (ESR) :
meningkat, menunjukkan respon
inflamasi akut
 Jumlah trombosit : trombositopenia
dapat menyertai sepsis.
 Kadar fibrinogen : dapt menurun
selama koagulasiintravaskuler
diseminata (KID) atau menjadi
meningkat selama cedera atau
inflamasi.
 Produk split fibrin : Ada pada KID
 Kultur Darah : mengidentifikasi
organism penyebab yang dihubungkan
dengan sepsis
 Urinalisis (pada specimen kedua yang
dikeluarkan ) : mendeteksi
abnormalitas, cedera ginjal.
24

 Berat jenis Urin : rentang antara 1,006 –


1,013, meningkat pada dehidrasi
 Klinites : mengidentifikasi adanya gula
dalam darah
 Tes shake aspirat lambung : meentukan
ada atau tidaknya.
 Seri ultrasonografi cranial : mendeteksi
ada dan beratnya hemorargi
intraventrikuler (IVH)
 Punksi lumbal : dapat dilakukan untuk
mengesampingkan meningitis.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
Diagnosis : NCB KMK dengan BBLR
Masalah : hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang
dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai diagnosis.
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosis dan masalah.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


- hipotermi
- hipoglikemi
- infeksi
- Ikterus

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


— Perawatan dalam incubator
— Perawatan bayi denngan metode kanguru, diselimuti dan diberi topi
kepalanya
25

— Pemberian ASI eksklusif


— Pencegahan infeksi dan personal hygiene
— Kolaborasi dengan dr. SpA dan tim medis lain
V. INTERVENSI
Menurut Nursalam (2001) perencanaan meliputi pengembangan strategi
desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah
yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. tahap ini dimulai setelah
menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi. Jadi, intervensi keperawatan yang dapat direncanakan adalah
:

Yang perlu diperhatikan pada perawatan bayi berat badan lahir rendah
adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap
sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi premature makin pendek masa
kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi, dan
makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan
oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada
otak.( synopsis obsetri,2004)

1. Tempatkan bayi pada incubator.


Rasional : mempertahankan lingkungan termonetral, membantu
mencegah stress dingin (Hipotermia). ( Doegoes,2001)
2. Pantau system pengaturan suhu dan penyebaran hangat. (ambil teori
dlm bntuk celcius)
Rasional : Hipertermia dapat terjadi akibat peningkatan pada laju
metabolisme sehingga kebutuhan oksigen dan glukosa
meningkat, kehilangan air juga dapat terjadi bila suhu
lingkungan yang terlalu tinggi. (dongoes,2001)
3. Kolaborasi dengan dr.SpA dalam pemberian oksigen.
26

Rasional : Perbaikan kadar oksigen dan karbon dioksida dapat


meningkatkan fungsi pernafasan. (doengoes,2001)
4. Kolaborasi dengan dr. SpA dalam pemberian nutrisi
Rasional : menentukan metode pemberian makanan yang tepat untuk
bayi (dengoes,2001)
5. Kolaborasi dengan dr.SpA dalam pemberian makanan dengan selang
nasogastik atau orogastrik sebagai pengganti pemberian makan
dengan ASI.
Rasional : menurunkan resiko aspirasi karena perkembangan reflek
yang buruk.(dongoes,2001)
6. Pantau pertumbuhan dengan membuat pengukuran berat badan setiap
hari dan setiap minggu mengukur panjang badan dan lingkar kepala.
Rasional : pertumbuhan dan peningkatan berat badan adalah kriteria
untuk penentu kebutuhan kalori, untuk menentukan
frekuensi pemberian makanan. Pertumbuhan
mendorong peningkatan kebutuhan kalori dan kebutuhan
protein. (dongoes,2001)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
27

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA By.Ny R Usia 5 HARI

DENGAN BBLR DI RUANG BAYI

RS AISIAH SAMARINDA

Tanggal : 23 September 2014

Tempat : Ruang Bayi RS Aisiah Samarinda

Oleh : Noor Eka Safitri

S :

1. Identitas (Data Rekam Medik)

a. Identitas klien

Nama : Neonatus Ny S

Umur/Tanggal Lahir : 1 hari/ 22 September 2014

Jenis Kelamin : laki-laki

Diagnosa Medis : NKB KMK dengan BBLR

b. identitas orang tua

Nama Ayah : Tn. J

Nama Ibu : Ny. S

Usia Ayah/Ibu : 27 tahun/30 tahun


28

Pendidikan Ayah/Ibu : S1/S1

Pekerjaan Ayah/Ibu : Anggota DPR/PNS

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Kutai/Bugis

Alamat : Jl. Sangkulirang Gg. Mega No. 50 Rt. 22


Tenggarong

2. Riwayat Kehamilan Sekarang

Merupakan kehamilan pertama, selama ibu hamil mengalami mual


muntah sampai usia kehamilan 4 bulan. Ibu rajin memeriksakan dirinya ke
bidan. Pada usia kehamilan 3 bulan , keluar flek-flek dan ibu
memeriksakan diri ke dokter kandungan dan oleh dokter ibu di berikan
obat dan disarankan tidak berhubungan dahulu. Ibu rajim meminum obat
yang diberikan oleh bidan dan dokter. Pada saat hamil BB ibu tidak terlalu
meningkat karena nafsu makan ibu tidak baik. BB ibu sebelum hamil 58
kg. Sampai usia kehamilan 8 bulan BB ibu hanya naik 6 kg.

3. Riwayat Persalinan Sekarang

Ibu merasakan nyeri di punggung dan perutnya terasa sakit kemudian ibu
di periksa oleh bidan ternyata sudah ada pembukaan , dan oleh bidan
karena usia kehamilan ibu masih 8 bulan ibu dirujuk ke RS. Setelah di
periksa ternyata adanya tanda-tanda persalinan dan Ibupun melahirkan
secara SC di tolong oleh dr. Obgyn di RS Aisiah.

4. Riwayat kelahiran yang lalu

Kehamilan pertama (hamil ini) pada tanggal 17 September 2014 jam


09.45, melahirkan secara spontan di RS AISIAH, jenis kelamin laki-laki.
BB 2070 gram.
29

5. Kondisi bayi saat lahir

Bayi lahir pada tanggal 22 September 2014, jenis kelamin laki-laki,


kelahiran tunggal, jenis persalinan SC dan usia kehamilan masih 8 bulan,
tali pusat normal terdiri dari 2 arteri 1 vena, tidak tampak adanya kelainan.
Apgar score 5/8.

O :

1. Pemeriksaan Umum

KU : lemah

TTV : N: 140 x/menit Rr : 44 x/menit

T : 37 0C

Antropometri : BB : 2070 gram PB : 42 cm

LK : 31 cm LP : 22 cm

LD : 29 cm Lila: 8 cm

2. Pemeriksaan Fisik :
Kepala :
keadaan kepala tidak mampu tegak, rambut
tipis, halus.
Kulit :
Kulit kemerahan, Lanugo terdistribusi
secara luas di seluruh tubuh.
Telinga :
simetris kanan kiri. Tulang rawan telinga
lembek
30

Hidung :
Batang hidung cekung, hidung pendek
mencuat, terpasang oksigen 1 liter.
Mulut :
reflek menelan dan menghisap lemah, bayi
tepasang OGT.
Leher :
Refleks tonus leher lemah, pergerakan
leher tidak aktif.
Dada :
tampak retraksi dinding dada. Pernafasan
dangkal dan tidak teratur. Bunyi jantung
normal 110x/menit.

Genetalia eksterna :
Labia mayora sudah menutupi labia minor
Ekstremitas :
Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai
ujung jari. Terpasang infuse pada tangan.
Pemeriksaan Neurologis/Refleks
 Morro : lemah
 Rooting : lemah
 Sucking : lemah
 Swallowing : lemah
 Babinski : lemah
 Graf : lemah

3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 18-9-2014 Pukul : 08.30 WITA
GDS : 54 mg/dl
31

A : NKB KMK usia 5 hari

P :

Tanggal 22 September 2014

NO JAM TINDAKAN EVALUASI

1 21.00 Meletakan bayi di incubator Suhu incubator 34 0 C

2 21.45 Mengukur suhu tubuh bayi Suhu tubuh : 36,2 0 C


melalui axila
Menghitung pernafasan Pernafasan : 80 x/ menit
4 22.30 Mengatur posisi bayi Bayi terpasang oksigen 1 liter.

5 23.00 Memberikan minum Bayi per Bayi minum pasi 10cc


oral (pasi)
5 24.00 Memberikan minum Bayi per Bayi minum pasi 5cc
oral (pasi) Suhu tubuh : 36,4 0 C
Mengukur suhu tubuh bayi
melalui axila Pernafasan : 78 x/ menit
Menghitung pernafasan Nadi : 114 x/menit
Menghitung nadi
6 02.00 Memberikan minum Bayi per Bayi minum pasi 5cc
oral (pasi)
7 04.00 Memberikan minum Bayi per Bayi minum pasi 5cc
oral (pasi)
8 05.00 Memberikan minum Bayi per Bayi minum pasi 5cc
oral (pasi)
7 05.30 Menyeka bayi
Mengganti popok By BAB konsistensi lunak, warna
hijau kehitaman, BAK konsistensi
cair, warna kuning jernih.
8 06.00 Mengukur suhu tubuh bayi Suhu tubuh : 36,3 0 C
melalui axial
32

Menghitung pernafasan Pernafasan : 68 x/ menit


Menghitung nadi Nadi : 120 x/menit
9 06.30 Memperbaiki kanula nasal Kanula nasal telah terpasang kembali
yang terlepas pada bayi pada bayi
33

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah berat badan kurang dari 2500
gr yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari )atau bayi yang
beratnya kurang dari seharusnya umur kehamilan. Macam-macam BBLR dapat
dibagi menjadi 2 gologngan yaitu :
1. Prematuritas Murni
2. Dismaturitas
Factor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan dengan berat badan
lahir rendah adalah :
1. Gizi saat hamil yang kurang
2. Umur <20 tahun dan >35 tahun
3. Jarak kehamilan dan persalinan terlalu dekat
4. Kehamilan ganda
5. Hidramnion
6. Cacat bawaan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama.
Kelainan yang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Gambaran Klinis pada BBLR diantaranya yaitu berat badan, panjang
badan, lingkaran dada, lingkaran kepala, dan usia kehamilan yang kurang dan
biasanya reflek pada BBLR belum sempurna atau masih lemah. Kemudian
penyakit atau penyulit pada BBLR diantaranya yaitu asfiksia Hiperbilirubin,
34

mudah terjadi infeksi, pneumonia, perdarahan, suhu tubuh yang tidak stabil dan
masih banyak lagi penyakit yang dapat menyerang.
Penatalaksaan pada BBLR yaitu pengaturan suhu lingkungan, pengaturan
makanan ataupun asupan bayi BBLR, serta menghindari infeksi dan melakukan
resusitasi.

4.2 Saran
Seorang petugas harus mengetahui gejala Pertumbuhan Janin Terhambat
secara dini agar dapat di identifikasi. Meningkatkan konseling kepada
masyarakat tentang tanda dan gejala. Mengadakan penyuluhan tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan (ANC).
Kemudian Bagi Klien adalah Klien memiliki kesadaran untuk
memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal yang di tentukan dan sebagai tenaga
kesehatan kita patut menginformasikan hal tersebut kepada klien. Cepat tanggap
terhadap sesuatu yang dirasakan kurang nyaman. Tetap memperhatikan pola
istirahat, kondisi kesehatan tubuh
35

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam.1998, synopsis obstetric. Jakarta :EGC


Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
Wong, donna, L. 2004 . Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta : EGC
Dochterman, J.M., Bulecheck, G.N. 2004. Nursing Interventions
Classification (NIC) 4th Edition. Missouri: Mosby.Herdman, T.H. 2009.
NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification 2009-2011. UK:
Wiley-Blackwell.
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 3. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Wilson, M.N. dan Price, A.S. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai