BAB I
PENDAHULUAN
Bayi yang mengalami miliaria menjadi rewel akibat rasa gatal dan orang tua
biasanya mengeluh karena pola tidur bayinya terganggu seperti gelisah, tidak
nyenyak dan lainnya (Natahusada, 1999). Frekuensi kejadian miliaria sama antara
laki-laki atau wanita dan menyerang semua umur (Siregar, 2005).
Tetapi diperkirakan sekitar 80% penderita miliaria terjadi pada anak dibawah
umur 5 tahun (Sugito, 2007). Berbeda dengan hasil penelitian di Jepang, dari 5000
bayi yang di survei, menyebutkan 4,5% neonatus mengalami miliaria kristalina pada
rata-rata usia 1 minggu. Sedangkan miliaria rubra ditemukan pada 4% neonatus pada
usia rata-rata 11-14 hari (Hidano A, et al,1986). Pada survei tahun 2006 di Iran,
ditemukan kejadian miliaria sebanyak 1,3% pada bayi baru lahir (Moosavi Z &
Hosseini T, 2006). Survei pada pasien anak-anak 3 di Bagian Timur Laut India
ditemukan kejadian miliaria sebanyak 1,6% (Huda M & Saha P, 2009).
Penelitian di Indonesia terdapat 282 kasus (22,79%) dari 8919 kasus anak
menderita penyakit kulit miliaria. Miliaria menempati urutan ke- 7 dari 10 penyakit
kulit bayi dan balita. Insiden penyakit kulit miliaria ini akan meningkat sampai 50%
pada iklim panas dan lembab. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terdapat 15% yang menderita penyakit
kulit miliaria yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak (Boediardja, 2004).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan
(morbilitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada
masyarakat atau penderita miliaria. Dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan
sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada
masyarakat. Sehingga pengetahuan yang dimiliki masyarakat diharapkan dapat
mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan
3
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.4 Etiologi
Adapun etiologi dari BBLR menurut Surasmi (2003) diantaranya yaitu :
2.4.1 Prematuritas Murni
6
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang teratur.
d) Zat-zat racun
2.4.2 Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine sehingga bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan dismaturitas janin yaitu :
1. Faktor ibu
a) Malnutrisi.
b) Penyakit ibu seperti hipertensi, penyakit paru, dan DM.
c) Komplikasi kehamilan seperti preeklampsi/eklampsi dan perdarahan
antepartum (plasenta previa, ketuban pecah dini )
d) Kebiasaan ibu seperti merokok dan minum alcohol.
2. Faktor uterus dan placenta
a) Gangguan pembuluh darah.
b) Gangguan insersi tali pusat.
c) Kelainan bentuk placenta.
d) Perkapuran placenta.
3. Faktor janin
a) Kelainan kromosom.
b) Hamil ganda atau gemeli.
c) Infeksi pada rahim. (Toxoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus,
Herpes,Sifilis atau disebut dengan TORCH)
d) Cacat bawaan.
2.5 Patofisilogi
8
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu
hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan kurangnya asupan gizi
untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil
ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu,
maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh pun dalam rahim tidak sama dengan
janin tunggal. Pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu harus
dibagi sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami
BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi
dalam rahim yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.
2.7 Komplikasi
Menurut Surasmi (2003), komplikasi yang terjadi pada bayi berat badan
lahir rendah adalah :
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi prematuritas murni adalah:
1) Sindrom distress pernapasan disebut juga penyakit membran hialin
karena pada stadium akhir akan terbentuk membran hialin yang
membungkus alveolus paru.
2) Aspirasi pneumonia, keadaan ini disebabkan karena refleks menelan
dan batuk pada bayi premaur belum sempurna.
3) Perdarahan intraventricular adalah perdarahan spontan pada ventrikel
otak lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan
membran hialin di paru-paru.
4) Fibroplasia retrolental, keadaan ini disebabkan oleh gangguan oksigen
yang berlebihan.
5) Hiperbilirubinemia, keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi
prematur belum matang.
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Prematuritas Murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan operkembagan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan suhu
lingkungan, pemberian makanan, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi serta keburuhan oksigen.
Menurut Mochtar, 1998 perawatan bayi dengan BBLR antara lain:
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR.
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Dengan pengaturan
suhu pada bayi dengan berat badan di bawah 2 kilogram dengan suhu
inkubator 35°C, bayi dengan berat badan 2-2,5 kilogram dengan suhu
inkubator 34°C, suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu sampai
bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan kurang lebih 24-27°C.
2. Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gram/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan mengisap cairan lambung. Refleks mengisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang
paling dahulu diberikan. Bila reflek mengisapnya kurang maka ASI
12
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Compos mentis sampai samnolen
Tanda Vital :
Pernafasan :
Skor apgar mungkin rendah, Pernafasan mungkin
dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik
intermiten atau periodic (40-60x/mnt)
(doengoes,2001)
19
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala :
keadaan kepala tidak mampu tegak,
rambut tipis, halus
Ukuran kepala agak besar dalam
hubungannya dengan tubuh. fontanel
mungkin besar atau terbuka (dongoes,
2001)
Kulit :
Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah muda/kebiruan,
akrosinosis/ sianosis/ pucat)
(doegoes,2001)
Lanugo terdistribusi secara luas di
seluruh tubuh (doegoes,2001)
Wajah :
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput
sucedaneum (doengoes, 2001)
20
Mata :
Edema kelopak mata mungkin terjadi, mata
mungkin merapat (tergantung usia gestasi)
(doegoes,2001)
Bayi dengan BBLR dapat mengalami
retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.
Leher :
Refleks tonus leher lemah, refleks
menghisap, menelan dan refleks batuk
belum sempurna.
Dada : tampak retraksi dinding dada
Abdomen :
Abdomen agak gendut (doegoes,2001)
21
Genetalia eksterna :
Perempuan : Labia minora wanita lebih
besar dari labia mayora, dan klitoris
menonjol.
Laki-Laki : testis pria mungkin tidak
turun, rugae mungkin banyak atau tidak
ada pada scrotum. (sarwono, 2002)
Ekstremitas :
Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai
ujung jari, Tampak edema. Garis telapak kaki
tidak ada pada semua atau sebagian telapak.
(doengoes, 2001)
Palpasi
Kepala :
Sutura mungin mudah digerakkan (doegoes,
2001)
Auskultasi
Dada :
Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur,
pernafasan diafragmatik intermiten atau
periodic (40-60x/mnt) (doengoes, 2001)
Perkusi
1. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Reflek refleks masih lemah dan belum sempurna. (doengoes, 2001)
22
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Studi cairan amniotic : untuk rasio
lesitin terhadap sfingomielin (L/S) ,
profil paru janin, dan
fosfatidigliserol/fosfatidilinositol
mungkin telah dilakukan selama
kehamilan untuk mengkaji maturitas
janin.
Jumlah darah lengkap (JDL) :
Penurunan pada hemoglobin/hematokrit
(Hb/Ht) mungkin dihubungkan dengan
anemia atau kehilangan darah. Dimana
penurunan simpanan besi pada
kelahiran, pengulangan pengambilan
sampel darah, pertumbuhan cepat, dan
23
Yang perlu diperhatikan pada perawatan bayi berat badan lahir rendah
adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap
sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi premature makin pendek masa
kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi, dan
makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan
oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada
otak.( synopsis obsetri,2004)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
RS AISIAH SAMARINDA
S :
a. Identitas klien
Nama : Neonatus Ny S
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Kutai/Bugis
Ibu merasakan nyeri di punggung dan perutnya terasa sakit kemudian ibu
di periksa oleh bidan ternyata sudah ada pembukaan , dan oleh bidan
karena usia kehamilan ibu masih 8 bulan ibu dirujuk ke RS. Setelah di
periksa ternyata adanya tanda-tanda persalinan dan Ibupun melahirkan
secara SC di tolong oleh dr. Obgyn di RS Aisiah.
O :
1. Pemeriksaan Umum
KU : lemah
T : 37 0C
LK : 31 cm LP : 22 cm
LD : 29 cm Lila: 8 cm
2. Pemeriksaan Fisik :
Kepala :
keadaan kepala tidak mampu tegak, rambut
tipis, halus.
Kulit :
Kulit kemerahan, Lanugo terdistribusi
secara luas di seluruh tubuh.
Telinga :
simetris kanan kiri. Tulang rawan telinga
lembek
30
Hidung :
Batang hidung cekung, hidung pendek
mencuat, terpasang oksigen 1 liter.
Mulut :
reflek menelan dan menghisap lemah, bayi
tepasang OGT.
Leher :
Refleks tonus leher lemah, pergerakan
leher tidak aktif.
Dada :
tampak retraksi dinding dada. Pernafasan
dangkal dan tidak teratur. Bunyi jantung
normal 110x/menit.
Genetalia eksterna :
Labia mayora sudah menutupi labia minor
Ekstremitas :
Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai
ujung jari. Terpasang infuse pada tangan.
Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Morro : lemah
Rooting : lemah
Sucking : lemah
Swallowing : lemah
Babinski : lemah
Graf : lemah
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 18-9-2014 Pukul : 08.30 WITA
GDS : 54 mg/dl
31
P :
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah berat badan kurang dari 2500
gr yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari )atau bayi yang
beratnya kurang dari seharusnya umur kehamilan. Macam-macam BBLR dapat
dibagi menjadi 2 gologngan yaitu :
1. Prematuritas Murni
2. Dismaturitas
Factor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan dengan berat badan
lahir rendah adalah :
1. Gizi saat hamil yang kurang
2. Umur <20 tahun dan >35 tahun
3. Jarak kehamilan dan persalinan terlalu dekat
4. Kehamilan ganda
5. Hidramnion
6. Cacat bawaan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa
yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama.
Kelainan yang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Gambaran Klinis pada BBLR diantaranya yaitu berat badan, panjang
badan, lingkaran dada, lingkaran kepala, dan usia kehamilan yang kurang dan
biasanya reflek pada BBLR belum sempurna atau masih lemah. Kemudian
penyakit atau penyulit pada BBLR diantaranya yaitu asfiksia Hiperbilirubin,
34
mudah terjadi infeksi, pneumonia, perdarahan, suhu tubuh yang tidak stabil dan
masih banyak lagi penyakit yang dapat menyerang.
Penatalaksaan pada BBLR yaitu pengaturan suhu lingkungan, pengaturan
makanan ataupun asupan bayi BBLR, serta menghindari infeksi dan melakukan
resusitasi.
4.2 Saran
Seorang petugas harus mengetahui gejala Pertumbuhan Janin Terhambat
secara dini agar dapat di identifikasi. Meningkatkan konseling kepada
masyarakat tentang tanda dan gejala. Mengadakan penyuluhan tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan (ANC).
Kemudian Bagi Klien adalah Klien memiliki kesadaran untuk
memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal yang di tentukan dan sebagai tenaga
kesehatan kita patut menginformasikan hal tersebut kepada klien. Cepat tanggap
terhadap sesuatu yang dirasakan kurang nyaman. Tetap memperhatikan pola
istirahat, kondisi kesehatan tubuh
35
DAFTAR PUSTAKA