Anda di halaman 1dari 21

Upload Login

PEMERIKSAAN ANAMNESIS JASMANI Kelas : III PEMERIKSAAN OLEH Esti Mahanani


S.Ked Tanggal 15 Januari 2013 Jam 06.00 Nama Lengkap : An. A. S. Jenis Kelamin : Laki-laki
DISKUSI PEMERIKSAAN FISIK Tempat dan Tanggal Lahir : Karanganyar, 29/10/2002 Umur
: 10 tahun Keadaan Umum : compos mentis, tampak lemas Nama Ayah : Tn. S Umur : 40 tahun
Vital Sign Pekerjaan Ayah : Petani Pendidikan Ayah : SMP TD : 110/70 mmHg Nama Ibu : Ny.
M Umur : 37 tahun Nadi : 108 /menit Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Ibu : SMP
RR : 18/menit Alamat : Bejen, Karanganyar Suhu : 37,1 ºC Tanggal Masuk RS : 11 Januari 2012
Jam 11.30 Diagnosis masuk : Obs. Febris Status Gizi BB/TB : 17 kg/101cm Dokter yang
merawat : BMI : 16, 6 kg/m2 : Panas Ko Asisten : Nama : An. A. S. Nama : An. A. S. Jenis
Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 10 tahun Ruang : Melati Z scores Tanggal
: 15 Januari 2012 (Autoanamnesis dan Alloanamnesis) di Bangsal Melati BMI//U : gizi kurang
KELUHAN UTAMA 1. Kesimpulan : status gizi KELUHAN TAMBAHAN kurang (menurut
WHO) : Lemas, Pusing, Mual, Nyeri perut Riwayat penyakit sekarang PEMERIKSAAN
KHUSUS sumer-sumer, semakin tinggi pada sore dan malam hari, sudah diberi 3 HSMRS :
Pasien panas Kulit : petechie (-), ikterik (-) obat penurun panas tetapi panas hanya turun sebentar
kemudian naik lagi. Panas disertai lemas Kepala pusing (+), minum (+), mual (+) namun tidak
sampai muntah, cukupperut (+), nafsu makan : ukuran normocephal, rambut warna hitam, lurus,
jumlah nyeri (+), Mata : mata Keluhan lain keringat pada malam hari (+/+), pupil isokor
berkurang (+). cowong (-/-), ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (-), nyeri tenggorokan (-), batuk (-),
Hidung (-), sekret telinga (-), nyeri ototnafasnyeri sendi (-), (-/-) pilek : nyeri (-/-), epistaksis (-/-
), (-), cuping hidung mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik Mulut : mukosa bibir kering BAB (-),
BAK lidah tifoid (+) merah pada kulit (-), sesek (-),(+), sianosis (-), frekuensi 3-4 kali sehari
berwarna kuning jernih Leher tidak pembesaran limfonodi leher (-), massa (-), kaku kuduk (-) :
nyeri. dan KesanHSMRS : Pasien masih panas, panas turun pada pagi hari dan meninggi pada
sore dan malam : terdapat tanda tifoid 2 Thorax Pasien sulit tidur (+), (-), ketinggalan gerak (-
)mual (+), muntah (-), nyeri perut (+), nafsu : simetris, retraksi lemas (+), pusing (+), hari. Cor
makan berkurang (+), minum (+). Keluhan lain keringat pada malam hari (-), batuk (-), pilek :
ictus cordis tidak tampak (-), nyeriInspeksi tenggorokan (-), nyeri telinga (-), nyeri otot (-), nyeri
sendi (-), mimisan (-), gusi : ictus cordis kuat angkat berdarah Palpasi (-), bintik merah pada kulit
(-), sesek (-), BAB (-), BAK frekuensi 3-4 kali/hari berwarna kuning jernih, tidak nyeri. 1 SMRS
: Pasien masih panas, panas turun pada pagi hari dan meninggi pada sore dan malam Perkusi :
batas kanan pusing (+), minum (+), mual (+), muntah (-), nyeri perut : SIC II linea parasternalis
dextra hari. Pasien sulit tidur (+), lemas (+), atas batas kanan bawah SIC IV linea parasternalis
dextra (+), nafsu makan berkurang (+), keringat pada :malam hari (-), nyeri tenggorokan (-),
batuk (-), SIC (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik pilek (-), nyeri telinga (-),batas kiri atas
nyeri :sendi II linea parasternalis sinistra nyeri otot (-), batas BAB (-), : frekuensi 3-4 kali/hari
berwarna merah pada kulit (-), sesek (-),kiri bawah BAK SIC V linea midclavicula sinistra
kuning jernih dan tidakAuskultasi nyeri. : BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-) HMRS :
Paru dibawa ke IGD RSUD karanganyar dengan keluhan panas (+), lemas (+), Pasien 1 Kanan
Pemeriksaan pusing (+), mual (+), muntah (-), nyeri perut (+), nafsu makan berkurang Kiri
minum (+), (+), Inspeksi Simetris Simetris bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah
(-), batuk (-), pilek (-), nyeri Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-) tenggorokan (-), BAB (-
) selama 3 hari, BAK baik.
Diagnosis pada pasien ini yaitu Demam Tifoid. Demam tifoid merupakan penyakit sistemik
bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, atau jenis yang virulensinya lebih rendah
yaitu Salmonella paratyphi. Salmonella adalah kuman gram negatif yang berbentuk batang,
berflagela, berkapsul, tidak membentuk spora, dan merupakan anaerob fakultatif yang
memfermentasikan glukosa dan mereduksi nitrat menjadi nitrit. S. typhi memiliki antigen H yang
terletak pada flagela, O yang terletak pada badan, antigen Vi yang terletak pada kapsul, serta
komponen endotoksin yang membentuk bagian luar dari dinding sel. Demam tifoid ditularkan
atau ditransmisikan kebanyakan melalui jalur fecal-oral. Penyebaran demam tifoid dari orang ke
orang sering terjadi pada lingkungan yang tidak higienis dan pada lingkungan dengan jumlah
penduduk yang padat, hal ini dikarenakan pola penyebaran kuman S. typhi melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi biasanya melalui feses penderita. Pada anak periode inkubasi
demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata rata antara 10-14. Gejala klinis demam tifoid sangat
bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dirawat. Variasi gejala ini disebabkan faktor galur Salmonella, status nutrisi, dan
imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya. Diagnosis klinis terutama ditandai oleh adanya
panas badan, gangguan saluran pencernaan, gangguan pola buang air besar,
hepatomegali/spleenomegali, serta beberapa kelainan klinis yang lain. Diagnosis laboratoris
kebanyakan di Indonesia memakai tes serologi Widal, tetapi sensitifitas dan spesifisitasnya
sangat terbatas, belum ada kesepakatan titer dari masing-masing daerah. Patofisiologi Masuknya
kuman Salmonella typhi (S.Typhi) dan Salmonella parathypi (S.Parathypi) ke dalam tubuh
manusia terjadi melalui mekanisme makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman
dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang
biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka kuman akan
menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria
kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat
hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum
distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikum
kuman yang terdapat pada makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan
bakterimia pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendothelial
tubuh terutama di hati dan limfa. Di organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian
berkembang biak di luar sel atau 2
ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi sehingga mengakibatkan
bakterimia kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik. Di
dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan
empedu diekskresikan secara intermiten ke lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui
feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama
terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis
kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental, dan koagulasi. Di dalam plak Peyeri
makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan. Perdarahan saluran cerna dapat
terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plak Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hiperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di dinding usus. Proses patologi jaringan
limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat menghasilkan
perforasi. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya
komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernafasan, dan gangguan organ
lainnya. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis secara umum bekaitan dengan perjalanan infeksi
kuman. 1. Demam. Pada demam tifoid, pola panas badan yang khas adalah tipe step ladder
temperature chart dimana peningkatan panas terjadi secara perlahan-lahan, terutama pada sore
hingga malam hari dan mencapai titik tertingginya pada akhir minggu pertama, setelah itu
demam akan bertahan tinggi hingga pada minggu ke 4 demam turun perlahan secara lisis. 2. 3.
Lidah tifoid. Pada pemeriksaan fisik, lidah tifoid digambarkan sebagai lidah yang kotor pada
pertengahan, sementara hiperemi pada tepi dan ujungnya. Bradikardi relatif. Pada penderita
tifoid peningkatan denyut nadi tidak sesuai dengan peningkatan suhu, dimana seharusnya
peningkatan 1°C diikuti oleh peningkatan denyut nadi sebanyak 8 kali/menit. Bradikardi relatif
adalah keadaan dimana peningkatan suhu 1°C tidak diikuti oleh peningkatan nadi 8 kali/menit.
Bradikardi relatif jarang terjadi pada anak. 4. 5. 6. Gejala saluran pencernaan (anoreksia, mual,
muntah, obstipasi, diare, perasaan tidak enak di perut, meteorismus). Gejala infeksi akut lainnya
(malaise, nyeri kepala, pusing, nyeri otot). Hepatomegali, splenomegali. 3
7. Gangguan kesadaran berupa apatis, somnolen, stupor, delirium, sampai koma. Pemeriksaan
Laboratorium Pada pemeriksaan hematologi rutin didapatkan leukopeni atau leukopeni relatif,
kadangkadang dapat juga terjadi leukositosis, neutropeni, limfositosis, aneosinofilia, dengan atau
tanpa penurunan hemoglobin (anemia) bergantung pada komplikasi yang melibatkan perdarahan
saluran cerna, dengan hematokrit, trombosit dalam rentangan normal atau dapat terjadi
trombositopenia. Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman
Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat atau
titer widal O > 1/320, titer H > 1/160 (dalam sekali pemeriksaan). Sesuai dengan kemampuan
SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid
diklasifikasikan atas : 1. Possible Case Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
gejala demam, gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan hepato/splenomegali.
Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan
dasar. 2. Probable Case Telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta
didukung oleh gambaran laboratorium yang menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160
atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan). 3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi
pada pemeriksaan biakan atau positif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titer
Widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, H > 1/640 (pada
pemeriksaan sekali). Penatalaksanaan Sebagian besar pasien demam tifoid dapat dirawat
dirumah dengan tirah baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi,
pemberian obat (simptomatis dan kausatif). Untuk kasus berat dapat dirawat di rumah sakit agar
perawatan dapat dilakukan dengan seksama. 4
Chloramphenicol masih merupakan pilihan utama pada pengobatan demam tifoid. Dosis yang
diberikan adalah 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian selama 10-14 hari atau 5-7
hari setelah demam turun. Kelemahan chloramphenicol adalah tingginya angka relaps dan karier,
namun pada anak hal tersebut jarang dilaporkan. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi
adalah perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia
yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prognosis Prognosis tergantung pada
ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Risiko
menjadi karier rendah pada anak anak, dan meningkat sesuai dengan usia. Pencegahan
Perhatikan kualitas makanan dan air minum. S. typhi akan mati pada suhu 57°C untuk beberapa
menit. Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid. 5
DAFTAR PUSTAKA Hassan, et all., 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Pawitro U.E., Noorvitry M., Darmowandowo W., 2002. Ilmu Penyakit
Anak : Diagnosa dan Penatalaksanaan edisi 1. Jakarta : Salemba Medika pp 1-43 Soedarmo S.,
Garna H., Hadinegoro S., Satari H., Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI pp 338-346 Tumbelaka A.R., Retnosari S., 2001. Imunodiagnosis
Demam Tifoid. Jakarta : BP FKUI pp 65-73 Wahab, Samik A., 1996. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Volume 2. Jakarta : EGC Growth reference 5-19 years.
http://www.who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/index.html 6
7
Please download to view
Download13
All materials on our website are shared by users. If you have any questions about copyright issues, please report us
to resolve them. We are always happy to assist you.

CASE DEMAM TIFOID


by chikacemangat
on Aug 09, 2015
Report
Category:

DOCUMENTS
Download: 1
Comment: 0
15
views

Comments
Description
Demam Tifoid
Download Case Demam Tifoid
Transcript
PEMERIKSAAN ANAMNESIS JASMANI Kelas : III PEMERIKSAAN OLEH Esti Mahanani
S.Ked Tanggal 15 Januari 2013 Jam 06.00 Nama Lengkap : An. A. S. Jenis Kelamin : Laki-laki
DISKUSI PEMERIKSAAN FISIK Tempat dan Tanggal Lahir : Karanganyar, 29/10/2002 Umur
: 10 tahun Keadaan Umum : compos mentis, tampak lemas Nama Ayah : Tn. S Umur : 40 tahun
Vital Sign Pekerjaan Ayah : Petani Pendidikan Ayah : SMP TD : 110/70 mmHg Nama Ibu : Ny.
M Umur : 37 tahun Nadi : 108 /menit Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Ibu : SMP
RR : 18/menit Alamat : Bejen, Karanganyar Suhu : 37,1 ºC Tanggal Masuk RS : 11 Januari 2012
Jam 11.30 Diagnosis masuk : Obs. Febris Status Gizi BB/TB : 17 kg/101cm Dokter yang
merawat : BMI : 16, 6 kg/m2 : Panas Ko Asisten : Nama : An. A. S. Nama : An. A. S. Jenis
Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 10 tahun Ruang : Melati Z scores Tanggal
: 15 Januari 2012 (Autoanamnesis dan Alloanamnesis) di Bangsal Melati BMI//U : gizi kurang
KELUHAN UTAMA 1. Kesimpulan : status gizi KELUHAN TAMBAHAN kurang (menurut
WHO) : Lemas, Pusing, Mual, Nyeri perut Riwayat penyakit sekarang PEMERIKSAAN
KHUSUS sumer-sumer, semakin tinggi pada sore dan malam hari, sudah diberi 3 HSMRS :
Pasien panas Kulit : petechie (-), ikterik (-) obat penurun panas tetapi panas hanya turun sebentar
kemudian naik lagi. Panas disertai lemas Kepala pusing (+), minum (+), mual (+) namun tidak
sampai muntah, cukupperut (+), nafsu makan : ukuran normocephal, rambut warna hitam, lurus,
jumlah nyeri (+), Mata : mata Keluhan lain keringat pada malam hari (+/+), pupil isokor
berkurang (+). cowong (-/-), ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (-), nyeri tenggorokan (-), batuk (-),
Hidung (-), sekret telinga (-), nyeri ototnafasnyeri sendi (-), (-/-) pilek : nyeri (-/-), epistaksis (-/-
), (-), cuping hidung mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik Mulut : mukosa bibir kering BAB (-),
BAK lidah tifoid (+) merah pada kulit (-), sesek (-),(+), sianosis (-), frekuensi 3-4 kali sehari
berwarna kuning jernih Leher tidak pembesaran limfonodi leher (-), massa (-), kaku kuduk (-) :
nyeri. dan KesanHSMRS : Pasien masih panas, panas turun pada pagi hari dan meninggi pada
sore dan malam : terdapat tanda tifoid 2 Thorax Pasien sulit tidur (+), (-), ketinggalan gerak (-
)mual (+), muntah (-), nyeri perut (+), nafsu : simetris, retraksi lemas (+), pusing (+), hari. Cor
makan berkurang (+), minum (+). Keluhan lain keringat pada malam hari (-), batuk (-), pilek :
ictus cordis tidak tampak (-), nyeriInspeksi tenggorokan (-), nyeri telinga (-), nyeri otot (-), nyeri
sendi (-), mimisan (-), gusi : ictus cordis kuat angkat berdarah Palpasi (-), bintik merah pada kulit
(-), sesek (-), BAB (-), BAK frekuensi 3-4 kali/hari berwarna kuning jernih, tidak nyeri. 1 SMRS
: Pasien masih panas, panas turun pada pagi hari dan meninggi pada sore dan malam Perkusi :
batas kanan pusing (+), minum (+), mual (+), muntah (-), nyeri perut : SIC II linea parasternalis
dextra hari. Pasien sulit tidur (+), lemas (+), atas batas kanan bawah SIC IV linea parasternalis
dextra (+), nafsu makan berkurang (+), keringat pada :malam hari (-), nyeri tenggorokan (-),
batuk (-), SIC (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik pilek (-), nyeri telinga (-),batas kiri atas
nyeri :sendi II linea parasternalis sinistra nyeri otot (-), batas BAB (-), : frekuensi 3-4 kali/hari
berwarna merah pada kulit (-), sesek (-),kiri bawah BAK SIC V linea midclavicula sinistra
kuning jernih dan tidakAuskultasi nyeri. : BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-) HMRS :
Paru dibawa ke IGD RSUD karanganyar dengan keluhan panas (+), lemas (+), Pasien 1 Kanan
Pemeriksaan pusing (+), mual (+), muntah (-), nyeri perut (+), nafsu makan berkurang Kiri
minum (+), (+), Inspeksi Simetris Simetris bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah
(-), batuk (-), pilek (-), nyeri Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-) tenggorokan (-), BAB (-
) selama 3 hari, BAK baik.
Diagnosis pada pasien ini yaitu Demam Tifoid. Demam tifoid merupakan penyakit sistemik
bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, atau jenis yang virulensinya lebih rendah
yaitu Salmonella paratyphi. Salmonella adalah kuman gram negatif yang berbentuk batang,
berflagela, berkapsul, tidak membentuk spora, dan merupakan anaerob fakultatif yang
memfermentasikan glukosa dan mereduksi nitrat menjadi nitrit. S. typhi memiliki antigen H yang
terletak pada flagela, O yang terletak pada badan, antigen Vi yang terletak pada kapsul, serta
komponen endotoksin yang membentuk bagian luar dari dinding sel. Demam tifoid ditularkan
atau ditransmisikan kebanyakan melalui jalur fecal-oral. Penyebaran demam tifoid dari orang ke
orang sering terjadi pada lingkungan yang tidak higienis dan pada lingkungan dengan jumlah
penduduk yang padat, hal ini dikarenakan pola penyebaran kuman S. typhi melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi biasanya melalui feses penderita. Pada anak periode inkubasi
demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata rata antara 10-14. Gejala klinis demam tifoid sangat
bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dirawat. Variasi gejala ini disebabkan faktor galur Salmonella, status nutrisi, dan
imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya. Diagnosis klinis terutama ditandai oleh adanya
panas badan, gangguan saluran pencernaan, gangguan pola buang air besar,
hepatomegali/spleenomegali, serta beberapa kelainan klinis yang lain. Diagnosis laboratoris
kebanyakan di Indonesia memakai tes serologi Widal, tetapi sensitifitas dan spesifisitasnya
sangat terbatas, belum ada kesepakatan titer dari masing-masing daerah. Patofisiologi Masuknya
kuman Salmonella typhi (S.Typhi) dan Salmonella parathypi (S.Parathypi) ke dalam tubuh
manusia terjadi melalui mekanisme makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman
dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang
biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka kuman akan
menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria
kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat
hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum
distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikum
kuman yang terdapat pada makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan
bakterimia pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendothelial
tubuh terutama di hati dan limfa. Di organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian
berkembang biak di luar sel atau 2
ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi sehingga mengakibatkan
bakterimia kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik. Di
dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan
empedu diekskresikan secara intermiten ke lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui
feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama
terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis
kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental, dan koagulasi. Di dalam plak Peyeri
makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan. Perdarahan saluran cerna dapat
terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plak Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hiperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di dinding usus. Proses patologi jaringan
limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat menghasilkan
perforasi. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya
komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernafasan, dan gangguan organ
lainnya. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis secara umum bekaitan dengan perjalanan infeksi
kuman. 1. Demam. Pada demam tifoid, pola panas badan yang khas adalah tipe step ladder
temperature chart dimana peningkatan panas terjadi secara perlahan-lahan, terutama pada sore
hingga malam hari dan mencapai titik tertingginya pada akhir minggu pertama, setelah itu
demam akan bertahan tinggi hingga pada minggu ke 4 demam turun perlahan secara lisis. 2. 3.
Lidah tifoid. Pada pemeriksaan fisik, lidah tifoid digambarkan sebagai lidah yang kotor pada
pertengahan, sementara hiperemi pada tepi dan ujungnya. Bradikardi relatif. Pada penderita
tifoid peningkatan denyut nadi tidak sesuai dengan peningkatan suhu, dimana seharusnya
peningkatan 1°C diikuti oleh peningkatan denyut nadi sebanyak 8 kali/menit. Bradikardi relatif
adalah keadaan dimana peningkatan suhu 1°C tidak diikuti oleh peningkatan nadi 8 kali/menit.
Bradikardi relatif jarang terjadi pada anak. 4. 5. 6. Gejala saluran pencernaan (anoreksia, mual,
muntah, obstipasi, diare, perasaan tidak enak di perut, meteorismus). Gejala infeksi akut lainnya
(malaise, nyeri kepala, pusing, nyeri otot). Hepatomegali, splenomegali. 3
7. Gangguan kesadaran berupa apatis, somnolen, stupor, delirium, sampai koma. Pemeriksaan
Laboratorium Pada pemeriksaan hematologi rutin didapatkan leukopeni atau leukopeni relatif,
kadangkadang dapat juga terjadi leukositosis, neutropeni, limfositosis, aneosinofilia, dengan atau
tanpa penurunan hemoglobin (anemia) bergantung pada komplikasi yang melibatkan perdarahan
saluran cerna, dengan hematokrit, trombosit dalam rentangan normal atau dapat terjadi
trombositopenia. Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman
Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat atau
titer widal O > 1/320, titer H > 1/160 (dalam sekali pemeriksaan). Sesuai dengan kemampuan
SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid
diklasifikasikan atas : 1. Possible Case Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
gejala demam, gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan hepato/splenomegali.
Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan
dasar. 2. Probable Case Telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta
didukung oleh gambaran laboratorium yang menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160
atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan). 3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi
pada pemeriksaan biakan atau positif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titer
Widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, H > 1/640 (pada
pemeriksaan sekali). Penatalaksanaan Sebagian besar pasien demam tifoid dapat dirawat
dirumah dengan tirah baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi,
pemberian obat (simptomatis dan kausatif). Untuk kasus berat dapat dirawat di rumah sakit agar
perawatan dapat dilakukan dengan seksama. 4
Chloramphenicol masih merupakan pilihan utama pada pengobatan demam tifoid. Dosis yang
diberikan adalah 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian selama 10-14 hari atau 5-7
hari setelah demam turun. Kelemahan chloramphenicol adalah tingginya angka relaps dan karier,
namun pada anak hal tersebut jarang dilaporkan. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi
adalah perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia
yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prognosis Prognosis tergantung pada
ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Risiko
menjadi karier rendah pada anak anak, dan meningkat sesuai dengan usia. Pencegahan
Perhatikan kualitas makanan dan air minum. S. typhi akan mati pada suhu 57°C untuk beberapa
menit. Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid. 5
DAFTAR PUSTAKA Hassan, et all., 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Pawitro U.E., Noorvitry M., Darmowandowo W., 2002. Ilmu Penyakit
Anak : Diagnosa dan Penatalaksanaan edisi 1. Jakarta : Salemba Medika pp 1-43 Soedarmo S.,
Garna H., Hadinegoro S., Satari H., Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI pp 338-346 Tumbelaka A.R., Retnosari S., 2001. Imunodiagnosis
Demam Tifoid. Jakarta : BP FKUI pp 65-73 Wahab, Samik A., 1996. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Volume 2. Jakarta : EGC Growth reference 5-19 years.
http://www.who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/index.html 6
7
RECOMMENDED

Short Case Demam tifoid


thypoid fever

Demam Tifoid Case


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah suatu infeksi demam sistemik akut
yang disebabkan oleh Salmonella typhi melalui asupan makanan atau minuman yang…

Demam Tifoid Case


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah suatu infeksi demam sistemik akut
yang disebabkan oleh Salmonella typhi melalui asupan makanan atau minuman yang…

demam tifoid
tipes
demam tifoid
DEMAM TIFOID ade Definisi Demam tifoid adalah penyakit sistemik dikarakterisasikan oleh demam
dan nyeri abdomen oleh karena diseminasi S. typhi atau S. paratyphi. Dinamai…

demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi
sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid dijumpai secara luas di berbagai…

DEMAM TIFOID
DEMAM TIFOID I. DEFENISI Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi yang terjadi melalui makanan yang…

Demam Tifoid
Case Report Demam Tifoid
Demam tifoid
1. 1. 2. 3. 2. 3. 4. 5. Demam tifoid (typoid fever) atau yang lebih terkenal dengan penyakit tifus ini
merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan yang sering menyeran…

Demam tifoid
Demam tifoid

Demam tifoid
Demam tifoid

Demam Tifoid
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit demam typhoid Demam typhoid (enteric fever)
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala…
demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut usus halus yang
disebabkan infeksi Salmonella typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman…

Demam Tifoid
REFERAT DEMAM TIFOID Disusun Oleh : Sang Ayu Nyoman Yuli Sutarmini ( 05 – 106 ) / ( 10 – 252
) Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 6 September – 6 November…

DEMAM TIFOID
Ini adalah kuliah ilmu kesehatan anak tentang demam tifoid pada anak untuk mahasisiwa D3 ilmu
kebidanan stikes. semoga bermanfaat

DEMAM TIFOID
REFRESHING DEMAM TIFOID Oleh: Giztha Anggreini Pembimbing: Dr. Sanoesi Tambunan,Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2011 Pendahuluan…
demam tifoid
SKENARIO 1 DEMAM TIFOID Seorang wanita 32 tahun, mengalami demam sejak 2 minggu yang lalu.
Demam dirasakan lebih tinggi pada sore dan malam hari dibandingkan pagi hari. Demam…

DEMAM TIFOID
DEMAM TIFOID Oleh Kevin Christian N, 0906554320 PENDAHULUAN Demam tifoid atau yang
dikenal dengan penyakit tifoid merupakan salah satu penyakit yang umum secara global di…

Demam Tifoid
Demam Tifoid Written by dr. Dimas Satya Hendarta Salah satu penyakit infeksi sistemik akut yang
banyak dijumpai di berbagai belahan dunia hingga saat ini adalah demam tifoid…

DEMAM TIFOID
DEMAM TIFOID PENDAHULUAN Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus.
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Salmonella typhy yang merupakan bakteri gram negatif,…
Demam Tifoid
Pendahuluan Demam tifoid merupakan infeksi demam sistemik akut. Demam ini disebabkan oleh bakteri
patogen enterik Salmonellae typhi yang secara morfologi identik dengan Escherichia…

View more

Subscribe to our Newsletter for latest


news.
NEWLETTER
We built a platform for members to share documents and knowledge.
And we are not related to any other website. (Our website list)

About Terms DMCA Contact

STARTUP - SHARE TO SUCCESS

Anda mungkin juga menyukai