Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

MANUSIA DAN HARAPAN

Anggota kelompok:

Dwi Indani

Permana Hukama P

Laras Dwi Oktaviana

Dedi Irawan

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" YOGYAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Setiap
manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup.
Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli
warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan
masing-masing.

Harapan juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun
kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud, maka manusia harus berusaha dengan
sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan karena harapan dan
kepercayaan tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan merupakan bagian dari hidup manusia
selama di dunia karena setiap manusia mempunyai harapan dan kepercayaan kepada Allah SWT.

B. RUMUSAN PEMBAHASAN

Apakah pengertian dari Manusia itu ?

Apakah pengertian dari Harapan itu ?

Apa hubungan antara manusia dan harapan ?

Apa sebab manusia memiliki harapan ?

Apa hubungan antara harapan dan kepercayaan ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk menjelaskan pengertian dari manusia,
menjelaskan pengertian harapan, menjelaskan hubungan antara manusia dan harapan, menjelaskan
penyebab memiliki harapan, dan menjelaskan hubungan antara harapan dan kepercayaan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANUSIA

Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang
menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak
dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat
daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.

Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata
“manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu
menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia
diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi.

B. PENGERTIAN HARAPAN

Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang belum
terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap
orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan.
Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan
dapat dicapai, memerlukan kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan
kepercayaan kepada Allah SWT.

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan
didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya
harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan
sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada
praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan
berdo’a.

Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau keinginannya, baik
dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma agama dan hukum.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya
mencapai apa yang diharapannya, misalnya : faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak
adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua
itu dapat berakibat buruk pada diri sendiri.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir positif yang
merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk menangkal pikiran negatif atau
berpikir pesimis.
C. MANUSIA DAN HARAPAN

Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya
sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia harus
melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi atau terwujud.

Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan). Harapan
yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis
secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan muncul pada saatnya. Dan harapan yang
pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak akan terjadi.

Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya atau maunya.
Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang berpikir luas, harapannya pun akan
luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir sempit maka harapannya juga akan sempit.

Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan
moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai berikut :

Harapan apa yang baik

Bagaimana cara mencapai harapan itu

Bagaiman bila harapan tidak tercapai

Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka
sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu
manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok
lebih baik dari pada hari ini. Namun kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya
menjadi kenyataan dan terwujud.

D. SEBAB MANUSIA MEMILIKI HARAPAN

Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia ini langsung
disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya.
Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta
mental dan spiritualnya.

Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu : dorongan kodrat
dan dorongan kebutuhan hidup.

Dorongan Kodrat

Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak
manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis, bergembira, berpikir, bercinta, berjalan,
berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap diri manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan
dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan dan harapan.

Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan
untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini
manusia dapat mempunyai harapan.

Dorongan Kebutuhan Hidup

Sudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup.


Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohani. Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum, pakaian, dan rumah. Sedangkan kebutuhan rohani,
misalnya kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan, hiburan dan ketenangan.

Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini
disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemampuan
berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia
mempunyai harapan, karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan


kebutuhan manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia,
yaitu :

Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)

Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)

Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving and love)

Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)

Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)

E. HARAPAN DAN KEPERCAYAAN

Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran.
Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap sebagai wahyu dari Allah SWT.
Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Dalam hal beragama tiap-tiap orang
wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu, dasarnya ialah keyakinan
masing-masing.

Harapan dan kepercayaan saling melengkapi. Karena dalam memenuhi atau mewujudkan harapan,
manusia harus berusaha dan berdo’a. Dengan berusaha dan berdo’a sungguh-sungguh kepada Allah
SWT serta mempercayai adanya Allah SWT, harapan akan terwujud dan terpenuhi.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Setiap
manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup.
Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli
warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan
masing-masing.

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan
didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya
harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan
sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada
praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan
berdo’a.

Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya seseorang. Orang yang
bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Dan untuk memperoleh harapan yang besar tetapi
kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsur dalam, yaitu berdo’a.

B. SARAN

Dalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak boleh menyerah
untuk mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan itu lah yang membuat hidup kita
menjadi berarti di dunia ini, yang terus memberikan dorongan agar kita tetap melakukan dan
memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan.

Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap kepercayaan kepada Allah SWT, yaitu dengan
berusaha dan berdo’a yang seimbang. Dan diharapkan kita dapat mewujudkan apa yang kita inginkan
dengan tetap berada dalam norma-norma masyarakat yang berlaku dan tidak merugikan orang lain.
Selain itu juga untuk mempersiapkan mental kita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga
tidak membuat kita putus asa untuk selalu terus mecoba.

Anda mungkin juga menyukai