Anda di halaman 1dari 11

TEKNOLOGI PENGOLAHAN GAS BUANG DAN PARTIKULAT - RE 142322

REVIEW JOURNAL:
KOMBINASI TEKNOLOGI WET SCRUBBER DAN ELECTROSTATIC
PRECIPITATOR (ESP) DENGAN NaClO2 SEBAGAI PENGENDALIAN
EMISI NO DAN SO2 DI INDUSTRI PEMBANGKIT TENANGA LISTRIK
CHINA

Oleh:
Januar Catur Putranto
03211650010216

Dosen Pengajar:
Dr. Ir. Rachmat Boedisantoso, M.T.

PROGRAM MAGISTER
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
I. Pendahuluan

Udara mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup,
sehingga udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya (Wardana, 2004). Pemanfaatannya harus dilakukan
secara bijaksana dalam memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan
datang (Soedomo, 2001). Penurunan kualitas udara ambien yang terjadi terutama di kota-
kota besar China telah menjadi masalah yang membutuhkan penanganan serius
mengingat sudah pada tingkatan yang dapat menganggu kesehatan masyarakat. Partikel
debu, asap kendaraan, dan aktivitas industri merupakan faktor penurunan kualitas
udarayang menjadi masalah serius terlebih tahun-tahun terakhir ini terutama di kota-kota
besar di China. Hal ini terjadi karena emisi yang masuk ke udara ambien melebihi daya
dukung lingkungan, sehingga tidak mampu menetralisir pencemaran yang terjadi.
Sektor energi sangat penting bagi perekonomian China karena selain sebagai
komoditas ekspor juga digunakan di dalam negeri sebagai bahan bakar dan bahan baku.
Sektor ketenagalistrikan merupakan bagian dari sektor energi yang sangat berperan
dalam proses industrialisasi (Marsudi, 2005). Kendala utama dalam pengembangan
ketenagalistrikan adalah cadangan beberapa sumber energi fosil semakin terbatas dan
semakin ketatnya peraturan untuk mempertahankan kualitas lingkungan hidup (Sutaryo,
2013). Penggunaan energi fosil sebagai bahan bakar di pembangkit tenaga listrik dapat
menimbulkan polusi udara yang dihasilkan dari proses pembakaran atau konversi. Polusi
ini salah satunya dapat berupa NO dan SO2 yang akan tersebar dari sumbernya melalui
proses dispersi dan deposisi yang dapat menurunkan khususnya kualitas udara
(Kristanto, 2004). Adanya beberapa regulasi di China mengenai batas maksimum
pengeluaran emisi tersebut, menyebabkan pemilihan teknologi pembangkit tenaga listrik
perlu mempertimbangkan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Pada tugas ini dibahas terkait penanganan pencemaran udara dalam bentuk
sumber tidak bergerak dengan mengambil studi kasus pengendalian gas khususnya di
industri pembangkit tenaga listrik. Perbandingan teknlogi pengendalian dan potensi
pengurangan gas di industri pembangkit tenaga listrik merupakan awal dari pembahasan
sebelum dilakukan analisa kombinasi wet scrubber dan electrostatic precipitator (ESP)
dengan NaClO2, meliputi skema proses, pengaruh pH NaClO2, reaksi kimia, pengaruh
waktu kontak, dan daya listriK plasma ESP terhadap partikel aerosol sebagai harapan
untuk mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan

2
II. Teknologi Pengendalian Emisi NO dan SO2 di Beberapa Industri Pembangkit Tenaga
Listrik

A. Perbandingan Teknologi
Teknologi pengendalia emisi dari industri saat ini di dominasi dengan bahan
bakar batubara karena relatif murah dan efektivitasnya tinggi dalam mengurangi polusi.
Beberapa teknologi instalasi yang diklasifikasikasi melalui pendekatan alternatif (Tabel
1)

Tabel 1. Teknologi Instalasi Klasifikasi Pendekatan Alternatif

Sumber: Liu dan Wen, 2012

B. Potensi Pengurangan Emisi


Beberapa industri pembangkit listrik melakukan beberapa upaya dalam
pengendalian emisi yang dihasilkan. Teknologi yang dominan digunakan, yaitu denitrasi,
dedusting, dan desulfurisasi

Tabel 3. Efisiensi Teknis Alternatif Teknologi

Sumber: Liu dan Wen, 2012

3
III. Kombinasi Wet Scrubber dan Electrostatic Precipitator (ESP) dengan Larutan NaClO2 di
Industri Pembangkit Tenaga Listrik sebagai Upaya Pengendalian NO dan SO2

A. Skema Proses
Skema proses dari kombinasi sistem wet scrubber dengan plasma ESP (Gambar
1), dimana merupakan kombinasi untuk kebutuhan pengendalian NO dan SO2 dengan
perlengkapan, seperti wet chemical reactor, non-thermal plasma reactor, dan exchaust
blower.

Gambar 1. Skema Proses Wet Scrubber dengan ESP (Park, et al. 2015)

Peneliti menggunakan beberapa variable penelitian (Tabel 1) untuk menganalisa


seberapa besar efesiensi penyisihan yang akan terjadi.

Tabel 1. Variabel Penelitian Efesiensi Penyisihan

Sumber: Park, et al. 2015

B. Pengaruh pH NaClO2 Terhadap Efesiensi Penyisihan NO dan SO2


Pengaruh pH dari NaClO2 pada pengendalian gas NO dan SO2 (Gambar 2) perlu
diketahui sebagai indikator efisiensi penyisihan sistem wet scrubber. pH larutan NaClO2
seperti pada Tabel 1 bervariasi dari 2 sampai 10, sedangkan waktu kontak gas-cair,
laju alir molar NO dan SO2, serta laju alir molar NaClO2 masing-masing ditetapkan pada
1,25 s,22 mmol/menit, dan 40 mmol/menit dengan konsentrasi gas NO dan SO2
sebesar 500 mg / m3, total laju aliran gas 60 Nm3/h (Gambar 3).

4
Gambar 2. Pengaruh pH dari larutan NaClO2 Terhadap Efesiensi Penyisihan Gas NO dan SO2
(Park, et al. 2015)

Gambar 3. Efesiensi Penyisihan NO dan SO2 dengan Perbedaan Nilai Molar NaClO2 Pada ph 6 dengan Laju
Aliran 22 mol/min (Park, et al. 2015)

5
C. Reaksi Kimia
Pada Gambar 3a ditunjukkan bahwa pengendalian gas NO dan SO2 efektif saat
terjadi terjadi kontak pendek dengan oksidasi kuat. Penurunan penyisihan gas NO
terjadi dari 42,4% menjadi 94,4% dengan menggunakan laju aliran molar NaClO2.
Penurunan penyisihan gas SO2 terjadi perubahan namun tidak terlalu signifikan saat
waktu kontak 0,25 detik diantara laju larutan NaClO2. Efek tingkat aliran molar NaClO2
padaNO dan SO2 terhadap efisiensi pemindahan, dimana laju alir molar NaClO2 pada
40 mmol / menit, pH 6 larutan NaClO2 dan laju alir SO2 diatur ke 22 mmol/menit.
Efisiensi pemindahan NO meningkat secara signifikan dari 32,5% menjadi 97,4%
dengan penurunan laju alir NO molar dari 22 mmol/menit sampai 9 mmol/menit pada
waktu kontak gas-cair terpendek 0,25 detik (Gambar 4a). Beberapa reaksi terjadi dari
NO dan SO2 terhadap NaClO2 (Tabel 2).

Tabel 2. Reaksi Kimia dari NO dan SO2 Terhadap NaClO2

Sumber: Park, et al. 2015

D. Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penyisihan NO dan SO2


Pada tingkat aliran molar NO rendah, reaksi cepat dengan NaClO2 untuk waktu
kontak gas-cair sampai 0,25 detik; pada waktu kontak lebih lama dari 0,25 detik,
efisiensi pelepasan NO sedikit meningkat. Penghilangan NO dicapai pada laju alir
molar gas NO tersendah yaitu 9 mmol/menit dengan penggunaan waktu kontak gas-

6
cair lebih lama dari 0,5 detik. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa laju reaksi NO
dengan NaClO2 secara signifikan dipengaruhi oleh tingkat aliran molar NO. Di sisi lain,
tingkat aliran molar NO tidak memiliki signifikan berdampak pada SO2 efisiensi
pemindahan (Gambar 4b). Pengaruh efesiensi penyisihan laju alir molar pada SO2 dan
NO efisiensi pada NaClO2 dengan laju alir molar 40 mmol/menit dan laju alir NO molar
22 mmol/menit.

Gambar 4. Efesiensi Penyisihan NO dan SO2 dengan Perbedaan Nilai Molar NaClO2 dengan Variasi Waktu
Kontak Pada NO dan SO2 dengan Laju Aliran 22 mol/min, ph 6 Larutan NaClO2, dan Laju Aliran Molar 22
mol/min (Park, et al. 2015)

Efesiensi penyisihan SO2 meningkat tajam saat waktu kontak gas-cair meningkat
menjadi 0,25 detik (Gambar 5b), sedangkan SO2 tingkat aliran molar tidak memiliki efek
yang signifikan pada efesiensi penyisihan SO2. Demikian,laju reaksi SO2 dengan NaClO2
tidak terpengaruh secara signifikan oleh SO2 laju alir molar. Hal ini berlawanan dengan

7
pengaruh tidak adanya laju aliran molar pada penyisihan NO (Gambar 4a). Namun,
efisiensi penyisihan NO sangat dipengaruhi oleh tingkat aliran molar SO2 (Gambar 5a)

Gambar 5. Efesiensi Penyisihan NO dan SO2 dengan Perbedaan Nilai Molar NaClO2 dengan Variasi Waktu
Kontak Pada SO2 Laju Aliran 22 mol/min, ph 6 Larutan NaClO2, dan Laju Aliran Molar 40 mol/min
(Park, et al. 2015)

E. Partikel Aerosol dan Daya Listrik Plasma


. Peneliti melakukan analisa terhadap pengaruh daya input listrik plasma ESP. Hasil
analisa menunjukkan pada total emisi dan jumlah partikel aerosol di gas buang,
didapatkan waktu tinggal gas bertekanan dalam reaktor plasma yaitu 0,49 detik (Gambar
6). Diketahui jumlah aerosol dan jumlah partikel aerosol dalam gas buang sesuai dengan
distribusi ukuran partikel (Tabel 3).

Gambar 6. Jumlah Partikel Aerosol dalam Gas Buang berdasarkan Daya Listrik Plasma pada Waktu Tinggal
Gas Tetap 0,49 s di Reaktor Plasma (Park, et al. 2015)

8
Tabel 3. Jumlah Aerosol dan Jumlah Partikel Aerosol dalam Gas Buang sesuai dengan Distribusi Ukuran
Partikel.

Sumber: Park, et al. 2015

Dari Gambar 5 dan Tabel 3, diketahui bahwa jumlah total dan jumlah partikel aerosol
dalam gas buang menjadi 7.553 μg/m3 dan 210/cm3 pada daya input plasma maksimum
68,8 W yang sama dengan nilai udara bersih.

F. Perbandingan Kombinasi Wet Scrubber dan ESP plasma dengan Metode Lainnya
Beberapa hasil penelitian terhadap perbandingan kinerja gabungan wet scrubber
dengan sistem ESP plasma dan metode lainnya untuk penyisihan NO dan SO2 (Tabel 4)

Tabel 4. Perbandingan Kinerja gabungan wet scrubber dengan sistem ESP plasma dan metode lainnya
untuk penyisihan NO dan SO

Sumber: Park, et al. 2015

9
IV. Kesimpulan

Dari hasil review jurnal mengenai teknologi pengendalian emisi NO dan SO2 pada
industri pembangkit tenaga listrik di China, yaitu:
1. Beberapa teknologi pengendalian emisi NO dan SO2 yang diterapkan di beberapa
industri pembangkit tenaga listrik, antara lain:
- Teknologi pembakaran:
o Chain gas-boiler
o Pulverized-coal furnace
o Bubling fludized bed
o Circulating fludized bed
- Teknologi denitrasi
o Air classifier
o Pulverized-coal reburning
o Natural gas reburning
o SNCR
o SCR
o Air classifier + SNCR
- Teknologi dedusting
o Electric Presipitator (ESP)
o ESP + Fabric Filter
- Teknologi desulfurisasi
o Simply wey desulphurization
o Limestone-gypsum process
o Seawater desulphurization
o CFB-FGD
o NID
o LIFAC
o Electron-beam
- Teknologi pemanfaatan.
o Open-circuit grinding
o Close-circuit grinding
o Separation
o Flotation
o Magnetic separation

10
2. Kombinasi penggunaan wet scrubber dengan plasma Elektrostatik Presipitator
(ESP) masing-masing memiliki peranan penting. Wet scrubber digunakan untuk
penyerapan dan oksidasi NO dan SO2, dan plasma non-termal digunakan untuk
partikel aerosol. NO dan SO2 gas diserap dan dioksidasi oleh partikel aerosol
larutan NaClO2 di wet scrubber.
3. NO dan SO2 bereaksi dengan larutan NaClO2 yang menghasilkan NaClO2 partikel
aerosol, NO2 gas, dan ion berair seperti NO2-, NO3-, HSO3-, dan SO42-. Partikel
aerosol bermuatan negatif, dikumpulkan pada permukaan anoda di plasma ESP.
Efisiensi penyisihan NO dan SO2 didapatkan 94,4% untuk konsentrasi gas 500
mg/m3, dan total laju aliran gas 60 Nm3/h, laju alir molar dari NaClO2 , dan waktu
kontak gas-cair masing-masing 40 mmol/menit dan 1,25 detik. Jumlah total dan
jumlah partikel aerosol dalam gas buang menjadi 7.553 μg/m3 dan 210/cm3 pada
daya input plasma maksimum 68,8 W.

V. Daftar Pustaka

Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Andi Offset, Yogyakarta, Indonesia


Liu, X. dan Wen, Z. 2012. Best Avaiable Techniques and Polution Control: A Case
Study’s Thermal Power Industry. Journal of Cleaner Production, 23(12), hal.
113-121
Marsudi, D. 2005. Pembangkit Energi Listrik. Erlangga, Jakarta, Indonesia
Park, Hyun-Woo, Choy, S., Park, Dong-Wha. 2015. Simultaneous Treatment of NO and
SO2 with Aqueous NaClO2 Solution in A Wet Scrubber Combined with A Plasma
Electrostatic Precipitator, Journal of Hazardous Materials, 285(15), hal.117-126
Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara, Kumpulan Karya Ilmiah. ITB Press, Bandung,
Indonesia
Sutaryo, 2013. Sumber Daya Energi. Graha Ilmu, Yogyakarta, Indonesia
Wardana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Revisi. Andi Offset,
Yogyakarta, Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai