Anda di halaman 1dari 1

Indonesia Krisis Toleransi? Benarkah?

(sebuah kritik untuk tulisan di kolom pandit sharing panditfootball.com)

Pada dini hari beberapa hari yang lalu, saya tidak sengaja membaca sebuah berita dari
fanpage panditfootball.com yang muncul di beranda facebook saya. Berita tersebut berjudul,
“Mengilhami Boaz sebagai kapten di Negara Krisis Toleransi.” Namun benarkah demikian?

Sebenarnya pada awal kata “mengilhami Boaz sebagai kapten.” Tidak ada masalah dalam
pemilihan judul, namun ketika penulis tersebut menyebutkan bahwa Boaz menjadi seorang
kapten di “negara krisis toleransi” tentu akan banyak orang yang tersinggung, termasuk saya.
Apalagi saat ini keberagaman kita dalam berbangsa dan bernegara sedang diuji dan
“dipaksa” agar dapat mentoleransi sebuah intoleransi.

Dan benar saja, ketika saya membaca kolom komentar, ternyata tidak sedikit orang yang
kontra terhadap tulisan tersebut sampai admin harus meminta maaf dan menjelaskan bahwa
tulisan tersebut bukanlah sebuah berita yang dibuat oleh redaksi pandit football, namun
hanyalah sebuah kolom sharing yang berisi opini dan sesiapapun orang dapat menuangkan
opininya, berjudul Pandit Sharing. Maka dari itu, melalui pandit sharing pula saya akan
mencoba meluruskan agar pembaca tidak termakan opini kegagalan berpikir dan
panditfootball.com tetap ada pada rules tanpa harus menyentuh hal-hal yang sensitif.

Sebenarnya separah apa toleransi di negara kita sehingga penulis tersebut hanya mampu
menyimpulkan bahwa Indonesia adalah negara krisis toleransi? Jika memang krisis toleransi,
seharusnya penulis tidak boleh menilainya secara subjektif apalagi hanya dikomparasikan
dengan lingkungan kecil bernama timnas sepakbola. Kita harus lihat juga bagaimana di
berbagai belahan negara lainnya, intoleransi dan rasisme itu menjadi konsumsi sehari-hari
kaum mayoritas terhadap minoritas dan itu jauh lebih parah dari indonesia.

Kita ambil contoh di negara Perancis, dimana secara terang-terangan negara tersebut pernah
melarang penggunaan jilbab untuk wanita muslim. namun ternyata Zinedene Zidane yang
seorang minoritas pun dapat menjadi kapten timnas perancis lebih dari sewindu.

Itu artinya apa? Sepakbola memang menyatukan semua kalangan, tanpa harus melihat agama,
suku, ras, dan budaya. Apalagi sampai harus dibayangkan jika hanya mayoritas saja yang
menguasai timnas seperti yang penulis tersebut bayangkan, karena itu tidak mungkin terjadi.

Intoleransi adalah sebuah kegagalan dalam menjaga kebhinekaan yang dihasilkan karena
kegagalan berkomunikasi dua arah, dan itu memang terjadi di Indonesia. Namun jika
mengatakan negara kita krisis toleransi itu juga sangat disayangkan, karena tidak hanya
menyinggung kaum mayoritas namun juga lembaga negara yang dinilai telah gagal menjaga
kebhinekaan. Negara ini bukanlah Myanmar, bukan juga Suriah, silahkan anda bandingkan
toleransi di kedua negara tersebut dengan toleransi yang ada di Indonesia. Adakah di negara
ini korban jiwa karena sebuah intoleransi?

Ditulis oleh Fahmi Mauluddien, seorang aktivis anti liberalisme agama, pegiat media sosial,
dan pencinta sepakbola lokal.

Anda mungkin juga menyukai