Anda di halaman 1dari 18

KWASHIORKOR

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak

yang dibina oleh: Nurul Aini S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun oleh:

H.Ahmad

201010420311107

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malnutrisi masih tetap menjadi masalah kesehatan utama di dunia saat ini terutama
pada anak dibawah usia 5 tahun, namun kekurangan makanan tidak selalu menjadi
penyebab primer malnutrisi. Di banyak Negara berkembang dan Negara miskin, diare
merupakan faktor mayor. Faktor tambahan adalah pemberian susu botol (pada kondisi
sanitasi yang buruk), pengetahuan yang tidak memadai mengenai praktik asuhan anak
yang baik, orang tua yang buta huruf, faktor ekonomi dan politik, dan kekurangan
makanan. Bentuk malnutrisi paling ekstrem atau MPE adalah kwashiorkor dan marasmus
(Wong 2008).
Di era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia
menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada
umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah
gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu
disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi.
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan
sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan
anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan
lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit
masyarakat lainnya dapat dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti
lingkungan yang higienis, ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan
pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi
buruk.
Kwashiorkor sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas,
dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara
miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan.
Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.
Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8%
balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor). Di
Indonesia angka kejadian KEP berkisar 10 % dari 4.723.611 balita menurut laporan
Depkes RI tahun 2003. Di Jawa Tengah sendiri angka penderitaKEP yang ada yaitu
sebesar 12,75 % dari 336.111 balita yang diukur menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah
tahun 2004.

Kekurangan energi protein merupakan penyakit gangguan gizi yang cukup penting di
Indonesia. Di Indonesia angka kejadiannya cukup tinggi pada anak di bawah 5 tahun.
Untuk menentukan klasifikasi berat ringannya KEP dapat menggunakan beberapa cara,
yang paling sering digunakan dan cukup mudah adalah dengan melihat berat badan dan
umur anak disesuaiakan dengan grafik KMS (Kartu Menuju Sehat).
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan
dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan
masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah
kekurangan energi dan protein (KEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis KEP yang
tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat
badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit)
Menurut WHO, 49% dari 10.4 juta kematian terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun
di negara berkembang yang dihubungan dengan kekurangan energi dan protein (Gehri, M,
2006).Menurut DEPKES bahwa standar nasional penderita KEP tidak lebih dari 1,12 %
penderita KEP dari total anak di suatu wilayah.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kwashiorkor.

Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah gambaran yang termasuk kegagalan
untuk bertumbuh , edema, apatis, anoreksia, muntah, dan diare, perubah pada kulit,
rambut dan membrane mukosa (Prinsip Perawatan Pediatrik)
Kwashiorkor adalah defisiensi primer protein dengan pasokan kalori yang adekuat,
kata Kwashiorkor berarti pemyakitpenyakit yang diderita anak yang lebih besar ketika
adiknya lahir dan tepat sekali menggambarkan sindrom yang terjadi pada anak pertama,
biasanya pada usia 1 sampai 4 tahun, ketika disapih dari ASI begitu anak kedua lahir
(Wong 2008).
Kwashiorkor merupakan suatu bentuk gangguan gizi dengan penyebab utama
penyakit ini adalah defisiensi protein. Hal ini terutama karena kekurangan zat protein,
keadaan ini digambarkan dengan adanya gagal tumbuh, edema, apatis, anoreksia,
muntah, dan diare, perubahan pada kulit rambut, dan membrane mukosa. Kwashiorkor
hamper tidak ditemukan pada bayi yang diberi ASI, tetap lazim terjadi pada bayi yang
telah disapih dengan makanan tinggi karbohidrat dan rendah protein, terutama terjadi
antara umur 4 bulan dan 2 tahun, kadang-kadang lebih lambat (Sodikin 2011)

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh
intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Tanda
yang khas adalah adanya edema (bengkak) pada seluruh tubuh sehingga tampak gemuk,
wajah anak membulat dan sembab (moon face) terutama pada bagian wajah, bengkak
terutama pada punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang,
otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran LIngkar Lengan Atas
LILA-nya kurang dari 14 cm, timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, tidak bernafsu makan atau
kurang, rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut
tanpa menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia dan diare, anak menjadi
rewel dan apatis perut yang membesar juga sering ditemukan akibat dari timbunan cairan
pada rongga perut salah salah gejala kemungkinan menderita "busung lapar".
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah
besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Nama kwashiorkor
berasal dari suatu daerah di Afrika, artinya “penyakit anak yang terlantar” atau disisihkan
karena ibunya mengandung alergi dan tidak lagi memberikan air susu ibu padanya.
Tanpa mengganti air susu ibu dan dapat tambahan pangan yang seimbang anak
(umumnya berumur kurang lebih 18 bulan) kurang mendapat protein. Jenis penyakit ini
sering dijumpai pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada keluarga
berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang sekali pendidikannya. Kurang protein
pangan adalah penyebab utama kwashiorkor sedang zat pangan pemberi tenaga mungin
cukup diperolehnya atau bahkan berlebihan.

2.2 Etiologi
1. Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.

2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan
sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.

3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

4. Faktor infeksi dan penyakit lain


Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Sebaliknya, MEP dalam derajat ringan
akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

2.3 Manifestasi Klinik Kwashiorkor


Tanda dan gejala klinis yang terdapat pada penderita Kwashiorkor antara lain :
(Sodikin 2011)

1. Rambut kering, rapuh, tidak mengkilap, dan mudah dicabut.


2. Anemia ringan.
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit
lain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia
berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk
pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari
pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi
protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan 6
pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan
gangguan sistem komplimen.
3. Lengan atas kurus.
Otot mengecil (hipotrofi) dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran LILA-
nya kurang dari 14 cm.
4. Edema.
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya
bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding
kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
5. Flaky pains dermatosis.
6. Perubahan mental.
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa
menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
7. Kelainan kulit.
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada
sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau
merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat
tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat
atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha,lipat paha, dan
sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang
dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat
mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi
oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
8. Kelainan gigi dan tulang.
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
9. Kelainan hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir
semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis,
nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor
lipotropik.
10. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya
dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal
ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus,intoleransi
laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensilaktase.
Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi hati, defisiensi
lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.
Kita sering bingung untuk membedakan antara Kwashiorkor dan Marasmus,
dikarenakan keduanya sama-sama karena kurangnya asupan gizi (gizi buruk). Oleh
karena itu, berikut ini adalah gambaran yang dapat membuat kita semakin mengerti
perbedaan antara Kwashiorkor dan Marasmus :

MARASMUS KWASHIORKOR
 Anak tampak sangat kurus, tinggal  Edema di seluruh tubuh,
tulang terbungkus kulit. terutama pada punggung kaki.
 Wajah seperti orang tua.  Wajah membulat dan sembab.
 Cengeng, rewel.  Pandangan mata sayu.
 Perut cekung.  Perubahan status mental:
 Kulit keriput
cengeng, rewel, kadang apatis.
 Rambut berwarna kepirangan,
kusam, dan mudah dicabut.
 Otot mengecil, teramati terutama
saat berdiri dan duduk.
 Bercak merah coklat pada kulit,
yang dapat berubah hitam dan
mengelupas.
 Menolak segala jenis makanan
(anoreksia).
 Sering disertai anemia, diare,
dan infeksi.

GAMBARAN KLINIS MARASMUS KWASHIORKOR


Kehilangan berat badan ++++ ++
Kehilangan otot ++++ +
Kehilangan lemak ++++ +
Edema ----- ++++
Gangguan psikologis ++ ++++
Anoreksia + ++++
Hepatomegali -- ++
Infeksi yang menyertai ++ ++++
Diare +++ +++
Lesi pada kulit -- ++
Perubahan rambut + ++
Gambaran Laboratorium
Anemia + +++
Albumin, transferin serum yang + ++++
rendah
Homeostasis natrium yang + ++++
terganggu
Defisiensi kalium tubuh total ++ ++++
Waktu protrombin NORMAL MEMANJANG
Sitem imun DITEKAN DITEKAN
Sumber : Buku pegangan pediatric. Gerald 2001
2.4 Patofisiologi Kwashiorkor
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.
Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan
edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi
kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang
tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini
akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat
timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein,
sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya
penimbunan lemak dalam hati.
2.5 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang bagi pederita Kwashiorkor.
Pengkajian Fisik :
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri
(berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan
gejala yang mungkin didapatkan adalah:
- Penurunan ukuran antropometri
- Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
- Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
- Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal)
- Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi
diare.
- Edema tungkai
- Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal,lutut, ruas
jari kaki, paha dan lipat paha).
Pemeriksaan Penunjang.
- Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis
sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin
serum yang menurun.
- Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan
pada paru.
2.6 Penatalaksanaan Kwashiorkor
 Diet tinggi kalori, protein, cairan, vitamin dan mineral.
 Makanan yang dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap.
 Memberikan makanan secara bertahap.
 Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
 Penanganan diare.
 Pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi.
1. Dietik
Makanan TKTP : 1 setengah x kebutuhan normal
Kebutuhan normal : 0 – 3 tahun 150 – 175 kal/kg/hari, diberikan bertahap.
Minggu I : Fase stabilitasi ( 75 % - 80 % kebutuhan normal), Protein : 1 – 15
gram/kg/BB/hari
Minggu II : Fase transisi (150 % dari kebutuhan normal) Protein 2 – 3
gram/kgBB/hari
Minggu III : Fase rehabilitasi (150 – 200% kebutuhan normal), Protein : 4 – 6
gram/kgBB/hari.

2. Penambahan suplementasi Vitamin


Vitamin A
Vitamin D
Vitamin B kompleks
Vitamin C

3. Mineral
Jumlah cairan : 130 – 200 ml/kg/BB/hari (per oral / NGT)
Kalau edema berkurang berikan Porsi kecil tapi sering.

2.7 Komplikasi Kwashiorkor.


1. Diare
2. Anemia
3. Gangguan tumbuh kembang
4. Hipokalemia
5. Hipernatremia
6. Shock
7. Koma
8. Cacat
2.8 Asuhan Keperawatan Kwashiorkor
1. Pengkajian yang meliputi :
I. DATA IDENTITAS
Nama Bayi :
Jenis Kelamin :
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Diagnosis :
Agama :
Suku :
Pendidikan Ayah :
Pendidikan Ibu :
Alamat :

II. PENGKAJIAN FISIK


A. Reflek

Keterangan Kuat Lemah Tidak


Jenis Reflek
Ada
Moro
Menggenggam
Menghisap
Babinski

B. Aktivitas

1. Aktif ( ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang ( ).

2. Menangis : keras ( ) Lemah ( ) Melengking ( ) Sulit ( )

C. Kepala atau Leher

1. Lingkar Kepala = ….cm


2. Fontanel Anterior : Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( ) cekung ( )
3. Sutura sagitalis : tepat ( ) terpisah ( ) menjauh ( )
4. Gambaran wajah : simetris ( ) Asimetris ( )
5. Molding : caput succadeneum ( ) cephalhematoma ( )

D. Mata
Bersih ( ) Sekresi ( ) Jelaskan !
Tidak ada gangguan pada penglihatan anak. Sclera berwarna putih, konjungtiva
hiperanemis, pupil miosis.
E. Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT)
1. Telinga : normal ( ) Abnormal ( ) Jelaskan !
2. Hidung : normal ( ) Abnormal ( ) Jelaskan !

F. Abdomen
1. Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung ( )
2. Lingkar perut =… cm
3. Liver : <2cm ( ) > 2 Cm ( )
G. Toraks.
1. Simetris ( ) Asimetris ( )
2. Klavikula : Normal ( ) Abnormal ( )
H. Paru-Paru
1. Suara nafas kanan kiri : sama ( ) tidak sama ( )
2. Bunyi nafas di semua lapang paru : terdengar ( ) Tidak terdengar ( ) menurun ( )
3. Frekuensi nafas : kali/menit
I. Jantung
Bunyi normal ( ) sinus rhytm ( )
Frekuensi : …kali/menit
Murmur ( ) PMI : kanan ( ) kiri ( )
Waktu pengisisan kapiler: <3

J. Ekstremitas

1. Gerakan bebas ( ) Gerakan Terbatas ( ) Tidak Terkaji ( )

2.
Keterangan nadi Kuat Lemah Tidak ada
perifer
Brachial kanan
Brachial kiri
Femoral kanan
Femoral kiri

3. Ekstremitas atas : normal ( ) Abnormal ( ) jelaskan !

4. Ekstremitas bawah : Normal ( ) Abnormal ( ) jelaskan!

K. Umbilicus

1. Normal ( ) Abnormal ( ) jelaskan!

2. Inflamasi ( ) Drainase ( )

L. Genetalia
Perempuan : normal ( ) laki-laki : normal ( ) jelaskan
M. Anus
Permanen ( ) imperforate ( )

N. Spina

Normal ( ) Abnormal ( ) jelaskan!

O. Kulit
1. Warna : pink ( ) pucat ( ) jaundice ( )
2. Sianosis pada : kuku ( ) periorbital ( ) seluruh tubuh ( )
3. Kemerahan (rash) ( )
4. Tanda lahir:
P. Suhu
1. Lingkungan : pengaturan suhu ( ) incubator ( ) suhu ruang ( ) boks terbuka ( )
2. Suhu aksila: oC

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kwashiorkor adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat konsumsi protein dalam makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu
yang cukup lama. Penyebab gizi buruk terdiri dari penyebab langsung dan tidak
langsung. Penyebab langsung, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan, akibat
terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsungnya
yaitu ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai, pola pengasuhan anak kurang
memadai, pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.

3.2 Saran
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk
terlambat. Seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi
buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah
pemerintah melakukan tindakan (serius). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila
tidak didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah
membudaya selama ini adalah,anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan
perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan
kadar gizi dalam makanan yang diberikan. Maka dari itu tim kesehatan beserta jajaran
pemerintahan yang tersebar diseluruh dunia khususnya di Indonesia harus lebih
bekerjasama dan lebih sensitive lagi melihat keadaan sekitar, lebih spesifiknya lebih peka
terhadap keadaan gizi anak para generasi penerus bangsanya. Karena di Negara yang
kuat terdapat generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika
Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Merenstein, Gerald B. 2001. Buku Pegangan Pediatri. Jakarta : Widya Medika.
http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2012/10/gizi-buruk.html. Diakses
pada tanggal 4 Maret 2013.
Malnutrisi Energi Protein-MEP-Kwashiorkor [on-line]. Tersedia
(http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/03/malnutrisi-energi-protein-mep-kwashiorkor/).
Diakses pada tanggal 4 Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai