Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGUE

HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) ATAU DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Di Susun Oleh:

Nama : Siti Rochmah

NIM : 1720151048

Tempat Praktek : RSUD Dr Soetrasno Rembang

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

TP 2016/2017
A. PENGERTIAN
Indonesiaadalahsalah satu daerah endemis DHF Faktor lingkungan dengan
banyak genangan air bersih yang bisa menjadi sarang nyamuk, mobilitas penduduk
yang tinggi, dan cepatnya transportasi antar daerah menyebabkan sering terjadinya
epidemi dengue. DHF kemudian menyebar keseluruh Indonesia dengan jumlah
158.912 kasus pada 2009. Kota-kota besar di Jawa misal Jakarta, Surabaya, dan
Yogyakarta umumnya merupakan daerah endemi ssemua serotipe virus dengue.
Menurut laporan Departemen Kesehatan RI seluruh propinsidi Indonesia saat initelah
terjangkit penyakit ini.(Soedarto, 2012)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang berpotensial mengakibatkan syok yang
dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang
berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian dalam
waktu yang siingkat. DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun
1953. Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI
Jakarta. Kini semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010)
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010)

B. ETIOLOGI/PENYEBAB
Menurut Soedarto (2012, h. 4) Dengue Haemorrhagic Fever disebabkan oleh
virus dengue yang termasuk kedalam family flaviviridae genus flavivirus. Virus
dengue ditularkan oleh seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk genus
Aedes, yaitu nyamuk Aedes aegypti tersebar di daerah tropis dan subtropis yang
merupakan vektor utama
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang
menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain:
a. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
b. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti:
hinggap di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat
kaleng bekas yang menampung air hujan.
c. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada tumbu-tumbuhan.
d. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan
aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah
mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.

C. KLASIFIKASI
Menurut WHO dalam buku Ngastiyah (2012, h. 369) membagi DBD/DHF menjadi 4
derajatyaitu sebagai berikut:
1. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas hanya terdapat manifestasi perdarahan (Uji
torniquetpositif)
2. Derajat II
Seperti dengan derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan
lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah,tekanan darah menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin
4. Derajat IV
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik yang
timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.
1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan
a. Uji tourniquet positif
b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epitaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena.
3. Hepatomegali
4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau nadi
tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah
(Soegeng, 2006).
E. PATOFISIOLOGIS
Virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalui gigitan dari nyamuk aedes
aegypti lalu kemudian bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh & terbentuklah
adanya kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan dapat mengaktivasi system
komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat adanya aktivasi C3 & C5 akan
dilepasnya C3a & C5a,dua peptida yg berdaya buat melepaskan sebuah histamine &
suatu merupakan mediator yg kuat sebagai factor yg menyebabkan meningkatnya
permeabilitas dari dinding pembuluh darah & menghilangkan plasma melalui endotel
dinding tersebut. Reaksi tubuh merupakan sebuah reaksi yg biasa terlihat pada infeksi
oleh virus. Reaksi yg amat sangat berbeda akan terlihat, apabila seseorang
mendapatkan infeksi berulang dengan type virus dengue yg lainnya. Dan DHF dapat
terjadi apabila seorang yg telah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang
dari virus dengue lainnya. Re-infeksi ini bisa menyebabkan adanya suatu reaksi
anamnestik antibody, sehingga menimbulkan adanya konsentrasi yg kompleks
antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yg tinggi .
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui nyamuk aedes aeygypty. Awalnya
penderita akan mengalami demam, sakit kepala, mual,nyeriotot pegal-pegal seluruh
tubuh,bintik-bintik merah pada kulit,hiperemia tenggorokan dan hal lainyang
mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali).Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks
virus antibodi. Dalamsirkulasi dan akan mengaktivasi sistem komplemen.
Akibataktivasi yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya pembesaranplasma ke ruangekstraseluler. Pembesaran
plasma ke ekstraseluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
homokonsentrasi danhipoproteinemia serta efusi dan renjtan(syok). Homokonsentrasi
( peningkatan hematokrit >20%) menunjukan adanya kebocoransehingga
nilaihematokritmenjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Ngastiyah,
2012)
F. PATWAYS
G. PENATALAKSANAAN
Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut:
1. Tirah baring
2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24
jam (susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan
asetamiofen, jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan. Sedangkan
pada pasien tanda renjatan dilakukan:
a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap
jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24
jam
c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan
diguyur, seperti NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam
b setelah renjatan teratasi. Bila tidak nampak perbaikan dapat diberikan
plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama 12-24 jam.
Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht mengalami penurunan maka
diberi transfusi darah.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Langkah - langkah diagnose medik pemeriksaan menurut Murwani, 2011:
1. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria 40-
50%; wanita 35-47%
2. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan
systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-
anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
3. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas
saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah
sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah
pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai
menunggu saat pengiriman.
4. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan-jaringan
untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang
meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.
I. PENGKAJIAN FOKUS
1. pengkajian
a. pengumpulan Data
1) Biodata
Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung.
Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
register dan diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi : alamat,
usia, jenis kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat.
Sedangkan identitas saudara kandung meliputi nama dan usia.
2) Keluhan utama
Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit
seperti demam, nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala, perut dan
sendi disertai perdarahan.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai mual dan
muntah.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami klien seperti demam, tidak ada
riwayat alergi, tidak ada ketergantungan terhadap makanan/
minuman dan obat-obatan.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan klien.
d) Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti
BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.
e) .Riwayat psikososial
Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah
keadaan tempat tinggalnya memenuhi syarat kesehatan.
f) Riwayat spiritual
Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering mengikuti
kegiatan keagamaan.
g) Aktivitas sehari-hari
 Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, waktu makan,
makanan yang dikonsumsi, porsi makan, makanan yang
disukai, nafsu makan. Jumlah yang dapat dihabiskan dan
cara makan klien sebelum sakit dan saat sakit.
 Istirahat, tidur terdiri dari waktu tidur malam dan siang,
apakah mudah terbangun, kesulitan tidur, bagaimana pola
tidur, ada perubahan atau tidak sebelum sakit dan saat sakit.
 Personal hygiene terdiri dari mandi, sikat gigi, kebersihan
kuku, genetalia, dan penampilan umum klien sebelum sakit
dan saat sakit.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan menurut NANDA (Herdman, 2010):
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit
(DHF)
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksi.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan input dan output cairan..
5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah
baring.

K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan menurut NIC dan NOC (Judith, 2009) :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat
berkurang/ teratasi.
Kriteria hasil:
Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman, Suhu 36,80C-37,50C, Tekanan
darah 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/mnt, Nadi 60-100 x/mnt.
Intervensi:
a. Kaji saat timbulnya demam,
rasionalnya untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam,
rasionalnya tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam),
rasionalnya peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
d. Berikan kompres hangat,
rasionalnya dengan vasodilatasi dapat meningkatkan Penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal,
rasionalnya pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh
f. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter,
rasionalnya pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tinggi
REFERENSI

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta


Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.
Soedarto.2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Jakarta:
Sugeng Seto.
Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.
Ngastiyah.(2012).Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta: EGC
Soegeng, Soegijanto. 2006. Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga
University press
Murwani Arita . 2011 . Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta :Gosyen
Publising
Herdman, T, H 2010. NANDA-Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Misnadiarl
Wilkinson. Judith, M.Nanci, R. Aheren,. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. 9th ed. Dialih bahasakan
oleh esty wahyuningsih.Dwi Widiarti (ed). Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai