Anda di halaman 1dari 13

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA TERHADAP KONSUMEN DALAM


TRANSAKSI JUAL/BELI ONLINE (E-COMMERCE) DI INDONESIA

Roy Eka Perkasa*, Nyoman Serikat P, Bambang Eko Turisno


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : royekaperkasa@gmail.com

Abstrak

Perkembangan penggunaan teknologi komputer, telekomunikasi, dan informasi


tersebut mendorong bertambahnya transaksi melalui internet di dunia. Perusahaan – perusahaan
berskala dunia semakin banyak memanfaatkan fasilitas internet. Akan tetapi terdapat permasalahan
yang muncul dari manfaat dan kemudahan yang bisa didapatkan, antara lain kebijakan hukum
pidana yang mengaturperlindungan konsumen dalam transaksi jual/beli online(e-commerce) di
Indonesia, pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana penipuan jual/beli online(e-
commerce), dan kendala yang dihadapi para penegak hukum dalam pelaksanaan perlindungan
pidana terhadap konsumen dalam transaksi jual/beli online(e-commerce).
Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah
yuridis - normatif yang didukung dengan penelitian empirik. Yuridis – empirik digunakan untuk
mencari data digunakan untuk memperoleh data di lapangan berkaitan dengan permasalahan
perlindungan hukum pidananya. Sedangkan yuridis – normatif digunakan untuk mencari data
sekunder yang berkaitan dengan perlindungan hukum pidana dalam permasalahan transaksi jual
beli online.
Pembahasan kebijakan hukum pidana yang mengatur perlindungan konsumen dalam
transaksi jual/beli online(e-commerce) di Indonesia antara lain terdapat dalam UU ITE, UU PK,
KUHP, dan UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Kemudian mengenai pelaksanaan
penegakan hukum terhadap tindak pidana penipuan jual/beli online(e - commerce) dapat dilakukan
dengan melakukan pelaporan kepada pihak kepolisian untuk kemudian diproses dan dilimpahkan
ke pengadilan. Selanjutnya kendala yang dihadapi para penegak hukum dalam pelaksanaan
perlindungan pidana terhadap konsumen dalam transaksi jual/beli online(e - commerce) antara lain
dalam mengetahui posisi atau keberadaan pelaku penipuan dan untuk membuka data nasabah
penipuan karena terkait rahasia perbankan, serta alat bukti yang kerap sulit dicari.

Kata Kunci : E - Commerce, Transaksi Elektronik, UU ITE

Abstract

Development of the use of computer technology, telecommunications, and information


may spur an increase in transactions over the Internet in the world. World-scale companies
increasingly utilize the internet facility. But there are problems that arise from benefits and
services that can be obtained, among other things criminal law policy governing the protection of
consumers in the sale / purchase transaction online (e-commerce) in Indonesia, the
implementation of the rule of law against the crime of fraudulent sale / purchase online (e -
commerce), and the constraints faced by the law enforcement agencies in the implementation of
the criminal protection of the consumer in the sale / purchase transaction online (e-commerce).
The method used by the author in writing this law is the juridical - normative supported
by empirical research. Juridical - empirical used to find the data used to obtain field data
protection issues related to criminal law. While the juridical - normative used to find secondary
data related to the protection of criminal law in matters of buying and selling online. Discussion
of criminal law policy governing the protection of consumers in the sale / purchase transaction
online (e-commerce) in Indonesia, among others, contained in Law 11 of 2008 Electronic
Information and Transactions Indonesia, Law 8 of 1999 Consument Protection, Law No. 7 Year
2014 regarding Trade. Then on the implementation of the rule of law against the crime of
fraudulent sale / purchase online (e - commerce) can be done by reporting to the police to be

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

processed and transferred to the court. Further constraints faced by the law enforcement agencies
in the implementation of the protection of the criminal to the consumer in the sale / purchase
transaction online (e - commerce) among others in knowing the position or the existence of fraud
perpetrators and to open customer data because the fraud related to banking secrecy, and the
proof is often difficult searching for.

Keywords: E-Commerce, Electronic Transaction, Law 11 of 2008 Electronic Information and


Transactions Indonesia

I. PENDAHULUAN nomor 11 Tahun 2008 tentang


A. Latar Belakang Informasi dan Transaksi
Keunggulan komputer berupa Elektronik, diatur dalam berbagai
kecepatan dan ketelitian dalam peraturan perundang – undangan
menyelesaikan pekerjaan sehingga seperti Undang – Undang nomor
dapat menekan jumlah tenaga kerja, 12 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
mempersingkat waktu dalam Undang – Undang nomor 14
pengerjaan, dan memperkecil
Tahun 2001 tentang Paten,
kemungkinan melakukan kesalahan
mengakibatkan masyarakat semakin Undang – Undang nomor 15
mengalami ketergantungan kepada Tahun 2001 tentang Merk,
komputer. 1 Komputer kemudian Undang – Undang nomor 36
mengalami perkembangan yaitu Tahun 1999 tentang
munculnyanetwork yang kemudian Telekomunikasi, dan Undang –
melahirkan suatu ruang komunikasi Undang nomor 8 Tahun 1999
dan informasi global yang dikenal tentang Perlindungan Konsumen.
dengan nama internet. Dari Selain itu untuk melindungi
perkembangan inilah penggunaan konsumen terhadap transaksi
teknologi komputer, telekomunikasi, dalam media internet juga diatur
dan informasi tersebut mendorong
dalam Kitab Undang – Undang
bertambahnya transaksi melalui
internet di dunia.Perusahaan – Hukum Pidana pasal 378
perusahaan berskala dunia semakin mengenai penipuan, karena pada
banyak memanfaatkan fasilitas dasarnya penipuan transaksi jual
internet. Sementara itu transaksi – beli dalam media internet tidak
transaksi melalui elektronik atau jauh berbeda dari penipuan secara
online dari berbagai sektor, yang konvensional.Yang membedakan
kemudian memunculkan istilah e- hanyalah sarana perbuatannya,
banking , e-commerce, e-trade, terhadap penipuan dalam media
e-bussiness, dane-retailling. internet, perbuatannya
E-commerce telah banyak menggunakan sarana elektronik.
digunakan khususnya di Indonesia Sehingga penipuan menggunakan
seiring dengan meningkatnya sarana elektronik dapat pula
pengguna internet di tanah air. E- dikenakan pasal 378 Kitab
commerce sendiri sebelum Undang - Undang Hukum Pidana.
keluarnya Undang – Undang Dengan munculnya undang
– undang tentang Informasi dan
1
Andi Hamzah, Aspek – Aspek Pidana di
Transaksi Elektronik, maka
Bidang Komputer (Jakarta: Sinar Grafika terdapat dua hal penting, yakni
1990), halaman 25. yang pertama, pengakuantransaksi

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

elektronik dan dokumen mengenal teknologi. Karena


elektronik dalam kerangka hukum menggunakan jaringan publik,
perikatan dan hukum pembuktian, maka masalah keamanan menjadi
sehingga kepastian hukum suatu hal yang sangat rentan dan
transaksi elektronik terjamin. perlu dicermati. Hal ini
Yang kedua, diklarifikasikannya memunculkan polemik dalam
tindakan – tindakan yang masyarakat, sebab salah satu
termasuk kualifikasi pelanggaran transaksi e-commerce
hukum terkait penyalahgunaan mendatangkan keuntungan, tetapi
teknologi informasi disertai di sisi lain juga memiliki
dengan sanksi pidananya. Dengan kelemahan dari segi keamanan
adanya pengakuan terhadap karena menggunakan jaringan
transaksi elektronik maka publik dan transaksinya bersifat
setidaknya kegiatan e-commerce tidak langsung (faceless nature).
mempunyai basis legalnya.Setelah Keuntungan yang diperoleh
memiliki basis legal atau konsumen melalui transaksi e-
pengaturan mengenai e-commerce, commerce antara lain dapat
sekarang perlu dikaji lagi memperoleh informasi tentang
mengenai penegakan hukumnya. produk – produk yang ditawarkan
Kerjasama antara kepolisian dengan lebih cepat, dapat
dengan masyarakat sangat menghemat waktu dalam memilih
dibutuhkan agar pihak kepolisian produk yang diinginkan sesuai
dapat menyelesaikan kasus dan dengan kemampuan atau
memberantas pelaku tidak pidana keuangan konsumen karena
e-commerce serta melindungi biasanya produk yang ditawarkan
masyarakat dalam hal ini disertai pula secara lengkap merk
konsumen dari rasa takut untuk dan harganya.
melakukan transaksi jual beli di Perkembangan pesat
dunia maya. pemanfaatan jasa internet tersebut
Di Indonesia fenomena e- ternyata menimbulkan dampak
commerce sudah dikenal sejak negatif lain, yaitu dalam bentuk
tahun 1996 meskipun tidak begitu kejahatan dan pelanggaran, yang
populer.Kemudian mulailah kemudian muncul istilah
bermunculan berbagai situs yang cybercrime, yang merupakan
melakukan transaksi e-commerce. perkembangan lebih lanjut dari
Namun sepanjang tahun 1997 computercrime. Pengertian dari
sampai dengan tahun 1998 cybercrime itu sendiri adalah
eksistensi e-commerce di tindak kriminal yang dilakukan
Indonesia sedikit terabaikan dengan menggunakan teknologi
karena krisis ekonomi. Tetapi, komputer sebagai alat kejahatan
mulai tahun 1999 sampai dengan utama. Cybercrime adalah
tahun 2006 transaksi e-commerce kejahatan yang memanfaatkan
kembali menjadi fenomena yang perkembangan teknologi
menarik perhatian meskipun computer khususnya
masih sebatas pada minoritas internet.Cybercrime didefinisikan
masyarakat Indonesia yang sebagai perbuatan melanggar

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

hukum yang memanfaatkan penelitian ini adalah sebagai


teknologi komputer yang berbasis berikut:
pada kecanggihan perkembangan 1. Bagaimana kebijakan hukum
teknologi internet. 2 Tidak adanya pidana dalam mengatur
bentuk fisik dari sebuah toko perlindungan konsumen
online dalam transaksi jual beli di dalam transaksi jual beli
dunia maya ini menjadi salah satu online(e-commerce) di
kendala bagi penegak hukum Indonesia?
untuk memberantas cybercrime. 2. Bagaimana pelaksanaan
Namun demikian kalangan penegakan hukum terhadap
masyarakat tidak perlu takut tindak pidana penipuan jual
karena kejahatan jenis ini juga beli online(e-commerce)
bisa meninggalkan jejak yang tersebut?
sangat membantu para penyidik. 3. Apa sajakah kendala yang
Sebaiknya perlindungan dihadapi para penegak hukum
konsumen dalam transaksi dalam pelaksanaan
jual/beli dalam e- perlindungan pidana terhadap
commerce harus benar – benar konsumen dalam transaksi
diperhatikan terlebih agar para jual beli online(e-commerce)?
konsumen atau pembeli merasa
aman dalam melakukan transaksi II. METODE PENELITIAN
dan merasa nyaman apabila Metode pendekatan yang
terjadi suatu permasalahan digunakan oleh penulis dalam
(kerugian), karena setidaknya penulisan hukum ini adalah
terdapat peraturan dan sanksi yuridis - normatif yang
yang akan diberikan kepada didukung dengan penelitian
pelaku usaha atau penjual yang empirik. Yuridis – empirik
melakukan kecurangan. 3 Oleh digunakan untuk mencari data
karena itu penulis mengangkat digunakan untuk memperoleh
perihal tersebut dalam suatu data di lapangan berkaitan
skripsi dengan dengan permasalahan
judul ”Perlindungan Hukum perlindungan hukum pidananya.
Pidana Terhadap Konsumen Sedangkan yuridis – normatif
Dalam Transaksi Jual/Beli Online digunakan untuk mencari data
(E-Commerce) di Indonesia” sekunder yang berkaitan dengan
perlindungan hukum pidana
Perumusan Masalah dalam permasalahan transaksi
Adapun permasalahan yang jual beli online. Dengan kata lain
diketengahkan dan hendak suatu cara atau prosedur yang
ditemukan jawabannya dalam digunakan untuk memecahkan
masalah dengan mengadakan
penelitian terhadap data primer.4
2
Abdul Wahid dan M. Labib,Kejahatan Spesifikasi penelitian yang
Mayantara (Cybercrime), (Bandung:
RefikkaAditama, 2005), halaman 33 4
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi
3
https://www.rizkyameliadewi.blogspot.com, Penelitian Hukum dan Jurimeki, (Jakarta:
diakses pada 1 Maret 2016 Ghalia Indonesia, 1998), halaman 11

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

digunakan penulis dalam a) Data Primer


penulisan hukum ini adalah Data primer
deskriptif analitis karena adalah data yang
penelitian ini mendeskripsikan diperoleh peneliti
secara terperinci fenomena secara langsung (dari
sosial yang menjadi pokok tangan pertama).
permasalahan.Suatu penelitian Metode pengumpulan
deskriptif dimaksudkan untuk data primer diperoleh
meberikan data seteliti mungkin dari wawancara di
tentang manusia, keadaan atau lapangan, yaitu dari
gejala – gejala lainnya. 5 para pihak yang telah
Spesifikasi penelitian ini ditentukan sebagai
bertujuan menggambarkan narasumber seperti dari
peraturan yang berlaku secara satu pihak konsumen
menyeluruh dan sistematis, toko onlinedalam hal
kemudian dilakukan pemecahan ini forum jual beli
masalah yang didukung oleh kaskusserta satu pihak
data – data yang konsumen tokopedia,
diperoleh.Setelah dilakukan serta pihak Hubungan
penelitian, dapat diperoleh Masyarakat Kepolisian
gambaran tentang hal – hal yang Republik Indonesia.
bersifat umum yang kemudian b) Data Sekunder
dapat dijadikan jawaban atas Data
permaslaahan yang terjadi. sekunder adalah data
Sedangkan penelitian analitis yang diperoleh peneliti
adalah penelitian yang mencoba dari sumber yang sudah
menggali bagaimana dan ada. Metode
mengapa suatu fenomena dapat pengumpulan data
terjadi. Kemudian melakukan dilakukan dengan
analisis dinamika korelasi antara penelitian kepustakaan
fenomena, baik antara faktor untuk mendapatkan
resiko dan faktor efek. Yang landasan teoritis berupa
dimaksud faktor resiko adalah peraturan perundang –
suatu fenomena yang undangan maupun
mengakibatkan terjadinya efek berbagai literatur,
(pengaruh), sedangkan faktor seperti dokumen –
efek adalah suatu akibat dari dokumen resmi, buku –
adanya faktor resiko. buku, hasil – hasil
Teknik pengumpulan data penelitian yang
dilakukan dengan cara berwujud laporan, dan
inventarisasi bahan penelitian sebagainya.
hukum yang diperlukan dalam .
penelitian ini, yaitu: III. HASIL PENELITIAN
A. Kebijakan Hukum Pidana
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Dalam Mengatur Perlindungan
Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Konsumen Transaksi Jual Beli
PESS, 1986), halaman 10

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Online(E-Commerce) di harus mempunyai


Indonesia keseimbangan antara sarana
a. Upaya Penanggulangan penal dan non penal. Dilihat
Kejahatan Melalui Hukum dari sudut pandang politik
Pidana kriminal, kebijakan paling
Penggunaan hukum pidana strategis yaitu melalui sarana
dalam mengatur masyarakat non penal karena lebih bersifat
pada hakekatnya merupakan preventif.7
bagian dari suatu langkah Walaupun demikian
kebijakan. Selanjutnya untuk kebijakan penal tetap diperlukan
menentukan bagaimana suatu dalam penanggulangan
langkah yang rasional dalam kejahatan, karena hukum pidana
melakukan kebijakan tidak pula merupakan salah satu kebijakan
dipisahkan dari tujuan sosial untuk menyalurkan
kebijakan pembangunan itu ketidaksukaan masyarakat (social
sendiri secara integral. Dengan dislike) atau pencelaan /
demikian dalam usaha untuk kebencian sosial (social
menentukan suatu kebijakan disapproval / social abhorrence)
apapun, selalu terkait dan tidak yang sekaligus juga diharapkan
terlepas dari tujuan menjadi sarana perlindungan
pembangunan nasional itu sosial (social defence).
sendiri yaitu bagaimana b. Pengertian Kebijakan Hukum
mewujudkan kesejahteraan Pidana
bagi masyarakat. Perkembangan globalisasi
Upaya serta kemajuan teknologi
penanggulangan kejahatan informasi menuntut pembaharuan
secara garis besar dapat dibagi hukum pidana sebagian dari
dua jalur, yaitu jalur penal kebijakan hukum pidana yang
(hukum pidana) dan lewat jalur berlaku sesuai dengan nilai –
non penal (di luar hukum nilai masyarakat Indonesia.
pidana). Sarana kebijakan Penanggulangan terhadap tindak
penanggulangan kejahatan pidana e-commerce perlu
dilakukan dengan diimbangi dengan pembenahan
menggunakan sarana penal, dan pembangunan sistem hukum
maka kebijakan hukum pidana pidana secara menyeluruh.
(penal policy) harus Kebijakan hukum pidana
diperhatikan dan mengarah merupakan hal penting dalam
pada tercapainya tujuan dari perkembangan hukum pidana
kebijakan sosial berupa social modern.
walfare dan social defence. 6 Melaksanakan politik hukum
Penanggulangan kejahatan Pidana berarti mengadakan
pemilihan untuk mencapai hasil
6
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan perundang – perundangan pidana
Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam yang baik dalam arti memenuhi
Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007),
7
Halaman 77 Ibid, Halaman 78

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

rasa keadilan dan daya guna. lama empat tahun, pasal 62


Selain itu dalam melaksanakan Undang – Undang Perlindungan
politik hukum pidana berarti Konsumen dengan sanksi pidana
usaha mewujudkan peraturan penjara paling lama lima tahun
perundang – undangan pidana atau pidana denda paling
yang sesuai dengan keadaan dan banyakRp. 2.000.000.000,00
situasi pada waktu dan untuk (dua milyar rupiah), dan pasal
masa yang akan datang.8 28 ayat (1) Undang – Undang
c. Aspek Pidana Dalam Informasi dan Transaksi
Perlindungan Konsumen Elektronik tentang menyebarkan
Dalam Transaksi Jual Beli berita bohong dan menyesatkan
Dalam E-Commerce yang mengakibatkan kerugian
Aspek pidana yang konsumen dalam transaksi
terdapat dalam peraturan elektronik dengan sanksi pidana
perundang – undangan yang penjara paling lama enam tahun
berkaitan dengan transaksi dan/atau denda paling banyak
elektronik adalah bahwa di Rp. 1000.000.000,00 (satu
dalamnya orang mengenal milyar rupiah).
adanya suatu kesengajaan untuk
memberikan suatu akibat hukum B. Pelaksanaan Penegakan
berupa bijzondereleed atau suatu Hukum Terhadap Tindak
penderitaan yang bersifat khusus Pidana Penipuan Jual Beli
dalam bentuk suatu hukuman Online(E-Commerce)
kepada mereka yang telah a. Melakukan Pelaporan
melakukan suatu pelanggaran Kepada Kepolisian
terhadap keharusan – keharusan Apabila telah terjadi
atau larangan – larangan yang kejahatan penipuan dunia maya
telah ditentukan di dalamnya.9 masyarakat dapat
Dalam melaporkannya kepada
hal pelaku usaha atau penjual penegak hukum (polisi) disertai
ternyata menggunakan identitas bukti awal berupa data atau
palsu atau melakukan tipu informasi elektronik dan/atau
muslihat dalam jual beli online, hasil cetaknya. Jika kasus
maka pelaku usaha dapat tersebut ditindaklanjuti oleh
dijatuhkan pidana untuk penegak hukum dalam sebuah
memberikan efek jera pada proses penyelidikan/penyidikan,
pelaku salah satunya dalam maka penegak hukum akan
Kitab Undang – Undang Hukum menelusuri sumber dokumen
Pidana berdasarkan pasal 378 elektronik tersebut. Dalam
Kitab Undang – Undang Hukum praktiknya, biasanya pertama-
Pidana tentang penipuan dengan tama penegak hukum akan
sanksi pidana penjara paling melacak keberadaan pelaku
dengan menelusuri alamat
8
Ibid, Halaman 25 Internet Protocol (IP Address)
9
P. A. F Lamintang, Dasar Dasar Hukum pelaku berdasarkan log IP
Pidana Indonesia(Bandung: PT. Citra Address yang tersimpan dalam
Aditya Bakti,1997), Halaman 16

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

server pengelola penyelidikan/penyidikan kasus-


website/homepage yang kasus cybercrime.
dijadikan sarana pelaku dalam b. Perlakuan Hukum
melakukan penipuan. Penipuan secara online
Permasalahannya adalah, pada prinisipnya sama dengan
penegak hukum akan menemui penipuan konvensional. Yang
kesulitan jika membedakan hanyalah pada
website/homepage tersebut sarana perbuatannya yakni
pemiliknya berada di luar menggunakan sistem elektronik
wilayah yurisdiksi Indonesia (komputer, internet, perangkat
(seperti facebook, google, telekomunikasi). Sehingga
twitter, yahoo, dan lain – lain). secara hukum, penipuan secara
Meskipun saat ini penegak online dapat diperlakukan sama
hukum (polisi maupun sebagaimana delik
Penyidik Pegawai Negeri konvensional yang diatur dalam
Sipil/PPNS Kementerian Kitab Undang-Undang Hukum
Komunikasi dan Informatika) Pidana.
telah bekerja sama dengan Dasar hukum yang
beberapa pengelola digunakan untuk menjerat
website/homepage di luar pelaku penipuan saat ini adalah
wilayah Indonesia, dalam Pasal 378 KUHP, yang
praktiknya tidak mudah untuk berbunyi sebagai berikut:
mendapatkan IP address "Barang siapa dengan maksud
seorang pelaku yang diduga untuk menguntungkan diri
melakukan tindak pidana sendiri atau orang lain dengan
dengan menggunakan layanan melawan hukum, dengan
website/homepage tertentu. memakai nama palsu atau
Hal ini martabat palsu, dengan tipu
disebabkan adanya perbedaan muslihat ataupun dengan
prosedur hukum antar-negara. rangkaian kebohongan
Meskipun pemerintah antar- menggerakkan orang lain
negara melalui aparat penegak untuk menyerahkan sesuatu
hukumnya telah membuat benda kepadanya, atau
perjanjian Mutual Legal supaya memberi hutang
Asistance (MLA) atau maupun menghapuskan
perjanjian bantuan hukum piutang, diancam karena
timbal balik, pada penipuan dengan pidana
kenyataannya MLA tidak serta penjara paling lama 4 tahun."
merta berlaku dalam setiap Sedangkan, jika
kasus yang melibatkan antar- dijerat menggunakan UU No.
negara. Permasalahan 11 Tahun 2008 tentang
yurisdiksi inilah yang Informasi dan Transaksi
seringkali menjadi penyebab Elektronik, maka pasal yang
tidak dapat diprosesnya atau dikenakan adalah pasal 28
tertundanya ayat (1), yang berbunyi
sebagai berikut:

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

“(1) Setiap Orang dengan untuk melengkapi


sengaja dan tanpa hak persyaratan tersebut.
menyebarkan berita bohong C. Kendala – Kendala yang
dan menyesatkan yang Dihadapi Para Penegak
mengakibatkan kerugian Hukum dalam Pelaksanaan
konsumen dalam Transaksi Perlindungan Pidana
Elektronik.” Terhadap Konsumen dalam
Ancaman pidana dari Transaksi Jual Beli Online (E-
pasal tersebut adalah penjara Commerce)
paling lama 6 (enam) tahun Sebagai salah satu tindak
dan/atau denda paling banyak pidana baru, penegakan hukum
1 miliar rupiah (Pasal 45 ayat terhadap pelaku cybercrime di
(2) UU ITE). Indonesia terlihat masih banyak
Untuk mengalami permasalahan
pembuktiannya, penegak ataupun kendala. Apabila hal
hukum bisa menggunakan ini tidak segera ditangani maka
bukti elektronik dan/atau akan semakin membuka peluag
hasil cetaknya sebagai bagi para calon – calon pelaku
perluasan bukti sebagaimana cybercrime untuk selalu
Pasal 5 ayat (2) UU ITE, di mengembangkan bakat jahat
samping bukti konvensional mereka di dunia maya. Berikut
lainnya sesuai dengan Kitab adalah berbagai permasalahan
Undang-Undang Hukum atau kendala dalam
Acara Pidana. penanggulangan cybercrime,
Bunyi Pasal 5 UU ITE: antara lain:10
“(1) Informasi Elektronik 1) Bukti Digital
dan/atau Dokumen Pencarian alat
Elektronik dan/atau bukti digital
hasil cetaknya merupakan hal
merupakan alat bukti yang masih sulit
hukum yang sah. dilakukan, karena
(2) Informasi Elektronik membutuhkan
dan/atau Dokumen kemampuan dan
Elektronik dan/atau sarana prasarana
hasil cetaknya yang memadai
sebagaimana dimaksud untuk
pada ayat (1) mendapatkan bukti
merupakan perluasan tersebut.
dari alat bukti yang sah Meskipun di Polda
sesuai dengan Hukum Jawa Tengah
Acara yang berlaku di sudah memiliki
Indonesia.” teknis penyidikan
1) syarat permohonan melalui
izin usaha perikanan.
Sehingga mereka
10
sering bolak balik Joko Susilo, Wawancara, Kepolisian
Daerah Jawa Tengah, Loc.cit

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

laboratorium kepolisian masih


forensik untuk kurang dalam hal
cybercrime, tindak jumlah dan
pidana dunia maya kualitas. Maka
masih sulit untuk dari itu sangat
ditanggulangi. diperlukan
Mengingat pelatihan untuk
semakin lihai para mendidik penyidik
pelaku cybercrime kepolisian untuk
dalam aksinya, bisa memahami
misalnnya dengan dan menguasai
menggunakan modus – modus
rekening palsu operandi dari
sehingga penyidik pelaku
kepolisian sulit cybercrime.
untuk 4) Kesadaran dan
mengungkap dan Perhatian
menangkap pelaku Masyarakat
cybercrime. Kesadaran dan
2) Perbedaan perhatian
Pendapat masyarakat untuk
Perbedaan melaporkan kasus
pendapat yang cybercrime kepada
terjadi diantara polisi masih
aparat penegak sangat minim.
hukum dalam hal Sebagian
menafsirkan masyarakat merasa
cybercrime yang tak masalah
terjadi dengan karena hanya
penerapan pasal kehilangan uang
oleh masyarakat, seratus ribu
penyidik, penuntut rupiah, mengapa
umum, dan hakim harus repot – repot
akan berpengaruh melaporkan?
terhadap Mereka
penyelesaian kasus beranggapan di
tersebut, sehingga tahap persidangan
menimbulkan nanti akan
ketidak pastian membutuhkan
hukum bagi para dana lagi dan dana
korban yang tersebut melebihi
mencari keadilan. kerugian yang
3) Kemampuan mereka derita.
Penyidik Padahal
Secara umum seharusnya
penyidik masyarakat tetap

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

melaporkan pada terbaru yaitu Undang –


polisi apabila Undang No. 7 Tahun
terjadi cybercrime 2014 tentang
agar membantu Perdagangan, dimana
penegak hukum aspek pidana yang ada
untuk didalamnya sangat berat
memberantas para dan memiliki efek jera
pelaku yang terhadap pelakunya.
selama ini 2. Pelaksaan penegakan
berkeliaran di hukum pidana terhadap
dunia maya. tindak pidana penipuan
secara online dapat
IV. PENUTUP dilakukan dengan cara
A. Kesimpulan melaporkannya kepada
Berdasarkan pembahasan penegak hukum (polisi)
atas permasalahan di atas, disertai bukti awal berupa
maka dapat diambil data atau informasi
kesimpulan sebagai berikut: elektronik dan/atau hasil
1. Kebijakan hukum pidana cetaknya. Jika kasus
terhadap konsumen dalam tersebut ditindaklanjuti
transaksi jual beli online oleh penegak hukum
(e-commerce) telah diatur dalam sebuah proses
secara jelas di dalam penyelidikan/penyidikan,
Undang – Undang No. 11 maka penegak hukum
Tahun 2008 tentang akan menelusuri sumber
Informasi dan Transaksi dokumen elektronik
Elektronik. KUHP tetap tersebut. Dalam
dipakai oleh aparat praktiknya, biasanya
penegak hukum untuk pertama-tama penegak
menyelesaikan kasus hukum akan melacak
cybercrime. Selain itu, keberadaan pelaku
juga telah diatur dalam dengan menelusuri alamat
Undang – Undang Internet Protocol (IP
Perlindungan Konsumen Address) pelaku
karena sebagian besar berdasarkan log IP
korban transaksi Address yang tersimpan
elektronik merupakan dalam server pengelola
konsumen onlineshop, website/homepage yang
yang mana transaksi dijadikan sarana pelaku
sebagian besar dilakukan dalam melakukan
dengan cara transaksi penipuan. Dasar hukum
online. Di samping ketiga yang digunakan untuk
Undang – Undang menjerat pelaku penipuan
tersebut, di Indonesia saat ini adalah Pasal 378
ternyata memiliki Undang KUHP, sedangkan jika
– Undang perdagangan dijerat menggunakan UU

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

No. 11 Tahun 2008 informatika untuk


tentang Informasi dan mendapatkan bantuan dari
Transaksi Elektronik, ahli dibidang teknologi
maka pasal yang informasi dan dapat
dikenakan adalah pasal 28 mengirim surat
ayat (1). Ancaman pidana permintaan pembukaan
dari pasal tersebut adalah data nasabah kepada
penjara paling lama 6 Pimpinan Bank Indonesia
(enam) tahun dan/atau melalui Kepala
denda paling banyak 1 Kepolisian Republik
miliar rupiah (Pasal 45 Indonesia, serta aparat
ayat (2) UU ITE). Untuk penegak hukum telah
pembuktiannya, penegak memberikan penyuluhan
hukum bisa menggunakan di daerah – daerah
bukti elektronik dan/atau melalui Kamtibnas agar
hasil cetaknya sebagai masyarakat paham
perluasan bukti mengenai dampak tindak
sebagaimana Pasal 5 ayat pidana transaksi jual beli
(2) UU ITE, di samping online, sehingga dapat
bukti konvensional mencegah terjadinya
lainnya sesuai dengan kasus – kasus yang sama
Kitab Undang-Undang di kemudian hari.
Hukum Acara Pidana.
3. Kendala yang dialami B. Saran
oleh aparat penegak 1. Pemerintah perlu
hukum dalam melakukan secepatnya membuat
pemberantasan tindak peraturan pelaksana
pidana dalam transaksi Undang – Undang No. 7
jual beli online adalah Tahun 2014 tentang
dalam mengetahui posisi Perdagangan, agar benar
atau keberadaan pelaku – benar dapat digunakan
penipuan dan untuk untuk melindungi dan
membuka data nasabah memberantas pelaku
penipuan karena terkait cybercrime.
rahasia perbankan, serta 2. Kepada penegak hukum
alat bukti yang kerap sulit seharusnya sudah mulai
dicari. Selain itu juga mempelajari dan
kesadaran hukum dalam memahami Undang –
masyarakat untuk Undang No. 7 Tahun
melaporkan tindak pidana 2014 tentang
tersebut masih rendah. Perdagangan, karena
Untuk penyelesaian atas sanksi pidananya sangat
kendala tersebut pihak berat dan dapat
penyidik dapat bekerja menimbulkan efek jera
sama dengan pihak kepada pelaku cybercrime.
komunikasi dan Sehingga masyarakat

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dapat terlindung dan Indonesia, Bandung: PT.


merasa nyaman dalam Citra Aditya Bakti
bertransaksi secara online. Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar
3. Diharapkan kepada pihak Penelitian Hukum, Jakarta:
pemerintah dan aparat Universitas Indonesia PESS
penegak hukum untuk Soemitro, Ronny Hanitijo, 1998,
memperbanyak sosialisasi Metodologi Penelitian
mengenai e-commerce, Hukum dan Jurimeki, Jakarta:
UU ITE, dan UUPK agar Ghalia Indonesia
masyarakat mengetahui Wahid, Abdul dan M. Labib, 2005,
bahwa di Indonesia sudah Kejahatan Mayantara
ada Undang – Undang (Cybercrime), Bandung:
yang melindungi RefikkaAditama
masyarakat dalam
melakukan transaksi PERATURAN-PERATURAN
elektronik. Kitab Undang – Undang Hukum
4. Bagi para korban Pidana
transaksi elektronik Kitab Undang – Undang Hukum
disarankan agar tidak Acara Pidana
takut melapor atau Undang - Undang No. 8 Tahun 1999
mengadukan kepada tentang Perlindungan Konsumen
pihak yang berwenang Undang - Undang No. 11 Tahun
apabila hak – haknya 2008 tentang Informasi dan
dilanggar oleh pelaku Transaksi Elektronik
usaha. Undang - Undang No. 7 Tahun 2014
tentang Perdagangan
V. DAFTARPUSTAKA
BUKU WAWANCARA
Arief, Barda Nawawi, 2007, Joko Santosa, Wawancara,
Masalah Penegakan Hukum Kepolisian Daerah Jawa Tengah,
dan Kebijakan Hukum (Semarang: 25 Mei 2016)
Pidana dalam Azka Faizan, Wawancara,
Penanggulangan Kejahatan, Konsumen toko onlinekaskus,
Jakarta: Kencana (Semarang: 27 Mei 2016)
Prenada Media Group Yanuar Hendra Turyono,
Hamzah, Andi, 2013, Aspek – Wawancara, Konsumen Tokopedia,
Aspek Pidana di Bidang (Semarang: 28 Mei 2016)
Komputer , Jakarta: Sapta
Arta Jaya INTERNET
Lamintang, P.A.F, 1997, Dasar - https://www.rizkyameliadewi.blogsp
Dasar Hukum Pidana ot.com, diakses pada 1 Maret 2016

13

Anda mungkin juga menyukai