Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | KASUS STUDI

Penghawaan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan


Aula Timur ITB
Muhammad Fahry Aziz(1), Bambang Setia Budi(2)
fahry azizm@gmail.com

(1)
M ata Kuliah A rsitektur Kolonial, Jurusan Desain Interior, F akultas S eni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.
A sisten P rofesor, Kelompok Keahlian S ejarah Teori dan kritik A rsitektur, P rogram S tudi Teknik A rsitektur, Institut Teknologi
(2)

Bandung.

Abstrak

Berpuluh-puluh tahun telah berlalu semenjak masa-masa penjajahan kolonial Belanda, namun masih
ada beberapa macam peninggalan dan sejarah yang melekat kuat pada kebudayaan di Indonesia.
Terutama pada aspek bangunan dan pembuatannya, masih banyak juga bangunan peninggalan
Belanda saat ini, ada yang dijadikan cagar budaya, di alih fungsikan, bahkan ada juga yang tidak
mendapat perhatian dari pemerintah yang akhirnya dihancurkan. Tujuan dari studi kasus ini akan
berfokus pada bangunan yang ada yaitu Aula Barat dan Timur ITB, bagaimana bangunan tersebut
masih terasa nyaman walaupun umurnya hampir 1 abad, dan walaupun bangunan tersebut hanya
digunakan untuk bangunan administrasi atau lainnya, apakah terdapat pengaruh psikologi yang
dapat dirasakan oleh penggunanya dari rasa penghawaan yang ada. Adapun juga terdapat beberapa
filosofi yang diimplementasikan pada objek pada Aula Timur dan Aula Barat ITB seperti akulturasi
berbagai budaya di Indonesia dan bagaimana keberagaman yang abstrak dikemas ulang dengan
lebih praktis dan eksekusinya pada bangunan ini.

Kata-kunci : interior, interaksi, psikologi, penghawaan,

Pendahuluan

Arsitektur kolonial banyak terdapat dan tersebar di beberapa kota bekas penjajahan Belanda di
Indonesia. Peninggalan arsitektur kolonial sendiri menjadi daya tarik yang sarat dengan nilai sejarah
yang tinggi. Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang banyak terdapat karya arsitektur
kolonialnya. Hal tersebut terjadi akibat kebijakan dari Gubernur Jenderal J.P. de Graaf van Limburg
Stirum yang pada tahun 1915 yang ingin memindahkan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia ke
Bandung. Beliau beralasan bahwa Kota Bandung dianggap lebih nyaman untuk dit inggali dengan
suhu udara yang sejuk. Oleh karenanya, pemerintah Belanda akhirnya mendatangkan sejumlah
arsitek handal dari negaranya untuk merencanakan tata kota serta pembangunan di Kota Bandung.
Keberadaan karya-karya tersebut menunjukkan bahwa kota Bandung pernah menjadi pusat kegiatan
kolonial pada masanya dan menjadi bagian penting dari sejarah kolonial d i Indonesia. Selain itu
terjadi pula akulturasi budaya yang harmonis dalam karya-karya arsitektur Indo-Eropa. Bangunan
bangunan di Bandung yang masih ada saat ini cukup banyak contohnya adalah Aula Barat dan Timur
ITB, Kantor Pos Besar, Gedung PLN, Gedung Merdeka dan Museum KAA, Bank OCBC NISP, Hotel
Savoy Homann, Gedung Sate, dan masih banyak lagi lainnya. Ada sebagian bangunan yang dapat
diakses langsung, dan juga sangat sulit dan membutuhkan banyak izin dari berbagai pihak, bahkan
terdapat beberapa bangunan yang sudah bisa dikunjungi lagi karena menjadi sebuah markas
angkatan militer.

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 455


Penghaw aan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB

Tujuan dari pembahasan saat ini adalah mencari tahu kembali pengaruh-pengaruh yang diberikan
oleh berbagai elemen interior, eksterior, dan juga bangunan. Nyawa dari tiap objek yang dibahas
dan secara tidak langsung mempengaruhi suasana pengguna Aula Barat dan Timur ITB. Dapat
dikatakan pembahasan bangunan ini melalui pendekatan ilmu interior, namun harus dipahami bahwa
interior sendiri adalah ilmu yang multidisip lin dimana banyak aspek yang membangun. Dan
pembahasan bagaimana tiap-tiap elemen tadi dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan
pengguna didalamnya tentang sifat -sifat dan karakteristik mereka masing-masing.

Kegiatan

Bangunan yang akan menjadi fokus saat ini adalah bangunan Aula Barat dan Timur ITB yang dapat
dikatakan mudah dijangkau untuk semua orang untuk diambil data dan survei secara langsung.
Bangunan ini sudah lama d ibangun oleh arsitek Belanda bernama Henry Maclaine Pont, arsitek ini
merupakan arsitek yang melahirkan arsitek indisch , sebuah gaya dan ciri khas yang
mengakult urasikan antara unsur Nusantara dengan unsur Eropa ke dalam bangunan. Aula Barat dan
Timur dibangun pada tahun 1918 dan selesai pada tahun 1920. Bangunan ini merupakan bangunan
yang menjadi tiang pembangunan ITB, menjadi bangunan yang sering digunakan dalam berbagai
acara sesuai fungsinya hingga saat ini juga demikian adanya. Pada saat itu gedung tersebut masih
digunakan sebagai gedung administrasi dan juga gedung kuliah.

W alaupun sifatnya sementara dan dibangun secara mendadak, namun gedung tersebut ternyata
berumur panjang, setelah kemudian terus digunakan secara berturutan untuk kursus penera,
praktikum geodesi, Laboratorium Kimia Bahan Anorganik (di bawah naungan Laboratorium voor
materialenkennis en onderzoek van bouwstoffen atau Laboratorium Penelitian Material dan
Pengetahuan Bahan Bangunan), kursus guru gambar, hingga terakhir digunakan menjadi gedung
perkuliahan dan studio Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Beberapa renovasi bangunan
telah dialami bangunan ini, baik berupa penyekatan ruang untuk studio -studio, ruang dosen,
penambahan gedung antara lain "Galeri Soemardja" (yang lama), pembangunan tungku bakar
gerabah, hingga akhirnya komplek bangunan tersebut penuh sesak dan berkesan kumuh. Akhirnya
di sekitar tahun 1992 komplek hulpgebouwen yang merupakan bangunan tertua di kampus ini
dibongkar total dan dibangun kembali menjadi Gedung Seni Rupa yang baru. Hulpgebouwen bagian
utara lebih dahulu dibongkar sekitar tahun 1992, di atasnya dibangun gedung FSRD berlantai empat,
berikutnya hulpgebouwen bagian selatan dan sisa bangunan lama ikut dibongkar pada pertengahan
tahun 1993.

Psikologi

Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam artian luas psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu
secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan
ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga
Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses
mental. Dalam perkembangannya penataan interior dapat mempengaruhi psikologi seseorang. Ada
beberapa unsur ruang yang dapat me mengaruhi sisi psiko logis, seperti warna, bentuk, garis, tekstur,
suara, bau, dan berbagai gambar dan simbol yang memiliki dampak terhadap keadaan emosi, juga
karakteristik psikologi manusia.

Salah satu aspek desain interior yang dapat mempengaruhi Psikolo gis adalah penggunaan warna
pada desain interior itu sendiri. Pada dasarnya setiap warna memiliki potensi untuk memberikan
kesan positif maupun negatif kepada pengguna ruang. Yang akan mempengaruhi perilaku pengguna
dan juga keadaan psikologis pengguna.

A 456 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017


Muhammad Fahry Aziz

Gambar 1. Aula Timur dan Barat ITB merupakan salah satu bangunan yang bersejarah di Bandung dibuat oleh
beberapa Arsitek terkenal, banyak aspek yang terdapat di bangunan ini sendiri, sangat tradisional dan unik
menjadi ciri khas bangunannya dan akar dari pembangunan di ITB. (Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi, 2014.)

Gambar 2. Isi dalam bangunan Aula Timur. Pondasi dan ciri khas bangunannya masih asli yang sudah bertahan
puluhan tahun menjadi wadah berbagai macam kegiatan yang ada di ITB.

Mulai dari pondasi yang terdapat di Aula timur dan barat. Pondasi in i baru saja direstorasi,
pondasinya awalnya diberikan plitur yang berwarna hitam pekat doff, membuat warna dan keaslian
Nusantara Indonesia yang sering menggunakan kayu sebagai bahan utama pembuatan sebuah
bangunan. Dalam interior, sebuah kayu memiliki sifat yang merangkul, memberikan kesan yang

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 457


Penghaw aan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB

hangat dalam sebuah bangunan. Banyak pendapat dan artikel beberapa penulis bahwa pondasi-
pondasi dan struktur yang terdapat pada Aula Barat dan Timur ITB tak lekang oleh waktu, bersifat

Gambar 3 dan 4. Pondasi yang telah direstorasi dihilangkan warna plitur yang awalnya menghilangkan kesan
asli dan tradisional Nusantara. Restorasi ini telah dibuat pada tahun 2013 lalu yang diketuai oleh dosen
Arsitektur ITB yaitu Dr.Eng. Bambang Setiabudi, ST., MT.
( Sumber Foto : https://rinaldimunir.wordpress.com/2013/11/16/wajah-baru-aula-barat-itb-setelah-restorasi/ )

kontemporer yang mengikuti zaman walaupun umurnya hampir 1 abad lamanya.

Masih material yang sama yaitu kayu, material ini menjadi material utama yang digunakan pada
bangunan demi menjaga keunikan dan tradisionalnya, orisinalitas kayu menjadi sebuah estetika
yang tidak dapat dipungkiri, dari serat, warna, ketahanan, dan efeknya pada lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya, yang akan dibahas adalah pintu dari Aula Barat dan Timur, tidak banyak perubahan
pada pintu ini, namun sebagian sistem dari pintu tersebut meman g harus diubah karena sudah tidak
berfungsi dengan baik, namun masih menjaga keasliannya. Pintu ini memiliki kaca, membuat cahaya
masuk dengan mudah dan cukup menyumbang cahaya yang masuk dan membantu kegiatan
didalamnya.

Gambar 5. Pintu yang memiliki kaca untuk memudahkan masuknya


cahaya, bentuk cembung yang terbentuk juga terdapat di pintu ini.
(Sumber Foto :
https://rinaldimunir.wordpress.com/2013/11/16/wajah-baru-aula-
barat-itb-setelah-restorasi/ )

A 458 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017


Muhammad Fahry Aziz

Jendela dan bouvenlicht juga ikut berperan penting pada pengaruh psikologi dan penghawaan di
dalam bangunan, secara fungsional jendela-jendela ini memberikan cahaya langsung untuk
menunjang berbagai aktifitas yang berada di dalam bangunan, namun disisi lain terdapat pengaruh
psikologi pada penggunanya. Seperti sinar matahari yang diterima oleh manusia, dalam psikologi
fenomena tersebut dapat meningkatkan mood dan produktivitas manusianya dan terdapat
penjelasan secara ilmiah seperti menerima vitamin D, berbagai hormon, yang akhirnya menimbulkan

Gambar 6 dan 7. Jendela dengan bentangan besar memudahkan cahaya langsung masuk kedalam bangunan
dengan mudahnya dan memberikan penerangan yang cukup untuk berbagai kegiatan di dalam bangunannya,
namun tidak berlebihan karena terdapat overstack yang melindungi dari cahaya maupun sinar yang berlebihan.
(Sumber foto : Video RESTORATION PROJECT - BARAKGEBOUW A | Technische Hoogeschool Te Bandoeng
( Aula Barat ITB ) )

suasana yang positif dan cara berpikir yang tenang dan mental yang fokus. Namun sempat menjadi
sebuah konflik dimana jendela-jendela tersebut ditutup atau di blokade dengan tirai dan semacam
dengan alasan-alasan yang pragmatis yang mengurangi fungsi dan pensuasanaan bangunan.

W alaupun sifat dari kayu merangkul, tapi di sisi lain berlawanan dengan aspek interior lainnya yaitu
langit-langit. Langit -langit ini dibuat cukup tinggi, mungkin secara fungsional membuat bangunan in i
menjadi lebih sejuk dan nyaman, namun apabila dipandang dari aspek psikologi ketinggian langit -
langit ini membuat Aula Barat dan Timur ITB terlihat megah dan luas, seperti halnya masjid yang
dibuat tinggi untuk membuat penggunanya merasa kecil dibandingkan kekuasaan dan kemegahan
Tuhannya. Bentangan-bentangan yang besar dan didukung oleh warna dinding yang putih membuat
bangunan ini terlihat lebih spacious.

Gambar 8 dan 9. Kemegahan Aula Barat dan Timur yang didapat dari struktur dan bentangan yang lapang
dengan warna dinding yang cerah membuatnya lebih terasa luas, namun secara tidak langsung material kayu di
pondasinya berkata seakan kemegahan yang merangkul dan menghangatkan ruangan tersebut. ( Sumber foto :
Video RESTORATION PROJECT - BARAKGEBOUW A | Technische Hoogeschool Te Bandoeng ( Aula Barat ITB ) )
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 459
Penghaw aan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB

Lalu pembahasan berlanjut menyinggung dimana kita berpijak. Sederhananya lantai, keindahan
lantai ini sering luput, padahal peran lantai sangat penting dalam membangun dan mendukung
keseluruhan interaksi yang dikomunikasikan kepada penggunanya. Seperti halnya yang sering
ditegaskan oleh Francis D.K. Ching bahwa elemen pembentuk ruang ialah lantai, dinding, dan langit -
langit. Sebagai contoh pernahkah anda melihat lantai-lantai kayu pada sebuah bangunan,
bagaimana keunikan dari tiap kayunya tidak terdapat serat yang sama, penyusunan yang begit u
rapat namun dari tiap papannya berbeda warna dan garis kayu tetapi tetap menghasilkan kesatu an
dan perbedaan yang harmonis. W alaupun begitu, berbeda kasus dengan lantai-lantai yang
digunakan pada bangunan Aula Barat dan Timur ITB yang warnanya lebih terang dan cerah,
mungkin saja lantai ini material aslinya begitu adanya atau menggunakan finishing doff yang
membuatnya terlihat tidak memantulkan banyak cahaya yang diterima sehingga tidak mengganggu
mata kita saat berada di dalam ruangan. Material dan senyawanya tidak menjadikannya sebagai
isolator yang baik, namun disitulah kelebihannya bahwa lantai ini mempertahankan suhu ruangan
tetap rendah dan membuat ruangan ini tetap sejuk dan nyaman. Dan terkadang apabila kita melihat
lantai-lantai in i, penyusunannya sangat rapi membuat lantai ini terlihat seperti satu lantai yang
membentang luas dari ujung ke ujung ruangan.

Gambar 10. Lantai yang rapi, bersuhu tetap rendah, dan tidak memantulkan cahaya berlebihan yang dapat
mengganggu mata, tidak mengurangi keindahan Aula barat dan Timur ITB dengan konsep Indischnya. Dan
lantai-lantai seperti ini sangat mirip dengan lantai-lantai yang sering digunakan bangunan lama Indonesia di Jawa
berdasarkan bangunan-bangunan yang saya perhatikan. ( Sumber foto : Dokumentasi Direktorat Sarana dan
Prasarana ITB, 2017. )
Setelah banyak bahasan tentang interaksi interior dan beberapa aspek terhadap penggunanya, tidak
lupa juga bahwa eksterior dari bangunan tersebut turut ikut serta dalam pengonsepan bangunan ini.
Perlu diketahui juga banyak bangunan lama pada zaman itu mulai beradaptasi dengan iklim
Indonesia seperti adanya overstack dan bentuk atapnya. Karena Aula Barat dan Timur ITB ini
merupakan akulturasi dari bangunan Indonesia dan penerapannya cukup signifikan pada bangunan
ini. Contoh penting adalah atapnya yang diambil dari salah satu atap rumah tradisional Sunda atau
sering disebut Julang Ngapak dengan filosofinya sebagai burung yang membentangkan sayapnya.
Membuat bangunan ini terlihat tradisional dan unik. Bangunan ini tidak dapat ditepis lagi
kebenarannya tentang konsep yang matang dan sejarah yang dibawanya sangat berharga,
kemegahan yang tidak lekang oleh waktu.
A 460 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Muhammad Fahry Aziz

Gmabar 11. Atap Aula Barat dan Aula Timur ITB

Pelajaran

Berbagai aspek yang terdapat pada bangunan ikut mendukung tiap bahasan di kegiatan ini, dari
lampunya, dinding, pondasi, lantai, langit -langit, jendela, pintu, dan aspek lainnya. Rasa nyaman dan
sejuk tetap dapat dirasakan dalam ruangan ini walaupun tidak terdapat pendingin ruangan di sudut -
sudut ruangan, kemegahan bangunan, akulturasi budaya, adaptasi iklim di Indonesia, dan hal-hal
yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi psikologis pengguna. Maka dari itu hal
tersebut menjadi titik penting perhatian saya dalam membahas sebuah bangunan dari sisi
penghawaan dan psikologinya, membuat orang merasakan banyak hal dalam ruangan tersebut
secara positif sejauh yang saya rasakan. Desainnya yang sangat memperhatikan berbagai aspek
sangatlah bermakna, apalagi interior sendiri merupakan ilmu multidisiplin, dan itulah tujuan dan
pengertian utama dari interior, bagaimana ruangan tersebut memiliki nyawa seakan hidup dan
berinteraksi dengan penggunanya.

Kesimpulan

Diharapkan artikel in i bisa meningkatkan kepekaan masyarakat -masyarakat awam tentang


bangunan-bangunan lama di Indonesia, lebih menghargai karya -karya yang tak lekang oleh waktu,
konservasi yang diperlukan di tiap aspek bangunannya. Restorasi bukanlah hal yang mudah, tiap
bangunan lama sudah pasti menyimpan sejarah, kepedulian pada lingkungan sekitar dan kreativitas
dalam bersolusi harus ada dalam darah, karena seharusnya pelestarian sebuah bangunan bukanlah
sebuah masalah.

Edukasi tentang bangunan lama dan cara pelestariannya harus dimulai dari masyarakatnya,
maksudnya adalah dari orang-orang yang berada di sekitar tempat itu, karena sangat disayangkan
apabila sejarah-sejarah lama h ilang begit u saja hanya karena pembangunan yang tidak
memperhatikan keberlangsungan lingkungan kedepannya, dan tentu banyak yang dapat dipelajari
dan memiliki hikmah yang cukup besar nantinya.

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Kampus_ITB_Ganesha
http://kabarkampus.com/2013/11/aula-kembar-itb-bangunan-bersejarah-yang-tak-lekang-oleh-waktu/
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 461
Penghaw aan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB
https://rinaldimunir.wordpress.com/2013/11/16/wajah-baru-aula-barat-itb-setelah-restorasi/
http://www.wewengkonsumedang.com/2013/09/julang-ngapak-filosofi-sebuah-bangunan.html
Eswari, A.W. (2014). Mengamati Metode Desain dari Henri Maclaine Pont
terhadap Gedung Aula Timur dan Barat ITB. Surakarta : Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas
Maret.
https://www.youtube.com/watch?v=-jLNys3cOuI berjudul RESTORATION PROJECT - BARAKGEBOUW A |
Technische Hoogeschool Te Bandoeng ( Aula Barat ITB ). 2013.

A 462 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Anda mungkin juga menyukai