Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN CA OVARIUM

OLEH KELOMPOK X

1. FARADILLA ATTAMIMI NIM : 132111014


2. YUDISTHIRA HARI WIJAYA NIM : 132111036
3. MUTIARA INDRIANI NIM : 132111016

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MH.THAMRIN JAKARTA
TA 2013/2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr…Wb…

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KEPERAWATAN
MATERNITAS yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN CA
OVARIUM .

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepeda

1. Ibu Lena Lusiana,S.kp, M.kes selaku dosen pembimbing kami


2. Ibu Ilah Muhafilah,S.kp,MKes selaku Ketua Prodi

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita

Wassalamualaikum Wr….Wb…

Jakarta, 20 November 2013

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakanng 2

I.2 Tujuan penulisan 3

BAB II TINJAUAN TEORI

II.1 Definisi penyakit 4

II.2 Anatomi fisiologi Ovarium 5

II.3 Klasifikasi 6

II.4 Etiologi 8

II.5 Patofisiologi 11

II.6 Manifestasi klinis 12

II.7 Komplikasi 13

II.8 Pemeriksaan Penunjang 13

II.9 Penatalaksanaan 14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

III.1 Pengkajian 15

III.2 Diagnosa 17

III.3 Intervensi 17

III.4 Evaluasi 19

BAB IV PENUTUP

IV.1 Kesimpulan 20

IV.2 Saran 20

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui


penyebabnya.Kanker Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74 tahun.
Penyebaran suatu kanker ovarium bisa menyebar kebagian yang lain,seperti daerah
panggul dan perut melalui getah bening dan melalui peredaran darah untuk menuju
kehati dan paru-paru.
Karsinoma ovarium adalah jenis epitel adalah penyebab utama kematian akibat
kanker ginekologi diamerika serikat. Pada tahun 2003 diperkirakan terdapat 25.400
kasus kanker dengan 14.300 kematian yang mencakup kira- kira 5% dari semua
kematian wanita karena kanker.
Meskipun mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial,kanker ovarium
dapat juga berasal dari sel yang terdapat diovarium. Tumor ovarium yang berasal dari
sel germinal yang kelasifisikan sebagai disgerminoma dan teratoma sedangkan tumor
ovarium yang berasal dari sel folikel di kelasifisaikan sebagai sex cord stromal
terutama tumor sel granulosa dan tumor yang berasal dari stroma ovarium adalah
sarkoma. Akan tetapi angka kejadian tumor ovarium non epitelial kecil sekali sehingga
dianggap angka kejadian seluruh kanker ovarium.
Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun . Angaka
kejadian meningkat dengan makin tuanya usia 15 – 16 per 100.000 pada usia 40 -44
tahun menjadi paling tinggi dengan angka kematain 57 per 100.000 pada usia 70 – 74
tahun.Usia median saat diagnosis adalah 63 tahun dan 48 % penderita berusia diatas 65
tahun.
Pada tahun 2005, Masyarakat kanker Amerika memperkirakan bahwa 22.220
kasus baru kanker ovarian akan bisa di diagnosa, dan itu kan membunuh 16.200
wanita. Hanya 77% kasus yang mempunyai tingkat nilai survival 1 tahun, 44% kasus
yang mempunyai tingkat nilai suvival 5 tahun. Dan hanya 19% kasus saja kasus yang
di diagnosa sebelum metastasis terjadi. Hal tersebut disebabkan Oleh karena ketiadaan
adanya deteksi dini peyakit dan kemajuan penyakit yang cepat. Sehingga
menyebabkan angka kematian yang sebabkan oleh kanker Ovari meningkat.
Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium 70%
kasus ditemukan kasus pada keadaan yang sudah usia lanjut yakni tumor yang
menyebar jauh dari ovarium.
Kebanyakan dari khasus keganasan pada ovarium terdeteksi saat sudah
memasuki stadium lanjut sehingga saat diketahui sudah parah. Biasanya orang yang
menderit Ca Ovarium tampak kurus dan perut asites. Karena proses perjalanan
penyakit yang ditmbulkan dari kanker tersebut, sehingga penderita mengalami
anorexia atau tidak nafsu makan karena mual dan muntah. Sedangkan asites itu sendiri
ditimbulkan akibat dari cairan tumor dan tumor itu sendiri. Ca Ovarium bisa juga
mengakibatkan evusi pleura karena perjalanan tumor itu.
Penatalaksanaan pada klien dengan Ca Ovarium adalah pembedahan,
pembedahan bisa pembedahan total dengan mengangkat keseluruhan dari rahim,
salping, dan ovarium tapi juga bisa saja hanya pada ovarium atau pada saluran tuba
falopii tergantung keparahan dari kanker itu sendiri. Tanda khas dari Ca Ovarium yang
paling banyak adalah Meigg Syndrome, yang merupakan tiga gejala khas pada orang
dengan Ca Ovarium.

1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas


2. Setelah membuat makalah ini di harapkan mahasiswa dan kelompok dapat
memahami tentang Kanker Ovarium dan asuhan keperawatan terhadap klien
dengan Kanker Ovarium.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.1 DEFINISI

Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka


ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,mesodermal)
dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam(Smeltzer & Bare,
2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30%
dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak
jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderlinemalignancy atau carcinoma of low
– maligna potensial) dan jelas ganas (truemalignant) (Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat.
Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam
sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium
lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana(Wiknjosastro, 1999).
mempunyai resiko mengidap kanker payudara tiga sampai empat kali lipat dan
wanita dengan kanker payudara mempunyai resiko yang meningkat terhadap kanker
ovarium. Tidak ada faktor penyebab definitif yang telah ditetapkan, tetapi kontraseptif
oral tampak memberikan efek protektif. Hereditas dapat berperan dalam menimbulkan
penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan pelvis bimanual bagi wanita
yang mempunyai satu atau dua orang saudara dengan kanker ovarium. Meskipun dengan
pemeriksaan yangn cermat, tumor ovarium biasanya terdapat jauh di dalam dan sulit
untuk dideteksi. Belum ada skrinng dini yang tersedia saat ini, meskipun penanda tumor
sedang dalam penelitian. Sonogram transvaginal dan pengujian antigen Ca-125 sangat
membantu pada mereka yang beresiko tinggi untuk mengalami kondisi ini. Akhir – akhir
ini, antigen yang berkaitan dengan tumor membantu dalam perawatn tindak lanjut setelah
didiagnosis dan pengobatan, tetapi tidak pada skrining umum dini.

Faktor – faktor resiko termasuk diet tinggi lemak, merokok, alkohol,


penggunaan bedak talk perineal, riwayat kanker payudara, kanker kolon, kanker
endometrium, dan riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium. Nulipara,
infertilitas, dan tak-ovulasi adalah faktor – faktor resiko. Angka kelangungan hidup
tergantung pada tahap mana kanker didiagnosis.Lebih dari 80% kanker ovarium epitelial
ditemukan pada wanita pascamenopause. Usia 62 tahun adalah usia di mana kanker
ovarium epitelial paling sering ditemui. Kanker ovarium epitelial jarang ditemukan pada
usia kurang dari 45 tahun. Pada wanita premenopause hanya 7% tumor ovarium epitelial
yang ganas.

II.2 ANATOMI FISIOLOGI OVARIUM

Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan
uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira
pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan
mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada
ruang folikel.
Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum,Memproduksi
hormone estrogen, Memproduksi hormone progesterone. Ovarium disebut juga indung
telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur
(ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pad wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri kanan
uterus, membentuk, mengembang serta melepaskan ovum dan menimbulkan sifat-sifat
kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar, timbulnya siklus menstruasi.
Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium disebut
medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler darah
dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel
yaitu kantong-kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum.
Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus,
menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Hormon ini dapat mempengaruhi kerja
dan mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit
dan lain-lain.
Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah di dalam
rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal dari dinding folikel masuk
dalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan
menjadi besar. Bila ovum tidak di buahi maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-
14 hari tepat sebelum masa menstruasi berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.
Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan uterus dimana
masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masa ini epithelium permukaan
dinding uterus terlepas dan terjadi sedikit perdarahan.
Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan yang
berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui, tahap ini dikendalikan olen
estrogen, sedangkan pengendalian estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating
Hormon) terjadi pada hari ke-14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang di
kendalikan oleh progesterone.

II.3 KLASIFIKASI

Jenis kanker ovarium meliputi:


a. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada
umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika terjadi
keganasan maka disebut epitelial ovarium carcinomas yang merupakan jenis tumor yang
paling sering dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran
tumor epitelial secara mikrokopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan
sebagai tumor borderline atau tumor yang berpotensi ganas. (Ari, 2008)
Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya bervariasi)
3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)
4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
b. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor
germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal
adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal (Ari, 2008).
Germ cell terdiri atas :
1) Disgermioma
2) Mixed germ cell tumor
3) Teratoma imatur
4) Koriokarsinoma
5) Endodermal sinus tumor
6) Embrional karsinoma
c. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa tumor.
Tipe lainnya adalah sertoli-leydig.
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan (Ari,
2008).

Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation


of Gynecology and Obstetrics

Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium


IA Mengenai 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)

IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)


IC Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan luar ovarium
2. Kapsul rupture
3. Ascites (+)
Stadium II perluasan pada rongga pelvis
II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya
II B Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan ovarium
2. Kapsul ruptur
3. Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal

III A Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium


Mikroskopis : mengenai intraperitoneal
III B Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB
(-)
III C 1. Meluas mengenai KGB
2. Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm
Stadium IV pertumbuhan mengenai 1 / 2 ovarium dengan metastasis
jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga
metastasis ke permukaan liver.

Derajat keganasan kanker ovarium


a. Derajat 1 : differensiasi baik
b. Derajat 2 : differensiasi sedang
c. Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.

II.4 ETIOLOGI

Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila


timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan,membuat
diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan
stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah
terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas,
tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya :
1. Hipotesis Incessant Ovulation
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972, yang
menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel
ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum
penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan
terganggu dan kacau sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel – sel
tumor.
2. Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data
epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada
beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika
kadar hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan
mengikat.Peningkatan kadar hormon goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan
makin bertambah bsarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsiogenik dimetil benzzatrene
( DMBA ) akan terjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan pada tikus yang telah
dioovorektomi, Tetapi tidak menjadi tumor jiak tikus tersebut telah dihipofisektomi.
Jika ovarium yang telah diardiassi ( hormonally inactivated ) ditransplantasikan ke
rodentia dengan ovarium yang makin normal, tumor ovarium tidak terbentuk. Akan
tetapi, jika ditransplantasikan pada rodentia yang telah dioovorektomi, tumor ovarium
akan terbentuk.Berkurangnya resiko ca ovarium pada wanita multipara dan wanita
pemakai pil kontrasepsi dapat diterangkan dengan rendahnya kadar gonadotropin pada
dua kelompok ini.
3. Hipotesis Androgen
Teori ini pertama kali dikemuukakan oleh Risch pada tahun 1998 yang
mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Epitel ovarium selalu terpapar pada androgenik sterid yang berasal dari
ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal seperti androstenedion, dehidroepiandrosteron,
dan testosteron. Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan juga sel – sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel.
Dalam penelitian epidemiologi yang ditemukan tingginya kadar androgrn
(androstenedion, dehidrosepiandrosteron) dalam darah wanita penderita kanker ovarium.
Penderita sindroma polikistik ovarium yang kadar esterogennya tiinggi ternyata pada
penelitian kohort mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami kanker ovarium.Jadi,
berdasarkan hipotesis ini menurunnya resiko terjadinya kanker ovarium pada wanita yang
memakai pil kontrasepsi dapat dijelaskan yaitu dengan terjadinya penekanan kadar
androgen.
4. Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kaanker ovarium oleh androgen,
progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium.
Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron.
Penelitian pada ayam gallus domesticus menemukan 3-year incidence terjadinya kanker
ovarium secara spontan pada 24% ayam yang berusia lebih dari dua tahun. Dengan
pemberian makanan yang mengandung pil kontrasepsi ternyata menurunkan insiden
terjadinya kanker ovarium. Penurunan insiden ini ternyata makin banyak jika ayam
tersebut hanya diberikan progesteron.
Percobaan pada kera macaque, progesteron menginduksi terjadinya apoptosis
sel epitel ovarium, sedangkan esterogen menghambatnya. Pemberian pil yang
mengandung esterogen saja pada wanita pasca menopause akan meningkatkan terjadinya
resiko kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan
menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi, menurunkan kanker
ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.
Demikian juga yang hanya mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga
menurunkan resiko kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron
asetat ternyata tidak menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.
5. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki resiko
terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah dari pada nulipara,yaitu dengan resiko
relatif 0,7.pada wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan anterm,resiko terjadinya
kanker ovarium berkurang sebesar 40% dibandingkan dengan wanita nulipara.
6. Pil Kontrasepsi
Penelitian dari center of disease control menemukan penurunan resiko
terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil
kontrasepsi ,yaitu dengan rsiko relatif 0,6.
Penelitian lain melaporkan juga bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama 1 tahun
menurunkan resiko sampai 11%,sedangkan pemakaian sampai 5 tahun menurunkan
resiko sampai 50. Penurunan resiko semakin nyata dengan semakin lama pemakaiannya.
7. Talk
Pemakaian talk(bydrous magnesium silicate)pada daerah perinium dilaporkan
meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium dengan resiko relatif 1,9%.akan tetapi,
penelitian prospektif yang mencangkup kohort 78.000 wanita ternyata tidak mendukung
teori diatas . Meskipun 40% kohort melaporkan pernah memakai talk, hanya sekitar 15%
yang memakainya setip hari. Resiko relatif terkena kanker ovarium pada yang pernah
memakai talk tidak meningkat (RR 1,1). Demikian juga bagi yang selalu memakainya.
8. Ligasi Tuba
Pengikatan tuba ternya menurunkan resiko terjadinya kaanker ovarium dengan
resiko relatif 0,3. Mekanisme terjadinya efek protektif ini diduga dengan terputusnya
akses talk atau karsinogen lainnya dengan ovarium.

9. Terapi hormon pengganti pada masa menopause


Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause (Menopausal
Hormone Therapy = MHT) dengan esterogen saja selama 10 tahun meningkatkan resiko
relatif 2,2. Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih, resiko
relatif meningkat menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan esterogen yang kemudian diikuti
dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan meningkatnya resiko relatif
menjadi 1,5.Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan esterogen saja, secara nyata
meningkatkan resiko relatif terkena kanker ovarium. Pemakaian MHT dengan kombinasi
esterogen dan progestin, meskipun lebih aman dati MHT dengan esterogen saja, untuk
jangka panjang tidak dianjurkan lagi sebagai salah satu terapi suportif bagi wanita yang
telah menopause.
10. Obat – obat yang meningkatkan kesuburan
Obat – obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang diberikan
secara oral, dan obat – obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti Follicle
stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan Luteinizing bormone (LH), akan
menginduksi terjadinya ovulasi atau multipel ovulasi.Menurut hipotesis incessant
ovulation dan hipotesis gonadotropin, pemakaian obat penyubur ini jelas akan
meningkatkan resiko relatif terjadinya kanker ovarium. Pemakaian klomifen sitrat yang
lebih dari 12 siklus akan meningkatkan resiko relatif menjadi 11. Kanker ovarium yang
terjadi adalah kanker ovarium jenis borderline.
11. Faktor herediter
a. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium
Dari studi metanalisis pada tahun 1988 ditemukan resiko relatif yang
meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis pertama. Ibu dari penderita
kanker ovarium resiko relatifnya 1,1, saudara perempuan relatifnya 3,8, anak dari
penderita kanker ovarium resiko relatifnya 6.
b. BRCA gen dan kanker ovarium
Antara 5%-10% kanker ovarium dianggap bersifat herediter. Kelompok kanker
ovarium ini termasuk dalam sindroma hereditary breast and ovarial cancer (HBOC)
dan disebabkan oleh terjadinya mutasi di gen BRCA1 dan BRCA2. Gen BRCA1
adalah suatu gen yang terletak di kromosom 17q12-21, sedangkan BRCA2 terletak
di kromosom 13q12. Wanita dengan gen BRCA1 yang telah bermutasi, mempunyai
resiko terkena kanker ovarium sebesar 40%-60%, dan resiko terkena kanker
payudara sebesarr hampir 90%. Resiko terkena kanker tuba falopii juga meningkat
50-120 kali jika dibandingkan dengan wanita yang bukan carrier/pembawa sifat gen
BRCA1. Resiko untuk menderita kanker peritonium primer juga meningkat dengan
resiko relatif 45.Gen lain yang berkaitan dengan kanker ovarium adalah gen
BRCA2 yang terletak pada kromosom 13q12. Resiko untuk menderita kanker
ovarium pada wanita pembawa gen BRCA2 yang telah bermutasi lebih rendah
daripada resiko pembawa gen BRCA1 yang bermutasi, yaitu 16%-27%. Kanker
ovarium pada pembawa gen BRCA1 dan BRCA2 yang telah bermutasi terjadi pada
usia 51,2 tahun dan 57,5 tahun.
c. Gen mismatch DNA repair
Kanker ovarium juga merupakan bagian dari sindroma hereditary nonpolyposis
colorectak cancer (HNPCC). HNPCC adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
autosomal dominant disorder yang berkaitan dengan kerusakan gen yang
bertanggung jawab atas terjadinya reparasi yang tidak normal dari DNA. Meskipun
HNPCC terutama berkaitan dengan terjadinya kanker kolon pada usia yang lebih
muda, HNPCC ini ternyata juga ditandai dengan meningkatnya resiko sejumlah
kanker ekstrakolon seperti kanker endometrium , kanker ovarium, kanker lambung,
kanker usus halus, dan kanker traktus urinarius. Resiko terjadinya kanker ovarium
pada usia 70 tahun pada penderita HNPCC adalah 12%, lebih tinggi dari masyarakat
umum yang resikonya hanya 1,4%.Meskipun resikonya tidak setinggi resiko
penderita dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, resiko terjadinya kanker
ovarium pada kelompok ini masih 8-9 kali lebih besar dari resiko pada masyarakat
umum.

II.5 PATOFISIOLOGI
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium.
Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke
atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang
ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti
oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar.
Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu
tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor
ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal
dan komplikasi tumor-tumor tersebut.

1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran
perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi,
edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak
sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman patogen
seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut
d. Robekan dinding kista
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri
terus menerus.

e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor
diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).
Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast
(ektodermal,endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun
biologis yang beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri
menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda.
Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para
aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat
yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter
merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium
(Harahap, 2003).

II.6 MANIFESTASI KLINIS

Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)18
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia

II.7 KOMPLIKASI

Komplikasi yang terjadi yaitu :


1. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-struktur yang
berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui
cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju
pleura.

Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :


1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga
muncul maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus,
asites fistula dan edema ekstremitas bawah

II.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksan darah lengkap


2. Pemeriksaan kimia darah
3. Serum HCG
4. Alfa fetoprotein
5. Analisa air kemih
6. Pemeriksaan saluran pencernaan
7. Laparatomi
8. CT scan atau MRI perut.
9. Pemeriksaan panggul.
10. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan gambar
dari bagian dalam tubuh.
11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian
12. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel kanker
ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan kanker ovarium
memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah mereka.

II. 9 PENATALAKSANAAN

1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh
insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan
kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk
mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim
dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor
ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens
alkylating seperti itu (cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti :
Mtx / metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).
5. Penanganan lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

III.1 Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesa meliputi:

1) Identitas Klien

a) Nama

b) Umur

c) Alamat

d) Jenis kelamin

e) Agama

f) Pendidikan

g) Pekerjaan

2. Riwayat sakit dan kesehatan:

a) Keluhan utama
Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan nyeri bertambah,
atau berkurang), hubungan nyeri dengan menstruasi, seksualitas, fungsi urinaria, dan
gastrointestinal.Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause, karakteristik,
faktor pencetus, jumlah, warna, konsistensi) Pengeluaran cairan/secret melalui
vagina (iritasi, gatal, nyeri, jumlah, warna, konsistensi) Keluhan fungsi reproduksi
b) Riwayat penyakit saat ini
Pengembangan keluhan utama dengan PQRST
P (provokes) : apa sebab yang menimbulkan nyeri ?
Q (quality) seberapa berat keluhan nyeri terasa? bagaimana rasanya? apakah tumpul,
tajam, tertekan, dll?
R (region) : lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan/ditemukan? apakah juga
menyebar ke daerah lain/area penyebarannya?
S (severity) : jelaskan skala nyeri dan frekuensi?, apakah disertai dengan gejala
seperti (mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital
yang abnormal dll)?
T (timing) : kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan/dirasakan? seberapa
sering keluhan nyeri tersebut dirasakan/terjadi? apakah terjadi secara mendadak
atau bertahap?
c) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialamai seperti penyakit kronis pada masa dewasa, riwayat
infertilitas, penyakit gangguan metabolisme/nutrisi, penggunaan obat-obatan radiasi
yang lama, peradangan panggul, rupture appendik peritonitis.
d) Riwayat Genito Reproduksi
Riwayat menstruasi, usia pertama menstruasi, siklus, durasi, jumlah darah yang
keluar, dismenore. Jika menopause, mentruasi terakhir, gejala klimaksterium,
pemeriksaan papsmear, pemeriksaan payudara, riwayat STDS Jika pernah hamil:
waktu persalinan, metoda persalinan, komplikasi saat melahirkan. Aktivitas
seksual : kekuatan respon seksual, rasa nyeri.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik, kongenital.

3. Pemeriksaan Fisik
a) Secara umum: tinggi badan berat badan bentuk, sistem pernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem persarafan.
b) Secara khusus:
Pemerikasaan payudara: ukuran, kesimetrisan, massa, retraksi jaringan parut,
kondisi puting susu.
Pemeriksaan abdomen : adanya massa abdominopelvic
c) Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan mengkaji
kesesuaian umur dengan perkembangan sistem reproduksi, kondisi rambut pada
simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda peradangan,
bengkak dan pengeluaran cairan vagina.
d) Pelvis : dengan mengunakan spekulum dilakukan inpeksi servik yaitu warna,
bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan pervaginam, perdarahan, lesi atau
luka. Setelah spekulum dilepas dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu :
memasukan dua jari kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina
(adanya masa, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium,
adneksa).
e) Pemeriksaan rectum dan rekto vagina.
4. Pemeriksaan Diagnostik

a) Papsmear : untuk mengetahui keadaan servik

b) Sistoskopi dan intravena pielogram : untuk mengetahui kandung kemih.

c) MRI / CT Scan abdomen : untuk menilai penyebaran dr. tumo

5. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
kecemasan terhadap penyakit.

III.2 Diagnosa keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker


metastasis

b. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah, dan gangguan GI akibat adanya kanker metastasis

c. Ansietas berdasarkan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas
dan perubahan bentuk tubuh

d. Gangguan harga diri berdasarkan perubahan seksualitas, fertilitas dan hubungan


dengan pasangan dan keluarga

III.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis
Tujuan : Dalam 2 x 24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria Hasil : Setelah diberi tindakan keperawatan skala nyeri berkurang menjadi 4

Intervensi Rasional
Kolaborasi tindakan pembedahan untuk Pembedahan bertujuan untuk
pengangkatan kanker.Kolabarasi untuk menghilangkan faktor utama penyebab
pemberian terapi analgesik. nyeri.Menghilangkan rasa nyeri
Menurunkan tingkat ketegangan pada
Atur posisi senyaman mungkin. daerah nyeri

Ajarkan dan lakukan teknik relaksasi. Merelaksasi otot-otot tubuh


Mengidentifikasi skala dan perkembangan
Kaji tingkat dan intensitas nyeri. nyeri.

b. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan
gangguan GI akibat adanya kanker metastasis.
Tujuan : Dalam 2x 24 jam nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil : mual berkurang, nafsu makan pasien meningkat, berat badan stabil,
penambahan berat badan progresif.

Intervensi Rasional

Pantau masukan makanan setiap Mengidentisifikasi kekuatan atau defisiensi


hari.Dorong pasien untuk makan diet tinggi nutrisi.Kebutuhan jaringan metabolic
kalori kaya protein kaya nutrient, dengan ditingkatkan begitu juga cairan (untuk
masukan cairan adekuat. menghilangkan produk sisa).

Dorong penggunaan suplement dan makan Suplemen dapat memainkan peran penting
sering atau lebih sedikit yang dibagi-bagi dalam mempertahankan kalori dan protein
selama sehari adekuat.

Kontrol faktor lingkungan. Hindari Dapat mencegah respons mual muntah.


makanan terlalu manis, berlemak, dan
pedas.

c. Ansietas berdasarkan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas dan
perubahan bentuk tubuh.
Tujuan : Rasa cemas klien berkurang
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
intervensi Rasional

Dorong klien untuk mengungkapkan Memberikan kesempatan untuk memeriksa


perasaan dan pikirannya rasa takut realistik serta kesalahan konsep
tentang diagnostic

d. Gangguan harga diri berdasarkan perubahan seksualitas, fertilitas dan hubungan dengan
pasangan dan keluarga.
Tujuan : meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri
dalam situasi.

Intervensi Rasional

Dorong diskusi masalah tentang efek Dapat membantu menurunkan masalah yang
kanker / pengobatan pada peran sebagai ibu mempengaruhi penerimaan pengobatan atau
rumah tangga, orangtua dan merangsang kemajuan penyakitMemvalidasi
sebagainya.Akui kesulitan pasien yang realita perasaan klien dan memberikan izin
mungkin dialami, untuk tindakan apapun untuk mengatasi apa
yang terjadi.

Meskipun beberapa klien


berikan informasi bahwa konseling perlu dan beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek
penting dalam proses adaptasi kanker atau efek samping terapi, namun
Berikan dukungan emosional untuk selama periode ini banyak memerlukan
klien/orang terdekat selama tes diagnostik dukungan tambahan.
dan fase pengobatan

III. 4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan :

a. Rasa nyeri berkurang


b. Mempertahankan asuhan nutrisi dan hilangnya gangguan GI
c. Berkurangnya ansietas
d. Hilangnya gangguan harga diri akibat perubahan seksualitas, fertilitas dan hubungan
dengan pasangan dan keluarga

BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat.
Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam
sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium
lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana(Wiknjosastro, 1999).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi
30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderlinemalignancy atau
carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas ganas (truemalignant) (Priyanto, 2007).
Waspadai tanda dan gejala Kanker Ovarium :
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa:
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)18
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)

IV. 2 Saran
Mahasiswa keperawatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya
tentang”CA OVARY” dan mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien yang
menderita ca ovari dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suddarth and Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8.
EGC. Jakarta.
2. Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
3. Engram, Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Vol.3.
Jakarta : EGC.
4. Farrer, Helen. (2001). Maternity Care, Edisi II. Jakarta: EGC.
5. NANDA 2005, Nursing diagnoses : Definition and classification 2005-2006,
NANDA International, Philadelphia.
6. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.
7. Smeltzer , bare (2002).keperawatan medical bedah.vol 2.ed 8.jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai