Anda di halaman 1dari 5

Pergeseran Bahasa Indonesia di Era Global

dan Imlpikasinya terhadap Pembelajaran

Oleh: Muhammad Badrus Siroj


Universitas Negeri Semarang

Dewasa ini kita hidup dalam era globalisasi, yang dipicu oleh pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang transportasi dan revolusi di bidang komunikasi. Arus global berimbas pula
pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di dunia
maya, internet, facebook misalnya, memberi banyak perubahan bagi sturktur bahasa Indonesia yang
oleh beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri. Berlandaskan alasan globalisasi dan
prestise, masyarakat mulai kehilangan rasa bangga menggunakan bahasa nasional. Tidak hanya
pada rakyat kecil, „krisis bahasa‟ juga ditemukan pada para pejabat negara. Kurang intelek katanya
kalau dalam setiap ucapan tidak dibumbui selingan bahasa asing yang sebenarnya tidak perlu. Hal
tersebut memunculkan istilah baru, yaitu „Indoglish‟ kependekan dari „Indonesian-English‟ untuk
fenomena bahasa yang kian menghantam bahasa Indonesia. Sulit dipungkiri memang, bahasa asing
kini telah menjamur penggunaannya. Mulai dari judul film, judul buku, judul lagu, sampai
pemberian nama merk produk dalam negeri. Kita pun merasa lebih bangga jika lancar dalam
berbicara bahasa asing. Namun, apapun alasannya, entah itu menjaga prestise, mengikuti
perkembangan zaman, ataupun untuk meraup keuntungan, tanpa kita sadari secara perlahan kita
telah ikut andil dalam mengikis kepribadian dan jati diri bangsa kita sendiri.
Sekarang ini penggunaan penggunaan bentuk „Inggris‟ sudah banyak menggejala. Dalam
bidang internet dan komputer kita banyak menggunakan kata mendownload, mengupload,
mengupdate, dienter, direlease, didiscount, dan lain sebagainya. Tidak hanya dalam bidang
komputer saja, di bidang lain pun sering kita jumpai. Selain bahasa Asing, kedudukan bahasa
Indonesia juga semakin terdesak dengan pemakain bahasa-bahasa gaul di kalangan remaja. Bahasa
gaul ini sering kita temukan dalam pesan singkat atau sms, chatting, dan sejenisnya. Misalnya
dalam kalimat’gue gitu loh..pa sich yg ga bs‟ dalam kalimat tersebut penggunaan kata ganti aku
tidak dipakai lagi.
Fenomena di atas dapat mengakibatkan pergeseran bahasa Indonesia. Fenomena
pemertahanan dan pergeseran bahasa sebenarnya telah ada sejak bahasa-bahasa itu mulai
mengadakan kontak dengan bahasa lainnya (Grosjean 1982). Dalam pemertahanan atau pergeseran
bahasa, ada aspek-aspek sosial psikologis pendukung suatu bahasa yang dapat diandalkan guna
menangkis serangan pemakaian bahasa dari luar atau paling tidak dapat memperkuat basis
perlawanan terhadap musuh.
Ada banyak faktor yang menyebabkan pergeseran dan kepunahan suatu bahasa. Berdasarkan
hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan di berbagai tempat di dunia, faktor-faktor tersebut seperti
loyalitas bahasa, konsentrasi wilayah pemukiman penutur, pemakaian bahasa pada ranah tradisional
sehari-hari, kesinambungan peralihan bahasa-ibu antargenerasi, pola-pola kedwibahasaan, mobilitas
sosial, sikap bahasa dan lain-lain. Menurut Romaine (1989) faktor-faktor itu juga dapat berupa
kekuatan kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas, kelas sosial, latar belakang agama dan
pendidikan, hubungan dengan tanah leluhur atau asal, tingkat kemiripan antara bahasa mayoritas
dengan bahasa minoritas, sikap kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas, perkawinan
campur, kebijakan politik pemerintah terhadap bahasa dan pendidikan kelompok minoritas, serta
pola pemakaian bahasa.

Sikap Bahasa
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam
pengajarannya. Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai
penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang
disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang
disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Globalisasi memang tidak dapat dihindari. Akulturasi bahasa nasional dengan bahasa dunia
pun menjadi lebih terasa perannya. Menguasai bahasa dunia dinilai sangat penting agar dapat
bertahan di era modern ini. Namun sangat disayangkan jika masyarakat menelan mentah-mentah
setiap istilah-istilah asing yang masuk dalam bahasa Indonesia. Ada baiknya jika dipikirkan dulu
penggunaannya yang tepat dalam setiap konteks kalimat. Sehingga penyusupan istilah-istilah
tersebut tidak terlalu merusak tatanan bahasa nasional.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait
dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi
formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa
seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian
bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur
kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal
ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan
santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Ragam berbahasa seperti ini memungkinkan
munculnya gejala bahasa baik interferensi, integrasi, campur kode, alih kode maupun bahasa gaul.
Kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari adanya interaksi dan komunikasi
antarsesamanya. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama bahasa adalah bahwa
komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan
dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring
perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan,
melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan
sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi
menggunakan bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia
cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut
memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Bahasa
Inggris yang telah menjadi raja sebagai bahasa internasional terkadang memberi dampak buruk
pada perkembangan bahasa Indonesia. Kepopuleran bahasa Inggris menjadikan bahasa Indonesia
tergeser pada tingkat pemakaiannya.
Berbagai penyebab pergeseran pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh
bahasa asing tetapi juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa
gaul. Dewasa ini bahasa asing lebih sering digunakan daripada bahasa Indonesia hampir di semua
sektor kehidupan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No
Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open
House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran, dan masih banyak contoh lain yang
mengidentifikasikan bahwa masyarakat Indonesia lebih menganggap bahasa asing lebih memiliki
nilai. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh
sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap
eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan.
Dunia pendidikan yang syarat pembelajaran dengan media bahasa menjadikan bahasa
sebagai alat komunikasi yang primer. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa baku merupakan simbol
dalam dunia pendidikan dan cendekiawan. Penguasaan Bahasa Indonesia yang maksimal dapat
dicapai jika fundasinya diletakkan dengan kokoh di rumah dan di sekolah mulai TK (Taman Kanak-
kanak) sampai PT (Perguruan Tinggi). Akan tetapi, fundasi ini pada umumnya tidak tercapai. Di
berbagai daerah, situasi kedwibahasaan merupakan kendala. Para guru kurang menguasai prinsip-
prinsip perkembangan bahasa anak sehingga kurang mampu memberikan pelajaran bahasa
Indonesia yang serasi dan efektif.
Rusyana, 1984:152 menyatakan bahwa dalam membina masyarakat akademik, penggunaan
bahasa yang tidak baik dan tidak benar akan menimbulkan masalah. Penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dianggap mempunyai peranan dalam menuju arah pembangunan masyarakat
akademik idaman.
Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian bahasa berimbas pada kesalahan
penerapan berbahasa. Secara umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang dipakai
dengan tempat berbahasa. Tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik
dan benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia
yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia (Sugono, 1994: 8).

Implementasi terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia


Solusi untuk mengatasi terjadinya pergeseran bahasa bisa dimulai dari pembelajaran bahasa
Indonesia di satuan pendidikan dengan berbagai cara, salah satunya dengan pemanfaatan ICT dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Di era global dengan berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seharusnya
bisa kita manfaatkan dalam pemertahanan bahasa Indonesia. Salah satu hal yang dapat kita lakukan
adalah dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis ICT (Information, Communication and
Technology). Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat
dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Menurut Indrajut
(2004), fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh
fungsi, yakni: (1) sebagai gudang ilmu, (2) sebagai alat bantu pembelajaran, (3) sebagai fasilitas
pendidikan, (4) sebagai standar kompetensi, (5) sebagai penunjang administrasi, (6) sebagai alat
bantu manajemen sekolah, dan (7) sebagai infrastruktur pendidikan.
Pemanfaatan ICT dalam pembelajaran bahasa misalnya dengan memanfaatkan blog sebagai
wadah kreatifitas siswa dalam meningkatkan kemampuan menulisnya. Selain itu, penggunaan
media pembelajaran yang berbasis ICT akan memudahkan siswa dalam menerima dan memahami
pelajaran yang disampaikan. Dengan ICT penggunaan bahasa Indonesia bisa dioptimalkan, seperti
pembuatan aplikasi komputer dengan bahasa Indonesia, blog siswa berbahasa Indonesia, group
facebook tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan lain sebagainya.

DAFTAR RUJUKAN
Dorian, N. 1982. Language Death: The Life Cycle of a Scottish Gaelic Dialect. Philadelphia:
University of Pennsylvania Press.
________. “Language Loss and Maintenance in Language Contact Situations”. Dalam Lambert dan
B. Freed (ed). The Loos of Language Skills. Rowley, Massacusatt: Newbury House.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Rokhman, Fathur. 2003. Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Dwibahasa: Kajian Sosiolinguistik
di Banyumas. Disertasi. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada
Fishman, Joshua A. 1990 Language and Ethnicity in Minority Sociolinguistic Perspectives.
Cleveden: Multilingual Matters Ltd.
Friedman Thomas, L. 2005. The World is Flat.
Gal, Susan. 1979 Language Shift: Social Determinants of Linguistic Change in Bilingual Austria.
New York: Academic Press.
Groesjean, Fracois. 1982. Life with Two Languages. Cambridge: Harvard University Press.
Romaine, Suzanne. 1989 Biliangualism. Oxford: Basil Blackwell.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan: Himpunan Bahasan. Penerbit:
Diponegoro.
Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.

Anda mungkin juga menyukai