Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiki lebih dari 17.000 pulau dengan
total wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia dan menempati peringkat keempat dari 10 negara
berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta jiwa). Tanpa sarana transportasi yang memadai
maka akan sulit untuk menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.
Dalam hidup ini, manusia akan sering mengalami perpindahan tempat dari satu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan wahana atau digerakkan oleh mesin, yang
disebut dengan transportasi. Semua manusia melakukan kegiatan perjalanan. Perjalanan
tersebut bisa dilakukan berbabagai cara ternasuk juga melalui jalur darat, laut dan udara.
Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vital dalam
berbagai aspek termasuk sosial dan ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan
daerah yang lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila
sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mestinya sehingga transportasi dapat
menjadi salah satu sarana untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia. Melalui
transportasi penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainya dapat ikut merasakan hasil
produksi yang rata maupun hasil pembangunan yang ada.
Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih
lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara dalam menangani kinerja
sistem transportasi yang ada.

Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi sarana dan prasarana dari transportasi?
2. Bagaimana pengaruh s sarana dan prasarana dari transportasi tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN

SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI

.
TRANSPORTASI LAUT
Sarana
Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dsb) seperti
halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk membawa
perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam istilah inggris, dipisahkan antara ship yang lebih
besar dan boat yang lebih kecil. Berabad-abad lamanya kapal digunakan oleh manusia untuk
mengarungi sungai atau lautan.
Feri, adalah sebuah sebuah kapal transportasi jarak dekat.Feri mempunyai peranan penting dalam
sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua
tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan jembatan atau terowong.
Sampan (bahasa Tionghoa) adalah sebuah perahu kayu tiongkok yang memiliki dasar yang
relatif datar, dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter yang digunakan sebagai alat transportasi
sungai dan danau atau menangkap ikan. Sampan dapat mengangkut penumpang 2 – 8 orang,
tergantung ukuran sampan. Sampan ada kalanya memiliki atap kecil dan dapat digunakan
sebagai tempat tinggal permanen di perairan dekat darat. Sampan biasanya tidak digunakan
untuk berlayar jauh dari daratan karena jenis perahu ini tidak memiliki perlengkapan untuk
menghadapi cuaca yang buruk.
Kata “sampan” secara harafiah berarti “tiga lembar papan” dalam bahasa Kanton, dari kata Sam
(tiga) dan pan (papan). Kata ini digunakan untuk merujuk pada rancangan perahu ini, yang terdiri
dari sebuah dasar yang datar (dibuat dari selembar papan); dua lembar papan lainnya dipasang di
kedua belah sisinya. Sampan digerakkan dengan sepotong galah, dayung atau dapat pula
dipasangi motor di bagian belakangnya.
Prasarana Transportasi Laut :
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai atau danau untuk menerima
kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya
memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal
yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun
pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti
pengalengan dan pemrosesan barang.
Kata pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut. Pelabuhan
perikanan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan
serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan.
Klasifikasi pelabuhan perikanan ada 3, yaitu: Pelabuhan Perikanan Pantai, Pelabuhan Perikanan
Nusantara, dan Pelabuhan Perikanan Samudera.
Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi :
 Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)
 Perlindungan dari angin, ombak, dan petir
 Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk
 Galangan kapal adalah sebuah tempat yang dirancang untuk memperbaiki dan membuat kapal.
Kapal-kapal ini dapat berupa yacht, armada militer, cruisine line, pesawat barang atau
penumpang.

PENGARUH SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI

Transportasi yaitu perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
alat pengangkutan. Kelancaran proses transportasi dipengaruhi oleh kondisi ketersediaan sarana
dan prasarana transportasi. Jalan dan jembatan termasuk sebagai suatu prasarana pasif yang
yang mendukung lancarnya transportasi di suatu daerah. Daerah pedesaan, masih sangat terbatas
dalam ketersediaan maupun kelancaran sarana dan prasarana transportasinya. Pada dasarnya,
transportasi merupakan suatu tolak ukur interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting
peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Selain itu, transportasi juga
berperan menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan
perekonomian masyarakat, tak terkecuali di daerah pedesaan.
Sarana dan prasarana transportasi memiliki beberapa dampak yang secara langsung
maupun tidak langsung dalam masyarakat. Ketersediaan dan lancarnya sarana dan prasarana
transportasi menghapuskan perisolasian suatu daerah serta aksesibilitas pun semakin meningkat.
Peningkatan ini membuka suatu peradaban baru bagi daerah pedesaan tersebut. Sehingga
kemajuan dan modernisasi yang berasal dari daerah pusat pemerintahan dapat dengan mudah
masuk.
Hal ini dapat dilihat dari segi ekonomi, yang mana dengan lancarnya sarana transportasi,
pemasaran hasil usaha pun semakin mudah. Selain dipermudah dalam hal pengangkutannya juga
dipermudah dalam menciptakan pasar dan penyediaan sarana produksi pertanian atau sarana
produksi suatu usaha.
Selain dari segi ekonomi, dapat juga dilihat dari segi pendidikan. Keterbukaan suatu daerah
membuat mudahnya masuk tenaga pengajar ataupun sarana untuk peningkatan pendidikan.
Sedangkan dalam bidang kesehatan, seperti yang terlihat pada masyarakat menjadi semakin
cepat dalam mencapai rumah sakit atau tenaga medis, sehingga pertolonganpun dapat segera
didapatkan. Hal–hal di atas membuktikan bahwa dengan lancarnya sarana dan prasarana
transportasi dapat meningkatkan pembangunan suatu desa, baik itu dari beberapa dan termasuk
juga kedalam segi fisik maupun dari segi manusianya.

BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Pengaruh dari sarana dan prasarana itu adalah Sarana dan prasarana transportasi memiliki
beberapa dampak yang secara langsung maupun tidak langsung dalam masyarakat. Ketersediaan
dan lancarnya sarana dan prasarana transportasi menghapuskan perisolasian suatu daerah serta
aksesibilitas pun semakin meningkat. Peningkatan ini membuka suatu peradaban baru bagi
daerah pedesaan tersebut. Sehingga kemajuan dan modernisasi yang berasal dari daerah pusat
pemerintahan dapat dengan mudah masuk.
MAKALAH 2

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang transportasi
laut
Adapun makalah tentang transportasi laut ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah agama ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang agama ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Jeuram, 15 Nopember 2014

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi .................................................................................................................
................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Karakteristik Dan Keunggulan Transportasi Laut .............................................................. 4
a. Keunggulan ........................................................................................................................ 5
b. Kelemahan .......................................................................................................................... 6
B. Sejarah Transportasi Laut .................................................................................................. 7
a. Kapal Layar ........................................................................................................................ 8
b. Kapal Uap ........................................................................................................................... 8
c. Kapal Diesel ....................................................................................................................... 9
d. Kapal Selam .......................................................................................................................
.............................................................................................................................................10
C. Demand/ Penumpang Transportasi Laut ............................................................................
.............................................................................................................................................11
a. Demand & Supply Transportasi Laut ................................................................................
.............................................................................................................................................11
b. Supply Transportasi Laut Di Indonesia ..............................................................................
.............................................................................................................................................14
D. Prasarana Transportasi Laut ...............................................................................................
.............................................................................................................................................18
a. Sarana .................................................................................................................................
.............................................................................................................................................18
1. Kapal ..................................................................................................................................
.............................................................................................................................................18
2. Kapal Feri ...........................................................................................................................
.............................................................................................................................................19
3. Sampan ...............................................................................................................................
.............................................................................................................................................20
b. Prasarana ............................................................................................................................
.............................................................................................................................................20
BAB III PENUTUP
 Kesimpulan .............................................................................................................
................................................................................................................................. 23
 Saran........................................................................................................................
................................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Transportasi laut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian dunia
dimana pengangkutan barang merupakan bagian terpenting dalam bisnis transportasi laut dimana
lebih dari tujuh miliar ton barang dikirim lewat jalur laut setiap tahunnya. Bisnis
pengangkutan ini mencapai puncaknya pada tahun 2005 [1]. Keefektifan terhadap
operasional pelayaran akan menurunkan biaya operasional yang memberikan dampak yang
besar baik bagi konsumen maupun penyedia layanan transportasi itu sendiri. Perlu diketahui
bahwa kontribusi transportasi laut menjadi semakin penting karena nilai biaya yang
dikeluarkan adalah paling kecil bila dibandingkan dengan biaya transportasi darat ataupun udara.
Selain itu efisiensi dalam proses transportasi dan distribusi menjadi salah satu hal yang penting
karena proporsi biaya transportasi bisa mencapai 66 % dari keseluruhan biaya logistik.
Manajemen transportasi yang efektif sangat diperlukan dalam menentukan prosedur
suplai dan distribusi suatu produk. Perencanaan transportasi yang baik secara langsung akan
berdampak pada biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendistribusikan produk-
produknya. Salah satu dampak tidak langsung dari manajemen transportasi yang baik adalah
diperolehnya kepercayaan dari konsumen. Secara sederhana untuk mengurangi biaya total yang
diakibatkan oleh transportasi dapat dicapai dengan mengoptimalkan rute yang ditempuh oleh
tiap kendaraan dengan cara memilih rute yang memiliki jarak terpendek. Karakteristik
permasalahan dalam transportasi ini dikategorikan kedalam vehicle routing problem (VRP).
Sedangkan permasalahan dalam integrasi penentuan rute dan ketersediaan stok dikenal
dengan nama IRP (Inventory Routing Problem). Moin dan Salhi [2] dalam makalahnya
mengatakan bahwa IRP dapat dikatakan sebagai pengembangan dari VRP dimana jika pada
VRP jumlah produk yang didistribusikan tergantung dari order yang dilakukan oleh konsumen
dalam satu periode sedangkan dalam IRP distribusi dari produk dikontrol dan ditentukan oleh
penyuplai dengan suatu input yang diperoleh dari konsumen. Dalam hal ini keputusan yang
diambil tidak hanya didasarkan pada penentuan rute tetapi keputusan juga didasarkan untuk
menjawab pertanyaan pada berapa banyak dan kapan produk tersebut didistribusikan dengan
harapan bahwa konsumen tidak akan mengalami kekurangan stok akan produk. Dengan kata
lain IRP dapat dikatakan sebagai medium term problem sedangkan VRP dikategorikan sebagai
short term problem.
Pada awal kemunculannya VRP maupun IRP lebih banyak diaplikasikan untuk
memecahkan masalah pada bidang transportasi darat. Namun masalah VRP maupun IRP juga
dapat dijumpai pada transportasi laut yang mana kapal digunakan sebagai sarana angkut.
Ronen[3] mengkategorikan permasalahan ini dengan nama marine inventory routing problem.
Permasalahan VRP memiliki pembagian beberapa kategori diantaranya: split and delivery,
multiple trips, multiple product and multiple compartement. Split and delivery VRP memiliki
karakteristik bahwa satu konsumen dapat disuplai oleh beberapa atau lebih dari satu buah
vehicle (kendaraan). VRP dengan multiple trips memiliki karakteristik bahwa sebuah kendaraan
memungkinkan untuk menempuh lebih dari satu rute dalam satu periode operasinya.Sedangkan
pada multiple produk & compartemen adalah jika beberapa produk dapat diangkut oleh sebuah
kendaraan yang memiliki beberapa kompartemen untuk memisahkan masing-masing produk
dari ketercampuran. Jika melihat dari karakteristik kendaraan yang digunakan secara umum
dapat dibedakan menjadi kendaraan homogenous dan heterogeneous fleet dimana keduanya
memiliki perbedaan pada kapasitas.
Pada tesis ini akan dilakukan perencanaan terhadap rute dan waktu pelayaran ( Ship
routing & scheduling planning) dari tanker yang mengangkut bahan bakar minyak milik
Pertamina dari depo pusat ke depo – depo daerah. Data yang perlu didapatkan adalah:

Tujuan
Melakukan optimasi terhadap rute dan waktu pelayaran kapal pengangkut BBM
PT.Pertamina dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan bahan bakar minyak pada
masing – masing depo daerah agar didapatkan rute pelayaran terefektif, ketepatan waktu
pengiriman, dan tercukupinya permintaan masing- masing depo.

Manfaat
a. Dapat mengetahui kapan,seberapa banyak dan rute yang dipilih dalam distribusi BBM
PT.Pertamina.
b. Mendapatkan rute pelayaran terefektif, ketepatan waktu pengiriman dan terpenuhinya
permintaan masing-masing depo.
c. Meminimalkan biaya operasional kapal dan biaya total distribusi BBM.

Pemasalahan
a. Area yang dijadikan target adalah wilayah region timur saja yang meliputi pelabuhan –
pelabuhan sebagai berikut :
Waingapu, Atapupu, Dilli,Kalabahi, Larantuka, Maumere, Ende dan
Reo.Depo pusat sebagai penyuplai produk adalah Kupang b. Periode distribusi bahan bakar
minyak ditentukan bulanan
c. Penempatan jenis bahan bakar minyak pada masing – masing kompartemen kapal
telah ditetapkan pihak PT.Pertamina (dedicated compartement)
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK DAN KEUNGGULAN TRANSPORTASI LAUT


Pelayaran diperairan daratan merupakan salah satu angkutan orang dan atau barang tertua yang
ekonomis dan berwawasan lingkungan dan untuk daerah pedalaman bisa jadi menjadi satu-
satunya moda angkutan untuk akses ke pasar dan kegiatan sosial lainnya. Moda angkutan dapat
berupa rakit bambu sampai kapal bermotor yang bisa beroperasi di sungai kecil, danau sampai
sungai besar.

Karakteristik utama
Perairan pedalaman mempunyai empat karakteristik utama:

1. Perairan pedalaman merupakan koridor yang mencakup beberapa wilayah kabupaten/kota


bahkan propinsi, sehingga langkah yang diambil oleh daerah yang satu dengan daerah
lainnya harus terkoordinasi dengan baik.
2. Terminal/dermaga dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang atau
barang untuk selanjutnya dengan moda jalan disalurkan dengan tujuan akhir.
3. Rute yang dilalui biasanya tunggal, kecuali bila dari satu sungai dengan sungai lainnya
terhubungkan dengan Anjir seperti yang terdapat di Kalimantan Tengah dengan
Kalimantan Selatan.
4. Pengendalian navigasi perlu dikendalikan bila lintas alur pelayaran pedalaman ini
digunakan untuk berbagai keperluan, angkutan barang, penumpang dan wisata.

Untuk mendapatkan suatu sistem tranportasi perairan pedalaman yang baik, perlu dilakukan
perawatan, pengendalian dan pengaturan dan bila diperlukan dengan menetapkan tarip untuk
penggunaan alur pelayaran seperti yang dilakukan di Ambang Barito.

A. Keunggulan
Secara teknis, karakteristik angkutan perairan daratan memberikan keunggulan kepada
moda tersebut untuk bersaing dengan moda lain. Keungggulan-keunggulan penggunaan
angkutan di perairan daratan tersebut antara lain:

1. Pada daerah yang mempunyai sungai yang bisa digunakan untuk transportasi, maka tidak perlu
dibangun infrastruktur baru selain dermaga bongkar muat karena telah tersedia secara alami. Di
India, dengan panjang jalur transportasi yang sama, biaya untuk mengembangkan angkutan
perairan daratan hanya sekitar 5% hingga 10% dari biaya mengembangkan jalan tol 4 lajur
ataupun membangun jaringan kereta api.

2. Infrastruktur sungai hanya perlu dipelihara dengan biaya yang murah sehingga kapasitas
infrastruktur umumnya akan mencukupi. Di India, dengan panjang jalur transportasi yang sama,
biaya pemeliharaan angkutan perairan daratan hanya sekitar 20% dari biaya pemeliharaan jalan;

3. Berperan sebagai angkutan utama untuk daerah terpencil (remote area) dimana konstruksi jalan
belum atau mahal untuk dibangun;

4. Mempunyai tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan angkutan jalan dari aspek
kecepatannya yang rendah, terutama bila dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang
memadai;

5. Amat cocok untuk angkutan wisata, seperti yang sudah mulai dikembangkan di sungai-sungai
besar Kalimantan maupun di sungai Musi ;

6. Mampu mengangkut secara langsung dari angkutan perairan laut dalam ke perairan daratan dan
sebaliknya.

7. Mampu mengangkut dengan volume besar, sepanjang kedalaman dan lebar alur sesuai dengan
kapal yang digunakan;

8. Penggunaan bahan bakar lebih efisien, walaupun semakin tinggi kecepatan kapal penggunaan
bahan bakar akan meningkat secara eksponensial, sehingga angkutan perairan lebih sesuai untuk
barang dengan nilai rendah dan volume besar;
Hubungan antara konsumsi bahan bakar dengan kecepatan kapal jarak tempuh untuk
mengangkut satu ton muatan dengan konsumsi bahan bakar yang sama
B. Kelemahan
Pada sisi lain, karakteristik angkutan perairan daratan juga mempunyai kelemahan antara lain:

 Mempunyai hambatan alam (tergantung pada kedalaman dan kelebaran alur);

 Fluktuasi air pada musim kemarau;

 Pada musim hujan terkadang terjadi banjir;

 Rawan terjadinya pendangkalan dan erosi tebing sungai;

 Kecepatan relatif lebih rendah;

 Tingkat reliabilitas kurang terjaga;

 Kurang fleksibel karena jangkauan daerah (catchment area) yang kecil di sepanjang aliran alur
saja;

 Aksesibiltas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan;

 Ada kecenderungan angkutan untuk over capacity;

 Investasi tinggi untuk kapal baru;

 Tingkat kenyamanan yang rendah untuk angkutan penumpang;

 Budaya yang konservatif dan tradisional pada operasional penyediaan jasa angkutan perairan
daratan;

 Peran yang kecil (modal share) pada sistem transportasi; dan

 Waktu operasi terbatas karena pada malam hari sulit berlayar dengan sarana bantu navigasi yang
terbatas.
B. SEJARAH TRANSPORTASI LAUT
Menurut catatan sejarah, bangsa Mesir merupakan bangsa yang pertama kali
menggunakan kapal sebagai alat untuk perniagaan sekitar tahun 6000 SM. Pada waktu itu Mesir
memperdagangkan gandumnya ke kawasan Libanon yang menghasilkan tekstil untuk bahan
pakaian.
Bangsa Punisia merupakan pelaut-pelaut yang berani pada zaman dahulu. Mereka
mendiami daerah pantai diantara pegununganLibanon dan laut Tengah. Bangsa ini telah
menjelajahi seluruh seluruh pelosok laut tengah dengan kapal-kapalnya. Bahkan mereka telah
berhasil menelusuri pantai hingga ke tanah Inggris. Kapal-kapal bangsa Punisia disebut Galley.
Yang dibuat dari kayu sejenis pohon cemara, memakai tenaga layar sertabeberapa orang
pendayung. Kapal jenis ini pada waktu itu berlayar sangat cepat serta lebih mudah dari kapal
layar biasa. Pada kedua sisi kapal, terdapat sederetan tempat duduk bagi para pendayung. Bangsa
Punisia terkenal sangat berani melakukan pelayaran ke negara-negara lain sehingga perdagangan
sangat ramai dan juga penyebaran ilmu.
Pada abad ke 5 lalu lintas laut tengah sudah sangat maju. Pada waktu itu ditemukan layar
sejenis lateen yang berbentuk segitiga. Memasangnya membujur sepanjang tubuh kapal.
Sebelum penemuan penemuan layar bentuk lateen, layar berbentuk segi empat, dipasang
melintang terhadap tubuh kapal. Tanpa menggunakan navigasi pelaut-pelaut zaman dahulu telah
berani mengarungi lautan, salah satu pedoman yang mereka gunakan hanyalah garis pantai,
disamping tanda pengenal tertentu yang nampak dari lautan.
Bukti tertua mengenai penggunaan kapal di Nusantara ditemukan di situs kerajaan Sriwijaya di
daerah Palembang, namun sangat tidak lengkap. Indikasi bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
sudah menggunakan kapal sebagai sarana transportasi baik untuk kepentingan militer maupun
untuk kepentingan ekonomi ditemukan pada relief candi Borobudur yang dibangun pada abad IX
Masehi. Kapal yang dipahatkan di candi tersebut mempunyai kesamaan dengan kapal jenis kora-
kora sebagaimana yang telah digambarkan oleh orang-orang Eropa pada saat pertama kali datang
ke Indonesia. Lambung kapal Borobudur memiliki sepasang penggandung (outrigger) yang
terapung dan berfungsi sebagai penyeimbang serta tempat para pendayung. Kapal Borobudur
memiliki dua tiang layar berkaki tiga untuk mengibarkan layar empat persegi yang pada kapal-
kapal Yunani kuno disebut sebagai artemon

Seiring perkembangan zaman kapal pun mengalami perkembangan yang kemudian dibedakan
dalam beberapa jenis kapal diantaranya.

1. Kapal layar
Kapal layar adalah sebuah kapal besar yang bergerak dengan menggunakan layar yang
memanfaatkan tenaga angin sebagai pendorongnya. Konstruksi Kapal ini umumnya terbuat dari
kayu dan cukup lama digunakan sebagai tulang pungung pelayaran baik bersifat sipil maupun
militer sampai penemuan mesin uap dan kapal besi/baja pada abad ke 19 seiring dengan
ramainya Revolusi Industri yang dipelopori oleh Inggris melalui penemuan mesin uap oleh
James Watt. Kapal layar ini akan berkecepatan tinggi apabila semakin kencang angin yang
berhembus. Tapi apabila ada badai , layar dari kapal tersebut pun mungkin bisa sobek karena
tidak kuat menahan kuatnya angin. Pada awalnya, kapal layar digerakkan oleh tenaga manusia
dan layar. Model dari kapal jenis ini dapat dilihat pada kapal viking, kapal Mesir Kuno,
kapal Romawi Kuno, dan kapal yang dipakai oleh para penjelajah pulau atau kapal perompak
(bajak laut). Pada masa kini umumnya kapal layar dilengkapi dengan mesin tempel untuk
menghadapi kemungkinan tidak bertiupnya angin pada daerah daerah tertentu agar tetap
melanjutkan perjalanannya. Seiring dengan perkembangan, maka digunakan kapal layar bercadik
seperti yang dijumpai di Indonesia, Kapal dengan menggunakan layar segitiga seperti yang
dijumpai di Timur Tengah dan Kapal layar segi empat yang digunakan oleh Bangsa bangsa
Eropa menjelang memasuki abad penjelajahan, Serta kapal layar lipat dengan model yang
dijumpai di Jepang ataupun China. Sedangkan kapal layar tradisional bangsa Mesir dibuat sekitar
tahun 3500 SM pada era Kerajaan Lama. Kapal ini digunakan untuk mengarungi Sungai Nil.
2. Kapal Uap
Setelah pembuatan kapal layar makin berkembang dan kebutuhan berlayar yang lebih
cepat mulai dirasakan, kapal uap kemudian menjadi primadona transportasi baru. Kapal uap atau
yang disebut juga sebagai a steamer, adalah kapal yang digerakkan dengan tenaga uap yang
menggerakkan propeler ataupun roda kayuh. Kapal uap atau Steamships disingkat menjadi SS,
S.S. atau S/S. Kapal uap mulai digunakan setelah ditemukannya mesin uap di Inggris oleh James
Watt yang memunculkan revolusi industri yang juga merupakan revolusi bahan bakar sebab pada
masa itu mulai digunakan batu bara dengan skala yang lebih luas menggantikan kayu bakar.
Pada pelayaran, ditemukan oleh John Fitch pada tahun 1787 dengan melayari Sungai Delaware,
Amerika Serikat, kemudian Robert Fulton pada 1802. Cara kerja mesin uap pada kapal tersebut
adalah dengan mengandalkan mesin uap yang menggerakkan roda kayuh yang ada di buritan.
Gerakan roda tersebut menyebabkan kapal bisa terdorong dengan lebih kencang.
Awalnya dulu, kapal mesin uap digunakan di sepanjang rute sungai untuk mengangkat barang-
barang perdagangan, lalu mulai dipakai untuk mengangkut penumpang juga. Sedangkan kapal
uap yang ukurannya lebih besar lagi dan digunakan khusus untuk mengangkut penumpang,
disebut kapal samudra.Umumnya kapal tersebut memang digunakan untuk mengarungi samudra
dan dengan konsep yang lebih mewah. Hingga saat ini, sejumlah kapal uap masih digunakan di
beberapa negara untuk kepentingan wisata. Kegunaan kapal uap adalah untuk membawa barang
dagangan sepanjang rute sungai. Namun, lama-lama berkembang untuk transportasi penumpang.
Seiring berjalannya waktu, kapal uap tidak hanya digunakan sepanjang rute sungai, tapi juga
sepanjang lautan yang luas.
3. Kapal Diesel
Perkembangan dunia perkapalan semakin pesat. Segala inovasi baru bermunculan untuk
meningkatkan mutu pelayaran. Tahun 1892, Rudolf Diesel mendapat hak paten atas ciptaannya,
mesin diesel. Beberapa tahun kemudian, mesin diesel mulai merambat ke dunia perkapalan.
Kapal tanker dari Rusia bernama Vandal menandai lahirnya era baru dalam industri perkapalan.
Vandal merupakan kapal laut pertama yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak
utamanya. Perjalanan perdana Vandal dimulai di perairan Volga-Baltic dan mesin diesel yang
dipakai untuk pembuatan kapal menjadi tren baru di industri perkapalan. Tahun 1920-an, USS
Tennesse menjadi kapal pertama yang menggunakan mesin turbin elektrik. Mesin turbin elektrik
kelak akan digunakan seterusnya sebagai mesin utama dalam pembuatan kapal. Hampir semua
kapal perang bertenaga uap langsung di tiadakan, dan diganti dengan kapal bermesin diesel yang
memiliki banyak keuntungan.
Tahun 1930, lahirlah tiga kapal tempur kelas pocket battleship dari galangan kapal
Jerman. Sekedar informasi, pocket battleship adalah jenis kapal perang (battleship) yang berat
tonasenya tidak melampaui standar berat tonase battleship (sekitar 40.000-an ton). Biasanya,
pocket battleship memiliki bobot yang ringan, ada yang dibawah 10.000 ton tetapi ada juga yang
tepat atau justru kelebihan walaupun sedikit.
4. Kapal Selam
Kapal selam adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan air, umumnya digunakan
untuk tujuan dan kepentingan militer. Sebagian besar Angkatan Laut memiliki dan
mengoperasikan kapal selam sekalipun jumlah dan populasinya di masing-masing negara
berbeda. Selain digunakan untuk kepentingan militer, kapal selam juga digunakan untuk
keperluan ilmu pengetahuan laut dan air tawar dan untuk bertugas di kedalaman yang tidak
sesuai untuk penyelaman oleh manusia. Sejarah perancangan kapal selam dimulai pada tahun
1578 oleh seorang ahli matematika bernama William Bourne. Ia merancang sebuah kapal yang
dilapisi oleh kulit yang kedap air, namun hal tersebut tidak dapat diwujudkan. Kemudian pada
tahun 1620, seorang warga Jerman bernama Cornelis Drebbel, membuat kapal yang berhasil
menyelam sedalam 360 sampai 450 cm dengan didayung oleh 12 orang. Seorang pastor Italia
bernama Giovanni Alfonso Borelli pada tahun 1680 juga merancang kapal selam yang
digerakkan dengan dayung dan memakai kantung-kantung pengapung dari kulit kambing.
Namun rancangan itu tetap tinggal di atas kertas, dan baru terwujud ketika orang Inggris,
Nethaniel Symons mengkopinya tahun 1747 dan menguji perahunya di Sungai Themes. Kapal
ini mampu bertahan di dalam air selama 45 menit. Kapal selam sederhana tanpa dayung serta
peralatan yang lebih maju dimulai oleh David Bushnell pada tahun 1775. Kapal selam
ciptaannya berbentuk seperti telur, terbuat dari kayu. Kapal selam dengan penggerak bukan
manusia dimulai oleh Robert Fulton. Ia menggunakan mesin uap untuk menjalankan kapalnya
dan untuk memudahkan kapal meluncur maju, kapal ini dibuat dengan bentuk cerutu. Kapal
cerutu ini membawa 2 awak kapal dan sudah mampu menyelam selama beberapa jam. Pada
tahun 1954, Angkatan Laut Amerika Serikat membuat sejarah baru dengan meluncurkan kapal
selam pertama bertenaga nuklir bernama Nautilus. Nautilus pun menjadi kapal selam pertama
yang berhasil melintasi Kutub Utara pada tahun 1958. Prestasi lain diukir oleh kapal selam
Triton yang berhasil mengarungi seluruh lautan di dunia pada tahun 1960. Kapal ini mampu
melintasi jarak sejauh 66.970 km dalam waktu 84 hari saja. Bukan cuma itu, pada tahun 1960 AS
juga telah mulai melengkapi kapal-kapal selam mereka dengan peluru kendali (rudal) antar
benua yang bisa melewati 1.930 km dan menghancurkan sasaran yang dituju.

C. DEMAND/ PENUMPANG TRANSPORTASI LAUT


Indonesia merupukan negara kepulauan yang wilayah daratannya di pisahkan oleh
wilayah perairan yang sangat luas, sehingga peran transportasi laut sangatlah penting
dalam menghubungkan semua wilayah di Indonesia. Fungsi transportasi laut pada
dasarnya adalah untuk mengangkut penumpang atau barang dari satu tempat ke tempat
lain yang dipisahkan oleh wilayah perairan. Dengan adannya transportasi laut maka
dapat membantu terciptanya pola distribusi nasional. Namun, untuk dapat
mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu sistem transprortsi laut yang efektif, efisien
dan aman.
Perpindahan atau pergerakan (movement) dari penumpang dan barang merupakan
dasar terjadinya perdagangan. Melalui sarana tranportasi laut, bahan baku maupun
barang hasil produksi dari satu daerah dapat dipasarkan ke daerah lain. Indonesia,
sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, sangat membutuhkan angkutan
laut yang dapat menjangkau seluruh wilayahnya.
Demand Tranportasi Laut di Indonesia
Perbedaan hasil produksi atau komoditi barang dari satu daerah dengan daerah
lainnya memicu terjadinya perpindahan atau pergerakan barang untuk dapat
memenuhi kebutuhan manusia. Sementara adanya perpindahan atau pergerakan
(movement) dari penumpang dan barang merupakan dasar terjadinya perdagangan.
Adannya bisnis perdagangan baik di dalam maupun luar negeri (Export & Import)
mempengaruhi permintaan jasa angkutan laut di Indonesia karena angkutan laut
menjadi pilihan sebagian besar masyarakat Indonesia dalam melakukan aktivitas
pengiriman barang.

Produksi angkutan laut Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, seiring


meningkatnya produksi laut Indonesia maka jumlah mutan yang tersedia untuk
angkutan laut juga semakin bertambah setiap tahunnya, seperti terlihat pada grafik
berikut ini:

Gambar 1 Jumlah Produksi Angkutan Laut Indonesia (Source: Direktorat Jenderal


Perhubungan Laut, Desember 2009)
Seperti terlihat pada grafik tersebut setiap tahunnya produksi angkutan laut
Indonesia terus meningkat baik untuk di dalam negeri maupun di luar negeri, dengan
produksi angkutan laut yang meningkat jumlah muatan yang tersedia untuk angkutan
laut juga meningkat pada setiap tahunnya pada akhir tahun 2009 jumlah total muatan
yang tersedia mencapai 836,668,838 ton. Pertumbuhan produksi angkutan laut
Indonesia, seperti tampat pada grafik 2 dibawah ini:

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Produksi Angkutan Laut Indonesia (Source: Direktorat


Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)
Meskipun sempat turun pada tahun 2006 – 2008 karena krisis ekonomi yang
terjadi di dunia, namun tidak sampai minus (-) dan pada akhirnya pertumbuhan
produksi angkutan laut Indonesia kembali naik pada tahun 2009 seiring membaiknya
perekonomian dunia dengan tingkat pertumbuhan mencapai 7.43%. Permintaan akan
jasa transportasi laut tidak hanya terbatas pada pengiriman barang tetapi juga pada jasa
penyeberangan penumpang. Mengingat indonesia adalah negara kepulauan yang
wilayah daratannya dipisahkan oleh wilayah lautan yang luas, maka dibutuhkan jasa
penyeberangan dengan angkutan laut. Permintaan akan jasa penyeberangan dengan
transportasi laut bisa dikatakan sangat tinggi, terlihat dengan banyaknya jumlah
penumpang pada setiap tahunnya.

Gambar 3. Jumlah Penumpang Transportasi Laut di Indonesia (Source: Direktorat


Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009)

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan (demand) akan


transportasi laut. Faktor-faktor tersebut, antara lain:
a. Faktor Ekonomi
- Perkembangan GDP (Gross Domestik Product) suatu negara.
- Kondisi perdagangan di dalam dan luar negeri.
- Kebijakan ekonomi (tarif pajak, bunga dll) yang dikeluarkan.
- Struktur ekonomi.
b. Faktor Politik
- Terjadinya peperangan.
- Adannya aliansi politik (MEC, APEC, ASEAN dll).
- Preference terhadap negara tertentu.
c. Faktor Teknologi
- Teknologi transportasi laut
- Teknologi telekomunikasi.

Supply Transportasi Laut di Indonesia

Untuk memenuhi permintaan akan jasa angkutan laut yang sangat tinggi maka
diperlukan armada kapal dengan jumlah yang sangat banyak. Armada kapal yang saat
ini beroperasi di Indonesia dilihat dari kepemilikannya terdiri dari armada nasional dan
armada asing. Kedua armada kapal tersebut bersaing untuk bisa mendapatkan muatan
dengan tujuan pasar dalam negeri maupun luar negeri (export-import). Sejalan dengan
tingginya permintaan akan jasa transportasi laut jumlah kapal yang beroperasi di
Indonesia setiap tahunnya mengalami kenaikan, seperti terlihat pada grafik 4 sebagai
berikut:

Gambar 4. Jumlah Armada Kapal di Indonesia (Source: Direktorat Jenderal


Perhubungan Laut, Desember 2009)

Dengan jumlah armada kapal nasional sebesar 9.164 unit kapal pada tahun 2009,
kapasitas angkut yang mampu disediakan untuk memenuhi permintaan adalah sebesar
3.86 juta GRT. Jumlah tersebut masih akan terus bertambah mengikuti kenaikan
jumlah permintaan jasa angkutan di Indonesia.
Grafik 5. Jumlah Kapasitas Angkut Armada Nasional (Source: Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut, Desember 2009)

Sebelum tahun 2005 jumlah armada asing yang beroperasi di Indonesia adalah
2,447 unit kapal atau sekitar 30% dari total jumlah armada kapal yang beropersi di
Indonesia. Pada tahun 2005 presiden mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor
5/2005 tentang Industri Pelayaran, adanya Inpres tersebut sedikit demi sedikit telah
membangkitkan industri pelayaran di Indonesia. Pelan namun pasti armada kapal
nasioanal setiap tahun jumlahnya semakin bertambah sedangkan sebaliknya armada
kapal asing semakin menurun jumlahnya.
Dalam Inpres Nomor 5 tahun 2005 dimasukkan asas cabotage yang mewajibkan
pengangkutan komoditas antar-pulau di Indonesia menggunakan kapal berbendera
Indonesia secara bertahap hingga tahun 2010. Dengan adanya asas cabotage armada
kapal nasional dapat tumbuh dan perlahan mengambil alih pasar pengiriman barang di
dalam negeri yang sempat dikuasai oleh armada kapal asing.

Grafik 6. Pertumbuhan Armada Kapal Nasional dan Asing (Source: Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut, Desember 2009)

Adanya peranan pemerintah dalam industri pelayaran antara lain dengan


mengeluarkan Inpres Nomor 5 tahun 2005 kemudian disusul dengan UU Pelayaran
nomor 17 tahun 2008, membuat pertumbuhan armada nasional menjadi semakin tinggi
sedangkan untuk armada kapal asing pertumbuhannya menjadi minus (-) karena
jumlahnya yang telah jauh berkurang, seperti terlihat pada grafik 6 diatas.

Grafik 7. Jumlah Angkutan Penyeberangan di Indonesia (Source: Direktorat Jenderal


Perhubungan Laut, Desember 2009)
Selain jasa pengiriman barang, permintaan akan jasa penyeberangan dengan
meggunakan transportasi laut juga mengalami mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Transportasi laut telah menjadi pilihan masyarakat Indonesia untuk bepergian, namun
hal tersebut tidak di ikuti dengan pertumbuhan jumlah angkutan penyeberangan. Pada
grafik 7 terlihat bahwa jumlah angkutan penyeberangan tidak mengalami kenaikan yang
berarti bahkan cenderung konstan setiap tahunnya. Dengan sejumlah angkutan tersebut
pada saat-saat tertentu misalnya saat hari raya, penumpang harus berdesakan dan
bahkan tidak mendapatkan tempat. Diperlukan penambahan angkutan penyebrangan
di Indonesia untuk dapat mencegah terjadinnya penumpukan penumpang dan barang
di pelabuhan, yang dapat menyebabkan terhambatnya proses distribusi penumpang dan
barang.

D. PRASARANA TRANSPORTASI LAUT

1. SARANA

A. KAPAL
KRI Dewaruci, sebuah jenis kapal layar milik TNI Angkatan Laut

Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dsb)[1]
seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk membawa
perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam istilah inggris, dipisahkan antara ship yang lebih
besar dan boat yang lebih kecil. Secara kebiasaannya kapal dapat membawa perahu tetapi perahu
tidak dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya dimana sebuah perahu disebut kapal selalu
ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan atau kebiasaan setempat.
Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau lautan yang
diawali oleh penemuan perahu. Biasanya manusia pada masa lampau menggunakan kano, rakit
ataupun perahu, semakin besar kebutuhan akan daya muat maka dibuatlah perahu atau rakit yang
berukuran lebih besar yang dinamakan kapal. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan
kapal pada masa lampau menggunakan kayu, bambu ataupun batang-batang papirus seperti yang
digunakan bangsa mesir kuno kemudian digunakan bahan bahan logam seperti besi/baja karena
kebutuhan manusia akan kapal yang kuat. Untuk penggeraknya manusia pada awalnya
menggunakan dayung kemudian angin dengan bantuan layar, mesin uap setelah muncul revolusi
Industri dan mesin diesel serta Nuklir. Beberapa penelitian memunculkan kapal bermesin yang
berjalan mengambang di atas air seperti Hovercraft dan Eakroplane. Serta kapal yang digunakan
di dasar lautan yakni kapal selam.

Berabad abad kapal digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang sampai
akhirnya pada awal abad ke-20 ditemukan pesawat terbang yang mampu mengangkut barang dan
penumpang dalam waktu singkat maka kapal pun mendapat saingan berat. Namun untuk kapal
masih memiliki keunggulan yakni mampu mengangkut barang dengan tonase yang lebih besar
sehingga lebih banyak didominasi kapal niaga dan tanker sedangkan kapal penumpang banyak
dialihkan menjadi kapal pesiar seperti Queen Elizabeth dan Awani Dream.

B. Kapal feri
Kapal feri atau kapal penyeberangan
adalah sebuah kapal transportasi jarak dekat.
Feri mempunyai peranan penting dalam sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir
pantai, membuat transit langsung antar kedua tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan
jembatan atau terowong.
Feri pejalan kaki dengan banyak pemberhentian, seperti di Venesia, kadang kala dikenali
sebagai bis air atau taksi air.

C. SAMPAN

Sampan di sungai Cibeet, perbatasan Kabupaten Bekasi-


Karawang

Sampan di Sungai Yangtze (Chang Jiang), Tiongkok

Sampan (bahasa Tionghoa: 舢舨) adalah sebuah perahu kayu Tiongkok yang memiliki

dasar yang relatif datar, dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter yang digunakan sebagai alat
transportasi sungai dan danau atau menangkap ikan. Sampan dapat mengangkut penumpang 2 - 8
orang, tergantung ukuran sampan. Sampan ada kalanya memiliki atap kecil dan dapat digunakan
sebagai tempat tinggal permanen di perairan dekat darat. Sampan biasanya tidak digunakan
untuk berlayar jauh dari daratan karena jenis perahu ini tidak memiliki perlengkapan untuk
menghadapi cuaca yang buruk.
2. PRASARANA
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima
kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya
memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal
yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun
pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti
pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur
tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.

Pelabuhan juga dapat di definisikan sebagai daerah perairan yang terlindung dari gelombang laut
dan di lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi :

 dermaga, tempat di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang.
 crane, untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang.
 gudang laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang akan di
pindah ke kapal.

Pelabuhan juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu dan
sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. (Triatmodjo,
2009)

Galangan kapal

Galangan kapal di Klaksvík, Kepulauan Faroe


Kapal yang sedangan dibangun di galangan Gdynia Shipyard
Galangan kapal adalah sebuah tempat yang dirancang untuk memperbaiki dan membuat
kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa kapal pesiar/yacht, armada militer, cruise line, pesawat
barang atau penumpang.

Negara-negara dengan kemampuan membangun industri pembuatan kapal besar termasuk Korea
Selatan, Jepang, dan Republik Rakyat Tiongkok. Industri pembuatan kapal di Eropa lebih
terpecah dibanding dengan di Asia. Dalam negara-negara Eropa ada lebih banyak perusahaan
kecil, dibanding dengan pembuat kapal di Asia yang lebih sedikit namun besar.

Kebanyakan pembuat kapal di Amerika Serikat dimiliki pribadi, dengan yang terbesar adalah
Northrop Grumman sebuah kontraktor pertahanan multi-miliar dolar.

Sebuah lokasi galangan kapal besar akan berisi banyak crane, dok kering, slipway, gudang
bebas-debu, fasilitas pengecatan dan tempat yang sangat luas untuk fabrikasi kapal-kapal
tersebut.

Setelah tidak layak digunakan, kapal tersebut akan melakukan perjalanan terakhir ke galangan
penghancuran kapal, seringkali di sebuah pantai di Asia Selatan. Dahulu pemecahan kapal
dilaksanakan di dok kering di negara maju, tetapi gaji tinggi dan peraturan lingkungan telah
mengakibatkan pergerakan industri ini ke wilayah yang sedang berkembang.
BAB II
KESIMPULAN
Industri pelayaran, bahkan transportasi Laut yang merupakan salah satu bagiannya
memiliki banyak aspek yang saling terkait. Karena itu, upaya peningkatan daya saing pada aspek
yang relevan perlu dilakukan secara simultan. Aspek relevan tersebut meliputi Pembenahan
administrasi dan manajemen pemerintahan di laut, termasuk keselamatan dan keamanan Laut
serta perlindungan laut.
Industri transportasi laut menghadapai situasi pelik, yaitu timbulnya masalah
ketergantungan pada kapal sewa asing dan kelebihan kapasitas armada secara bersamaan.
Pangkal pelik situasi tersebut berasala dari lingkungan investasi perkapalan yang tidak kondusif.
Perusahaan pelayaran yang ingin meremajakan armadanya , sulit memperoleh dukungan dana.
Jika dibiarkan, kepelikan tersebut akan seperti spiral yang menyeret perusahaan pelayaran kearah
keterpurukan yang semakin dalam.

Hanya ada satu persyaratan yang dibutuhkan, agar perusahaan pelayaran nasional dapat
keluar dari keterpurukan tersebut, yaitu iklim investasi yang kondusif. Kondusivitas tersebut
diperlukan untuk memberdayakan perusahaan pelayaran, sehingga perusahaan pelayaran tersebut
memiliki beberapa karakteristik kemampuan dalam hal: mengakses sumber dana keuangan untuk
pengadaan kapal yang dibutuhkan menikmati laba bisnis yang stabil menghindari kemrosotan
asset kapal dalam jangka menengah dan panjang melakukan reinvestasi pada armada yang lebih
berdaya saing.

Anda mungkin juga menyukai