Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI PELAYANAN KONSELING pada KEBIDANAN

Menurut Sujianto tahun 2003, Fungsi pelayanan konseling pada kebidanan adalah
1. Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
2. Penyesuain : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, kultural dan
lingkungan.
3. Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien.
4. Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan
derajat kesehatan.

JENIS PELAYANAN KONSELING KEBIDANAN

A. Konseling remaja dan kesehatan reproduksi remaja


Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Remaja
adalah mereka yang berusia 10 sampai 18 tahun. Sedangkan, menurut World Health
Organization (WHO), yang di maksud remaja adalah laki – laki dan perempuan berusia 18
sampai 24 tahun. Istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelangsungan hidupnya. Kesehatan reproduksi remaja adalah
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi remaja. Saat ini,
sebagian besar remaja sudah aktif secara seksual, aktivitas seksual yang tidak sehat dapat
menyebabkan remaja terpapar berbagai masalah kesehatan reproduksi. Masalah tersebut
dipengaruhi oleh beberapa factor di antaranya menikah dan melakukan hubungan seksual
pada usia dini, akses pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual,
dan pengaruh media masa (Outlok 2000).
Menurut Tyastuti 2008, Kualitas sumber daya manusia suatu bangsa, salah satunya
ditentukan oleh anak – anak dan remaja. Remaja merupakan aset bangsa yang sangat
menentukan bagaimana kualitas bangsa di masa mendatang baik kulitas kepribadian,
kesehatan, maupun pendidikannya. Saat ini, masalah pendidikan dan kesehatan remaja
menjadi topic pembicaraan diberbagai kalangan. Remaja di hadapkan pada beragam
persoalan kesehatan yang memengaruhi dan membahayakan kualitas remaja putri, narkoba,
IMS termasuk HIV, aborsi dan kekerasan. Sebenarnya, permasalahan tersebut tidak akan
terjadi jika remaja dibekali informasi atau pengetahuan yang jelas dan akurat. Bidan, sebagai
salah satu tenaga kesehatan dan anggota masyarakat, bertanggung jawab terhadap
permasalahan yang dihadapi remaja. Untuk itu, peranan bidan sebagai konselor akan sangat
membantu dalam penanganan masalah remaja. Menjadi tugas bidan untuk memberikan
bimbingan dan konseling, sehingga dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan
reproduksi remaja.
Topik konseling remaja yang dapat diberikan bidan meliputi hal – hal berikut :
1. Remaja dan kesehatan reproduksi remaja
2. Seksualitas
3. Pengenalan organ reproduksi laki – laki dan perempuan
4. Proses terjadinya kehamilan, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan aborsi yang tidak
aman.
5. Metode – metode pencegahan kehamilan
6. Infeksi menular seksual dan HIV/AIDS
7. Isu gender
8. Narkoba dan zat adiktif
9. Kesehatan masyarakat
10. Hubungan dengan pasagan sebelum dan sesudah menikah
11. Kekerasan pada remaja

B. Konseling pada Calon ibu


Menurut Tyastuti tahun 2008, Secara naluriah wanita punya insting/naluri keibuan, dan
sudah sewajarnya tumbuh dan berkembang pada setiap ibu, akan tetapi tidak selamanya
terjadi demikian karena perkembangan nilai keibuan dapat terganggu. Dalam melakukan
komunikasi kepada calon ibu perlu memperhatikan. Anak gadis sebagai calon ibu, fungsi
seksual telah Nampak yaitu fungsi reproduksi dan fungsi erotis. Wanita/gadis yang telah
mengalami menstruasi menunjukkan kematangan fungsi seksualnya, ini merupakan
pengalaman psikis dan banyak gejala yang muncul. Akan tetapi ada beberapa peristiwa yang
menjijikan.
Bila tidak di ikuti informasi terapeutik pada calon ibu dengan lebih menitikberakan kepada :
1. Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi.
2. Memberikan bimbingan tenntang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa
menstruasi.
3. Memberi bimbingan tentang persiapan perkawinan, dihubungkan dengan
NKKBS/kelurga berkualitas.
4. Persyaratan – persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.
5. Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan
emosi dan peran yang pernah terjadi.
6. Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.

C. Konseling Pada Masa Antenatal atau Konseling Pada Ibu Hamil


Menurut Tyastuti tahun 2008, Konseling yang diberikan oleh bidan pada trimester
pertama dan kedua adalah pemberian informasi tentang perubahan yang terjadi pada
perkembangan janin sesuai usia kehamilan, serta perubahan yang terjadi pada ibu sendiri dan
pencegahannya. Konseling pada trimester ketiga berfokus pada intervensi yang diberikan
pada klien adalah keadaan janin dalam rahim, posisi janin yang berkaitan dengan letak janin
persiapan persalinan baik yang letak normal ataupun yang tidak normal didahului dengan
penjelasan tanda persalinan normal dan resiko tinggi. Bidan juga memberikan informasi
tentang tempat bersalin sesuia dengan kondisi normal dan patologis. Bidan juga memberi
informasi tentang hal yang berkaitan dengan laktasi dan pemberian ASI.
Konseling pada masa antenatal pertama ditujukan pada ibu dengan kehamilan pertama, dalam
hal itu budan perlu menginformasikan beberapa hal:
Trimester I
 Perubahan fisiologis
Perubahan fisik yang dialami pada masa antenatal trimester pertama adalah:
1. Mual yang dapat disertai muntah umumnya terjadi pada awal kehamilan dan reda
pada kehamilan empat bulan. Keadaan ini paling mungkin merupakan reaksi sistemik
terhadap peningkatan esterogen dan atau penurunan glukosa dalam darah.
Konseling :
 Menganjurkan pada ibu untuk makan 6 x sehari dalam jumlah sedikit setiap hari.
2. Nyeri tekan pada payudara terjadi pada awal kehamilan dan berlangsung terus selama
kehamilan karena perubahan hormonal.
Konseling :
 Menganjurkan pada ibu untuk menggunakan BH yang menyokong dan tidak
terlau menekan.
3. Terjadi hiperpalisipasi, kemungkinan ini terjadi sebagai reaksi lokal terhadap
pengarus esterogen.
Konseling :
 Menganjurkan pada ibu untuk menggunakan pembersih mulut.
4. Sakit kepala karena tekanan emosi, ketegangan mata, pembengkakan vaskuler dan
kongesti sinus akibat stimulasi hormonal.
Konseling :
 Menganjurkan pada ibu untuk meletakkan kain lembab pada dahi.
 Perubahan psikologis
Perubahan psikologis pada ibu hamil bukan merupakan gangguan psikologis atau
kejiwaan, tetapi merupakan bentuk perubahan fisiologis pada ibu hamil. Hal ini disebabkan karena
adanya perubahan fisik. Kecenderungan ibu hamil pada trimester pertama merasakan
ketidaknyamanan, perasaan ingin marah, tidak menentu yang tidak diketahui penyebabnya.

Trimester II
 Perubahan fisiologis
1. Nyeri epigastrium yang disebabkan oleh regurgitasi isi lambung yang bersifat
asam kedalam esofagus, bisa disebabkan ketengangan dan muntah pada trimester
ketiga.
Konseling:
 Menganjurkan pada ibu untuk menghindari makanan secara berlebihan dan
makanan yang pedas, berlemak, dan gorengan.
2. Edema mata kaki karena penurunan curah balik pada ekstermitas bagian bawah.
Konseling :
 Menganjurkan pada ibu untuk meninggikan kaki saat istirahat dan jangan berdiri
terlalu lama.
3. Varices vena karena sirkulasi yang buruk dan melemahnya dinding pembuluh
darah.
Konseling :
 Menganjurkan pada ibu untuk berjalan kaki dipagi hari secara teratur.

 Perubahan psikologis
Ibu sudah mulai menenerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan
pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan
bayinya. Banyak ibu merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang
dirasakannya pada trimester pertama. Pada trimester keduarelatif lebih bebas dari
ketidaknyamanan fisik, ukuran perut belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih
banyak dan hal yang menyebabkan kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari
perhatian ibunya menjadi mencari perhatian pasangannya, semua faktor ini berperan pada
meningkatnya libido dan kepuasan seks.

Trimester III
 Perubahan fisiologis
1. Sakit pada punggung, diakibatkan karena meningkatnya berat badan bayi dalam
kandungan.
Konseling :
 Menganjurkan pada ibu untuk memakai sepatu tumit rendah.

2. Masalah tidur
Gerakan janin terutama di malam hari akan membuat sulit untuk dapat tidur nyenyak.
Konseling :
 Menganjurkan pada ibu untuk Posisi posisi tidur yang nyaman .
 Perubahan psikologis
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang
atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai
merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan dan
merasa khawatir akan keselamatannya. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali
pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek, sehingga
memerlukan perhatian lebih besar dari pasangannya, disamping itu ibu mulai merasa sedih
karena akan terpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil, terdapat perasaan mudah terluka (sensitif). Hasrat seksual tidak setinggi pada trimester
kedua karena abdomen merupakan sebuah pengahalang. Posisi alternatif untuk hubungan
seksual dan metode alternatif yang memberikan kepuasan seksual mungkin membantu atau
malah menimbulkan perasaan bersalah jika ada ketidaknyamanan dalam berhubungan
seksual. Bersikap terbuka dengan pasangan atau konsultasi dengan bidan atau tenaga
kesehatan

D. Konseling Pada Ibu Melahirkan


Menurut Wulandari tahun 2009, Perubahan pada masa ibu yang sudah melahirkan
yaitu :
 Perubahan psikologis
1. Fase Laten: Pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa
kehamilannya akan segera berakhir. Namun, pada awal persalinan wanita basanya
gelisah, gugup, cemas dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena
kontraksi. Biasanya dia ingin berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-
jalan dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari bahwa proses
ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut.
2. Fase Aktif: Saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan maksimum rasa
khawatir wanita menjadi meningkat. Kontraksi menjadi semakin kuat dan
frekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan
ini wanita akan menjadi lebih serius. Wanita tersebut menginginkan seseorang untuk
mendampinginya karena dia merasa takut tidak mampu beradaptasi dengan
kontraksinya. Kegiatan konseling pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan
pada ibu yang akan melahirkan dengan konseling mengatasi ketidaknyamanan
berkaitan dengan perubahan fisiologis dan psikologis selama persalinan, dan kegiatan
bimbingan proses melahirkan. Tujuan aktifitas ini untuk kesejahteraan ibu dan proses
kelahirannya dapat berjalan dengan semestinya.
Langakah dalam konseling kebidanan pada ibu melahirkan:
1. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2. Kehadiran
Merupakan bemtuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi semua
kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bidan dalam
memberikan pendampingan klien yang bersalin difokuskan secara fisik dan
psikologis.
3. Mendengarkan
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluarga klien.
4. Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan
Merupakan upaya untuk memberikan rasa percaya diri pada klien, bahwa klien dapat
menyelesaikan persalinannya.
5. Memandu persalinan dengan memandu
Misalnya : Bidan menganjurkan kepada klien untuk meneran pada saat his
berlangsung.
6. Mengadakan kontak fisk dengan klien
Misalnya : mengelap keringat, mengipasi, memeluh pasien, menggosok punggung
klien.
7. Memberikan pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya.
Misalnya : Bidan mengatakan: “Bagus ibu, pintar sekali menerannya”.
8. Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran putranya dan mengatakan
ikut bahagia.

E. Konseling pada ibu nifas


Menurut Wulandari tahun 2009, Masa nifas adalah masa setelah melahirkan. Pada
masa nifas, ibu biasanya merasa lelah, pendampingan harus tetap diberikan oleh bidan karena
12 jam pertama masa nifas dapat terjadi perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu.
Setelah melakukan pemeriksaan, lakukan komunikasi interpersonal dan konseling dengan ibu
tentang informasi yang berkaitan dengan masa nifas. Ciptakan suasana yang nyaman dan bina
hubungan baik dengan ibu agar ibu merasa nyaman. Konseling yang dapat dilakukan pada
ibu nifas diantaranya sebagai berikut.
 Konseling untuk Ibu :
1. Proses masa nifas
2. Keluhan umum 1 – 72 jam masa nifas
3. Tanda – tanda kegawatan masa nifas pada ibu
 Perdarahan karena sisa plasenta belum lahir
 Perdarahan karena kontraksi uterus lemah (atonia)
 Demam, cairan darah berbau dari jalan lahir
 Konseling untuk Bayi
1. Tanda – tanda kegawatan masa nifas pada bayi (depresi bayi)
2. Kebersihan bayi
3. Perawatan tali pusat
4. Imunisasi
5. Status kesehatan bayi
6. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan bayi

F. Konseling pada Ibu Menyusui


Menurut Wulandari tahun2009, Perubahan pada masa ibu menyusui yaitu :
 Perubahan fisiologis
Kelenjar susu mulai bekerja yang dipengaruhi hormone – hormone maka mulailah
masa menyusui.
 Perubah psikologis
Ibu merasa terpisah dengan bayinya. Gejolak emosi yang muncul yaitu ibu cemas
dengan keselamatan bayinya, cemas tidak dapat memberi ASI dan perawatan cukup,
tetapi ada juga yang sebaliknya benci kepada anaknya. Kondisi yang mencemaskan
dimana ibu takut menyusui bayinya, takut payudara jadi jelek, masalah lain karena
ASI tidak keluar, takut bayi kurang makan/ASI.
 Pelaksanaan Komunikasi
Komunikasi ditekankan kepada peranan ibu untuk memberikan air susunya kepada
bayi sebagai wujud pertalian kasih saying.

G. Konseling Menopause
Menurut Yunita tahun 2009, Perubahan pada masa menopause yaitu :
 Perubahan fisiologis
Kadang – kadang muncul gangguan yang menyertai akibat menurunnya hormone
estrogen dan progresteron, seperti haid tidak teratur, keringat dingin, rasa panas di
wajah (hot flash), jantung berdebar – debar, sakit saat berhubungan seks (dispareuni)
dll.
 Perubahan Psikologis
Ibu merasa cemas, takut akan masalah – masalah/keluhan – keluhan yang terjadi.
 Pelaksanaan Komunikasi :
1. Menjelaskan bahwa menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita.
2. Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi
pada usia subur maupun klimakterium.
3. Memberikan informasi tempat – tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan
dengan cek kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.
4. Membantu klien dalam mengambil keputusan
5. Komunikasi pada menopause harus memperhatikan sifat – sifat dari menopause
itu sendiri agar pesan yang di sampaikan dapat dicerna dengan baik.
6. Karena fungsi dari organ tubuhnya mulai berkurang maka komunikasi bias
menggunakan alat bantu untuk mempermudah dalam memahami pesan yang
disampaikan.
 Komunikasi bisa menggunakan beberapa pendekatan di antaranya :
1. Pendekatan biologis : yaitu menitik beratkan pada perubahan – perubahan bilogis
yang terjadi pada menopause sepert anatomi fisiologi serta kondisi patologi yang
bersifat mutipel dan kelainan fungsional pada menopause.
2. Pendekatan psikologis : yaitu menitik beratkan pada pemeliharaan dan
pengembangan fungsi – fungi kognitif, afektif, kontaif dan kepribadian secara
optimal.
3. Pendekatan social budaya yaitu : menitik beratkan pada masalah social budaya
yang mempengaruhi menopause.

H. Konseling pada Lanjut Usia (Lansia)


Menurut Yunita tahun 2009, Konseling yang dilakukan pada lansia bergantung pada
tipe psikologis lansia yang akan dibagi menjadi lima tipe, antara lain
1. Tipe kepribadian konstrukstif (construction personality), tipe ini tidak perlu konseling
tetapi konselor dibutuhkan sebagai pendamping bagi yang membutuhkan, namun jika
beliau masih memiliki anak dan pasangan hidup berarti ia sudah cukup memiliki
pendamping sebaiknya jangan dipaksakan,
2. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), disini konselor dapat
membangkitkan keinginan konseli untuk berbuat sesuatu bagi orang lain atau
mungkin memberikan penyuluhan tentang makanan yang sehat bagi lansia, sebab
konseling disini berguna agar lansia memahami bahwa kemampuan dan
pengalamannya masih bermanfaat bagi orang lain,
3. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), konselor bekerja dengan labih
banyak mendengarkan sebelum perlahan mengubah persepsi lansia yang tidak suka
menjadi tua dan pensiun, sehingga ia bisa menerima hal tersebut,
4. Tipe kepribadian bermusuhan (hosility personality), tipe ini paling sulit didekati,
mungkin konselor hanya berguna sebagai pendamping seperti pada tipe konstruktif,
5. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), konseling disini berguna untuk
memberikan support bagi lansia, yang mana konseling bertujuan untuk
menghilangkan persepsi yang negatif tentang diri konseling.

I. Konseling keluarga Berencana (KB)


Menurut Yunita tahun 2009, Salah satu aspek penting dalam meningkatkan
keberhasilan program KB dan kesehatan reproduksi perempuan adalah dengan melakukan
konseling. Dengan konseling, bidan dapat membantu klien untuk memilih dan memtuskan
jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Jika menggunakan teknik konseling yang baik dan
memberikan informasi yang tepat, maka klien akan lebih yakin dan merasa lebih puas dalam
menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Untuk mencapai tujuan konseling dalam
pelayanan KB, bidan sebagai konselor harus mempunyai sikap sebagai berikut :
1. Memperlakukan klien dengan baik.
Sikap yang dibutuhkan bidan untuk dapat memperlakukan klien dengan baik
diantaranya sabar, menghargai setiap klien, membina rasa saling percaya (trust),
terbuka dan tidak menganggap remeh klien.
2. Interaksi dengan klien.
Pada saat melakukan interaksi dengan klien, bidan sebagai konselor harus
mendengarkan apa yang disampaikan klien. Gunakan teknik mendengar efektif
dan bersikap empati. Misalnya, ibu dengan usia dan jumlah anak yang cukup atau
mungkin lebih, datang ke bidan menghendaki informasi mengenai metode
kontrasepsi yang akan digunakan, bidan tidak boleh secara langsung melakukan
penilaian (judgement) terhadap ibu karena selama ini tidak menggunakan
kontrasepsi apapun, bidan sebagai konselor harus memberikan informasi
mengenai metode operasi (tubektomi dan vasektomi).
3. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan.
Penjelasan diperlukan klien untuk menentukan pilihan (informed choice).
Penjelasan dengan menggunakan bahasa yang dimengerti klien dan memfokuskan
(focusing) akan lebih bermanfaat daripada menjelaskan semua jenis kontrasepsi.
Pemberian informasi yang terlalu banyak akan menyebabkan ketidakmengertian
dan kesulitan klien untuk mengingat informasi, sehingga klien sulit untuk
menentukan pilihan. Bidan, sebagai konselor, harus mempersilahkan klien untuk
berdiskusi, bertanya, dan mengajukan pendapat.
4. Menyediakan metode yang diinginkan klien.
Dalam proses konseling KB, bidan harus mengkaji apakah klien sudah mengerti
mengenai jenis kontrasepsi, cara penggunaan, serta keuntungan dan kerugiannya.
Proses konseling dimulai dengan memperkenalkan klien pada berbagai jenis
kontarsepsi yang tersedia atau yang ada dalam proram KB. Bidan mendukung
klien untuk berpikir dan memberi kesempatan kepada klien untuk melihat
persamaan dan membandingkan berbagai jenis kontrasepsi yang ada agar klien
lebih mudah mengambil keputusan.

5. Membantu klien mengerti dan mengingat.


Penggunaan alat peraga (contoh model) berbagai jenis kontrasepsi akan sangat
membantu klien untuk mengerti tentang berbagi jenis alat kontrasepsi. Bidan
dapet menggunakan lembar balik (flip charts), poster, pamflet, halaman
bergambar, model dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), ataupun menciptakan sendiri model untuk melakukan proses konseling
tentang KB. Alat peraga boleh dibawa pulang oleh klien dengan harapan klien
dapat membaca dan mempelajarinya dirumah.

PENGERTIAN KONSELING INTERPESONAL


Menurut Tyastuti tahun 2008, pengertian konseling interpersonal adalah interaksi
yang dilakukan dari orang ke orang yang bersifat 2 arah baik secara verbal ataupun non
verbal, dengan saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau
individu didalam kelompok kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Tyastuti, Siti, dkk. 2008. Komunikasi & Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya

Uripni, Sujianto, Indrawati, 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.

Wulandari, Diah. 2009. Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Yunita, Rita, dkk. 2009. Komunikasi Konseling Dalam Kebidanan. Jakarta:


Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai