BIOKIMIA
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
dan gugus amina dalam sebuah molekul. Akibatnya, suatu asam amino akan
dipolar, yaitu suatu ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Asam amino
pada umumnya diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, dengan cara ini
cara, salah satunya adalah dengan kromatografi partisi. Metode ini didasari
oleh kemampuan suatu jenis asam amino yang terlarut dalam suatu campuran
pelarut tertentu pada fase stasioner. Pada kromatografi lapis tipis, yang
digunakan sebagai fasa stasioner adalah suatu lembaran tipis siliki gel. Untuk
dapat memperoleh pemisahan asam amino yang baik, maka dapat digunakan dua
fase pelarut atau tiga fase pelarut. Namun pada percobaan ini digunakan tiga
fase, yaitu n-butanol, asam asetat, dan air. Selain itu kita akan menentukan nilai
Rf asam amino serta mengidentifikasi asam amino dalam suatu larutan sampel
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami cara
menggunakan metode kromatrografi lapis tipis yang fase geraknya terdiri dari
campuran n-butanol, asam asetat dan air dengan fase diamnya adalah lapis tipis
KLT. Karena setiap asam amino memiliki nilai Rf yang berbeda maka sampel
asam amino yang tidak diketahui dapat ditentukan jenisnya berdasarkan dengan
nilai Rf standar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino yang diperoleh dari larutan hidrolisis protein adalah asam
amino α. Artinya, gugus amino berada pada atom karbon α, yaitu disebelah gugus
pada karbon α. Dengan demikian, semua asam amino α kecuali glisin bersifat
H CH CO2H
NH2
gugus karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai ion karboksilat. Struktur
dipolar ini konsisten dengan sifat asam amino yang seperti garam, yang memiliki
titik leleh yang agak tinggi (bahkan yang paling sederhana, glisina, meleleh pada
suhu 233°C) dan kelarutannya dalam pelarut organik relatif rendah). Asam amino
pada basa kuat, atau dapat juga berperilaku sebagai basa dan menerima proton
dari asam kuat. Perilaku ini dinyatakan dalam kesetimbangan berikut untuk asam
amino dengan satu gugus amino dan satu gugus karboksil (Hart dkk., 2003).
amina. Dalam kondisi cer-tain gugus amina dari satu molekul dan gugus
karboksil dapat bereaksi, menyatukan dua asam amino oleh ikatan amida.
hidup sistem-sistem sutra, rambut, kulit, otot, dan jaringan ikat adalah protein, dan
dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non esensial. Asam amino
esensial tidak dapat di produksi oleh tubuh sehingga sering harus ditambahkan
dalam bentuk makanan, sedangkan asam amino non esensial dapat diproduksi
dalam tubuh. Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air,
namun tidak larut dalam pelarut organik non polar (Sitompul, 2004).
pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang
diteteskan sedikit demi sedikit pada kertas kromatografi pada pada titik tertentu
(A) dan kemudian ujung kertas dicelupkan ke dalam pelarut tertentu. Pelarut ini
dalam campuran tersebut. Asam amino yang mudah larut dalam pelarut tertentu
itu, misalnya pelarut organik, akan terbawa naik lebih jauh daripada yang sukar
larut. Setelah pelarut mencapai bagian atas atau garis akhir, kertas diangkat dari
pelarut kemudian dibiarkan kering dengan sendirinya di udara. Dengan proses ini
asam-asam amino akan terpisah satu dengan yang lain, dengan penyemprotan
pereaksi ninhidrin pada kertas kromatografi tersebut kan tampak noda-noda biru
yang membuktikan adanya asam amino yang terpisah itu. Jarak yang telah
ditempuh oleh suatu asam amino tertentu (b), dibandingkan dengan jarak yang
ditempuh oleh suatu pelarut dari garis awal hingga garis akhir (a) diberi lambang
Rf. Harga Rf yaitu b/a merupakan ciri khas suatu asam amino pada pelarut
macamnya pada kromatografi kertas seperti yang telah dilakukan di atas, dapat
diketahui macam asam amino yang diperiksa (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
menentukan apakah mereka bisa bergerak atau tidak dalam sistem itu. Karena itu
dalam kromatografi, perlu dilakukan pemilihan fase bergerak maupun fase diam
sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang
bergerak dapat berupa cairan maupun gas. Dalam semua teknik kromatografi,
zat-zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom, dan tentu saja
laju pemisahan terlatak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan
protein yang lengkap, sementara mereka yang tidak mengandung semua asam
protein dari makanan (misalnya, protein kedelai, protein telur, kasein) dalam
bentuk suplemen gizi telah mengakibatkan jumlah tinggi asam amino esensial dan
jumlah rendah lemak makanan. Protein adalah protein berkualitas tinggi, yang
mengandung jumlah yang lebih tinggi dari semua asam amino yang diperlukan
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan sampel, larutan
asam amino 0,01 M (glisin, alanin, asparagin), eluen (n-butanol, asam asetat, dan
air), plat KLT, larutan ninhidrin 2 %, akuades, kertas label, dan tissue roll.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah plat KLT, chamber, oven,
pipa kapiler 0,5 µL, gelas ukur 10 mL, botol semprot, pipet tetes, gegep, pinset,
n-butanol, asam asetat, dan air dengan perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 mL
eluen jenuh.
dengan ukuran yang telah ditentukan dengan 1 cm dari tepi atas dan tepi bawah.
Kemudian larutan asam amino dan larutan sampel ditotolkan pada plat KLT pada
titik yang ditentukan dengan menggunakan pipa kapiler 0,5 µL. Plat KLT yang
Setelah chamber dijenuhkan dari eluen, plat KLT yang telah ditotol oleh
larutan asam amino dan larutan sampel dimasukkan ke dalam chamber untuk
dielusi. Proses elusi dihentikan ketika eluen telah mencapai batas yang telah
ditentukan. Plat KLT dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan dalam suhu
dikeringkan dalam inkubator. Setelah plat KLT kering, terbentuklah noda. Noda
yang dihasilkan diberi lingkaran dengan menggunakan pensil serta diukur jarak
totolan ke noda dan jarak tempuh eluen dengan menggunakan penggaris untuk
4.2 Reaksi
C OH
C + H3C CH COOH
C OH
NH2
ninhidrin alanin
O
O
HO C
C OH
C
C + NH3 +
H C
C OH
O
O
hidridantin
ninhidrin
O
HO C
H C O
hidridantin
O O
C C
C N C + 3H2O
C C
OH O
diketodihidrindilendiketodihidrindamin
warna biru ungu
4.3 Pembahasan
dan tirosin) dan larutan sampel menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)
dengan proses elusi dan menghitung nilai Rf yang diperoleh dari perbandingan
larutan n-butanol, asam asetat, dan air dengan perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v.
Pemilihan ketiga pelarut ini didasarkan pada perbedaan kepolaran dari ketiga
pelarut tersebut, dengan urutan kepolaran air > n-butanol > asam asetat. Hal ini
dilakukan agar pada saat pengidentifikasian asam aminonya, akan terlihat lebih
jelas perbedaan dari noda yang ditimbulkan. Setiap asam amino memiliki
koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut tertentu. Asam amino yang
amemiliki afinitas terhadap fasa gerak (pelarut) yang lebih besar akan tertahan
lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang afinitasnya terhadap fasa
gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam. Dengan demikian asam
amino dapat dipisahkan akibat perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa
diamnya. Prinsip percobaan KLT ini didasarkan pada sifat fisik dan kimia asam
amino. Sifat fisik ditunjukkan oleh kecepatan bergerak pada fase diam dari kertas
kromatografi dan sifat kimianya berdasarkan pada warna yang timbul ketika
digunakan. Sebelum dilakukan penotolan larutan asam amino, plat KLT terlebih
uap air pada plat KLT, sehingga dalam proses elusi nantinya plat KLT dapat
menyerap eluen dengan baik. Setelah dilakukan aktifasi plat KLT, selanjutnya
larutan asam amino ditotolkan pada plat KLT di bagian base line tepi bawah
menggunakan pipa kapiler. Setiap penotolan asam amino dilakukan tegak lurus
dengan bidang tempat menotol, serta hanya dilakukan satu kali. Tujuannya adalah
dahulu dijenuhkan dengan eluen dengan cara menutup rapat chamber yang berisi
eluen dengan menggunakan isolasi. Tujuan penjenuhan ini adalah agar proses
elusi dapat berjalan dengan cepat serta untuk mencegah penguapan eluen. Setelah
eluen dijenuhkan dan plat KLT telah ditotolkan larutan asam amino dan sampel,
plat KLT dimasukkan dalam chamber dan dilakukan proses elusi sampai bayang-
bayang eluen mencapai end line (batas akhir elusi). Setelah plat KLT diangkat
yang bertujuan untuk memberikan warna pada noda asam amino dan ninhidrin
warna ungu (lembayung) bagi asam amino glisin dan larutan sampel. Untuk
memperjelas noda asam amino, plat KLT dimasukkan dalam inkubator. Proses
elusi dibiarkan beberapa saat agar eluen mencapai jarak tertentu yang telah diberi
tanda dan setelah sampai pada garis tanda, plat KLT dikeringkan dengan
inkubator agar pelarut menguap sempurna sehingga noda yang terbentuk tidak
melebar. Selanjutnya dilakukan pengukuran jarak eluen dan jarak noda dari
tempat penotolan.
bervariasi antara satu asam amino dengan asam amino yang lainnya. Nilai Rf
glisin 0,26 cm, alanin 0,25 cm, asparagin 0,35 cm dan nilai Rf sampel 0,26 cm.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Nilai Rf untuk asam amino glisin adalah 0,26 cm, alanin 0,25 cm, aspargain
5.2 Saran
Alat yang digunakan pada percobaan ini terutama pipet tetes diperbanyak,
Sebaiknya menggunakan asam amino yang lain agar lebih banyak yang
Day, R. A., dan Underwood, A.L., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam,
diterjemahkan oleh : Iis Sopyan, Erlangga, Jakarta.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik: Edisi Sebelas,
diterjemahkan oleh : Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Kerksick, C. M., Rasmussen, C. J., Lancaster, S. L., Magu, B., Smith, P., Melton,
C., Greenwood, M., Almada, A. L., Earnest, C. P., Kreider, R. B., 2006,
The Effect of Protein and Amino Acid Supplementation On Performance
and Training Adaptations During Ten Weeks of Resistance Training,
Journal of Strength and Conditioning Research, 20 (3); 643–653.
Poedjiadi, A., dan Supriyanti, T., 2007, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Sitompul, S., 2004, Analisis Asam Amino Dalam Tepung Ikan dan Bungkil
Kedelai, Buletin Tekhnik Pertanian, 9 (1); 33-37.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 2003, Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian, Liberty, Yogyakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
ASISTEN PRAKTIKAN
SARTIKA MARETRIN
LAMPIRAN
terhadap eluen.
Hasil
Hasil
1.3 Proses Elusi
Plat KLT
elusi.
kamar.
Hasil
Lampiran 2. Perhitungan nilai Rf