Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
B. Anatomi Fisiologi
Faring dan esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung,
mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar dibagian atas,
yang berjalan hingga vetrebra servikal keenam, kemudian faring langsung
berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot denganpanjang
kurang lebih 20-25cm, yang terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung
kemudia masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung
dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.
Kemudian bagian esofagus berfungsi menghantarka makanan dari faring
menuju lambung. Bentuknya seperti selinder yang berongga denganpanjang kurang
lebih 2cm. Kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Sfingter bgian atas dalam
keadaan normal selalu tertutup kecuali bila makanan akan masuk ke dalam lambung
atau muntah, keadaan ini bermaksud untuk mencegah gerakan balik ke sisi organ
bagian atas yaitu esofagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja
peristaltik, lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang
makanan berkontraksi.
G. Penatalaksanaan
1. Posisikan bayi setengah duduk apabila atresia esofagus disertai fistula. Namun
apabila atresia tanpa disertai fistula bayi diposisikan dengan kepala lebih rendah
(trendelenburg) dan seringlah mengubah-ubah posisi.
2. Segera lakukan pemasangan kateter ke dalam esofagus dan bila memungkinkan
lakukan pengisapan terus-menerus.
3. Berikan perawatan seperti bayi normal lainnya, seperti pencegahan hipotermi,
pemberian nutrisi adekuat, dan lain-lain.
4. Rangsang bayi untuk menangis.
5. Lakukan informed consent dan informed choice kepada keluarga untuk melakukan
rujukan pada pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi biasanya digunakan sebagai screening non-invasif untuk
mendiagnosis penyakit motilitas esofagus. Biasanya pasien dengan disfagi
memiliki beberapa pemeriksaan konvensional, seperti pemeriksaan barium atau
endoskopi.
2. Foto Thorax adalah Gambaran penebalan pada dinding posterior trakea
merupakan suatu petunjuk adanya kelainan pada esofagus. Dimana jika
didapatkan penebalan difus pada mediastinum dengan air fluid level dapat
disuspek dengan akalasia. Untuk massa pada esofagus cukup jarang dideteksi
dengan foto rontgen dada. Akan tetapi pemeriksaan ini merupakan kunci untuk
mengevaluasi motilitas, refluks, dan aspirasi.
3. Foto polos abdomen memperlihatkan kepadatan seperti suatu massa di tempat
intususepsi.
4. Foto setelah pemberian enema barium memperlihatkan gagguan pengisisan atau
pembentukan cekungan pada ujung barium ketika bergerak maju dan dihalangi
oleh intususepsi tersebut.
5. Plat datar dari abdomen menunjukkan pola yang bertingkat (invaginasi tampak
seperti anak tangga).
6. Barium enema di bawah fluoroskopi menunjukkan tampilan coiled spring pada
usus.
7. Ultrasonogram dapat dilakukan untuk melokalisir area usus yang masuk.
I. Pengkajian Keperawatan
Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir secara umum dan menyeluruh,
kemudian lakukan pengkajian pada hal yang mengarah pada manifestasi atresia
esofagus dan fistula trakeoesofagus (FTE) seperti salivasi berlebihan dan mengiler,
tersedak, sianosis, apnea, peningkatan distres pernapasan setelah pemberian makanan,
dan adanya distensi abdomen. Penting untuk melakukan pemantauan dengan ketat
tnda-tanda distres pernapasan.
Lakukan prosedur diagnostik seperti radiografi dada dan abdomen, kateter
dengan perlahan dimasukkan ke dalam esofagus, apabila ditemukan tahanan artinya
lumen tersebut tersumbet. Jika ditemukan atresia, kateter akan tertahan 10-12 cm dari
tepi alveolar (Sacharin,1996).
Setelah kateter terpasang, lalu dapat dilakukan pengambilan gambar melalui
foto X-ray. Pada suatu kondisi (jarang), media kontras diteteskan melalui suatu
kateter uretra, hal ini akan memberikan gambaran dari kantong esofagus yang buntu.
Apabila memungkinkan, diambil juga gambaran lateral untuk memperlihatkan adanya
fistula.
J. Diagnosis Dan Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. lubang abnormal antara esofagus dan trakea atau
ostruksi untuk menelan sekresi
Sasaran Anak Hasil yang diharapkan Intervensi
Mempertahankan jalan Jalan nafas tetap paten Lakukan pengisapan
nafas yang paten tanpa Bati tidak teraspirasi sesuai dengan kebutuhsn
aspirasi sekresi untuk menghilangkan
Pernapasan tetap dalam penumpukan sekret di
batas normal orofaring
Beri posisi telentang
dengan kepala
ditempatkan pada
sandaran yang
ditinggikan( ±300) untuk
menurunkan tekanan
pada rongga torakal dan
meminimalkan refluks
sekresi lambung ke
esofagus distal dan
kedalam trakea; serta
bronki.
Beri oksigen bila bayi
sianosis, untuk membantu
menghilangkan diastres
pernapasan.
Jangan menggunakan
tekanan positif (misalnya
kantong resusitas atau
masker) karena dapat
memasukan udara
kedalam lambung dan
usu, yang menimbulksn
tekanan pada rongga
torakal.
Puasakan anak untuk
mencegah aspirasi
Tinggikan selang
gastrostomi-bila ada-
terbuka untuk drainase
gravitasi, sehingga udara
dapar keluar dan
meminimalkan resiko
regurgitasi isi lambung ke
dalam trakea.
2. Kerusakan (kesulitan) menelan b.d. obstruksi mekanis
Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi
Anak mendapatkan Anak mendapat nutrisi Beri makanan melalui
nutrisi adekuat cukup dan menunjukkan gastrostomi sesuai
Anak belajar makan per penambahan berat badan ketentuan untuk
oral (setelah perbaikan yang memuaskan memberikan nutrisi,
selesai) sampai pemberian oral
memungkinkan
Lanjutkan pemberian
makanan oral sesuai
kebutuhan, sesuai kondisi
anak dan perbaikan
pembedahan
Observasi dengan ketat
untuk memastikan anak
atau bayi mampu
menelan tanpa tersedak
Pantau masukan,
keluaran, dan berat badan
untuk mengkaji
keadekuatan masukan
nutrisi
Anak mengkonsumsi Beri empeng pada bayi
jumlah nutrisi yang untuk memberikan
adekuat dan tidak pengisapan non-nutrisi
menunjukkan penolakan Ajarkan keluarga tentang
terhadap makanan, teknik pemberian makan
malnutrisi atau displasia yang tepat, untuk
mempersiapkan diri
terhadap pemulangan
Kenalkan makanan satu
persatu, untuk
mengevaluasi toleransi
terhadap bahan makanan
Berikan makanan dengan
berbagai tekstur dan bau,
untuk merangsang minat
makan
Mulai dengan makanan
halus dan lanjutkan
dengan makanan yang
lebih padat sesuai
kesiapan anak
Potong makanan menjadi
ukuran yang lebih kecil,
bukan bentuk bulat untuk
mencegah resiko tersedak
Hindari makanan seperti
roti sosis atau potongan
besar dagning, untuk
menurunkan resiko
tersedak
3. Resiko tinggi cedera b.d. prosedur pembedahan
Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi
Anak tidak mengalami Anak tidak menunjukkan Isap hanya dengan kateter
trauma pada sisi bukti-bukti cedera pada yang diukur sebelum
pembedahan sisi pembedahan sampai ke jarak yang
tidak mencapai sisi
pembedahan untuk
mencegah trauma pada
mukosa
4. Ansietas b.d. kesulitan menelan, ketidaknyaman karena pembedahan
Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi
Anak mengalami rasa Anak atau bayi istirahat Beri stimulasi taktil
aman tanpa dengan tenang, sadar bila (misalnya membelai,
ketidaknyamanan terjaga, dan melakukan mengayun) untuk
pengisapan non-nutrisi memudahkan
Mulut tetap bersih dan perkembangan optimal
lembab dan meningkatkan
Nyeri yang dialami anak kenyamanan
minimal atau tidak ada Beri perawatan mulut
untuk menjaga agar
mulut tetap bersih dan
membran mukosa lembab
Beri empeng dengan
sering untuk memberikan
penghisapan non-nutrisi
Berikan analgesik sesuai
ketentuan
Motivasi orang tua untuk
berpartisipasi dalam
perawatan anak, untuk
memberikan rasa nyaman
dan aman
5. Perubahan proses keluarga b.d. anak dengan defek fisik
Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi
Keluarga dipersiapkan Keluarga menunjukkan Ajarkan pada keluarga
untuk perawatan anak di kemampuan memberikan tentang keterampilan dan
rumah perawatan pada anak atau observasi kebutuhsn di
bayi, memahami tanda- rumah
tanda komplikasi, dan Beri posisi untuk
tindakan yang tepat mencegh aspirasi
Identifikasi tanda-tanda
distres pernapasan untuk
mencegah keterlambatan
tindakan
Identifikasi tanda-tanda
komplikasi,menolak
makan, disfagia, dan
peningkatan batuk,
sehingga praktisi dapat
diberi tahu
Kebutuhan alat dan bahan
yang diperlukan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia berarti buntu, dengan demikian atresia esofagus adalah kelainan
bawaan di mana ujung saluran esofagus buntu, biasanya sebanyak 60% disertai
dengan hidramnion. Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah faktor obat, faktor radiasi, faktor gizi, kehamilan dengan
hidramnion, dan lain-lain.
Bayi dengan atresia esofagus tidak mampu untuk menelan saliva dan ditandai
dnegan jumlah saliva yang sangat banyak dan membutuhkan suction berulang kali.
Angka keselamatan pada bayi dengan atresia esofagus berhubungan langsung
terutama dengan berat badan lahir, kelainan jantung, dan faktor resiko yang
menyertai.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini yang membahas mengenai Atresia Esofagus ,
diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca .
khususnya pada wanita hamil untuk mencukupi nutrisi khususnya asam folat guna
mengurangi resiko cacat konginetal pada janin. Serta dengan mengurangi minum
jamu dan mengurangi tarak terhadap makanan sehingga nutrisi janin dalam
kandungan ( intrauteri ) terpenuhi secara lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A.Aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.