Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STUDI KASUS PELANGGARAN SILA KEDUA DI BIDANG HUKUM

“KASUS PENEMBAKAN DI LAPAS CEBONGAN”

Oleh :

Nama : Yosaria oktari (03031381720005)

Kelas : D3 ke S1

Dosen Pembimbing : Dra. Yulia Djahir, M.M., Ph. D.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

KAMPUS PALEMBANG

2017

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat Allah SWT kami mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah PendidikanPancasila dengan Judul
“Tinjauan Kemajemukan Budaya Indonesia Berdasarkan Nilai Sila Persatuan Indonesia”.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
pengamalandanpenerapansilakeadilansosialbagiseluruhrakyat Indonesia yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita. Makalah ini kami
susun dengan berbagai rintangan baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Sriwijaya. Kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing, kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Palembang, 30 November 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................5
C. Kajian Teori……..................................................................................................................5
D. Arti dan Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Sila Kedua..............................................6
1. Pengertian Pancasila.........................................................................................................6
2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa...................................................................7
3. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia......................................................7
4. Arti dan Makna Sila Kedua..............................................................................................8
5. Butir-Butir Pancasila Sila Kedua...................................................................................10
6. Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Sila Kedua Pancasila..........................................11
7. Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Sila Pancasila.......................................................12
8. Pelaksanaan Sila Kedua Dalam Pembangunan Hukum.................................................13
9. Penerapan Sila Kedua Dalam Kehidupan Sehari-Hari...................................................13
E. Kronologi Penyerangan Di Lapas cebongan...................................................................14
F. Pelanggaran Terhadap SIla Kedua yang Dilakukan Dalam Kasus Penembakan Di
Lapas Cebongan.................................................................................................................15
G. Solusi yang Diberikan Dalam Mengatasi Salah satu Kasus Sila
Kedua...................................................................................................................................16
H. Penutup................................................................................................................................17
1. Kesimpulan.....................................................................................................................18
2. Saran…...........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................19

3
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan suatu pemikiran manusia yang
sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Sila ini didasari oleh sila
sebelumnya yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, karena pada hakikatnya manusia adalah
gabungan kodrat rohani dan raga dimana kodrat itu harus dijamin hak-hak asasi
manusianya seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 yang
menjamin hak-hak asasi manusia, dimana kedudukan kodrat adalah sebagai makhluk
yang berdiri sendiri dan merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang bermoral,
berbudaya dan beragama.

Mengingat betapa pentingnya Hak Asasi yang harus dijaminkan kepada setiap
orang guna melindungi martabatnya, maka Pancasila sila ke-dua ini merupakan sesuatu
yang relevan dan harus disyukuri keberadaannya sebagai penegas bahwa kita harus selalu
menghargai martabat orang lain.

Penegakkan keadilan di Indonesia, sampai saat ini masih dalam proses


perkembangan. Banyak keputusan-keputusan lembaga pengadil yang masih
menimbulkan kontroversi baik dari pihak terpidana maupun dari masyarakat. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat terkait hukum, sementara hukum
beranggapan bahwa jika suatu hukum telah ditetapkan maka seluruh anggota masyarakat
dianggap telah mengetahui ketetapan tersebut. Padahal, kenyataannya tidak demikian.
Hal inilah yang menyebabkan kurang puasnya masyarakat terhadap putusan
pengadil di Indonesia. Kemudian, ketidakpuasan tersebut menimbulkan efek berantai
yang berupa protes-protes masyarakat kepada lembaga penegak hukum. Bahkan bentuk-
bentuk protes tersebut ada juga yang bersifat ekstrim.
Sebagai contoh adalah proses penembakan di Lapas Cebongan, yang menurut
Wadan Puspomad Brigjen Unggul K. Yudhoyono di wikipedia menyatakan bahwa
penembakan tersebut dilatarbelakangi oleh rasa hutang budi pelaku kepada korban
pengeroyokan yang dilakukan oleh kelompok Diki.

4
Secara tersirat tindakan tersebut menyatakan bahwa pelaku penembakan masih
merasa kurang puas terhadap putusan pengadilan untuk penahanan pelaku pengeroyokan.
Padahal menurut aturan hukum, pidana tersebut sudah pantas jika dijatuhkan pada pelaku
pengeroyokan.

B. Rumusan Masalah
Untuk membahas tentang Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dengan
mengangkat tema studi kasus sila ke 2 terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
A. Bagaimanakah penerapan sila ke 2 dalam kehidupan sehari-hari?
B. Bagaimanakah kronologi penyerangan di lapas cebongan?
C. Pelanggaran apa saja terhadap sila ke 2 yang dilakukan dalam kasus penembakan di
Lapas Cebongan?

C. Kajian Teori
Sila ke 2 Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, dapat
dipisahkan menjadi beberapa kata sifat yaitu kemanusiaan, keadilan, dan beradab.
Menurut Max Havelaar dalam KBBI kemanusiaan dapat diartikan sebagai
“perlakuan yang baik terhadap manusia”, selain itu dalam KBBI juga disebutkan bahwa
diartikan “bersifat atau menyangkut manusia”. Sementara dalam artikata.com kemanusiaan
dapat diartikan sebagai “sifat-sifat manusia; perasaan senantiasa mencegah untuk
melakukan tindakan terkutuk”.
Selanjutnya adalah pengertian keadilan. Menurut Aristoteles, keadilan adalah
kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan ini diartikan sebagai titik tengah di antara
dua ujung yan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Sementara Plato menganggap jika
keadilan diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang diaktakan adil adalah orang yang
mengendalikan diri, dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
Terakhir adalah kata beradab yang menurut artikata.com dan KBBI sama-sama
memiliki makna “mempunyai adab; mempunyai budi bahasa yg baik; berlaku sopan, dan
telah maju tingkat kehidupan lahir batinnya”.
Dari beberapa kata di atas dapat diringkas dalam istilah HAM. Hal ini karena
kemanusiaan, keadian, dan adab merupakan bagian-bagian dari HAM. Secara etimologis,

5
kata “hak” merupakan norma yang merupakan pedoman perilaku, melindungi kebebasan,
kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan
martabatnya. Sedangkan kata “asasi” berarti bersifat mendasar dan dimiliki oleh manusia
sejak lahir. Kemudian beberapa ahli juga mengatakan pendapatnya mengenai pengertian
HAM dalam tulisan Rowland Pasaribu (HAM) yaitu:
1. Baharudin Lopa
Dengan mengutip pernyataan Jan Materson dari Komisi HAM PBB, menyatakan
bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
2. John Locke
Hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan
sebagai hak yang kodrati. Ia memperinci hak asasi sebagai berikut: :
- hak hidup (the right to life)
- hak kemerdekaan (right to liberty)
- hak milik (right to property)
3. F. D. Roosevel
Pada tanggal 6 Januari 1941, F. D. Roosevelt memformulasikan empat macam hak-
hak asasi (the four freedoms) di depan Kongres Amerika Serikat, yaitu :
- bebas untuk berbicara (freedom of speech)
- bebas dalam memeluk agama (freedom of religion)
- bebas dari rasa takut (freedom of fear)
- bebas terhadap suatu keinginan/kehendak (freedom of from want)
Oleh karena itulah makna dari sila ke 2 ini sangat luas dan sangat menyangkut
kehidupan manusia dengan manusia lainnya.

D. Arti dan Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Sila Kedua


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila terdiri dari dua kata
yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu, panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia.

6
1. Pengertian Pancasila

Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat
dikembalikan kepada dua pengertian, yakni Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia dan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Pancasila dalam pengertian ini sering disebut juga way of life (jalan
hidup), Weltanschauung (pandangan dunia), Wereldberschouwing (pandangan dunia),
Wereld en Levens beschouwing (pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup,
pedoman hidup, petunjuk hidup). Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk
hidup sehari-hari.

Dengan kata lain digunakan sebagai pancaran dari sila pancasila karena
Pancasila sebagai Weltanschauung (pandangan dunia) merupakan kesatuan, tidak bisa
dipisah-pisahkan; keseluruhan sila dalam pancasila merupakan satu kesatuan organis.
Pancasila sebagai norma fundamental sehingga berfungsi sebagai cita-cita atau ide.
Semestinya ia selalu diusahakan untuk dicapai oleh tiap manusia Indonesia sehingga cita-
cita itu bisa terwujud menjadi kenyataan.
Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa pancasila sebagai pegangan hidup
yang merupakan pandangan hidup bangsa, penjelmaan falsafah hidup bangsa, dalam
pelaksanaan hidup sehari-hari tidak boleh bertentangan dengan norma-norma agama,
norma-norma kesusilaan, norma-norma sopan santun, dan tidak bertentangan dengan
norma-norma hukum yang berlaku.

3. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara atau


mengatur penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai

7
dengan bunyi pembukaan UUD 1945, yang menyatakan: “…maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara Indonesia, yang
berbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada…”.

Pancasila mempunyai kedudukan istimewa dalam kehidupan kenegaraan dan


hukum bangsa Indonesia. Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara, sesuai
dengan pembukaan UUD 1945, sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
dari tertib hukum, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No.XX/-MPRS/1966.
Pengertian demikian adalah pengertian Pancasila yang bersifat yuridis ketatanegaraan.

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang dibentuk oleh para pendiri
bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang sejatinya
sudah ada dalam bangsa Indonesia sendiri. Sehingga Pancasila mampu menjadi wadah
bagi masyarakat Indonesia yang beragam. Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat
dirubah ke dalam bentuk suatu apapun. Mau tidak mau, Pancasila adalah dasar negara
yang mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan dan hukum bangsa
Indonesia.

4. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Menurut perumusan Dewan Perancang Nasional, perikemanusiaan adalah daya
serta karya budi dan hati nurani manusia untuk membangun dan membentuk kesatuan
diantara manusia sesamanya, tidak terbatas pada manusia-sesamanya yang terdekat saja,
melainkan juga seluruh umat manusia.

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki
potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta karena berpotensi menduduki/memiliki martabat yang
tinggi. Dengan akal budinya, manusia berkebudayaan, dengan budi nuraninya, manusia
menyadari nilai-nilai dan norma-norma. (Setijo,2010).

Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
norma-norma yang objektif, tidak subjektif apalagi sewenang-wenang dan otoriter.
(Setijo,2010).

8
Beradab berasal dari kata adab, memiliki arti budaya yang telah berabad-abad
dalam kehidupan manusia. Jadi, berabad berarti kebudayaan yang lama berabad-abad,
bertata kesopanan, berkesusilaan/bermoral, adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap
diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan Sang Pencipta. (Setijo,2010).

Jadi, sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan sesuai dengan
harkat dan martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama
derajatnya, sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, dan
keturunan. (Nurdiaman, 2007).

Selain disebutkan di atas, NKRI merupakan negara yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia (HAM), negara yang memiliki hukum yang adil dan negara berbudaya
yang beradab. (Setijo,2010).

Negara ingin menerapkan hukum secara adl berdasarkan supremasi hukum serta
ingin mengusahakan pemerintah yang bersih dan berwibawa, di samping
mengembangkan budaya IPTEK berdasarkan adab cipta, karsa, dan rasa serta karay
yang beerguna bagi nusa dan bangsa, tanpa melahirkan primordial dalam budaya.
(Setijo,2010)

Makna dari kemanusiaan mengadung arti bahwa kita sebagai manusia yang selalu
dan pasti memerlukan interaksi dengan manusia yang lain maupun dengan lingkungan,
terutama kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi yang menganut agama tertentu. Jadi sebagi
manusia, kita harus memanusiakan manusia yang lain. Kita dalam berinteraksi kepada
manusia yang lain harus dengan cara-cara yang sebagaimana manusia pada umumnya.
Sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri
sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya.

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Nilai kemanusiaan

9
yang beradab mengandung makna bahwa beradab erat kaitannya dengan aturan-aturan
hidup, budi pekerti, tata krama, sopan santu, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu
pengetahuan, dan sebagainya.

Pokok pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :

1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Maksudnya,


kemanusiaan itu universal.

2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai hak setiap
warga dan menolak rasialisme.

3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.

Hakikat manusia memiliki unsur-unsur yang diantaranya adalah susunan kodrat


manusia (yang terdiri atas raga dan jiwa), sifat kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk
sosial dan individu), kedudukan kodrat manusia (yang terdiri atas makhluk berdiri sendiri
dan makhluk Tuhan).

5. Butir-butir Pancasila Sila Kedua


Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui
adanya manusia yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki
kedudukan, dan derajat yang lebih tinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan
yang layak), memperlakukan manusia secara adil dan beradab dimana manusia memiliki
daya cipta, rasa, karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara
manusia dan hewan.

Jadi sila kedua ini menghendaki warga negara untuk menghormati kedudukan
setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan
santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir sila kedua adalah sebagai berikut:

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban antar sesama manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.

10
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.

5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

8. Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu
mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
menghormati harkat dan martabat orang lain sebagai pribadi dan anggota masyarakat.
Dengan sikap ini diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk
sosial yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Atas dasar sikap perikemanusiaan ini, maka bangsa Indonesia menghormati hak
hidup bangsa lain menurut aspirasinya masing-masing dan menolak segala bentuk
penjajahan di muka bumi ini. Hal itu dikarenakan berlawanan dengan nilai
perikemanusiaan.

6. Nilai – nilai yang Terkandung dalam Sila Ke-dua Pancasila

Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Dalam Dictionary of Sociology an
Related Sciences nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia.

Menurut C. Klukhon, nilai bukanlah keinginan melainkan apa yang diinginkan.


Sedang menurut Kamus ilmiah populer nilai adalah ide tentang apa yang baik, benar,
bijaksana, dan apa yang berguna, sifatnya lebih abstrak dari norma.

Nilai dibagi menjadi dua macam yaitu :

11
 Nilai yang mendarah daging yaitu nilai yang sudah menjadi kepribadian bawah
sadar atau yang mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir panjang lagi.
Contohnya : orang yang taat beragama maka akan menderita saat ia melanggar
larangan dari norma agama tersebut.
 Nilai dominan yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai yang lain.
Beberapa pertimbangan dominan atau tidaknya nilai tersebut bisa dilihat dari :
a. Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
b. Lamanya nilai tersebut dirasakan oleh anggota kelompok tersebut.
c. Tingginya usaha mempertahankan nilai tersebut.
d. Tingginya kedudukan orang-orang yang membawakan nilai tersebut.

Pancasila dirumuskan bukan semata tanpa arti. Dalam setiap sila dalam Pancasila
mengandung nilai-nilai luhur. Nilai-nilai inilah yang jika diterapkan secara konsisten
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat menjadi pendorong untuk kemajuan
bangsa.

7. Nilai-nilai yang terkandung dalam Sila Pancasila yaitu sebagai berikut :


Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka
konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara,
bentuk Negara, tujuan Negara, kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelenggara
Negara dan lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia.

Hal ini dapat dipahami karena Negara adalah lembaga masyarakat yang terdiri
atas manusia-manusia, dibentuk oleh manusia untuk memanusia dan mempunyai suatu
tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan Negara harus
sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia yang monopluralis, terutama
dalam pengertian yang lebih sentral pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat
manusia monodualis yaitu manusia sebagai individu dan makhluk sosial.

Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan hakikat Negara harus sesuai dengan
hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social. Maka
bentuk dan sifat Negara Indonesia bukanlah Negara individualis yang hanya menekankan
sifat makhluk individu, namun juga bukan Negara klass yang hanya menekankan sifat

12
mahluk sosial, yang berarti manusia hanya berarti bila ia dalam masyarakat secara
keseluruhan.

Maka sifat dan hakikat Negara Indonesia adalah monodualis yaitu baik sifat
kodrat individu maupun makhluk sosial secara serasi, harmonis, dan seimbang. Selain itu
hakikat dan sifat Negara Indonesia bukan hanya menekankan pada segi kerja jasmani
belaka, atau juga bukan hanya menekankan pada segi rohani nya saja, namun sifat Negara
harus sesuai dengan kedua sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun kejiwaan secara
serasi dan seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat Negara
harus sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk berdiri sendiri
dan makhluk Tuhan.

8. Pelaksanaan Sila Kedua Dalam Pembangunan Hukum

Implementasi atau pelaksanaan Pancasila dalam pembangunan hukum diawali


dari sebuah paradigma yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah tindakan, yang
disebut implementasi, pelaksanaan atau penerapan dari sebuah kerangka berpikir.
Implementasi atau pelaksanaan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
hukum terbagi menjadi dua bentuk implementasi, yaitu implementasi positif dan negatif.
Adapun maksud dari implementasi positif adalah wujud pelaksanaan nilai-nilai
dalam sila Pancasila yang berada dalam ruang lingkup tindakan positif. Salah satu bentuk
implementasi tersebut adalah pembentukan UUD’ 45 sebagai dasar pembangunan hukum
di Indonesia.
Dilihat dari nilai-nilai pada sila kedua pancasila yang berkaitan dengan hukum,
maka bentuk implementasi tersebut terdapat dalam UUD’ 45, antara lain sebagai berikut:
a. BAB X Pasal 27, ayat 2, yaitu Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
b. BAB XA Pasal 28A, 28B, 28C, 28D,28G, 28H, 28J
c. BAB XIII Pasal 31 ayat 1, yaitu Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.

13
9. Penerapan Sila Kedua Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Makna dari kemanusiaan yang adil dan beradab. Makna dari kemanusiaan
mengadung arti bahwa kita sebagai manusia yang selalu dan pasti memerlukan interaksi
dengan manusia yang lain maupun dengan lingkungan, terutama kepada Tuhan Yang
Maha Esa bagi yang menganut agama tertentu. Jadi sebagi manusia, kita harus
memanusiakan manusia yang lain. Kita dalam berinteraksi kepada manusia yang lain
harus dengan cara-cara yang sebagaimana manusia pada umumnya. Sikap moral dan
tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap
sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil
mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
beradab harus berkodrat adil. Nilai kemanusiaan yang beradab mengandung makna
bahwa beradab erat kaitannya dengan aturan-aturan hidup, budi pekerti, tata krama, sopan
santu, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Pokok
pikiran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab :
1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Maksudnya, kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Menghargai hak setiap
warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.
4. Berikut adalah penerapan Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” yang
pertama adalah mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia. Hal ini bearati semua manusia dianggap sama
baik dari segala sudut pandang. Sehingga disini tidak ada kelompok yang lebih
unggul.
Yang kedua yaitu saling mencintai sesama manusia. Manusia adalah makhluk
sosial yang berati manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia harus saling berhubungan
satu sama lain dengan baik. Mereka harus saling mencintai antar sesama manusia tanpa
membeda-bedakan satu sama lain.

14
Yang ketiga mengembangkan sikap tenggang rasa. Indonesia merupakan negara
yang kaya akan budaya, ras, suku bangsa, serta agama. Oleh karena itu semanusia yang
mejiawai nilai-nilai Pancasila yang khususnya sila ke-dua manusia harus memiliki rasa
toleransi dan tenggang rasa atas perbedaan tersebut.
Yang keempat adalah tidak semena-mena terhadap orang lain. Sebagai manusia
beradab kita harus bisa memanusiakan manusia sesuai dengan yang seharusnya. Serta
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Yang kelima adalah berani membela kebenaran dan keadilan. Sebagai warga
negara yang baik dan taat hukum kita harus berani membela kebenaran. Selain itu kita
juga adil, kalau salah ya katakan salah, kalau benar ya katakan benar. Jangan salah bilang
benar ataupun sebaliknya.

E. Kronologi Penyerangan Di Lapas Cebongan


Sholahuddin Al Ayyubi Jum'at, 5 April 2013 − 00:28 WIB, Sindonews.com -
Penyerangan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan, Sleman, Yogyakarta berawal
ketika mantan kopassus yang bernama Sertu Sriyono yang notebene rekan seangkatan dari
pelaku, mengalami pembacokan oleh korban Lapas 2B Cebongan, Sleman Yogyakarta. Hal
ini mengakibatkan Sriyono tersungkur dan tewas di tempat kejadian.
Mengetahui rekan seangkatannya tewas di tangan korban Lapas 2B Cebongan,
sebelas rekan seangkatan Sriyono langsung menyimpan dendam terhadap empat orang yang
mengeksekusi Sriyono di tempat kejadian.
Selanjutnya, rekan-rekan Sriyono yang tergabung dalam grup 2 kopassus, seusai
latihan dari Gunung Lawu, langsung mendatangi Lapas Cebongan. "Mereka adalah anggota
kopassus, jadi sangat mudah untuk menemukan lapas, dimana pelaku yang menewaskan
rekan seangkatannya" ujar Ketua TIM Investigasi, Wakil Komandan Pusat Polisi Militer,
Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono saat konferensi Pers di Kartika Media Center, Jakarta
Pusat (4/4/2013).
Dengan bersenjatakan enam pucuk senjata, jenis senjata AK 47 berjumlah tiga buah
yang dibawa dari tempat latihan, dan tiga pucuk senjata lainnya adalah replika AK 47 dan
pistol.

15
Kemudian, Ketua TIM Investigasi, Wakil Komandan Pusat Polisi Militer, Brigjen
TNI Unggul K Yudhoyono mengungkapkan, bahwa datangnya kesebelas rekan seangkatan
Sriyono menggunakan dua unit kendaraan, yaitu satu unit mobil Avanza berwarna biru dan
satu lagi menggunakan kendaraan APV berwarna hitam.
Lalu terdapat satu kendaraan lagi yaitu mobil feroza yang diisi oleh dua orang
kopassus untuk mencegah kejadian tersebut, namun tidak berhasil untuk dicegah.
Setelah sampainya di lapas cebongan, grup dua kopassus tersebut langsung
mendatangi petugas piket yang berjaga disana. Saat ditodongkan senjata AK 47, akhirnya
petugas lapas membuka pintu lapas dan menunjukkan ruang tahanan tersebut.
Saat dimintai keterangan terkait dengan CCTV lapas, Brigjen TNI Unggul K
Yudhoyono menjelaskan gerakan kopassus itu sudah seperti ninja, karena mereka memang
sudah dilatih untuk cepat dan tidak terdeteksi.

F. Pelanggaran Terhadap Sila Kedua Yang Dilakukan Dalam Kasus Penembakan Di


Lapas Cebongan
Kasus Cebongan ini terkait dengan pelanggaran HAM yang tidak sesuai nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila Sila Ke 2. Pelanggaran yang pertama adalah
menghilangkan hak untuk hidup bagi seseorang. Dimana empat tahanan dibunuh dengan cara
ditembak berkali-kali di kepala. Bahkan penembakan tetap dilakukan meskipun empat
tahanan tersebut sudah dalam keadaan tewas.
Pelanggaran yang selanjutnya adalah pelanggaran hak untuk tidak mendapat
perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat. Hal ini terjadi saat sipir
lapas tidak mau untuk membukakan pintu sebelum mendapat ijin dari pemimpin lapas
terlebih dahulu namun pelaku tersebut mengancam akan meledakkan pintu dengan granat.
Sesaat setelah kepala keamanan datang, pintu gerbang dibuka. Saat itulah belasan pelaku
masuk ke dalam lapas. Mereka menggunakan senjata laras panjang dan menodongkannya ke
penjaga. Sebagian di antaranya masuk ke penjagaan lapis dalam sembari menodong dan
menyandera sipir. Selain itu sipir juga dianiaya dan diseret oleh pelaku sampai terlihat bercak
darah di lantai penjara. Dua sipir yang terluka dalam kejadian tersebut adalah Widiatmoko
(35) yang mengalami luka pada bagian mulut dan gigi depan tanggal dan Nugroho Putro (30)
yang mengalami luka bengkak diwajah terhantam gagang senjata

16
Pelanggaran lainnya adalah hak untuk memperoleh keadilan. Dimana empat tahanan
tersebut mendapat perlakuan atas pembunuhan diluar prosedur hukum. Seharusnya mereka
hanya mendapat hukuman kurungan, tetapi pelaku tersebut menghakimi sendiri terhadap
empat tahanan. Kegiatan menghakimi sendiri ini tentu melanggar hukum dan hak asasi
manusia
Selain itu pelanggaran yang terjadi adalah pelanggaran atas rasa aman. Di mana
dalam kasus ini menimbulkan rasa takut dan khawatir yang dialami oleh para tahanan, aparat
kepolisian, petugas lapas, warga NTB yang berada di DIY karena salah satu dari keempat
tahanan merupakan warga asli NTB, serta warga DIY secara umum.
Berdasarkan pelanggaran-pelanggaran tersebut selain juga tidak sesuai dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila Sila Ke 2 perlakuan tersebut juga telah melanggar
undang-undang. Pasal yang terkait dengan Kasus Cebongan tersebut adalah Undang-undang
pidana pasal 351-358 KUHP tentang penganiyaan dan pasal 185, 338-340, 342, 343, dan 350
KUHP yang berkaitan tentang pembunuhan.

G. Solusi Yang Diberikan Dalam Mengatasi Salah Satu Kasus Sila Kedua
Melihat persoalan-persoalan yang telah diuraikan di atas, kita dapat mengetahui
berbagai masalah tentang pelanggaraan nilai-nilai Pancasila terutama sila ke 2. Padahal
seharusnya masyarakat bisa dapat dengan mudah mewujudkan milai-nilai sila ke 2, karena
seluruh nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila berasal dari masyarakat itu sendiri.
Kenyataannya masalah sepele tentang saling menghargai sesama manusia dan
memperlakukan orang lain sebagai manusia seutuhnya saja tidak mampu.
Dengan melihat semua masalah tersebut, sebaiknya langkah pertama yang dilakukan
pemerintah adalah lebih memberikan penyuluhan kepada masyarakat kususnya masyarakat
golongan atas. Hal ini dikarenakan pelanggaran-pelanggaran nilai Pancasila yang berat justru
sering dilakukan oleh kalangan atas. Seperti pada kasus di atas, justru para anggota kopassus
lah yang menghakimi tersangka pengeroyokan, bukan masyarakat biasa. Oleh karena itu,
mereka yang sering disebut berpendidikan harus difasilitasi oleh pemerintah agar benar-benar
menjadi orang yang berpendidikan, bukan hanya difasilitasi berupa uang yang hanya akan
membuat mereka merasa berkuasa.

17
Selain itu, hukum yang ada seharusnya juga ditegaskan. Bukan hanya masyarakat
biasa yang melanggar hukum yang dipidana, tapi kalangan atas seperti anggota kopassus juga
pantas untuk dipidana, bukan hanya sebatas pencabutan jabatan saja.
Pemerintah perlu mendengarkan suara dari masyarakat kecil, karena justru merekalah
yang bisa berfikir secara netral dan tidak memihak siapapun. Percuma jika para pejuang di
zaman dahulu bertumpah darah untuk menyatukan negeri ini jika pemerintahan yang
sekarang tidak berusaha menjaga kesatuan tersebut. Selain dasar negara, Pancasila juga perlu
dianggap sebagai peninggalan kaum terdahulu dan harus dijaga baik secara simbolik maupun
dalam kehidupan sehari-hari.

H. Penutup
1. Kesimpulan
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Pancasila merupakan kumpulan nilai-
nilai dari seluruh masyarakat Indonesia. Namun meskipun begitu penerapan perilaku
yang sesuai terhadap nilai-nilai tersebut masih sulit untuk diwujudkan.
Di sini, orang-orang yang dianggap tahu tentang hukum seperti anggota kopassus
ternyata justru mengecewakan. Yang seharusnya paham dan menerima putusan hukum
ternyata justru memilih untuk mengadili sendiri hanya akibat dendam pribadi/perasaan
hutang budi. Sangat disayangkan jika dalam negara yang dibentuk atas perjuangan yang
sangat berat ini ternyata justru perlahan dikacaukan oleh aparat pemerintah itu sendiri
yang seharusnya mampu menjaga kedamaian di negeri ini.
2. Saran
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dihadapi dalam penulisan makalah ini,
maka jika ada yang akan menyusun makalah yang serupa hendaknya mengetahui terlebih
dahulu makna sila, dan mencerminkan pada kehidupan di sekitar. Akibat tidak
dilakukannya hal tersebut, penyusun merasa kesulitan untuk mencari kasus yang
seharusnya dapat ditemukan dengan mudah.

18
DAFTAR PUSTAKA
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab7manusia_dan_keadilan.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Penembakan_Cebongan#Latar_belakang

http://daerah.sindonews.com/read/734629/22/kronologi-penyerangan-lapas-cebongan-

1365091817

Kaelan (1999). Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.Yogyakarta: Penerbit Paradigma

Lubis, Mochtar. 1977. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara. Karya Aksara.

Pangeran, Alhaj (1998). BMP Pendidikan Pancasila. Jakarta: Penerbit Karunika

Syarbaini, Syahrial. 2009. Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa) di

Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.

19
20

Anda mungkin juga menyukai