Anda di halaman 1dari 7

Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan sudah disiapkan tidak berapa
lama sejak Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus ditetapkan.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur mengantisipasi dengan memanfaatkan institusi KAPET Manado-
Bitung dalam melakukan studi dan persiapannya. Tahap demi tahap dalam koordinasi langsung pimpinan
daerah di lakukan persiapan melengkapi persyaratan administrasi dan dokumen-dokumen yang bersifat
spatial dan non-spatial. Dokumen-dokumen tersebut meliputi: Tata Ruang, Master Plan, Amdal,
Feasibility Study Finansial dan Ekonomi, dan lainnya yang disyaratkan, bahkan untuk Master Plan dan
Feasibility Study sudah dilakukan terdahulu oleh tim Kementerian Perindustrian RI pada Tahun 2009.

Perjuangan untuk akhirnya dapat diterima pemerintah pusat sehingga ditetapkan dengan peraturan
pemerintah menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan, singkatnya
memerlukan nilai pengorbanan yang sangat signifikan. Pengorbanan tersebut meliputi: tenaga, dana,
waktu dan upaya maksimal dalam melengkapi persyaratan serta mengikuti seleksi untuk ditetapkan,
mengingat pada tahun 2013 hanya akan ditetapkan 2 KEK setiap tahun. KEK Maloy Batuta Trans
Kalimantan akhirnya ditetapkan pada tahun 2014, yang menyusul dari tahun sebelumnya KEK Tanjung
Lesung (Banten) dan KEK Sei-Mangkei (Sumatera Utara).

Kebutuhan untuk adanya KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan bagi daerah Kalimantan Timur adalah
merupakan peluang untuk mengembangkan perekonomian yang didasari oleh eksistensinya yang belum
seimbang karena perkembangan sektor industri yang masih jauh dari harapan, dan bahkan masih dibawah
kewajaran untuk menjamin keberlangsungan pembangunan; atau lebih dikenal dengan struktur ekonomi
yang tidak seimbang. Keadaan perekonomian daerah sampai saat ini masih ditandai dengan peningkatan
yang rendah untuk pertumbuhan sektor industri dan proporsinya masih dibawah kondisi yang diharapkan,
yakni sekitar 10%.

Hasil feasibility study KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan dari pihak pemerintah daerah Kabupaten
Kutai Timur dan disandingkan dengan pihak investor memperlihatkan prospek yang sangat signifikan.
Hasil study memberikan keyakinan dan harapan jika KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan beroperasi,
maka signifikan mempengaruhi positif bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi, sebagai dampak
perkembangan langsung dan tidak langsung sektor industry, perdagangan, transportasi, konstruksi,
keuangan, pertanian dan lainnya.
Disamping keberadaan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan berpeluang untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara signifikan, juga akan memberi dampak bagi peningkatan kesempatan kerja
dan menurunkan kesenjangan. Berkurangnya pengangguran sebagai konsep logis dari berkembangnya
investasi yang muatannya mengembangkan jumlah dan variasi usaha yang akan berkembang serta
menjadi percontohan atau model kota rendah carbon (low carbon model town) di kawasan APEC
Ekonomi, sebagai bagian dari komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di
Indonesia. Kesemuanya pasti bermuara pada kenaikan pendapatan masyarakat yang secara langsung
berdampak bagi pengurangan kemiskinan dan pengangguran, dimana otomatis akan mengurangi
kesenjangan distribusi pendapatan.

Keberadaan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan bukan hanya berdampak bagi lokalitas sekitar,
tetapi juga akan memberikan dampak terhadap kabupaten dan kota diseluruh Kalimantan Timur dan
bahkan di Provinsi tetangga serta Nasional. Dampak langsung yang meliputi penyerapan tenaga kerja dan
hilirisasi yang akan menggiring permintaan bahan baku pertanian, perkebunan, perikanan, dan
peternakan, disamping hasil dari sektor lainnya.

Bagi pemerintah pusat dan daerah, dengan berkembangnya investasi dan output perekonomian di
KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan akan memberikan dampak bagi peningkatan penerimaan
pemerintah melalui pajak dan retribusi serta lainnya, termasuk bagian laba dari perusahaan Negara dan
perusahaan daerah yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pengelolaan KEK Maloy
Batuta Trans Kalimantan. Sebagaimana misal, PT. MBS sebagai perusahaan daerah yang akan terbuka
menerima penyertaan saham dari pemerintah pusat dan provinsi serta kabupaten/kota, maka potensi
penerimaan Negara dan daerah dari pengelolaan kekayaan pemerintah yang dimiliki berupa deviden dan
lainnya akan meningkat.

Kekuatan sehingga KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan ditetapkan pemerintah pusat, bukan saja
dari persyaratan yang terpenuhi, tetapi juga faktor lain seperti: keberadaan internasional hub-port Bitung,
Bandara Internasional Sam Ratu Langi, Kondisi Geostrategis dari kawasan ASEAN dan Asia Timur,
kerjasama daerah terutama provinsi dan kabupaten serta kota.

Kemudian, kekuatan yang paling memungkinkan untuk terciptanya KEK MBTK adalah pada lahan
yang tersedia sebesar 534 ha, dimana sebagiannya adalah lahan tanah Negara seluas 92,96 ha. Akses
menuju lahan KEK MBTK tersebut sangat mudah karena dilalui oleh jalan provinsi dan telah dibangun
jalan masuk khusus oleh Kementerian Perindustrian RI dan Pemerintah Provinsi sepanjang 415m.
Kondisi saat ini, kesiapan untuk beroperasinya KEK MBTK tampaknya relative semuanya sudah
hampir terpenuhi, namun menjadi kendala adalah status lahan yang akan dimanfaatkan. Keadaan 92,96
Ha masih dalam proses peralihan menjadi HPL, demikian juga lahan lainnya. Oleh sebab itu sangat
memerlukan percepatan untuk proses sertifikasi lahan, mengingat semua kelembagaan sudah hampir siap,
namun jika keadaan status lahan belum jelas maka akan menghambat untuk keberlangsungan. Dapat
dikemukakan juga bahwa sekarang ini status lahan sudah berada pada posisi keterdesakan mengingat
batas waktu untuk harus mulai beroperasi telah sangat dekat yakni bulan Mei 2017.

b. Tujuan dan Manfaat

Tujuan adalah untuk memberikan gambaran mengenai rencana pemanfaatan lahan KEK MBTK
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Manfaat adalah sebagai dasar untuk proses penyelesaian
sertifikasi kepemilikan lahan KEK MBTK.
Bab II

DESKRIPSI KAWASAN EKONOMI KHUSUS MALOY BATUTA


TRANS KALIMANTAN

a. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang system perencanaan pembangunan nasional.
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang.
4. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
5. Undang-undang 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
6. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang kawasan ekonomi khusus.
7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah.
8. Peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.
9. Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang kawasan ekonomi khusus Bitung.
10. Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil.
11. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 1 Tahun 2014 tentang rencana tata ruang
wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014-2034.
12. Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 11 Tahun 2013 tentang rencana tata ruang wilayah
Kota Bitung Tahun 2013-2034.

b. Profil KEK
Kawasan Ekonomi Khusus Bitung yang berada di kota Bitung ditetapkan dengan luas
area 534 Ha. Kota Bitung berada dalam posisi geografis diantara 1023’23”- 10 35’39” LU dan
12501’43” – 125018’13” BT dan luas wilayah daratan 304km2. Kota Bitung berlokasi 40km
sebelah timur kota Manado, memiliki letak yang sangat strategis karena terletak pada jalur ALKI
III dan ALKI II yang menghubungkan kawasan timur Indonesia dengan Asia Pasifik.
Batas Wilayah Administrasi Kota Bitung adalah sebagai berikut:
Sebelah Selatan :
Sebelah Utara :
Sebelah Timur :
Sebelah Barat :
Dari aspek topografis, sebagian besar daratan kota Bitung berombak berbukit 45.06% , bergunung
32,73% daratan landai 4,18% , dan berombak 18,03% . Di bagian timur mulai dari pesisir pantai Air
Tembaga sampai dengan Tanjung Merah dibagian Barat, merupakan daratan yang relative cukup datar
dengan kemiringan 0-150, sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industry,
perdagangan dan jasa serta pemukiman.

Dibagian utara keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit yang merupakan kawasan
pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat
Pulau Lambeh yang keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, holtikultura
dan palawija. Di samping itu memiliki pesisir pantai yang indah sebagai potensi yang dapat
dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.

Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan KEK MBTK berpedoman pada Masterplan Kawasan
Ekonomi Khusus Maloy Batota Trans Kalimantan, yang mendapatkan bantuan teknis dari Pemerintah
Korea Selatan melalui Kementruan coordinator Bidang Perekonomian RI Pada tahun 2015 dan Feasibility
Study yang dilakukan oleh APEC bersama pemerintah Indonesia. Dalam Master Plan tersebut, disebutkan
bahwa KEK MBTK berlokasi di Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur.

Industri utama yang akan dibangun didalam KEK-MBTK tersebut adalah industri pengolahan kelapa dan
turunannya, industry pengolahan perikanan dan turunannya, industri Farmasi Herbal dan Logistik.

BAB III

RENCANA PEMANFAATAN KEK MBTK

Pemanfaaatan lahan Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan diperuntukan untuk
industri produk kelapa dan turunannya, perikanan dan turunannya, farmasi herbal dan logistic. Selain
pengembangan industri, juga akan dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur, fasilitas penelitian dan
pengembangan, housing/residence, business centre dan fasilitas umum lainnya. Rencana pemanfaatan
lahan KEK seluas 534 Ha sebagai berikut :

a. Model pengembangan KEK bitung


Pengembangan KEK berbasis industri ramah lingkungan. Ini merupakan komitmen dari
pemerintah daerah untuk mengimplementasikan hasil conference of parties (COP) 20 yaitu
penurunan emisi gas rumah kaca yang telah diratifikasi oleh pimpinan Negara anggota COP 20,
dimana Indonesia merupakan salah satu anggota.
Kota bitung dalam hal ini kawasan ekonomi khusus telah terpilih sebagai kota model rendah
karbon di kawasan asia pacific economic community (APEC) sebagai model yang dibangun atas
dasar green field.
Program ini sangat mendukung kota bitung menuju smart city. Untuk itu maka pemerintah
provinsi Sulawesi utara, mewajibkan model pengembangan kawasan ekonomi khusus MBTK
berbasis industry rendah carbon.
b. Rencana Pemanfaatan Jangka Pendek
Pengembangan KEK terdiri dari beberapa fase yakni: pertama menyusun tahapan
pembangunan, fase kedua menyusun rencana pengembangan dan fase ketiga meriview tahapan
kebutuhan pembangunan. Pada tahapan awal pembangunan memperhitungkan permintaan
terhadap lahan, infrastruktur yang terpasang dan persiapan menuju ketahapan selanjutnya. Untuk
implementasi pembangunan harus melakukan kerjasama dengan asosiasi terkait dan melakukan
strategi promosi.
Fase rencana pembangunan dan pengembangan terdiri dari jangka pendek dan jangka
panjang. Rencana pemanfaatan jangka pendek merupakan stage I dalam master plan KEK yaitu
akan memanfaatkan lahan tanah Negara seluas 92,96 Ha. Kriteria untuk tahapan pertama ini
adalah untuk klaster industry produk turunan kelapa, perikanan dan turunannya serta fasilitas
logistic dan R&D Fasiliticies.
Pada tahapan ini, selain lahan dimanfaatkan untuk industry dan logistic, juga
diperuntukkan membangun infrastruktur untuk operasionalisasi industry tersebut. Infrastruktur
yang akan dibangun didalam kawasan tersebut adalah jalan di dalam kawasan, ketersedeiaan
supply dan treatment facilities.
c. Rencana Pemanfaatan Jangka Panjang

Dalam pemanfaatan lahan jangka panjang, merupakan Stage 2 dan Stage 3 dalam Master
Plan. Stage 2 akan memanfaatkan 130 Ha. Pemanfaatannya untuk pengembangan industry
turunan kelapa dan perikanan dan turunannya, fasilitas logistic dan residence. Dalam
pengembangan tahap ini diharapkan tidak terjadi hambatan dan masalah.

Pada tahapan ini juga diharapkan asosiasi industry dan fasilitas logistic pada stage 1 akan
meningkat.
Stage 3 merupakan tahapan jangka panjang yang akan memanfaatkan lahan seluas 194
Ha yang diperuntukkan pengembangan industry turunan kelapa, perikanan dan turunannya,
fasilitas logistic. Pada stage 3 lahan akan dimanfaatkan untuk indsutri farmasi, industry penunjan
lainnya, R&D Facilities dan perumahan.

Bab IV
Penutup

Persyaratan untuk beropersasinya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) MBTK sebagian


besar sudah akan terselesaikan pada triwulan pertama 2017, namun demikian yang paling penting
saat ini adalah status lahan yang perlu disegerakan.

Peruntukkan lahan dalam rangka pemanfaatan sudah jelas dalam Master Plan yang dibuat
oleh pemerintah nasional, khususnya Kementrian Perindustrian dan dikembangkan lebih lanjut
oleh tim Korea dan Tiongkok serta Feasibility Study oleh APEC telah memberikan arahan yang
jelas tentang rencana penggunaan lahan untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Semua pihak berharap bahwa jika triwulan pertama 2017 keadaan status lahan menjadi
jelas sertifikasinya, maka akan dilanjutkan untuk appraisal dalam rangka penentuan nilai
pemanfaatan yang menjadi langkah penting bagi pengelola badan usaha pengelola yang bersifat
perseroan terbatas (PT) dimana akan menjadi dasar perhitungan kontrak kerja pemerintah daerah
dengan pihak pengelola.

Jika keseluruhan persyaratan dapat terpenuhi pada triwulan pertama 2017, maka akan
sangat bermanfaat untuk percepatan beroperasinya KEK MBTK, dan dianggap masih pada
momentum yang sangat berpeluang untuk mengawalinya. Pengembangan KEK MBTK tidak
terlepas dari kerangka bisnis yang berdasarkan feasibility study telah disesuaikan dengan time
schedule yang jika mengalami keterlambatan untuk memulainya maka akan mengalami
kekurangan momentum. Sebagai contoh: para calon investor yang berminat ke KEK MBTK akan
berubah pikiran jika kepastian untuk waktu beroperasinya tidak atau kurang jelas.

Bupati Kutai Timur

Anda mungkin juga menyukai