PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara pengimpor terbesar sapi bakalan Australia. Sepanjang 2008
sebanyak 644.849 ekor atau 75 persen dari total ekspor sapi bakalan1 Australia ke pasar dunia
yang tercatat sejumlah 868.510 ekor. Impor Indonesia sepanjang 2008 naik 26 persen dari
Kerjasama perdagangan antara Indonesia dan Australia dalam hal impor daging sapi dan
sapi bakalan tidak selalu berjalan mulus. Pada bulan Juni 2011 pemerintah Australia sempat
membekukan seluruh ekspor sapi bakalan ke Indonesia. Hal ini dikarenakan tersebarnya video
penyiksaan sapi Australia yang terungkap setelah laporan investigasi televisi ABC yang
merekam sadisnya proses pemotongan sapi bakalan di beberapa rumah pemotongan hewan
(RPH) di Indonesia.
Dalam laporan acara four corner ditemukan bahwa ada perlakuan yang tidak sesuai dengan
standar kesejahteraan hewan yang terjadi pada rumah pemotongan hewan (RPH) yang
bekerjasama dengan pemerintah Australia. Dalam video tersebut ditayangkan beberapa adegan-
adegan sebagai berikut : hewan-hewan yang membenturkan kepala mereka ke permukaan beton
karena pergerakannya dibatasi oleh tali pengekang. Beberapa hewan masih tampak tersiksa
beberapa menit setelah disembelih karena kecerobohan pekerja RPH di beberapa lokasi di
1
anak sapi berumur 1-2 tahun yang tidak layak bibit yang memenuhi persyaratan tertentu baik jantan maupun betina
untuk tujuan produksi atau hewan bukan bibit yang mempunyai sifat unggul untuk dipelihara guna tujuan produksi
2
Mla, “Australia live cattle export by destination calendar year”, dalam
http://statistics.mla.com.au/Report/RunReport/9e41f807-1202-4d2c-a4bb-6248522b4089 , (diakses pada 20
Mei 2016)
Indonesia. Dalam bagian lain ditampilkan perlakuan keji terhadap hewan dalam proses
penyembelihan, seperti pukulan, tendangan, adanya perlakuan yang dapat menyakiti mata
hewan, dan juga pematahan ekor hewan ternak ketika proses penggiringan hewan ke kotak
pemotongan hewan.3
Tayangan hasil investigasi dalam acara tersebut memicu respon negatif dari penduduk
Australia. Respon ini muncul karena adanya perbedaan standarisasi penyembelihan di kedua
stungun yang diyakini dapat mengurangi tingkat kesakitan yang dialami oleh hewan yang
hewan ternak dalam keadaan sadar, dengan bantuan alat pengekang berupa box ataupun tali.
Tanpa adanya penggunaan stungun untuk mengurangi rasa sakit pada hewan ternak.
Dalam waktu singkat rakyat Australia menuntut pada pemerintahnya agar segera
menghentikan kerjasama dengan rumah pemotongan hewan yang teridentifikasi dalam video.
pertanian Australia, puluhan ribu email terkirim kepada PM Julia Gillard, di saat bersamaan
Selain protes secara langsung kepada pemerintah, masyarakat Australia juga melakukan
protes dengan mengurangi konsumsi daging sapi. Hal ini terlihat dari angka penjualan daging
3
Abc, “A Bloody Business”, 30 Mei 2011, dalam http://www.abc.net.au/4corners/content/2011/s3228880.htm ,
(diakses pada 20 Mei 2016)
4
Animal Australia, “Our track record”, dalam http://www.animalsaustralia.org/about/track_record.php, (diakses
pada 20 Mei 2016)
Kegelisahan masyarakat Australia direspon cepat oleh pemerintah, pada tanggal 31 Mei
Tidak cukup sampai disitu, Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig menyatakan bahwa
Australia telah menghentikan ekspor sapi bakalan ke Indonesia sampai ada jaminan terkait
"I want to work with both the industry, the Indonesian government and
suspension is there for up to six months to allow for time for this to occur, It will
[be] put in place until the Government establishes sufficient supply chain
Perdana Menteri Australia saat itu, Julia Gillard juga memberikan pernyataan bahwa
larangan ekspor sapi bakalan akan terus berlaku sampai ada tindakan dari pemerintah mengenai
Kedutaan Besar Australia di Jakarta menjelaskan bahwa keputusan ini dipicu meluasnya
kecaman publik di Australia, setelah ditemukanya bukti perlakuan buruk yang dilakukan rumah
5
Abc, “Live exports to shamed abattoirs suspended “, 31 Mei 2011, dalam http://www.abc.net.au/news/2011-05-31/live-
exports-to-shamed-abattoirs-suspended/2738896 , (diakses pada 8 Mei 2016)
6Abc, “Government to suspend live cattle exports”,08 Juni 2011, dalam http://www.abc.net.au/news/2011-06-
08/government-to-suspend-live-cattle-exports/2750312 , (diakses pada 10 Mei 2016)
7Abc, “PM says live cattle export bans will stay”, 29 Juni 2011, dalam http://www.abc.net.au/news/2011-06-29/pm-
6 Juli 2011 terjadi perubahan kebijakan luar negeri Australia terkait ekspor sapi ke Indonesia
Dengan melihat latar belakang permasalahan di atas, kemudian muncul sebuah pertanyaan,
faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan kebijakan ekspor sapi bakalan Australia ke
Secara garis besar peneliti ingin mengetahui faktor apa saja yang menyababkan terjadinya
dinamika kebijakan Australia terkait ekspor sapi ke Indonesia dalam waktu yang relatif singkat
Negara sebagai aktor yang rasional berusaha untuk memilih tiap pilihan alternatif untuk
keuntungan dan kerugian yang diterima oleh negara, maka pada penelitian ini akan
menggunakan teori pilihan rasional. Rational choice theory atau teori pilihan rasional dalam
ilmu Hubungan Internasional terbentuk di awal 1960an. Teori pilihan rasional diartikan sebagai
instrumen mengenai maksud tujuan atau pilihan dari tujuan terarah suatu aktor.9
9
Robert Jackson & Geor Sorensen,Pengantar Studi Hubungan Internasional,(Yogyakarta:Pustaka Belajar,2009),
hal297.
Teori pilihan rasional menitikberatkan pada kajian aksi yang dilatarbelakangi oleh motif
tertentu, sehingga aktor yang melakukan kebijakan juga dipengaruhi oleh berbagai variabel dari
lingkungan pembentuk pemikiran rasionalnya. Aktor dalam konteks ini adalah negara, yang
mana menomorsatukan survivalitas dan kesejahteraan dalam setiap tindakan atau kebijakan yang
diberlakukan.10
Untuk memutuskan pilihan apa yang akan diambil oleh aktor, teori pilihan rasional
berupaya untuk memberikan penjelasan mengenai pilihan optimal bagi para pembuat keputusan.
Teori pilihan rasional merupakan teori yang digunakan untuk menjawab mengenai keputusan
terbaik untuk mencapai kepentingan dari aktor di lingkungan internasional. Penjelasan lebih rinci
mengenai teori pilihan rasional dinyatakan oleh Stephen M. Waltz dalam jurnalnya yang
berjudul “Rigor or Rigor Mortis? Rational Choice and Security Studies”,Waltz menyatakan
bahwa:
Pertama, teori pilihan rasional bersifat individu yaitu hasil-hasil sosial dan politik
dipandang sebagai produk kolektif atas pilihan individu (atau sebagai produk dari pilihan yang
dibuat oleh aktor kesatuan). Dapat dikatakan Waltz menambahkan mengenai aktor kesatuan
(negara) pada aktor teori pilihan rasional, yang sebelumnya dijelaskan oleh Latsis yaitu individu.
tersebut dilakukan oleh aktor dengan mengambil suatu pilihan yang akan membawa hasil
10Herrman, Richard K. 2002. “Linking Theory to Evidence in International Relations”, dalam Water Carlsnaes, Thomas Risse dan
Beth a. Simmons, Handbook of International Relations, London, SAGE Publications, pp. 120.
Ketiga, teori pilihan rasional menspesifikasikan preferensi dari aktor terhadap kendala
tertentu, misalkan aktor memiliki beberapa pilihan (artinya peneliti dapat membentuk urutan
Waltz menyatakan bahwa teori pilihan rasional merupakan alat untuk membuat kesimpulan
logis tentang bagaimana manusia (atau negara) membuat keputusan. Dari penjelasan mengenai
teori pilihan rasional dapat disimpulkan bahwa teori pilihan rasional merupakan instrumen
mengenai maksud dan tujuan atau pilihan terarah dari negara untuk mencapai kepentingannya di
lingkungan internasional. Teori pilihan rasional digunakan pada penelitian ini untuk menganalisa
apa maksud dan tujuan dari negara, dan untuk menganalisa keuntungan dan kerugian dari pilihan
Pada bagian lain Heckathorn menyatakan bahwa, dilihat dari struktur umum teori pilihan
rasional, ternyata ia mencakup beberapa terminologi teoritik sebagai berikut; (1) sekumpulan
aktor yang berfungsi sebagai pemain dalam sistem, (2) Alternatif-alternatif yang tersedia bagi
masing-masing aktor, (3) Seperangkat hasil yang mungkin diperoleh dari sejumlah alternatif
yang tersedia bagi aktor, (4) Pemilihan kemungkinan hasil oleh aktor dan (5) Harapan aktor
Interdependensi terjadi ketika dua negara atau lebih bekerjasama demi mencapai tujuan tertentu.
Kerjasama tersebut menyebabkan saling ketergantungan antara kedua negara, di mana kedua
11
Ibid.hlm276
negara saling membutuhkan satu sama lain. Dalam bukunya, Yanuar menjelaskan bahwa
Pemahaman tersebut berdasarkan pemikiran dari Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye
dalam bukunya Power and Interdependence. Menurut Keohane dan Nye, dapat ditarik
ekologi global, dan juga mendekati karakteristik seluruh hubungan antara beberapa negara.
Ketergantungan yang cukup kompleks ini memunculkan proses politik yang khas, yaitu tujuan
suatu negara akan menjadi bervariasi berdasarkan masalah di wilayah dengan politik daerah yang
bersangkutan13
Pada teori interdependensi kompleks Robert Keohane dan Joseph Nye, menekankan tiga
hal dalam meningkatkan perekonomian, menyelesaikan konflik, maupun masalah sosial, yakni :
Pertama, Negara bukan satu-satunya aktor yang signifikan, terdapat actor transnasional
Kedua Keohane dan Nye juga menyatakan Hardpower bukanlah satu-satunya instrument
instrument dominan
Yang terakhir merupakan pernyataan bahwa keamanan bukanlah tujuan yang dominan,
Interdependensi kompleks oleh Keohane dan Nye kemudian dijelaskan sebagai aliran
liberalisme interdependensi model baru atau neo-liberal interdependensi. Meskipun militer tidak
12
Ikbar Yanuar, Ekonomi Politik Internasional 2: Implementasi Konsep dan Teori , PT Refika Aditama, Bandung,
2007, hlm 183
13
Robert O Keohane & Joseph S. Nye, Power and Interdependence; Third Edition, Longman Pub. Group, Boston,
2000, hlm 5.
lagi menjadi instrument terpenting bagi perdamaian dunia, namun sistem ini tidak memungkiri
pertama,Tidak adanya hirarki yang jelas pada isu-isu yang ada memunculkan tujuan dan
kekuatan yang berbeda antar negara. Suatu negara yang unggul dalam bidang militer belum tentu
dapat memaksakan kepentingannya kepada negara lain yang tidak lebih kuat. Sebaliknya, negara
yang posisinya lebih minor akan mendapatkan keuntungan lebih. Kedua, agenda setting.
Kekuatan yang dimiliki suatu negara akan menjadi lebih spesifik pada isu-isu tertentu. Ketiga,
pengaruh yang dimiliki karena akan berdampak pada sistem internasional secara keseluruhan.
Dan keempat, role of international organizations. Eksistensi institusi internasional akan menjadi
1.5 Hipotesis
Perubahan kebijakan ekspor Australia terkait ekspor sapi bakalan merupakan pilihan
rasional dari faktor-faktor situasi saat ini yang meliputi faktor dimana dalam kerjasama yang
terjadi terbentuk pasar monopoli bilateral yang menyebabkan kedua belah pihak yaitu Australia
dan Indonesia saling bergantung satu dengan yang lain. Pada prosesnya Indonesia memiliki daya
tawar yang lebih besar dibandingkan Australia, dalam hal ini Indonesia memiliki pilihan lain
tanpa melakukan impor dari Australia. Sedangkan Australia telah mengalokasikan kuota ekspor
yang ditujukan untuk pasar Indonesia, larangan ekspor akan menyebabkan ketidakstabilan di
Australia.
14
Op.cit., hal. 28-29
1.6 Metodologi Penelitian
Menurut Joshua Goldstein mengatakan bahwa pengertian Kebijakan Luar Negeri adalah
kebijakan luar negeri adalah strategi-strategi yang diambil oleh pemerintah dalammenentukan
15
aksi mereka di dunia internasional. Sedangkan menurut K.J. Holsti kebijakan luar
negeri adalah tindakan atau gagasan yang dirancang untuk memecahkan masalah atau membuat
Tiap negara memiliki perbedaan tujuan kebijakan luar negerinya. Namun, Negara
kolektifnya.
Rosenau berpendapat bahwa tujuan dari kebijakan luar negeri sebenarnya merupakan
fungsi dari proses dimana tujuan negara disusun. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh sasaran yang
dilihatdari masa lalu dan aspirasi untuk masa yang akan datang. 17
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka perubahan kebijakan luar negeri dapat di
definisikan sebagai pembaharuan dari kebijakan suatu Negara yang telah dikeluarkan
pembuatan kebijakan luar negeri. Dengan kata lain, setiap perilaku yang diambil oleh suatu
negara dalam menghadapi negara lain mungkin saja berubah dalam hitungan waktu. Hal ini
15
Joshua Goldstein, International Relations,.Longman ,New York, 1999, hlm .147
16
K.J. Holsti, International Politics : A Framework for Analysis . Prentice, New Jersey,1983, hlm.107
17
James N. Rosenau., International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory. The Free Press, New
York,1969, hlm.167
18
Vinsensio Dugis, “Explaining Foreign Policy Change” dalam Masyarakat Kebudayaan dan Politik,2008, hlm.101
disesuaikan dengan isu yang sedang berkembang, hubungan antara negara-negara tersebut,
terbagi menjadi dua, yaitu foreign policy redirection dan self-correcting. Pada
bentuk foreign policy redirection, perubahan kebijakan luar negeri terjadi karena adanya
perubahan rezim (transformasi negara) ataupun adanya perubahan sistem politik. Redireksi ini
membutuhkan faktor eksternal yang bersifat fundamental yang dapat memaksa para pengambil
kebijakan mengubah kebijakan yang telah diputuskan sebelumnya. Hal ini biasanya terjadi
ketika pergantian presiden yang berujung pada perubahan kebijakan luar negeri. Dalam
bentuk self-correcting, perubahan kebijakan luar negeri terjadi karena pemerintah memutuskan
untuk mengubah arah kebijakannya dalam rangka mengoreksi dan mengevaluasi kebijakan yang
pernah dirumuskan. Dalam hal ini tidak diperlukan perubahan format pemerintahan, hanya arah
merupakan level dengan perubahan minor dimana perubahan terjadi ketika usaha dalam
penerapan kebijakan luar negeri mengalami perubahan. Level yang kedua adalah adanya
perubahan program, terutama dalam cara dan metode penerapan kebijakan luar negeri. Level
yang ketiga adalah adanya perubahan dalam masalah yang dibahas ataupun perubahan tujuan
dari kebijakan luar negeri itu sendiri. Level yang terakhir adalah perubahan dalam sistem
internasional (dalam worldaffairs) yang akan mengubah orientasi negara secara fundamental.
Level terakhir ini mengarah kepada redirection kebijakan luar negeri. Gustavsson dalam hal ini
19
Op.cit, hlm 103
20
Op.cit, hlm 103
menambahkan langkah-langkah yang harus diambil dalam perubahan kebijakan luar negeri, yaitu
sebagai faktor kognitif dan proses pengambilan keputusan (mengolah inputbaru), dan
Yang dimaksud monopoli bilateral adalah suatu model pasar dimana pasar tersebut hanya
terdapat satu penjual (monopolist) dan satu pembeli (monopsonist). Pada awalnya sistem
monopoli bilateral paling sering digunakan oleh para ekonom untuk menggambarkan pasar
tenaga kerja negara-negara industri pada tahun 1800an dan awal abad ke-20. Perusahaan besar
pada dasarnya akan memonopoli semua pekerjaan di satu kota dan menggunakan kekuatan
mereka untuk menaikkan upah ke tingkat yang lebih rendah. Pekerja, untuk meningkatkan daya
tawar mereka, membentuk serikat pekerja dengan kemampuan untuk menyerang, dan menjadi
Pada bentuk pasar monopoli bilateral penjual yang berposisi sebagai monopolist akan
berusaha untuk memperoleh keuntungan sebesar besarnya, sedangkan pembeli tunggal sebagai
monopsonist akan berusaha memperoleh harga paling rendah dari penawaran yang diberikan
oleh penjual.22
Karena pihak penjual dan pembeli memiliki kekuatan yang seimbang dalam penawaran
terhadap suatu komoditas,akan terdapat tarik-menarik kepentingan dari kedua belah pihak.
21
Jakob Gustavsson, How Should We Study Foreign Policy Change, Cooperation and Conflict Journal,1999
22
Grant F Rabey.(1976).some economic consideration pertaining the condoct and performance of large scale
enterprise in factor market
Dalam bentuk pasar ini pihak yang memiliki posisi tawar yang lebih akan dapat mempengaruhi
rasa saling bergantung satu dengan yang lain antara satu orang atau hal yang lainnya. 23
Interdependensi terjadi ketika dua negara atau lebih bekerjasama demi mencapai tujuan
tertentu. Kerjasama tersebut menyebabkan saling ketergantungan antara kedua negara, di mana
kedua negara saling membutuhkan satu sama lain. Dalam bukunya, Yanuar menjelaskan bahwa
Dari konsep interdependensi diatas, muncul suatu teori yang berkaitan disebut Complex
Interdependence atau Interdependensi Kompleks. Konsep ini dikonstruksikan oleh Keohane dan
Nye dalam rangka memberikan pandangan baru disamping teori yang dicetuskan para realis
Konsep interdependensi kompleks timbul di masa yang penuh modernisasi sosial pada
tahun 1950an dimana terdapat interaksi antar negara sehingga terbentuk hubungan antara
masyarakat transnasional selain bentuk hubungan politik antara pemerintah. Terlihat jelas
23
oxforddictionaries , “Definition of interdependence” dalam
https://en.oxforddictionaries.com/definition/interdependence (diakses pada 22 September 2016)
24
Ikbar Yanuar, Ekonomi Politik Internasional 2: Implementasi Konsep dan Teori, PT Refika Aditama, Bandung,
2007,hlm.183
25
Robert O. Keohane & Joseph S. Nye, Power and Interdependence; Third Edition, Longman Pub. Group, New
York,2000, hlm.23
terutama pada negara-negara pluralis industrisialis.26 Dahulu, hubungan antar negara hanya
terbatas pada hubungan para pemimpin negara dengan penggunaan kekuatan militeryang
menjadi pilihan utama. Namun, dengan adanya interdependensi kompleks, hal tersebut tidak lagi
berlaku. Karena, disamping pemerintah terdapat pula berbagai aktor yang berperan. Kekuatan
beragam dan kompleks antara sub-unit, absennya hirearki pada isu-isu internasional, dan yang
Kebijakan luar negeri dirumukan untuk suatu tujuan yang spesifik terhadap suatu isu, dan
dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Operasionalisasi dari
perubahann kebijakan luar negeri disini dapat dilihat dari tujuan kebijakan itu dikeluarkan, yaitu
Dalam kasus ini kebijakan luar negeri Australia dalam hal larangan ekspor sapi bakalan
ke Indonesia dikeluarkan pada bulan juni 2011 dan berlaku selama 6 bulan . kemudian di
keluarkan kebijakan mengenai ekspor sapi bakalan ke Indonesia berupa pencabutan larangan
kebijakan luar negeri yang berbentuk self-correcting oleh Australia dengan berdasarkan
26
Op.cit., hlm. 27
27
Op.cit., hlm. 23
28
Op.cit., hlm. 21-22.
1.6.2.2 Monopoli Bilateral
Pada kasus ini penulis melihat interaksi kerjasama antara Indonesia dan Australia terjadi dalam
bentuk pasar persaingan yang tidak sempurna berupa pasar monopoli bilateral. Dalam definisi
sebelumnya dijelaskan bahwa pasar ini terbentuk akibat adanya hanya satu penjuan dan satu
kasus ini terjadi Indonesia masih menganut sistem country based , yang menyebabkan Indonesia
tidak memiliki banyak opsi lain untuk memenuhi kebutuhan ternak bakalannya.
Disisi lain Indonesia diidentifikasi sebagai pembeli tunggal pada kerjasama yang terjadi
pada waktu itu. Australia sebagai salah satu eksportir terbesar hewan ternak di dunia telah
mengalokasikan beberapa zona untuk memenuhi kebutuhan ekspor hewan ternak terutama untuk
Bentuk pasar ini memberikan daya saing yang seimbang di antara kedua pihak, akan
tetapi pada perkembangannya Indonesia memiliki daya tawar yang lebih kuat sehingga Australia
sebagai kondisi suatu Negara yang mengalami kondisi saling keterikatan dengan Negara lain.
hubungan internasional melalui hubungan aksi-reksi suatu Negara dengan Negara lain. Dalam
kasus ini hubungan Indonesia dengan Australia. Dinamika yang muncul dan reaksi dari kedua
Negara tersebut.
Melalui penggunaan perangkat analisis penulis memusatkan analisis ini dalam level
Negara.indikator ekonomi berupa nilai ekspor-impor terutama dalam kategori hewan ternak
bakalan beserta implikasinya pada perekonomian domestik Australia menjadi tolak ukur analisis
untuk melihat adanya faktor saling ketergantungan berdasarkan aksi-reaksi kedua negara yang
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatif yakni menganalisis dan
korelasi antara dua atau lebih variabel baik pola, arah, sifat, bentuk maupun kekuatan hubungan.
Pertanyaan penelitian ekplanatif berhubungan dengan “how” dan “why” tetapi terkait dengan
“to what extent”, “how much”, “how far”, dan“how significant” yang meminta penjelasan
berdasarkan satu teori.29 Karenanya, berdasarkan pada pengertian ini kemudian penilitian ini
termasuk dalam penelitian eksplanatif yang berusaha untuk menjelaskan tentang perubahan
29
Ulber Silalahi,”Pengenalan Dasar Penelitian Sosial ” dalam Metode Penelitian Sosial, Unpar Press,Bandung,
2006, hlm.28
Penelitian ini akan penulis batasi dari tahun 2007-2012. Momentum tahun 2007 diambil karena
pada tahun tersebut perdagangan ekspor sapi australia dan indonesia berada pada titik puncak.
Sementara itu momentum tahun 2012 sebagai batas akhir penelitian ini, karena pada tahun 2012,
terjadinya mulainya implementasi peraturan ESCAS pada sapi impor dari Australia .
Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik pengumpulan
data dokumen atau kemudian lebih dikenal dengan pemanfaatan bahan pustaka . Semua proyek
penelitian selalu melibatkan penggunaan dan analisis dokumen baik dalam skala besar maupun
skala kecil. Tujuannya adalah agar penulis dapat membaca, memahami dan menganalisis secara
kritis pada tulisan orang lain. Dokumen yang dapat digunakan oleh peneliti dapat berupa
dokumen perpustakaan, dokumen berbasis komputer, dokumen yang memiliki fokus kebijakan,
dan dokumen yang memiliki orientasi historis. Penggunaan dokumen menekankan pada upaya
ditinggalkan. Sehingga, dalam penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data melalui
dokumen ini terdapat penggolongan sumber data yang dapat dibagi menjadi dua yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan
diteliti (responden). Sedangkan data sekunder lebih merupakan data yang diperoleh dari lembaga
atau institusi tertentu seperti Biro Pusat Statistik, Departemen-Departemen, dan lain-lain.30
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik analisis data kualitatif karena data
empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan
30
Sudarso, ”Prosedur Penelitian” dalam Metode Penelitian Sosial, Kencana, Jakarta,2008, hlm.55
rangkaian angka. Dalam prosesnya penulis akan mengacu pada kegiatan analisis menurut Miles
dan Huberman yang menyatakan bahwasanya terdapat tiga alur kegiatan dalam menganalisis
data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Ketiga
kegiatan ini akan berlangsung secara bersamaan yang mana berarti ketiga kegiatan ini akan jalin
menjalin dan membentuk proses siklus yang interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah
pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut
analisis.31
Penelitian ini akan penulis bagi menjadi empat bab, yang terdiri dari :
Bab pertama berisi pendahuluan.Dalam Bab ini peneliti akan menjelaskan tentang sub-bab
antara lain: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teoritik,
Dalam bagian kedua penulis akan mendeskripsikan mengenai dinamika hubungan bilateral
antara indonesia dengan australia, termasuk di dalamnya kronologi terjadinya larangan ekspor
sapi ke indonesia.
Dalam bab ketiga penulis melakukan analisis mengenai faktor apa yang menyebabkan
Bab keempat merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari penelitian ini.
31
Ulber Silalahi,”Pengenalan Dasar Penelitian Sosial ” dalam Metode Penelitian Sosial, Unpar Press,
Bandung,2006, hlm.311