Paper Nasional Tiwi E
Paper Nasional Tiwi E
FEBRUARI 2018
OLEH :
1
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KESESUAIAN
GLYCATED ALBUMIN DAN GLYCATED HEMOGLOBIN PADA
SUBJEK DIABETES MELITUS
ABSTRAK
2
CORRELATION BETWEEN HEMOGLOBIN CONCENTRATION TO
SUITABILITY OF GLYCATED ALBUMIN AND GLYCATED
HEMOGLOBIN CONCENTRATION OF DIABETES
MELLITUS SUBJECT
ABSTRACT
3
LATAR BELAKANG
Hemoglobin (A1c) untuk menegakkan diagnosis DM, dengan nilai batas ≥6.5%.
dari kontrol glikemik jangka panjang merupakan alat yang diperlukan pada
perawatan pasien DM. Saat ini, pengukuran dari A1c merupakan pemeriksaan
hidup eritrosit, A1c menggambarkan kadar glukosa plasma selama dua sampai
hemolitik dan anemia renal. Khusus untuk PGK, konsentrasi Hb yang rendah
mungkin memberikan hasil rendah palsu untuk A1c. Penelitian oleh Peacock
dengan Glycated Albumin (GA) lebih akurat dibanding A1c, hal ini dikarenakan
pendeknya masa hidup dari eritrosit serta tidak adanya pengaruh yang kuat secara
signifikan antara kadar Hb, eritropoietin dan serum albumin terhadap kadar GA.
lebih baik untuk kontrol glikemik dibandingkan dengan A1c pada pasien DM
4
berasal dari glikasi albumin melalui proses oksidasi non enzimatik. Glycated
A1c, sehingga menjadi parameter pemantauan kadar glukosa yang lebih baik pada
selama waktu yang lebih pendek (2-3 minggu) dikarenakan jauh lebih pendeknya
paruh waktu dari albumin5. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
rancangan potong lintang. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2016 hingga
non-PGD dan subjek PGD yang menjalani rawat jalan di RS dr. Wahidin
adalah subjek DM pada semua kadar Hb, tidak dalam terapi eritropoietin,
suplemen zat besi dan transfusi sel darah merah , dan bersedia ikut dalam
penelitian.
5
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolok dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. Kriteria diagnosa DM antara lain A1c ≥6,5%, atau GDP ≥126 mg/dl
(7.0 mmol/L), atau gula plasma 2 jam ≥200 mg (11.1 mol/L) selama TTGO, atau
pasien dengan gejala klasik hiperglikemia + glukosa plasma ≥200 mg/dl (11.1
mmol/L.
Terkontrol : GA <17%,
penurunan di bawah nilai normal, Untuk laki-laki kadar Hb normal <13 gr/dL dan
yang masuk ke dalam kriteria anemia menjadi dua kelompok, yakni kelompok
kadar Hb > 10 gr% dan kelompok kadar Hb ≤10 gr%, berdasarkan nilai rerata
for the Social Sciences (SPSS) versi 22. Metode statistik yang digunakan adalah
6
nilai mean (rerata), standar deviasi (SD) dan sebaran frekuensi. Metode analitik
dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square dan Kappa. Hasil uji statistik
HASIL PENELITIAN
(53,3%) , usia ≥60 tahun (53,3%), anemia (60,0%), dan kadar GA serta A1C tidak
terkontrol.
7
Tabel 3. Kesesuaian GA dengan A1c menurut Kadar Hb
A1c
Hb Tidak Total K P
Terkontrol
terkontrol
Tidak N 18 11 29
terkontrol% 50,0% 30,6% 80,6%
GA
N 2 5 7
Terkontrol
Normala % 5,6% 13,9% 19,4%
N 20 16 36
Total % 55,6% 44,4% 100,0% 22,5% 0,109
(0,225)
Tidak N 19 11 30
terkontrol% 52,8% 30,6% 83,3%
GA
N 2 4 6
Anemia Terkontrol
% 5,6% 11,1% 16,7%
>10 gr%b
N 21 15 36
Total % 58,3% 41,7% 100,0% 17,7% 0,174
(0,167)
Tidak N 13 2 15
terkontrol% 72,2% 11,1% 83,3%
GA
N 0 3 3
Anemia Terkontrol
≤10 gr%c % 0,0% 16,7% 16,7%
N 13 5 18
Total % 72,2% 27,8% 100,0% 22,5% 0,002
(0,225)
gr% (p=0,002) dengan tingkat kesesuaian sebesar 22,5%. Untuk kelompok dengan
Hb normal, dan Hb >10 gr% tidak didapatkan kesesuaian hasil GA dan A1c
PEMBAHASAN
penelitian adalah laki-laki (53,3%) , usia ≥60 tahun (53,3%), anemia (60,0%), dan
8
kadar GA serta A1C tidak terkontrol. Hasil uji Kappa pada analisis kesesuaian GA
keduanya adalah sebesar 0,286 (28,6%). Dengan nilai Kappa tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat kesesuaian. Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian
Yoshiuchi dkk. 6 (2008) yang melakukan perbandingan antara A1c dan GA pada
tersebut melaporkan kadar A1c yang hampir sama antara kedua kelompok.
signifikan pada kedua kelompok, dengan signifikansi yang lebih tinggi pada
kelompok DM tipe 2. 6
Selain faktor varian Hb, usia eritrosit juga mempengaruhi hubungan antara
glukosa yang melekat pada valin, salah satu atau kedua rantai beta-globin.
non-enzimatik antara glukosa dan gugus amino bebas dari protein Hb. Namun Hb
sendiri memiliki beberapa varian yang menyebabkan kadar A1c dapat bervariasi.
kadar A1c terlalu tinggi. Kedua, varian Hb yang terglikasi ber-elusi dengan A1c,
sedangkan di tempat terpisah, varian Hb terpisah dari HbA, hal ini juga
menyebabkan kadar A1c terlalu tinggi. Ketiga, varian Hb yang terglikasi terpisah
sehingga kadar A1c lebih rendah.7 Pada situasi dimana A1c tidak dapat diukur
9
atau tidak dapat digunakan (misalnya pada anemia hemolitik, thalassemia, dialysis
sebesar 22,5%. Dengan nilai Kappa tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
dengan A1c meningkat secara signifikan pada pasien dengan HD. Glycated
hemoglobin secara positif dipengaruhi oleh kadar Hb namun tidak ada hubungan
dengan dosis eritropoeitin pada pasien HD, sebaliknya kedua faktor tersebut serta
serum albumin secara signifikan tidak memberikan pengaruh yang kuat terhadap
kadar GA.
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11