Anda di halaman 1dari 11

PAPER NASIONAL

FEBRUARI 2018

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KESESUAIAN


GLYCATED ALBUMIN DAN GLYCATED HEMOGLOBIN
PADA SUBJEK DIABETES MELITUS

OLEH :

PRATIWI QUR ANITA


JMF ADAM
HARSINEN SANUSI
ANDI MAKBUL AMAN
HUSAINI UMAR
HIMAWAN SANUSI
FABIOLA ADAM
SYAKIB BAKRI
HAERANI RASYID

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

1
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KESESUAIAN
GLYCATED ALBUMIN DAN GLYCATED HEMOGLOBIN PADA
SUBJEK DIABETES MELITUS

Pratiwi Quranita, JMF Adam*, Harsinen Sanusi*, A. Makbul Aman*, Husaeni


Umar*, Himawan Sanusi*, Fabiola Adam*, Syakib Bakri*, Haerani Rasyid**
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakutas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar**

ABSTRAK

Latar Belakang : Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit


metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, dimana hiperglikemia memiliki
hubungan langsung dengan perkembangan kondisi inflamasi. Gangguan
metabolisme zat besi oleh proses inflamasi akan menyebabkan anemia pada
penyakit kronik. American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan
penggunaan Glycated Hemoglobin (AIc) untuk menegakkan diagnosis DM,
dengan nilai batas >6,5%. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa GA
merupakan penanda yang lebih baik untuk kontrol glikemik dibandingkan
dengan Alc pada pasien DM dengan anemia. Glycated Albumin tidak dipengaruhi
oleh semua faktor yang mempengaruhi konsentrasi AIc, sehingga menjadi
parameter pemantauan kadar glukosa yang lebih baik pada pasien DM dengan
anemia.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan kadar Hemoglobin dengan kesesuaian
Glycated Albumin dan Glycated Hemoglobin pada Subjek DM.
Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
dengan rancangan potong lintang. Sampel berupa plasma Subjek DM
diperiksakan kadar Hb, GA, dan Alc. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit dr.
Wahidin Sudirohusodo (RSWS) dan jejaringnya di Makassar sejak Juli 2016
hingga şampel yang diinginkan tercapai. Populasi penelitian adalah semua serum
Subjek DM.
Hasil Penelitian : Jumlah sampel sebanyak 90 subjek , terdiri dari 48 laki-laki
(53,3%) dan perempuan sebanyak 42 orang (46,7%). Terdapat hubungan
kesesuaian diantara GA dan A1c sebesar 0,286 (28,6%), Berdasarkan uji Kappa
kadar Hb terhadap kesesuaian GA dan Alc untuk keseluruhan populasi, maka
kesesuaian hanya didapatkan pada kelompok Hb <10 gr% (p=0,002) dengan
tingkat kesesuaian sebesar 22,5%.
Kesimpulan : Terdapat kesesuain kontrol glikemik Glycated Albumin dan
Glycated Hemoglobin pada subjek dengan kadar Hb <10 gr/%, walaupun
kesesuaian rendah.
Kata Kunci : Diabetes Melitus tipe 2, Glycated Albumin, Glycated Hemoglobin,
Hemoglobin.

2
CORRELATION BETWEEN HEMOGLOBIN CONCENTRATION TO
SUITABILITY OF GLYCATED ALBUMIN AND GLYCATED
HEMOGLOBIN CONCENTRATION OF DIABETES
MELLITUS SUBJECT

Pratiwi Quranita, JMF Adam*, Harsinen Sanusi*, A. Makbul Aman*, Husaeni


Umar*, Himawan Sanusi*, Fabiola Adam*, Syakib Bakri*, Haerani Rasyid**
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakutas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar**

ABSTRACT

Background : Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with


characterized by hyperglycemia. Hyperglycemia has a direct relationship with the
development of inflammatory conditions. Disruption of iron metabolism by the
inflammatory process will cause anemia in chronic diseases. American Diabetes
Association (ADA) recommends the use of Glycated Hemoglobin (Alc) for
diagnosis of DM, with a cutoff value of >6.5%. Recent study also shows that GA
is a better marker for glycemic control compared with A1c in diabetic patients
with anemia. Glycated albumin is not affected by all the factors that affect A1c
concentration, so that a continuous glucose monitoring parameters were better in
patients DM with anemia.
Objective : This study aims to determine the Correlation between hemoglobin
concentration to suitability of Glycated Hemoglobin and Glycated Albumin in the
subject of diabetes mellitus.
Methods : This study is an analytic study with cross sectional design. Plasma
samples of DM subjects examined Hb, GA, and Alc. The study was conducted at
dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital in Makassar and its network from July 2016
until the desired sample is reached. The study population was all DM subject’s
serum.
Results : The samples were 90 subjects concisting of 48 males (53,3%) and 42
females (46,7%). Suitability analysis of GA and Alc obtained their suitability
(p==0.002) is 28.0%. Analysis of Hb concentration to the suitability of GA and
Alc, found a significant relationship from Hb <10 g% group (p = 0.002) with a
suitability rate of 22.5%.
Conclusion : There is a suitability of Glycated Albumin and Glycated
Hemoglobin in Diabetic patients with Hb level <10gr% even the suitability are
low.
Keywords : Type 2 Diabetes Mellitus, Chronic Kidney Disease, Diabetic Kidney
Disease,Glycated Albumin, Glycated Hemoglobin, Hemoglobin.

3
LATAR BELAKANG

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau keduanya.1 Banyak penelitian telah menekankan pentingnya

kontrol glikemik untuk mencegah komplikasi mikro dan makrovaskular.

American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan penggunaan Glycated

Hemoglobin (A1c) untuk menegakkan diagnosis DM, dengan nilai batas ≥6.5%.

Dalam penatalaksanaan DM, sasaran pengobatan ditetapkan A1c <7%.2. Penanda

dari kontrol glikemik jangka panjang merupakan alat yang diperlukan pada

perawatan pasien DM. Saat ini, pengukuran dari A1c merupakan pemeriksaan

terbanyak yang digunakan untuk penilaian kontrol glikemik. Berdasarkan masa

hidup eritrosit, A1c menggambarkan kadar glukosa plasma selama dua sampai

tiga bulan sebelumnya3. Pengukuran A1c dipengaruhi oleh variasi Hb dan

beberapa penyakit yang memperpendek masa hidup eritrosit seperti anemia

hemolitik dan anemia renal. Khusus untuk PGK, konsentrasi Hb yang rendah

mungkin memberikan hasil rendah palsu untuk A1c. Penelitian oleh Peacock

dkk.4, melaporkan bahwa pada pasien hemodialisis (HD), kontrol glikemik

dengan Glycated Albumin (GA) lebih akurat dibanding A1c, hal ini dikarenakan

pendeknya masa hidup dari eritrosit serta tidak adanya pengaruh yang kuat secara

signifikan antara kadar Hb, eritropoietin dan serum albumin terhadap kadar GA.

Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa GA merupakan penanda yang

lebih baik untuk kontrol glikemik dibandingkan dengan A1c pada pasien DM

dengan insufisiensi renal. Glycated Albumin merupakan suatu ketoamin yang

4
berasal dari glikasi albumin melalui proses oksidasi non enzimatik. Glycated

Albumin tidak dipengaruhi oleh semua faktor yang mempengaruhi konsentrasi

A1c, sehingga menjadi parameter pemantauan kadar glukosa yang lebih baik pada

pasien dialisis dan anemia. Glycated Albumin menggambarkan kontrol glikemik

selama waktu yang lebih pendek (2-3 minggu) dikarenakan jauh lebih pendeknya

paruh waktu dari albumin5. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan kadar Hb dengan kesesuaian kadar GA dan A1c terhadap subjek

Diabetes Mellitus Tipe 2.

METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERATIONAL

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan

rancangan potong lintang. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2016 hingga

sampel yang diinginkan tercapai. Sampel penelitian berupa pasien subjek DM

non-PGD dan subjek PGD yang menjalani rawat jalan di RS dr. Wahidin

Sudirohusodo dan jejaringnya yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi

adalah subjek DM pada semua kadar Hb, tidak dalam terapi eritropoietin,

suplemen zat besi dan transfusi sel darah merah , dan bersedia ikut dalam

penelitian.

Penelitian dilakukan dengan consecutive sampling sampai jumlah sampel

terpenuhi. Dilakukan pemeriksaan kadar Glycated Albumin (GA) secara

kuantitatif dalam serum manusia dengan metode Enzimatik kolorimetri

selanjutnya dilakukan pemeriksan Glycated Hemoglobin untuk mengukur kadar

hemoglobin A1c dalam darah (whole blood) manusia.

5
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolok dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau

keduanya. Kriteria diagnosa DM antara lain A1c ≥6,5%, atau GDP ≥126 mg/dl

(7.0 mmol/L), atau gula plasma 2 jam ≥200 mg (11.1 mol/L) selama TTGO, atau

pasien dengan gejala klasik hiperglikemia + glukosa plasma ≥200 mg/dl (11.1

mmol/L.

Kontrol glikemik berdasarkan pemeriksaan HbA1C dengan kriteria

objektif berdasarkan PERKENI 2011 ;

 Kontrol glikemik baik : HbA1C <7 %

 Kontrol glikemik buruk : HbA1C >7 %

Glycated albumin berdasarkan kriteria obyektif :

 Terkontrol : GA <17%,

 Tidak terkontrol : GA ≥17%.

Anemia adalah kondisi dimana hasil pemeriksaan Hb mengalami

penurunan di bawah nilai normal, Untuk laki-laki kadar Hb normal <13 gr/dL dan

wanita Hb >12 gr/dL sesuai dengan kriteria WHO.

Pada penelitian ini kami kemudian membagi seluruh subjek penelitian

yang masuk ke dalam kriteria anemia menjadi dua kelompok, yakni kelompok

kadar Hb > 10 gr% dan kelompok kadar Hb ≤10 gr%, berdasarkan nilai rerata

seluruh subjek anemia.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package

for the Social Sciences (SPSS) versi 22. Metode statistik yang digunakan adalah

metode diskriptif dan analitik. Metode diskriptif dilakukan dengan perhitungan

6
nilai mean (rerata), standar deviasi (SD) dan sebaran frekuensi. Metode analitik

dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square dan Kappa. Hasil uji statistik

dianggap signifikan jika nilai p<0,05.

HASIL PENELITIAN

Diperoleh sebanyak 90 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi.

Table 1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian (n=90)


Variabel N %
Jenis Kelamin Laki-Laki 48 53,3
Perempuan 42 46,7
Umur <60 tahun 42 46,7
≥60 tahun 48 53,3
Kadar Hb Normal 36 40,0
Anemia 54 60,0
GA Tidak terkontrol 74 82,2
Terkontrol 16 17,8
A1c Tidak terkontrol 54 60,0
Terkontrol 36 40,0

Tabel 1 menunjukkan sebagian besar subjek penelitian adalah laki-laki

(53,3%) , usia ≥60 tahun (53,3%), anemia (60,0%), dan kadar GA serta A1C tidak

terkontrol.

Tabel 2 Kesesuaian GA dan A1c


A1c
Tidak Total K P
terkontrol Terkontrol
N 50 24 74
Tidak terkontrol
% 55,6% 26,7% 82,2%
GA N 4 12 16
Terkontrol
% 4,4% 13,3% 17,8%
N 54 36 90
Total % 60,0% 40,0% 100,0% 28,6% 0,002
(0,286)

Tabel 2 menunjukkan Hasil uji Kappa pada analisis kesesuaian GA dan


A1c didapatkan adanya kesesuaian (p=0,002) diantara keduanya sebesar 0,286
(28,6%).

7
Tabel 3. Kesesuaian GA dengan A1c menurut Kadar Hb
A1c
Hb Tidak Total K P
Terkontrol
terkontrol
Tidak N 18 11 29
terkontrol% 50,0% 30,6% 80,6%
GA
N 2 5 7
Terkontrol
Normala % 5,6% 13,9% 19,4%
N 20 16 36
Total % 55,6% 44,4% 100,0% 22,5% 0,109
(0,225)
Tidak N 19 11 30
terkontrol% 52,8% 30,6% 83,3%
GA
N 2 4 6
Anemia Terkontrol
% 5,6% 11,1% 16,7%
>10 gr%b
N 21 15 36
Total % 58,3% 41,7% 100,0% 17,7% 0,174
(0,167)
Tidak N 13 2 15
terkontrol% 72,2% 11,1% 83,3%
GA
N 0 3 3
Anemia Terkontrol
≤10 gr%c % 0,0% 16,7% 16,7%
N 13 5 18
Total % 72,2% 27,8% 100,0% 22,5% 0,002
(0,225)

Tabel 3 menunjukkan kadar Hb terhadap kesesuaian GA dan A1c untuk

keseluruhan populasi, maka kesesuaian hanya didapatkan pada kelompok Hb ≤10

gr% (p=0,002) dengan tingkat kesesuaian sebesar 22,5%. Untuk kelompok dengan

Hb normal, dan Hb >10 gr% tidak didapatkan kesesuaian hasil GA dan A1c

masing-masing p=0,109 dan p=0,174 dengan tingkat kesesuaian masing-masing

sebesar 22,5% dan 17,7%.

PEMBAHASAN

Subjek penelitian ini berjumlah 90 orang dan sebagian besar subjek

penelitian adalah laki-laki (53,3%) , usia ≥60 tahun (53,3%), anemia (60,0%), dan

8
kadar GA serta A1C tidak terkontrol. Hasil uji Kappa pada analisis kesesuaian GA

dan A1c didapatkan adanya kesesuaian, dimana tingkat kesesuaian di antara

keduanya adalah sebesar 0,286 (28,6%). Dengan nilai Kappa tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa terdapat kesesuaian. Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian

Yoshiuchi dkk. 6 (2008) yang melakukan perbandingan antara A1c dan GA pada

93 pasien DM tipe 1 dan 75 pasien DM tipe 2 tanpa komplikasi. Penelitian

tersebut melaporkan kadar A1c yang hampir sama antara kedua kelompok.

Mereka juga menemukan bahwa A1c berhubungan kuat dengan GA secara

signifikan pada kedua kelompok, dengan signifikansi yang lebih tinggi pada

kelompok DM tipe 2. 6

Selain faktor varian Hb, usia eritrosit juga mempengaruhi hubungan antara

Hb dan A1c. A1c didefinisikan sebagai adult hemoglobin A (HbA) dengan

glukosa yang melekat pada valin, salah satu atau kedua rantai beta-globin.

Glycated hemoglobin dihasilkan pasca-translasi, bersifat ireversibel, pada reaksi

non-enzimatik antara glukosa dan gugus amino bebas dari protein Hb. Namun Hb

sendiri memiliki beberapa varian yang menyebabkan kadar A1c dapat bervariasi.

Bry dkk.7 (2001) menjelaskan tiga mekanisme dimana varian Hb dapat

mempengaruhi kadar A1c. Pertama, varian Hb ber-elusi dengan A1c sehingga

kadar A1c terlalu tinggi. Kedua, varian Hb yang terglikasi ber-elusi dengan A1c,

sedangkan di tempat terpisah, varian Hb terpisah dari HbA, hal ini juga

menyebabkan kadar A1c terlalu tinggi. Ketiga, varian Hb yang terglikasi terpisah

dari A1c, sedangkan di tempat terpisah, varian Hb ber-elusi dengan HbA,

sehingga kadar A1c lebih rendah.7 Pada situasi dimana A1c tidak dapat diukur

9
atau tidak dapat digunakan (misalnya pada anemia hemolitik, thalassemia, dialysis

, dan kehamilan), GA dapat digunakan sebagai parameter dalam kontrol terapi.8

Pada penelitian ini berdasarkan uji Kappa pada kadar Hb dengan

kesesuaian GA dan A1c untuk keseluruhan populasi, maka kesesuaian hanya

didapatkan pada kelompok Hb ≤10 gr% (p=0,002) dengan tingkat kesesuaian

sebesar 22,5%. Dengan nilai Kappa tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

terdapat kesesuaian. Penelitian Peacock dkk.4 yang membandingkan kadar GA

dengan A1c meningkat secara signifikan pada pasien dengan HD. Glycated

hemoglobin secara positif dipengaruhi oleh kadar Hb namun tidak ada hubungan

dengan dosis eritropoeitin pada pasien HD, sebaliknya kedua faktor tersebut serta

serum albumin secara signifikan tidak memberikan pengaruh yang kuat terhadap

kadar GA.

KESIMPULAN

Terdapat kesesuaian kontrol glikemik glycated albumin dan glycated hemoglobin

pada subjek dengan kadar Hb <10 gr% walaupun kesesuaian rendah.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnamasari D. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. In Setiati S, Alwi I


Sudito AW (editors), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI.
Jakarta:Interna Publishing;2014.2323-7.
2. American Diabetes association. Standars of medical care in diabetes. J
Diabetes. 2014;37:514-80.
3. American diabetes association. Nephropathy in diabetes. J Diabetes.
2004;27:579-83
4. Peacock T, Shihabi Z, Bleyer A. Comparison of glycated albumin and
hemoglobin a1c levels in diabetic subjects on hemodialysis. Kidney Int.
2008;73:1062-8 5
5. Vos FE, Schollum JB, Walker RJ. Glycated albumin is the preffered marker
for assessing glycaemic control in advanced chronic kidney disease. NDT
Plus. 2011;4:368-75
6. Yoshiuchi K, Matsuhisa M, Katakami N, et al. Glycated albumin is a better
indicator for glucose excursion than glycated hemoglobin in type 1 and type 2
diabetes. Endocr J. 2008;55(3):503-7.
7. Bry L, Chen PC, Sacks DB. Effects of Hemoglobin Variants and Chemically
Modified Derivatives on Assays for Glycohemoglobin. Clin Chem.
2001;47:2:153–63.
8. Barbieri J, Fontela PC, Winkelmann ER, et al. Anemia in Patients with Type 2
Diabetes Mellitus. Anemia. 2015;2015: 1-7

11

Anda mungkin juga menyukai