Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Alat Kontrasepsi


Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen yang bersifat
permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi
(Prawirohardjo, 2009). Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah
beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan
(Sulistiyawati, 2012).
Metoda kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur secara rasional
berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti :
a. Fase Menunda Kehamilan
Pasangan usia subur (PUS) dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk
menunda kehamilannya karena : usia di bawah 20 tahun adalah usia sebaiknya
tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan perioritas penggunaan
kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda., penggunaan kondom kurang
menguntungkan, karena pada pasangan muda frekuensi bersanggamanya relatif
tinggi dan penggunaan iud mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini
dapat di anjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil
oral (Pinem, 2009).
Ciri kontrasepsi yang di perlukan, yaitu reversibilitas tinggi artinya kembalinya
kesuburan dapat terjadi 100% karena pasangan belum mempunyai anak dan
efektifitas tinggi karena kegagalan akan menyebabkan kehamilan dengan resiko
tinggi dan kegagalan akan menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi dan
kegagalan ini merupakan kegagalan program (Pinem, 2009).
Kontrasepsi yang cocok
1) Pil Kb
2) AKDR
3) Cara Sederhana (Suratun, 2008).
b. Fase Menjarangkan kehamilan
Pada fase ini usia istri antara 20-30/35 tahun, merupakan periode usia yang paling
baik untuk hamil dan melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antar
kelahiran 2-4 tahun yang di kenal sebagai catur warga.
Alasan menjarangkan kehamilan adalah :
1) Usia antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk hamil dan
melahirkan.
2) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan unuk memakai IUD
sebagai pilihan utama.
3) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun di sini tidak /
kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia hamil dan
melahirkan yang baik.
4) Kegagalan kontrasepsi di sini bukan merupakan kegagalan program. Ciri
kontrasepsi yang sesuai, yaitu reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih
mengharapkan punya anak lagi, efektifitas cukup tinggi, dapat dipakai 2 sampai 4
tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan dan tidak
menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik sampai anak
usia 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak (Pinem,
2009).
Kontrasepsi yang cocok
1) AKDR
2) Suntik KB
3) Pil KB
4) Implant (Suratun, 2008).
c. Fase Menghentikan/ Mengakhiri Kehamilan/ Kesuburan
Usia istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah memiliki 2 orang anak. Alasan menghakhiri kesuburan adalah :
1) Karena alasan medis dan alasan lainya, ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun
dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi.
2) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap
3) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai resiko
kemungkinan timbul nya akibat sampingan dan komplikasi. Ciri kontrasepsi yang
diperlukan, yaitu efektifitas sangat tinggi.
Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan resiko tinggi bagi ibu dan bayi.
Selain itu akseptor memang tidak mengharapkan punya anak lagi, dapat di pakai
untuk jangka waktu panjang dan tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada
usia tua, kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik
biasanya meningkat. Oleh karena itu sebaiknya tidak di berikan cara kontrasepsi
yang menambah kelainan tersebut (Pinem, 2009).
Kontrasepsi yang cocok
1) Metoda Kontap
2) AKDR
3) Implant
4) Suntik KB
5) Pil KB (Suratun, 2008).
Macam-macam metoda kontrasepsi yang dapat digunakan oleh pasangan usia
subur adalah :
a) Pengelompokkan metoda kontrasepsi menurut Pinem (2009) adalah:
1) Metoda Kontrasepsi Sederhana
Metoda Amenorea Laktasi (MAL), Metoda Keluarga Berencana Alamiah (Metoda
kelender, Suhu basal dan lendir serviks), Metoda sanggama terputus (Coitus
Interuptus), Metoda Barier.
2) Metoda Kontrasepsi Efektif
Pil KB, Suntikan, Kontrasepsi Implan (subdermal) atau Alat Kontrasepsi Bawah
Kulit (AKBK), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine
Devices (IUD)
3) Metoda Kontrasepsi Mantap
a) Vasektomi
b) Tubektomi
b) Metode Kontrasepsi
1) Pil Oral Kombinasi
Jenis pil kombinasi antara lain :
a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestion (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif. Jumlah dan kontrasepsi hormonnya konstan setiap hari.
b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestion (E/P) dalam dua dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestion (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif (Pinem, 2009).
Keuntungan Pil Oral Kombinasi menurut Pinem (2009) adalah :
Efektifitas tinggi, 1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama bila
digunakan setiap hari (hampir menyerupai efektifitas tubektomi), resiko terhadap
kesehatan sangat kecil, tidak menganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi
teratur, mencegah anemia karena banyaknya darah haid berkurang, tidak terjadi
nyeri haid, dapat digunakan dalam jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya, dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause, dapat
dihentikan setiap saat, kesuburan segera kembali segera setelah penggunaan dil
dihentikan, dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat, dan dapat membantu
mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista
ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore dan
akne.
Keterbatasan Pil Oral Kombinasi menurut Pinem (2009) adalah:
Mual, terutama pada 3 bulan pertama, perdarahan bercak atau perdarahan sela,
terutama 3 bulan pertama, pusing, nyeri pada payudara, mengurangi produksi
ASI, berhenti haid (amenorea) jarang terjadi pada pil kombinasi, berat badan naik
sedikit, pada sebagian kecil perempuan, dapat menimbulkan depresi dan
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk bersenggama berkurang, dapat
meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, mahal dan membosankan karena
harus menggunakan setiap hari, dan tidak mencegah infeksi menular seksual
(IMS) HBV, HIV / AIDS.
2) Kontrasepsi Pil yang Berisi Progestin Saja (Mini Pil)
Keuntungan mini pil menurut Pinem (2009) adalah :
Sangat efektif bila digunakan dengan benar, Tidak mengganggu hubungan
seksual, tidak mempengaruhi ASI, kesuburan cepat kembali, nyaman dan mudah
digunakan, sedikit efek samping, dapat dihentikan setiap saat, dan tidak
mengandung estrogen.
Keterbatasan mini pil menurut Pinem (2009) adalah :
Hampir 30-60% mengalami gangguan haid seperti (perdarahan bercak (spotting),
perdarahan menyerupai haid, variasi dalam panjang siklus haid, kadang-kadang
amenorea, pertambahan/ penurunan berat badan, harus diminum setiap hari dan
pada waktu yang sama, tidak memberi perlindungan terhadap infeksi menular
seksual atau HIV / AIDS, resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100
kehamilan), efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberculosis atau obat epilepsy dan hirsutisme.
3) Kontrasepsi Suntik
a) Suntik Progestin saja
Kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung progestin dan
banyak dipakai sekarang ini adalah :
(1)DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat) atau depo provera diberikan
setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikan secara intra muskular didaerah
bokong
(2)NET-EN ( Norethindrone enanthate) atau Noristerat : Diberikan dalam dosis
200 mg sekali setiap 8 minggu atau setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3
kali suntikan pertama), kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu (Pinem,
2009).
Keuntungan suntik progesterone menurut Pinem (2009) adalah :
Sangat efektif, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembetulan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek sedikit samping,
dapat digunakan oleh perempuan usia 35 tahun sampai peri menopause, mencegah
beberapa penyebab penyakit radang pagul, menurunkan kejadian penyakit jinak
payudara,klien tidak perlu menyimpan obat suntik, mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, dan menurunkan krisis anemia bulan sabit.
Keterbatasan suntik progesterone menurut Pinem (2009) adalah:
Sering ditemukan gangguan haid, pola haid yang normal dapat berubah menjadi
amenorea perdarahan tidak teratur, Perdarahan bercak, perubahan dalam
frekuensi, lama dan banyaknya darah yang keluar, atau tidak haid sama sekali,
tidak dapat dihentikan sewaktu- waktu sebelum suntikan tersebut, pada waktu
tertentu harus kembali untuk mendapat suntikan, peningkatan berat badan, tidak
menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual, infeksi HIV, hepatitis B
virus, setelah pemakaian dihentikan kesuburan terlambat kembali karena
pelepasan obat suntikan dari depanya belum habis, pada penggunaan jangka
panjang terjadi pada perubahan lipid serum, dapat sedikit menurunkan densitas
(kepadatan) tulang, dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, dapat menimbulkan gangguan emosi (tetapi jarang), sakit kepala, jerawat,
nervositas.
b) Suntikan kombinasi
Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg depo medroksi progesterone asetat dan 5 mg
estradiol sipionat yang diberikan injeks intra muskular sebulan sekali (cylofem),
dan 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan injeksi
isntramuskular sebulan sekali (Pinem, 2009).
Keuntungan Suntikan kombinasi menurut Pinem (2009) adalah :
Sangat efektif, resiko terhadap kesehatan kecil, jangka panjang, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam, tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri,
dan klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
Kerugian/ keterbatasan Suntikan kombinasi menurut Pinem (2009)
adalah :
Terjadi perubahan pola haid, seperti haid tidak teratur, perdarahan bercak/spotting
atau perdarahan sela 10 hari, mual,sakit kepala, nyeri payudara ringan, biasanya
keluhan ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga, peningkatan berat
badan, klien harus kembali 30 hari untuk mendapatkan suntikan, dapat
menyebabkan efek samping serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah
pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati, pemulihan kesuburan
kemungkinan terlambat setelah pemakaian pil berhenti, tidak menjamin
perlindungan terhadap infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau HIV/AIDS
dan bila digunakan bersamaan dengan fenition dan barbiturat (obat epilepsi) atau
rifampisin (obat untuk tuberculosis), efektifitasnya berkurang.
4) Kontrasepsi Implan
Jenis-jenis kontrasepsi Implan menurut Saroha (2009)
a) Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonergestrel dengan lama kerjanya 5
tahun
b) Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm.
diameter 2mm, diisi dengan 68 mg 3 keto desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun
c) Jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg
levanorgestrel dengan lama kerja 3 tahun
Keuntungan kontrasepsi implant menurut Pinem (2009) adalah :
Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian
kesuburan yang cepat, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh
estrogen, tidak menggangu kegiatan sanggama, tidak menggangu asi, klien hanya
kembali ke klinik bila ada keluhan , dapat dicabut setiap saat, mengurangi jumlah
darah haid, dan mengurangi/ memperbaiki anemia.
Kerugian kontrasepsi implant menurut Sibagariang (2010) adalah :
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti : nyeri kepala, peningkatan berat badan,
jerawat, perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness),
membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, tidak
memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk aids, klien
tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, efektivitas menurun bila
menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisis) atau obat epilepsy (fenitoin dan
berbiturant) dan insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.
5) Kondom
a) Kondom Untuk Laki-Laki
Kondom merupakan selubung/ sarung karet tipis yang dipasangpada penis sebagai
tempat penampungan air mani yang dikeluarkan pria pada saat senggama
sehingga tidak tercurah pada vagina.
Keuntungan menggunakan kondom menurut Pinem (2009) adalah :
Murah dan dapat dibeli secara umum, tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan, mudah cara pemakaiannya, tidak mengurangi
kenikmatan bersenggama, tingkat proteksi yang cukup tinggi terhadap infeksi
menular seksual (IMS), efektif jika digunakan secara benar dan konsisten dan
tidak menggangu produksi ASI.
Kontra indikasi Kondom menurut Pinem (2009) adalah :
Apabila secara psikologi pasangan tidak dapat menerima metoda ini
(1)Malformasi penis
(2)Apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap karet loateks.
b) Kodom Wanita
Kondom untuk wanita adalah suatu sarung poliuretan dengan panjang 15 cm dari
garis tengah 7 cm yang ujungnya terbuka melekat kesuatu cincin poliuretan lentur
(Pinem, 2009).
Keuntungan kondom wanita menurut Pinem (2009) adalah :
Dapat dibeli tanpa resep disebagian besar apotik, memberikan perlindungan yang
tinggi terhadap infeksi menular seksual (IMS), lebih kuat dari pada kondom laki-
laki, bagi pasangan pria, penurunan kenikmatan seks lebih kecil dibandingkan
kondom laki-laki, dapat dipasang jauh sebelum hubungan intim (yaitu beberapa
jam) dan dapat dibiarkan beberapa waktu setelah ejakulasi, sehingga proses
hubungan intim tidak terganggu.
Kekurangan kondom wanita menurut Suratun (2008) adalah :
Kenikmatan bisa terganggu karena timbul suara gemerisik saat berhubungan
intim, Penampilan kurang menarik, Pada awal menggunakan alat ini, proses
pemasangannya mungkin agak sulit, Kadang-kadang dapat terdorong seluruhnya
kedalam vagina, Harganya masih mahal.
6) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam Rahim yang bentuknya
bermacam-macam (Suratun, 2008).
Jenis-jenis AKDR :
a) Un-Medicated Devices : Generasi pertama seperti Lippes Loop. Margulies coil
dll
b) Medicated Devices : Generasi kedua
(1)Yang mengandung logam yaitu : AKDR-CU Generasi pertama seperti : CuT-
200 = Tatum T, Cu-7 = Gravigard, MLCu-250
(2)AKDR-CU Generasi kedua seperti : CuT-380A = paragard, CuT- 380Ag, CuT-
220C, Nova-T, Delta-T, ML Cu-375
(3)Mengandung Hormon : Progestrone atau Levonorgestrel (Pinem, 2009)
Indikasi pemakaian AKDR menurut Suratun (2008) adalah :
Menjarangkan kehamilan, mengakhiri kesuburan, menunda kehamilan.
Kontra Indikasi pemasangan AKDR menurut Suratun (2008) adalah:
Kehamilan, gangguan perdarahan yang tidak diketahui sebabnya, peradangan
pada alat kelamin, endometrium dan pangkal panggul, kecurigaan tumor ganas
dialat kelamin, tumor jinak rahim dan kelainan bawaan rahim.
Efek samping pemasangan AKDR menurut Suratun (2008) adalah :
Perdarahan, keputihan, ekspulsi, nyeri, infeksi, translokasi.
Keuntungan AKDR menurut Suratun (2008) adalah :
Sangat efektif, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi,
reversible, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan hubungan
seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, dengan AKDR CuT-380A, tidak ada
efek samping hormonal, tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI,
membantu mencegah kehamilan ektopik, tidak ada intraksi dengan obat-obat,
dapat digunakan sampai menopause, dapat dipasang segera setelah melahirkan
atau setelah abortus bila tidak ada infeksi.
7) Metode Kontrasepsi Mantap (KONTAP)
a) Vasektomi/ MOP (Medis Operatif Pria)
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya
sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani sehingga sel sperma
tidak keluar pada saat senggama (Suratun, 2008).
Keuntungan vasektomi menurut Suratun (2008) adalah :
Tidak ada mortalitas,morbiditas kecil sekali, pasien tidak perlu dirawat di RS,
dilakukan dengan anestesi local, efektif, tidak mengganggu hubungan seks
selanjutnya.
Indikasi vasektomi menurut Suratun (2008) adalah :
Harus secara sukarela, mendapat persetujuan istri, jumlah anak yang cukup,
mengetahui akibat-akibat vasektomi, umur calon tidak kurang dari 30 tahun,
pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang, dan anak paling
kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun.
b) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
tindakan mengikat dan atau memotong pada kedua saluran tuba (Suratun, 2008).
Keuntungan Tubektomi menurut Suratun (2008) adalah :
Tekniknya mudah, perlengkapan dan peralatan bedah sederhana, dapat dilakukan
diRS kecil atau di Puskesmas, dapat dilakukan pada pasca persalinan, dapat
dilakukan dengan anestesi local, luka pembedahan dapat diperlebar jika
diperlukan, kegagalan teknik sangat rendah dan keberhasilan hampir 100%,
sebagai teknik penganti jika teknik laparaskopik atau kuldoskopi gagal, waktu
pembedahan singkat, biaya relatif murah, prosedur dapat dilakukan tanpa dirawat,
masa penyembuhan pasca bedah singkat.
Komplikasi Tubektomi menurut Suratun (2008) adalah :
Perdarahan didaerah tuba, perdarahan Karena perlukaan pembuluh darah besar,
perporasi usus, emboli udara, perforasi rahim.
8) Metode Keluarga Berencana Ilmiah (KBA)
Macam – macam KBA
a) Metoda Kalender
b) Metoda suhu basal
c) Metoda lendir serviks (Pinem, 2009).
Keuntungan KBA menurut Pinem (2009) adalah :
Untuk pasangan yang menginginkan kehamilan, metoda suhu badan basal (SBB),
metoda lendor serviks dapat menentukan hari subur si isteri sehingga sanggama
dapat direncanakan, dapat digabungkan dengan metoda kontrasepsi lain, misalnya
dengan metoda barrier, aman dan murah, tanpa biaya.
Keterbatasan KBA menurut Pinem (2009) adalah :
Kurang efektif dibandingkan dengan metode-metode kontrasepsi lain,
efektifitasnya tergantung kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti
instruksi, perlu ada pelatihan untuk menggunakan metoda KBA yang paling
efektif secara benar, infeksi vagina membuat lender serviks sulit dinilai, tidak
terlindung dari infeksi menular seksual (IMS).
9) Coitus interuptus atau senggama terputus
Suatu metoda kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi
intra-vaginal.
Keuntungan Coitus Interuptus menurut Pinem (2009) adalah :
a) Kontrasepsi :
Efektif bila dilaksanakan dengar benar, tidak menggangu produksi asi, dapat
digunakan sebagai pendukung metoda kb lainya, tidak ada efek samping, tidak
memerlukan alat, murah, selalu tersedia setiap saat.
b) Non kontrasepsi :
Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB, memungkinkan hubungan lebih
dekat dan pengertian yang mendalam pada pasangan.
Keterbatasan Coitus Interuptus menurut Pinem (2009) adalah :
Angka kegagalan cukup tinggi yaitu 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun,
efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
melekat pada penis, memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.
10) Metoda Amenore Laktasi (MAL)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara ekslusif.
Keuntungan kontrasepsi MAL menurut Pinem (2009) adalah :
Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pertama setelah melahirkan),
segera efektif, tidak mengganggu sanggama, tidak ada efek samping secara
sistematik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, tanpa biaya
Keuntungan nonkontrasepsi MAL untuk bayi menurut Pinem, 2009) adalah :
Mendapat antibody perlindungan lewat ASI (Kekebalan pasif, sumber asupan gizi
terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, tidak terpapar
dengan air, susu lain atau susu formula, atau alat minum yang dipakai).
Keuntungan nonkontrasepsi MAL untuk ibu menurut Pinem (2009) adalah :
Mengurangi perdarahan post partum, mengurangi resiko anemia, meningkatkan
hubungan psikologik ibu dan bayi.
Keterbatasan MAL menurut Pinem (2009)
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
pasca persalinan, mungkin sulit dilaksanakan karenakondisi social, efektifitas
tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, tidak
melindungi terhadap infeksi menular seksual, termasuk hepatitis B (HBV) dan
HIV/AIDS, yang dapat menggunakan mal adalah ibu yang menyusui secara
eksklusif, bayinya berusia kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah
melahirkan.
B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode
Kontrasepsi Oleh PUS
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metoda kontrasepsi oleh PUS
terdiri dari dukungan suami, pengetahuan, pendidikan (Pinem, 2009).
Dibawah ini ada beberapa Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan
metoda kontrasepsi oleh PUS, antara lain :
a. Dukungan Suami
Dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat diperlukan.
Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri
adalah pedoman penting bagi si istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila
suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk
tetap memasang alat kontrasepsi tersebut.
Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan
menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai (Suparyanto, 2011).
b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian dan presepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran
(telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intesitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan terhadap alat kontrasepsi pada masyarakat sudah tidak asing lagi
terutama pada ibu-ibu mengenai alat kontrasepsi KB tersebut sudah tidak tahu lagi
dibicarakan namun pengetahuan yang sudah ada pada masyarakat hanya sebatas
tahu, jika mereka merasa perlu lebih tahu mengenai alat kontrasepsi maka mereka
akan pergi ke tempat pelayanan kesehatan (BKKBN, 2005).
c. Pendidikan
Mubarak dan Chayatin (2009) mengemukakan pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat
memahaminya. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang, maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada
akhirnya, makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya jika
seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai
yang baru dipekenalkan.
C. Kerangka Konsep Penelitian
Sesuai dengan teori Pinem (2009) yang menyatakan bahwa Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan metoda kontrasepsi oleh PUS terdiri dari
dukungan suami, pengetahuan, pendidikan. Maka peneliti membuat kerangka
konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Suami

Pengetahuan Metode Kontrasepsi

Pendidikan

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesa
1. Ho: Tidak Ada Hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan metode
kontrasepsi oleh PUS Di Desa Peunyerat Kecamatan Banda Raya Banda Aceh
Tahun 2013
2. Ha: Ada Hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan metode kontrasepsi
oleh PUS Di Desa Peunyerat Kecamatan Banda Raya Banda Aceh Tahun 2013
3. Ha: Ada Hubungan antara pendidikan dengan pemilihan metode kontrasepsi
oleh PUS Di Desa Peunyerat Kecamatan Banda Raya Banda Aceh Tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai