Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Khulafaurrasyidin
Gambar | 25 Oktober 2015 | hakamalmamun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada umumnya setiap penulisan ulang mengenai Sejarah Peradaban Islam pada masa-masa
Khulafaur Rasyidin ataupun sejarah-sejarah lain adalah terbuka dan milik semua orang.
Asalkan bisa memahami dan bisa mengaplikasikannya secara sistematis dan inofatif. Tema
besar penulisan makalah ini akan lebih banyak menelusuri mengenai akar-akar Sejarah
Peradaban Islam pada masa Khulafaur Rasyidin. Karena nilai-nilai positif Sejarah Peradaban
Khulafaur Rasyidin tidak lagi dijadikan teladan oleh orang-orang Islam. Fenomena yang
sangat menyedihkan, mayoritas orang-orang Islam saat ini lebih banyak mengadobsi
budaya/peradaban orang-orang non muslim. semua itu merupakan cerminan bagi potret
perkembangan di masing-masing kawasan Dunia Islam yang terus menerus menunjukkan
dinamikanya.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa hal sebagai berikut :
3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kondisi Islam dan ummat muslim
dimasa khulafaur rasyidin serta menambah wawasan kita tentang kepemimpinan para
khulafaur rasyidin.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Khulafaur Rasyidin
Secara bahasa, Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa dan Ar-Rasyidin. Kata Khulafa’
merupakan jamak dari kata Khalifah yang berarti pengganti. Sedangkan Ar-Rasyidin artinya
mendapat petunjuk. Arti bebasnya adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin
atau pemimpin yang selalu mendapat petunjuk dari Allah SWT. Para Khulafaur Rasyidin
merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu :
Wafatnya Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin agama maupun Negara menyisakan
persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun sebagai penerusnya.
Akibatnya, para sahabat mempermasalahkan dan saling berusaha untuk mengajukan calon
pilihan dari kelompoknya. Dan diperolehlah 3 calon penerus nabi dari kelompok yang
berbeda, yaitu :
Abu Bakar Ash Shiddiq lahir pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum hijrah. Dia merupakan
khalifah pertama dari Al-Khulafa’ur Rasyidin, sahabat Nabi Muhammad SAW yang terdekat
dan termasuk di antara orang-orang yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun).
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Kuhafah at-Tamini.
Pada masa kecilnya Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah. Nama ini diberikan kepadanya
sebagai realisasi nazar ibunya sewaktu mengandungnya. Kemudian nama itu ditukar oleh
Nabi Muhammad SAW menjadi Abdullah bin Kuhafah at-Tamimi. Gelar Abu Bakar
diberikan Rasulullah SAW karena ia seorang yang paling cepat masuk Islam, sedang gelar as-
Siddiq yang berarti ‘amat membenarkan’ adalah gelar yang diberikan kepadanya karena ia
amat segera memberiarkan Rasulullah SAW dalam berbagai macam peristiwa, terutama
peristiwa Isra Mikraj. [1]
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa
sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang
ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan
Madinah. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan
agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut
Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) dan pahlawan yang banyak berjasa dalam
perang tersebut adalah Khalid bin Walid.
Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang lebih dua
tahun, antara lain:
Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk menciptakan stabilitas wilayah
Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari para penyeleweng (orang-orang
murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan membayar zakat).
Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah Islam Abu Bakar
melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah yang dituju adalah Irak dan
Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut
Abu Bakar harus ditaklukkan dengan tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam
dari serbuan dua adikuasa, yaitu Persia dan Bizantium
Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an adalah atas usul
dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir kehilangan Al Qur’an setelah para
sahabat yang hafal Al Qur’an banyak yang gugur dalam peperangan, terutama waktu
memerangi para nabi palsu. Alasan lain karena ayat-ayat Al Qur’an banyak berserakan ada
yang ditulis pada daun, kulit kayu, tulang dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan mudah rusak
dan hilang.
Kemajuan yang diemban sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam, Abu Bakar
senantiasa meneladani perilaku rasulullah SAW. Bahwa prinsip musyawarah dalam
pengambilan keputusan seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW selalu
dipraktekkannya. Ia sangat memperhatikan keadaan rakyatnya dan tidak segan-segan
membantu mereka yang kesulitan. Terhadap sesama sahabat juga sangat besar perhatiannya.
Sedangkan kemajuan yang dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan umum, Abu Bakar
membentuk lembaga “Baitul Mal”, semacam kas negara atau lembaga keuangan.
Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah, sahabat Nabi SAW yang digelari “amin al-
ummah” (kepercayaan umat). Selain itu didirikan pula lembaga peradilan yang ketuanya
dipercayakan kepada Umar bin Khattab. [2] Sebelum Abu Bakar Wafat, beliau sempat
menunjuk Umar bin Khattab sebagai khalifah yang berikutnya.
Umar bin Khatthab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin Nufail bin Abd
Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay, adalah
khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq.[1] Umar bin khattab lahir di
Mekkah pada tahun 583 M, dua belas tahun lebih muda dari Rasulullah Umar juga termasuk
kelurga dari keturunan Bani Suku Ady (Bani Ady).
Umar bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi
Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang
paling menonjol kerena perluasan wilayahnya, disamping kebijakan-kebijakan politiknya
yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta
yang diakui kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa jika
tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Isalm belum tentu
bisa berkembang seperti zaman sekarang.
Masa kekhalifahan Umar bin Khatthab itu sepuluh tahun enam bulan, yaitu dari tahun 13
H/634 M sampai dengan tahun 23 H/644 M, dan wafat karena dibunuh diusia 63 tahun.
Tragedi itu merupakan pembunuhan politik yang pertama didalam sejarah Islam.
Masa pemerintahannya yang sepuluh tahun itu paling sibuk dan paling menentukan bagi
masa depan selanjutnya. Pada masa pemerintahannya itu imperium Roma Timur (Byzantium)
kehilangan bagian terbesar dari wilayah kekuasaannya pada pesisir barat Asia dan pesisir
utara Afrika. Pada masa pemerintahannya kekuasaan Islam mengambil alih kekuasaan
didalam seluruh wilayah imperium Parsi sampai perbatasan Asia Tengah.
Seperti halnya dengan khalifah Abu Bakar, ia tinggal dirumah biasa dan hidup sebagai rakyat
biasa di Madinah al-Munawwaroh.Dengan kesederhanaannya itu ia disegani oleh segala
pihak dan ditakuti oleh lawan dengan sangat takzim.
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang
mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika
Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya
yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus. 20 ribu pasukan Islam mengalahkan
pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil
bagian selatan.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia
juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun
638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan
Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal
dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para
penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Kemudian setelah khalifah Umar wafat, Islam dipimpin oleh Khalifah Usman dengan
pemilihan yang dilakukan oleh dewan syuura yang dibentuk oleh Khalifah Umar.
Usman ibn ‘Affan ibn Abdillah ibn Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi mannaf ibn Qushayi
lahir pada tahun 576 M di Thaif. Ibunya adalah Urwah, putrinya Ummu hakim al-Baidha,
putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW. Ayahnya ‘Affan adalah seorang saudagar yang kaya
raya dari suku Quraisy-Umayyah. Usman ibn ‘Affan menikah dengan dua orang putri
Rosulullah SAW, yaitu Roqayyah dan Ummu kulsum, sehingga ia mendapat julukan Dzu al-
Nurain.
Dalam menjadi khalifah Usman ibn ‘Affan dipilih melalui majelis khusus yang dibentuk oleh
Umar ibn Khottob. Majelis atau panitia pemilihan itu terdiri dari enam sahabat dari berbagai
kelompok sosial yang ada. Mereka adalah Ali bin Abi thalib, Usman bin Affan, Abdurrahman
bin Auf, Zubair, Sa’ad bin Abi waqas, dan Thalhah. Namun pada saat pemilihan berlangsung,
Thalhah tidak sempat hadir, sehingga lima dari enam anggota panitia yang melakukan
pemilihan.
Setelah kaum muslim bersepakat membaiat Usman bin Affan sebagai khalifah ketiga setelah
Abu Bakar al-shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a. ketika ditinggalkan oleh Umar bin
Khattab, umat islam berada dalam keadaan yang makmur dan bahagia. Kawasan dunia
muslimpun telah bertambah luas. Khalifah Umar berhasil menciptakan stabilitas sosial politik
didalam negeri sehingga ia dapat membagi perhatiannya untuk memperluas wilayah islam.
Dan ketika Usman menjabat sebagai khalifah, ia meneruskan sebagian besar garis politik
Umar. Ia melakukan berbagai Ekspedisi untuk mendapatkan wilayah-wilayah baru. Perluasan
itu memunculkan situasi sosial yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi. Ali
adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang memiliki kelebihan,
selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. perumus kebijakan dengan wawasan yang jauh ke
depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana, penasihat hukum
yang ulung dan pemegang teguh tradisi, seorng sahabat sejati, dan seorang lawan yang
dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua yang
berpengaruh setelah Nabi Muhammad[3]
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat
dikatakan setabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di
angkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena
keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada
penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali
sistem distribusi pajak tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan
Umar.
Dikalangan kaum muslim dibeberapa daerah, terutama di basrah, mesir, dan kuffah, pada
masa akhir kepemimpinan khalifah usman bin affan terjadi fitnah besar-besaran. Fitnah
tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik yang dipimpin oleh abdullah bin saba. Fitnah
tersebut berhasil menghasud beberapa pihak untuk memberontak dan menuntut mundurnya
khalifah usman bin affan.
Suatu ketika para pemberontak berhasil menyerbu rumah khalifah usman bin affan dan
membunuhnya. Saat Kejadian tersebut, khalifah usman bin affan sedang menjalani puasa
sunah dan membaca Al-qur’an.
Muslimin dalam kesedihan yang sangat mendalam, dan dalam kebingungan setelah kematian
usman. Selama lima hari berikutnya mereka tanpa pemimpin. Sejarah sedang kosong buat
madinah, selain pemberontakan yang selama itu pula membuat kekacauan dan menanamkan
ketakutan di hati orang.
Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi thalib dengan maksud
mendukungnya sebagai khalifah, dipelopori oleh al-gafiqi dari pemberontakan mesir sebagai
kelompok besar. Tetapi ali menolak. Setelah kematian khalifah usman tak ada lagi oarang
yang pantas menjadi khalifah dari pada Ali bin abi thalib. Dalam kenyataannya ali memang
merupakan tokoh yang paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun
yang mengklaim atau mau tampil mencalonkan diri menjadi khalifah untuk menggantikan
usman bin affan termasuk mu’awiyah bin abi sofyan selain nabi ali bin abi thalib. Di samping
itu mayoritas umat muslimin di madinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan
pilihan kepada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanykan dari bani umayyah yang
tidak mau membai’at ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke suria.[4]
Sepeninggal Usman bin Affan dalam kondisi kacau, kaum muslimin meminta Ali bin Abi
Thalib untuk menjadi khalifah. Akan tetapi muawiyah menolak usulan tersebut, karena
keluarga besar khalifah usman bin affan (muawiyah bin abi sofyan) menuntut pembunuh
khalifah usman bin affan ditangkap terlebih dahulu.
Pemerintahan wilaya islam pada masa khalifah ali bin abi thalib sudah mencapai india. Akan
tetapi pada saat itu, penulisan huruf ijayyah belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti
kasrah, fathah, dhammad dan syaddah, sehingga menyebabkan banyaknya kesalahan-
kesalahan bacaan teks Al-qur’an dan hadits di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam membaca Al-qur’an dan hadits, khalifah ali bin abi
thalib memerintahkan abu aswad ad-duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu,
yaitu ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab.
Harta pejabat yang diperolehnya dengan cara yang tidak benar disita oleh khalifah ali bin abi
thalib. Harta tersebut kemudian disimpan di baitul mal dan digunakan untuk kesejahteraan
rakyat.
Para pejabat yang kurang konsisten dalam bekerja, semuanya diperbaiki dan diganti oleh
khalifah ali bin abi thalib. Akan tetapi, pejabat-pejabat yang diganti tersebut banyak yang dari
keluarga khalifah usman bin affan (bani umayyah). Akibatnya makin banyak kalangan bani
umayyah yang tidak menyukai khalifah ali bin abi thalib.
1. Bidang pembangunan
Pembangunan kota Kuffah telah menjadi perhatian khusus bagi khalifah ali bin abi thalib.
Pada awalnya, kota Kuffah disiapkan untuk pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin abi Sofyan.
Akan tetapi kota Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu
nahwu, dan ilmu pengetaahuan lainnya. Perselisihan antar pendukung khalifah ali bin abi
thalib dan Mu’awiyah bin abu Sofyan mengalami berakhirnya pemerintahan islam di bawah
khulafaurrasyidin. Para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintah islam yang paling
mendekati masa pemerintahan rasulullah saw.
6. Gambaran Kehalifahan
7. Masa Kepemimpinan
Pada masa khulafaur rasyidin, Islam dan umat muslim mengalami berbagai macam
permasalahan, yaitu :
No Khalifah Kondisi
1. Kondisi Islam menjadi tidak stabil
sepeninggal nabi.
1. INTISARI
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Islam dimasa Khulafaur Rasyidin mengalami berbagai macam kemajuan di berbagai bidang.
Meski ada beberapa permasalahan yang harus mereka hadapi. Masa Khulafaur Rasyidin
inilah yang mengawali kemajuan Islam dimasa setelahnya.
[1] Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: pustaka Al husna, 1983) hal: 226
[4] Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husen. Cet ke-6. (Bogor:
Pustaka Litera AntarNusa, 2008) Hlm. 187
[5] Ali Mahfudz, “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah”(Surakarta: Udo
Brother, 2013) hlm. 22-23