Anda di halaman 1dari 18

BUKU 2 : BIDANG MINERAL

II.7
PENELITIAN OPTIMALISASI POTENSI BAHAN GALIAN DI WILAYAH BEKAS
TAMBANG, DAERAH PUJON, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN
TENGAH

Juju Jaenudin, Sukaesih, Yuman Pertamana


Kelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah jarang

SARI

“Daerah penyelidikan didominasi oleh endapan tailing dan endapan aluvial berumur Kwarter yang terdiri dari
pasir, lanau, kerikil-kerakal berukuran 0,5 cm-10 cm, endapan ini merupakan endapan pembawa emas dan zirkon.
Emas aluvial tersebar setempat-setempat, dari 49 conto terdapat 4 butir Fine Colour (FC), 3 butir Medium Color
(MC) dan 2 butir Very Fine Colour (VFC) nilai tersebut dikonversikan ke dalam mg, dengan nilai konversi sebagai
berikut 4 FC -1,6 mg , 3 MC -360 mg, 2 VFC -1,02 mg.

Hasil interpretasi citra landsat menunjukkan 11 lokasi sebaran emas aluvial yaitu di Desa Bajuh 111,6 ha, Sungai
Sebanta 21,63 ha, Sungai Mehen 258,7 ha, Sungai Mantuang 497,3 ha, Sungai Marapit Besar 394,6 ha, Sungai
Marapit Kecil 331 ha, Sungai Pilao 547,5 ha, Sungai Benua 62,17 Ha, Desa Kota Baru 279,8 ha, Sungai Tayen 547,5
ha. Sumber daya tereka emas aluvial yang tersisa di beberapa lokasi sebagai berikut : Desa Bajuh sebesar 12 kg
emas, Sungai Merapit Besar sebesar 0,40 kg emas, Sungai Pilao Besar sebesar 3,95 kg emas. Zirkon sebagai bahan
galian lain terdapat di Desa bajuh seluas 111,6 ha dengan ketebalan endapan 2 - 3 m umumnya berupa tailing sisa
pengolahan tambang rakyat dengan sumber daya tereka sebesar 115,54 kg.

Penambangan PETI emas dan zirkon di daerah penelitian tidak dilakukan secara sistematis dan tidak didasarkan
hasil eksplorasi yang baik sehingga menyisakan bahan galian tertinggal, disamping itu menyebabkan kerusakan
lingkungan berupa kerusakan bentang alam, tingginya tingkat pelumpuran sungai dan pencemaran air raksa.

Sumberdaya emas aluvial di daerah penelitian tidak ekonomis untuk ditambang, namun emas masih dapat diusa-
hakan karena merupakan produk samping pada penambangan zirkon dimana 1 ton zirkon mengandung sekitar 8
gram emas.

Diperlukan pengawasan dan pembinaan oleh pemerintah daerah terhadap kegiatan penambangan rakyat supaya
melakukan pengolahan dan penambangan yang berwawasan lingkungan sehingga bahan galian dapat dikelola
secara optimal dan mencegah/meminimalisasi kerusakan lingkungan. ’’

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


BUKU 2 : BIDANG MINERAL

Maksud penelitian ini yaitu mengumpulkan data


PENDAHULUAN
dan informasi tentang potensi bahan galian di
wilayah bekas tambang di daerah Pujon dan seki-
LATAR BELAKANG
tarnya yang mencakup : kondisi geologi, sebaran
dan jenis bahan galian, serta aspek-aspek yang
Penelitian optimalisasi potensi bahan galian di
terkait pertambangan dan pengolahan bahan
wilayah bekas tambang PETI merupakan salah
galian. Tujuannya untuk mengetahui potensi
satu upaya untuk menerapkan aspek-aspek
bahan galian/mineral lain dan mineral ikutan
konservasi pada pengelolaan bahan galian di
yang ada serta kemungkinan pemanfaatannya
Indonesia. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk
sehingga diharapkan hasilnya dapat dijadikan
mengetahui kondisi sumberdaya/cadangan dan
salah satu acuan kebijakan pengelolaan bahan
pemanfaatan bahan galian/ mineral lain dan
galian/mineral lain dan mineral ikutan di daerah
mineral ikutan di daerah tersebut secara tepat,
Pujon Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten
optimal dan berkesinambungan oleh pelaku
Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
pertambangan baik dari pemerintah daerah
maupun pusat dan sejalan dengan program oto-
Lokasi Penelitian
nomi daerah. Kegiatan penelitian optimalisasi
potensi bahan galian di wilayah bekas tambang
Lokasi penelitian merupakan wilayah bekas
PETI masih jarang dilakukan, sehingga potensi
tambang emas aluvial, secara administratif
sumberdaya/cadangan yang terdapat di wilayah
termasuk ke dalam wilayah Pujon, Kabupaten
tersebut sangat sulit didapat. Data dan infor-
Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, terletak
masi sumberdaya mineral tersebut mempunyai
antara 114° 14’ 46,3272” - 114° 27’ 21,2544” BT
peranan yang sangat penting dalam menunjang
dan 1° 30’ 32,8644” - 1° 14’ 41,748” LS (Gambar
kelancaran pembangunan dan kegiatanusaha
1).
penambangan secara nasional maupun daerah.

Salah satu teknologi yang dapat digunakan


dalam survei bahan galian yang berkembang
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
pesat dewasa ini salah satunya adalah remote
sensing (penginderaan jauh). Kelebihan metode
Geologi
ini antara lain : kemampuan mendapatkan
informasi dari jauh, cakupannya luas, dapat
Berdasarkan pada peta geologi lembar Tewah
menjangkau daerah yang sulit dicapai dan biaya
terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan
persatuan luas yang murah. Pada umumnya,
Geologi Bandung dengan skala 1 : 250.000 dike-
perpaduan antara teknologi penginderaan jauh
tahui stratigrafi daerah penyelidikan dari yang
dan survei lapangan akan memberikan hasil
tua sampai muda sebagai berikut :
penelitian bahan galian yang optimal.

Tanjung (Tet); bagian bawah perselingan batupa-


Maksud dan Tujuan
sir, serpih, batulanau dan karbonat aneka bahan,

II.7 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL

sebagian gampingan, bagian atas perselingan


Hasil Penyelidikan Bahan Galian
batu pasir kuarsa bermika dan batubara.

Kegiatan penelitian optimalisasi potensi bahan


Formasi Montalat (Tomn); terdiri dari batupasir
galian di wilayah bekas tambang daerah Pujon
dengan sisipan batulempung, sepih, nepal, batu-
Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas,
lanau, tuf kuarsa berbutir halus sampai dengan
Provinsi Kalimantan Tengah. yang mempunyai
sedang, berwarna kuning dan kelabu muda,
potensi bahan galian utama yaitu emas dan
sturktur silang siur, mengandung sisipan batu-
zirkon, daerah tersebut merupakan wilayah
lempung kelabu dan batubara dengan ketebalan
tambang rakyat, dan pada saat ini terdapat
antara 3-4 meter. Pada daerah penyelidikan for-
penambangan emas dan zirkon yang sedang
masi ini menyebar di sekitar desa Balai Banjang,
dilakukan oleh rakyat setempat
Dandang dan desa Karukus.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di


Formasi Warukin (Tmw); Formasi Warukin terdiri
daerah Pujon Kecamatan Kapuas Tengah yang
dari batupasir, batupasir tufaan, batupasir gam-
prospek yaitu emas, zirkon, dan pasir kuarsa.
pingan, batulanau dan batulempung, di beberapa
tempat terdapat endapan konglomerat berlapis
Hasil pengukuran degan menggunakan citra
silang siur dan sisipan batugamping. Setempat
lenset di daerah penyelidikan dilakukan di
terdapat lapisan batubara dengan ketebalan
sebelas (11) lokasi yaitu di daerah Desa Bajuh
antara 0,3-2 meter yang terdapat di dalam lapi-
dari hasil pengukuran diperkirakan 111,6 Ha,
san batupasir, pada daerah penyelidikan formasi
Sungai Sebanta, diperkiraka 21,63 Ha Sungai
ini menyebar dengan arah utara selatan yang
Mehen diperkirakan 258,7 Ha, Sungai Mantuang
terdapat di sekitar Desa Bajuh, Marapit, Pujon,
diperkirakan 497,3 Ha, Sungai Marapit Besar
Tapen, Manis dan Petak Bahenda.
diperkirakan 394,6 Ha, Sungai Marapit Kecil
diperkirakan 331 Ha, Sungai Pilao, diperkirakan
Formasi Dahor (Tqd); Formasi Dahor terdiri dari
547,5 Sungai Benua, diperkirakan 62,17 Ha, Desa
batupasir kuarsa halus sampai kasar berwarna
Kota Baru 279,8 Ha, Sungai Tayen, Desa Tapin
kelabu kebiru-biruan dan konglomerat berlapis
diperkirakan 547,5 Ha,
silang siur dengan komponen batuan malihan
dan batuan granitan bersisipan lapisan men-
Untuk mengetahui sumberdaya/cadangan
gandung limonit, pada daerah penelitian batuan
emas dan recovery penambangan maupun pen-
ini menyebar pada bagian selatan daerah peneli-
golahan di daerah kegiatan telah dilakukan
tian yaitu Desa Penda Muntei dan Kota Baru.
penyontoan endapan aluvial dan penyontohan
tailling. Penyontoan endapan aluvial dengan
Aluvial (Qa); merupakan endapan hasil romba-
cara penyontaan chaneling/paritan sepanjang
kan batuan yang lebih tua berukuran pasir halus,
tebal lapisan endapan aluvial dan selanjutnya
kerakal, kerikil sampai bongkah (Gambar 2).
didulang untuk memisahkan mineral beratnya.
Penyontoan tailing dari sisa pengolahan/buan-
PEMBAHASAN
gan dari sluice box, selanjutnya didulang untuk

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


II.7
BUKU 2 : BIDANG MINERAL

memisahkan mineral beratnya. Conto hasil pen- endapan aluvial emas di wilayah bekas tam-
dulangan yang berupa konsentrat di analisis bang 394,6 Ha dan belum di tambang ketebalan
mineralogi butir dan analisis kimia sekitar 1,5 m. Dengan kandungan emas pada
endapan aluvial rata-rata 6,8 gram/m 3, maka
Emas 394,6 x 0,1 x 1,5 = 59,19 m3 jumlah sumber daya
tereka emas daerah Desa Merapit 0,40 Kg.
Potensi endapan aluvial yang mengandung emas
di daerah kegiatan tersebar setempat setempat, Di daerah Sungai Pilao Besar luas sebaran enda-
dari jumlah conto yang terkumpul sebanyak 49 pan aluvial emas di wilayah bekas tambang 547,5
conto konsentrat dulang. Ha dan belum di tambang ketebalan sekitar 1,5
m. Dengan kandungan emas pada endapan alu-
Hasil analisis mineralogi butir dari 49 conto ter- vial rata-rata 4,8 gram/m3, maka 547,5 x 0,1 x
dapat 5 conto yang mengandung emas dan dari 1,5 = 82,12 m3 jumlah sumber daya tereka emas
jumlah conto tersebut terdapat 4 butir Fine Col- daerah Desa Merapit 3,95 Kg.
our (FC), 3 butir Medium Color (M C) dan 2 butir
Very Fine Colour (VFC) nilai tersebut dikonversi- Tidak ada data mengenai kekayaan lapisan
kan kedalam mg, dengan nilai konversi sebagai endapan pembawa emas dan zirkon di daerah
berikut 4 FC -1,6 mg , 3 M C -360 mg, 2 VFC kegiatan dan data produksi hasil penambangan,
– 1,02 mg. informasi yang diperoleh dari penambang hanya
berupa kadar emas yang diperoleh per hari dari
Jumlah sumberdaya tereka emas aluvial di setiap kegiatan penambangan rakyat. Perolehan
daerah kegiatan yang diselidiki adalah volume para penambang apabila mendapat lapisan yang
endapan aluvial dikali rata-rata hasil analisis kaya dan memperoleh rata- rata 7-8 gram/hari.
emas Apabila melihat dari jumlah sumberdaya emas
tersebut tidak ekonomis untuk ditambang, tetapi
Luas potensi endapan emas aluvial pada dae- emas disini merupakan produk samping para
rah Desa Bajuh yang telah ditambang 111,6 Ha, penambang zirkon, dari hasil wawancara den-
dan yang belum ditambang ± 10%. Ketebalan gan para penambang zirkon dalam 1 ton zirkon
lapisan pembawa emas bervariasi antara 1-2 m terdapat 8 gr emas.
atau rata-rata 1,5 m. Dengan ketebalan lapisan
pembawa emas rata-rata 1,5 m dapat diketahui Zirkon
volume potensi endapan emas aluvial di daerah
desa Bajuh 111,6 x 0,1 x 1,5 = 150,66 m3 Kand- Zirkon berupa bahan galian/mineral lain dan
ungan emas dalam tailing di daerah Desa Bajuh mineral ikutan pada proses pengolahan emas
rata-rata 80 mg /m3, maka dapat diperoleh sum- aluvial, luas endapan aluvial yang terdapat di
ber daya tereka emas yang masih tersisa di daerah kegiatan dengan luas diperkirakan untuk
daerah Desa Bajuh sebesar 12 Kg. daerah Desa bajuh 111,6 Ha ketebalan endapan
bervariasi antara 2-3 m umumnya berupa tailling
Di daerah Sungai Merapit Besar luas sebaran sisa pengolahan tambang rakyat dan endapan

II.7 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL

aluvial yang masih utuh pada umumnya keteba- Penambangan yang dilakukan oleh masyarakat
lan bervariasi antara 1-2 m tergantung posisi setempat pada saat penelitian berlangsung
ketinggian endapan aluvial tersebut di endap- tidak didasarkan hasil eksplorasi yang baik,
kan. Hasil pengamatan dilapangan diperkirakan menyebabkan banyak lokasi bukaan tambang
sekitar 10% dari seluruh daerah kegiatan dan yang tidak berhasil.
umumnya masih berupa endapan aluvial yang
belum terganggu, jumlah endapan aluvial/tailling Penambangan yang tidak sistematis ini
sisa pengolahan di daerah Desa Bajuh adalah menyebabkan banyak sekali potensi bahan
90% x 111,6 Ha x 2,5 m = 251,1 m3. Hasil analisis galian emas dan zirkon endapan aluvial yang
mineralogi butir kadar rata-rata 460,13 gram/ tertinggal/tidak tertambang, recovery penam-
m3. Dari data tersebut di atas dapat di hitung bangan rendah dan merusak kondisi lingkungan
sumberdaya tereka zirkon dari sisa pengola- yang ada karena pada umumnya tidak dilakukan
han/tailling di daerah Desa Bajuh sebesar 251,1 reklamasi pada bekas galian tambang tersebut.
m3.x 460,13 gram/m3 = 1.155.386.4300 gram atau
sebesar 115,54 kg Pengolahan emas dan zirkon di daerah penye-
lidikan pada umumnya mempergunakan
Ketebalan endapan aluvial di Desa Bajuh ber- peralatan diantaranya 1 unit sluce box sederhana
variasi antara 1-2 m apabila di ambil rata-rata berukuran panjang 6-9 m dan lebar 1 m dengan
tebal 1,5 m maka jumlah aluvial di Desa Bajuh kemiringan antara 15-20°, berlantai karpet, 1
yang belum di tambang 10% x 111,6 Ha x 1,5 m = buah bak pencuci, dulang dan penyemprot
167,4 m3 Hasil analisis mineralogi butir endapan
aluvial dengan hasil kadar rata-rata 6,52 gram/ Di dalam slice box Lumpur hasil penyedotan
m3. x 167,4 m3 = 1091,4 48 gram/m3 Maka data kosentrat yang mengandung emas dan zirkon
tersebut diatas di perkirakan jumlah sember- yang terdapat dalam aliran lumpur dapat ditang-
daya tereka zirkon aluvial yang masih tersisa di kap (terendapkan karena berat jenisnya tinggi)
daerah Desa Bajuh sebesar 0,109 kg. Sumber selanjutnya setelah dilakukan penyemprotan
daya tereka zirkon di daerah kegiatan selanjut- karpet lantai slice box dicuci dalam tempat bak
nya (Tabel 1). pencucian supaya butiran emas dan zirkon yang
tertangkap dalam karpet terlepas dan terkumpul
Penambangan menjadi konsentrat. Konsentrat yang berisi cam-
puran mineral berat selanjutnya didulang.
Penambangan telah dilakukan di beberapa
lokasi dengan menggunakan mesin semprot Pada proses penyaringan amalgam hanya di
untuk menghancurkan endapan aluvial, kemu- lakukan sekali dan hanya 1 lembar kain payung
dian dihisap oleh pompa untuk di alirkan ke sehingga masih ada amalgam yang mengandung
”palong”. Penghancuran atau pembongkaran emas lolos dan terbuang seharusnya penyarin-
endapan aluvial dihentikan apabila telah men- gan dilakukan berulang ulang.
capai batuan dasar.
Air raksa selama proses pengolahan banyak

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


II.7
BUKU 2 : BIDANG MINERAL

yang terbuang disamping merugikan penam- tersisa di daerah Desa Kota Baru sebesar 0,80
bang juga mencemari lingkungan. kg.

Pada proses pembakaran bolion dilakukan diru- - Pasir kuarsa


ang terbuka, hal ini menyebabkan pencemaran
udara dan air raksa yang terbuang tidak dapat Pasir kuarsa merupakan bahan galian yang
di manfaatkan kembali. Untuk mengatasi perlu terdiri dari kristal kristal silika (SiO2) dan men-
dilakukan penyediaan dan sosialisasi alat ret- gandung senyawa pengotor yang terbawa dari
rotring amalgam, sehingga uap air raksa tidak hasil pelapukan batuan yang mengandung min-
mencemari udara dan bisa di peroleh kembali. eral utama, seperti kuarsa dan felspar kemudian
ditransport oleh aliran air ke daerah yang lebih
rendah dimana kemurnian pasir kuarsa bervari-
Bahan Galian Lain asi tergantung pada proses pembentukannya dan
mineral pengotornya. Persyaratan pasir kuarsa
Kegiatan penelitian optimalisasi potensi bahan untuk industri tidak dapat ditetapkan secara
bahan galian di wilayah bekas tambang daerah pasti, yang paling utama adalah kemurniannya
Pujon terdapat potensi bahan galian lain/mineral dan pembatasan pada oksida pengotornya.Dari
lain dan mineral ikutan yang terdapat bersam- hasil analisis Mayor element terhadap 6 conto
aan dengan endapan emas, zirkon,juga terdapat yang mewakili dari kegiatan penelitian memper-
bahan galian laiin yaitu platina aluvial dan pasir lihatkan kadar rata rata 91,62 % SiO2, 02,05 %
kuarsa yang jumlahnya cukup potensial. Al2O3, 2,49 % FeO3, 0,15 % CaO, dan 0,02 % MgO

- Platina Pasirkuarsa merupakan bahan utama dalam


industri gelas. Pada umumnya diperlukan
Platina merupakan bahan galian lain/ mineral pasirkuarsa yang mempunyai kandungan SiO2
lain dan mineral ikutan pada proses pengolahan minimal 98%. Untuk pembuatan gelas berwarna
emas dan zirkon aluvial. Hasil analisis mineral- diperlukan pasirkuarsa dengan kandungan SiO2
ogi butir dari beberapa conto konsentrat dulang minimal 95% sedang untuk gelas optik minimal
menujukan bahwa pada kode conto no PJN 33 99,8%. Ukuran butir pasirkuarsa untuk gelas
dan PJN 40 butiran platina berwarna abu-abu umunya antara 20 – 80 mesh (0,89 – 0,147 mm).
pipih Ketebalan endapan aluvial di Desa Kota Dalam industri gelas, produk dapat dibuat dalam
Baru bervariasi antara 1-2 m apabila di ambil 3 kelas, yaitu :
rata-rata tebal 1,5 m maka jumlah aluvial di
Desa Kota Baru yang belum di tambang 10% Kelas A : Untuk barang-barang optik
x1,5 x 279,8 = 41,97 m3 Hasil analisis mineralogi
butir endapan aluvial dengan hasil kadar rata- Kelas B : Untuk gelas peralatan rumah tangga
rata 19,01 gram/m3. x 41,97 m3 = 797,85 gram/m3 dan dekorasi
Maka data tersebut diatas di perkirakan jumlah
semberdaya tereka platina aluvial yang masih Kelas C:Untuk barang-barang gelas pada

II.7 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL

umumnya, termasuk gelas wadah Berdasarkan hasil analisis terhadap 5 con-


toh konsentrat dulang dengan menggunakan
Dari hasil analisis Mayor element dengan kadar metode Inductively Coupled Plasma (ICP) dapat
rata rata 91,62 % SiO2, 02,05 % Al2O3, 2,49 % diketahui konsentrasi kandungan unsur Cerium
FeO3, 0,15 % CaO, dan 0,02 % MgO tidak meme- (Ce), Ytrium (Y), Lantanium (La) dan Niobium
nuhi syarat SII-0280-80 untuk komposisi kimia (Nb). Pengambilan conto konsentrat dulang
pasirkuarsa untuk pembuatan gelas. dilakukan di 2 lokasi yaitu di Kota Baru dan Pujon
Conto dari daerah Kota Baru
Berdasarkan nilai standar dari SNI ASTM No. 12,
ASTM 03, ASTM C 23T dan peraturan Bina Marga Hasil analisis mineral jarang yang di dapat dari
No. 01/ST/BM/1972, pasir di daerah ini hanya konsentrat dulang di daerah pujon mempunyai
bisa dipakai sebagai bahan campuran beton dan kandungan Cerium (Ce) antara 496 ppm , Ytrium
dapat dimaanfaatkan sebagai bahan pembuatan (Y) 30 ppm (La) 288 ppm dan Niobium (Nb) 174
kaca Indoflot (Sudrajat dkk, 1997). ppm.dengan kode conto PJN 35 A dan daerah
Kota Baru mempunyai kandungan Cerium (Ce)
Luas sebaran pasir di daerah merapit mencapai antara 763 ppm , Ytrium (Y) 45 ppm (La) 445 ppm
40 Ha dengan ketebalan rata-rata 2,0 m, mem- dan Niobium (Nb) 285 ppm dengan kode conto
punyai sumberdaya pasir sekitar 80.000 m³. PJN48 A. Berdasarkan hasil analisis tersebut
di atas bahwa kosentrasi unsur tanah jarang di
- Logam Tanah Jarang daerah Kota Baru lebih tinggi dibandingkan den-
gan daerah Pujon.
Logam tanah jarang (LTJ) merupakan unsur
yang terletak di dalam golongan lantanida dan Berdasarkan klasifikasi unsur tanah jarang Tabel
termasuk tiga unsur tambahan yaitu Yetrium, 6 berdasarkan Geochemistry in Mineral Explo-
Thorium dan Scandium. Dalam memperoleh ration oleh Arthur W.Rose Herbert E. Hawkes
mineral di atas, tidak bisa didapatkan dengan (1979) maka mineral tanah jarang yang ada di
mudah. Karena jumlah mineral tersebut sangat daerah penyelidikan pada umumnya mempunyai
terbatas terlebih lagi, mineral di atas tidak terpi- nilai yang signifikan sehingga untuk mengetahui
sah sendiri, tetapi ia tercampur dengan mineral nilai tambah keekonomian potensi bahan galian
lain dan mineral ini merupakan hasil samping tersebut maka perlu dilakukan penyelidikan
dari penambangan timah sehingga untuk mem- lebih lanjut.
peroleh mineral di atas, maka diperlukan proses
pemisahan terlebih dahulu. KESIMPULAN DAN SARAN

Mineral-mineral yang mendominasi dalam seny- Kesimpulan


awa logam tanah jarang di daerah penyelidikan
adalah Yetrium Lanthanum, Cerium, Neody- Daerah penyelidikan didominasi oleh endapan
mium. tailling dan endapan aluvial berumur Kwarter
yang terdiri dari pasir, lanau, kerikil-kerakal

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


II.7
BUKU 2 : BIDANG MINERAL

berukuran 0,5 cm-10 cm dan endapan ini meru- ikutan yang terdapat bersamaan dengan enda-
pakan endapan pembawa emas dan zirkon. pan emas dan zirkon yaitu platina. Hasil analisis
Potensi emas dan zirkon di daerah Pujon secara mineralogi jumlah semberdaya tereka platina
umum telah di tambang oleh rakyat secara ilegal aluvial yang masih tersisa sebesar 0,80 kg.
(PETI).
Saran
Hasil pengukuran dengan menggunakan citra
lenset di daerah penyelidikan dilakukan di Pemerintah daerah perlu melakukan penga-
sebelas (11) lokasi yaitu di daerah Desa Bajuh wasan dan pembinaan terhadap kegiatan PETI
dari hasil pengukuran diperkirakan 111,6 Ha, terutama dampak lingkungan yang ditimbulkan
Sungai Sebanta, diperkiraka 21,63 Ha Sungai dari cara penambangan yang kurang baik. Perlu
Mehen diperkirakan 258,7 Ha, Sungai Mantuang dilakukan sosialisasi dan pembinaan kepada
diperkirakan 497,3 Ha, Sungai Marapit Besar para penambang bagaimana cara pengolahan
diperkirakan 394,6 Ha, Sungai Marapit Kecil dan penambangan yang berwawasan lingkun-
diperkirakan 331 Ha, Sungai Pilao, diperkirakan gan sehingga bahan galian dapat dikelola secara
547,5 Sungai Benua, diperkirakan 62,17 Ha, Desa optimal, efisien dan bijaksana.
Kota Baru 279,8 Ha, Sungai Tayen, Desa Tapin
diperkirakan 547,5 Ha. Perlu dilakukan pembinaan kepada para penam-
bang PETI emas aluvial untuk melakukan usaha
Pola dan sistim penambangan PETI emas dan secara legal, misalnya dibentuk suatu badan
zirkon yang ada tidak sistimatis dan tidak di usaha koprasi antar penambang dan menga-
dasarkan hasil eksplorasi yang baik sehingga jukan suatu wilayah penambangan rakyat pada
menyisakan bahan galian tertinggal, .disamping instansi terkait.
itu menyebabkan kerusakan lingkungan berupa
kerusakan bentang alam, tingginya tingkat Pada wilayah bekas tambang dan dijadikan seba-
pelumpuran sungai dan pencemaran air raksa. gai lahan pertanian, perkebunan dan perikanan
sehingga dapat meningkatkan perekonomian
Sumberdaya emas tersebut tidak ekonomis masyarakat sekitar areal bekas penambangan.
untuk ditambang, tetapi emas disini merupakan
produk samping para penambang zirkon,

Kandungan emas dalam tailing di daerah Desa DAFTAR PUSTAKA


Bajuh rata-rata 80 mg /m3, maka dapat diperoleh
sumber daya tereka emas yang masih tersisa di
daerah Desa Bajuh sebesar 12 Kg. Arthur W.Rose Herbert E. Hawkes (1979) Geo-
chemistry in Mineral Exploration
Kegiatan penelitian di daerah Pujon selain ter-
dapat bahan galian emas dan zirkon terdapat Djati Tjinde H, dkk inventarisasi kerusakan ling-
juga bahan galian lain/mineral lain dan mineral kungan akibat kegiatan penambangan rakyat di

II.7 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL

Kecamatan Kapuas Tengah Kabupaten Kapuas Mineral Ikutan Pada Wilayah Pertambangan Batu-
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten bara Di Daerah Jangkang, Kecamatan Kapuas
Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas,

Rudy Gunradi, dkk Penelitian Bahan Galian Lain/ Supriatna dan A. Sudrajat, 1992 Peta Geologi

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


II.7
Tabel 1. Sumberdaya Tereka Zirkon dalam Tailing

Kadar Gram dalam Luas Sumber daya Sumber


No Gram Gram / Tebal Luas Luas
No Lokasi berat konsentrat (ha) (gram) daya (kg)
conto konsentrat m3 (m2) (90%)
(%)
PJN 01 130,421 0,0366 4,78 955,46

Desa PJN 02 23,933 0,0693 1,66 331,52


1
Bajuh PJN03 11,588 0,0403 0,47 93,40 1,5 25,87 258700 0,1 171347637,4 1,713

460,13

PJN 13 61,82 5,78 3,57 714,64


PJN 14 70,27 8,25 5,80 1159,46
Sungai PJN 16 16,38 1,37 0,22 44,88 5,733,29
2 2,5 497,3 4973000 0,9 5733292816
Sebanta ton
PJN 17 14,74 0,0443 0,65 130,60

512,39

PJN30 25,75 0,2181 5,62 1123,11


PJN31 19,26 0,0605 1,17 233,20
PJN32 46,99 0,5820 27,35 5469,73
Sungai
3
Pilao PJN33 72,42 0,7010 50,77 10153,57
2,5 547,5 5475000 0,9 42372129692 4237
PJN34 6,856 0,1594 1,09 218,61

3439,65

PJN35 12,28 0,0356 0,44 93,40


Sungai PJN36 10,73 0,0645 0,69 138,42
4 2,5 279,8 2798000 0,9 729.699.695 730
benua
115,91
Kadar Gram dalam Luas Sumber daya Sumber
No Gram Gram / Tebal Luas Luas
No Lokasi berat konsentrat (ha) (gram) daya (kg)
conto konsentrat m3 (m2) (90%)
(%)

PJN40 1,08 0,0999 0,11 21,58


Desa
5 Kota PJN41 40,27 0,0610 2,46 491,29 2,5 62,17 621700 0,9 358.709.367 358
Baru
256,44

PJN 43 25,444 0,1324 3,37 673,55

Sungai PJN 44 279,268 0,0440 12,29 2458,68


Tayen PJN 45 20,292 0,0400 0,81 162,17
6 2,5 78,86 788600 0,9 1.593.088.426 1593
PJN 46 17,083 0,0869 1,48 296,97

897,84

PJN 47 70,769 0,0389 2,76 551,01


2,5 285 2850000 0,9 23.638.454.291 23638
PJN 48 126,601 0,3997 50,60 10119,22
Sungai
7
Pekai PJN 49 31,955 0,0608 1,94 388,70

3686,31
Kadar Gram dalam Luas Sumber daya Sumber
No Gram Gram / Tebal Luas Luas
No Lokasi berat konsentrat (ha) (gram) daya (kg)
conto konsentrat m3 (m2) (90%)
(%)
PJN 08 99,57 0,0850 8,46 1692,69
PJN 09 115,77 0,0969 11,22 2243,62
Sungai PJN 10 67,02 0,1170 7,84 1568,27
8 2,5 258,7 2587000 0,9 10779267064 1078
Mehen
PJN 12 106,07 0,0897 9,51 1902,90

1851,87

PJN 13 61,82 5,78% 3,57 714,64


PJN 14 70,27 8,25% 5,80 1159,46
Sungai PJN 16 16,38 1,37% 0,22 44,88
9 Mentuang PJN 17 14,74 0,0443 0,65 130,60 2,5 497,3 4973000 0,9 5733292816 5733

512,39

PJN19 29,31 0,0398 1,17 233,31


PJN22 16,15 0,0331 0,53 106,91
Sungai
10 Merapit PJN23 0,0627 2,16 431,88 2,5 394,6 3946000 0,9 2173531281 2,173
Besar PJN25 11,4 0,0479 0,55 109,21
34,44 220,33

PJN26 15,57 0,0356 0,55 110,86

Sungai PJN27 31,82 0,0318 1,01 202,38


11 Merapit 2,5 331 3310000 0,9 1977140454 1,977
PJN28 33,37 0,0724 2,42 483,20
Kecil
265,48
Gram
Kadar Luas Sumber daya Sumber
Gram dalam Gram / Tebal Luas Luas
No Lokasi No conto berat (ha) (gram) daya (ton)
konsentrat konsentrat m3 (m2) (90%)
(%)

PJN 42 24,35 0,2534 6,17 1234,06


Sungai Mehen PJN 11 99,91 0,3802 37,99 7597,16
1
4415,61 1,5 25,87 258700 0,1 171347637,4 1,713

Sungai
2 PJN 15 42,27 0,2357 9,96 229,29 1,5 49,73 497300 01 17103901,23 1,710
Mentuang

3 Sungai benua PJN37 161,77 0,6960 112,59 22518,38


PJN38 36,4 0,6196 22,55 4510,69
13514,54 1,5 279,8 2798000 0,1 5.672.050.759 5,672

Tabel 2. Sumber Daya Tereka Zirkon (Endapan Aluvial)


BUKU 2: BIDANG MINERAL

Tabel 3. Komposisi kimia pasir kuarsa untuk persyaratan

pembuatan gelas kelas A, B dan C

Kadar SiO2 min Kadar Fe2O3 Kadar TiO2 Kadar CrCO3 Kadar Al2O3
Kls
(%) Maks (%) Maks (%) Maks (%)
A 99,5 0,008 0,30 0,0002
B 99,5 0,013 0,0002 0,0002 Catatan
(1)
C 98,5 0,030 0,0006

Catatan (1) Batas maksimum Al2O3 bila diperlukan harus ditetapkan berdasarkan
penjual dan pembeli
Catatan (2) Sepanjang TiO2 tidak menimbulkan warna dalam gelas yang dapat
diperbandingkan dengan warna yang dihasilkan oksida besi dan
chromium maka tidak ada batas maksimum yang ditentukan untuk
kelas B dan C. Penentuan TiO2 dalam pasirkuarsa, bagaimanapun
tentunya dapat menunjukkan adanya mineral berat.
Catatan (3) Untuk pasirkuarsa kelas C yang mempunyai kadar CrO3 kurang dari
0,0002%, kadar Fe2O3 boleh > 0,030%, tetapi tidak boleh > 0,035%
oksida pewarna lain, selain dari Fe2O3 dan CrO3 tidak boleh ada
dalam pasirkuarsa sampai batas tertentu, sehingga dalam percobaan
peleburan tidak memberikan perbedaan warna terhadap gelas yang
dilebur dari pasirkuarsa yang lebih baik.

Tabel 4. Hasil Analisa Kimia pasir kuarsa

SiO2 Al2O3 FeO3 CaO MgO


Kode conto
%
PJN 03 Rm 93.24 1.48 1,97 0,12 0,05
PJN 21 Rm 93.38 0,97 1,59 0,23 0,06
PJN 22 Rm 94.34 0,21 1,22 0,05 0,00
PJN 25 Rm 95.52 4,86 0,81 0,08 0,01
PJN 28Rm 90.59 3,58 0,85 0,23 0,03
PJN 39 Rm 82,65 13,58 8,50 0,20 0,02

II.7 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL

Tabel 5. Hasi Analisis Logam Tanah Jarang

Ce La Nd Y
No Kode Conto
ppm
1 PJN 35 490 288 174 30
2 PJN 41 0 2 0 9
3 PJN 42 0 0 0 0
4 PJN 43 0 0 0 0
5 PJN 48 763 445 286 45

Tabel 6. Klasifikasi Unsur Tanah Jarang

Jenis Hasil Analisis Mineral Jarang


Umaf : ∑RE, 32; Y,5; La4; Ce, 9; Umaf : ∑RE182;Y,25; La,
Ignous rocks(av)
17; Ce, 66 Gran : ∑RE 226; Y,41; La, 55; Ce, 57 (2.
Ls : ∑RE, 24; Y,4; La4; Ce, 8; ss : ∑RE 52; Y,10; La, 7; Ce,
Sedimentary rocks
15 Sh : ∑RE 228; Y,35; La, 39; Ce, 76 (2).(RE includes y, La,
(av)
Ce, Pr, Nd, Pm, Sm, Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb,and Lu.
Soil (med) Y,27 La,33 (3)
Plannt ash (med) Y,<5, La,38;Ce, 0.06 ppb (3)
Plannt water (av) Y, 0,07 ppm, La,0.2 ppb (2)

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


II.7
BUKU 2: BIDANG MINERAL

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian

II.7 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian
BUKU 2: BIDANG MINERAL

Gambar 3. Sebaran bekas tambang

II.7 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

Anda mungkin juga menyukai