Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Indonesia
Naskah diterima 25 Maret 2016, selesai direvisi 29 Agustus 2016, dan disetujui 15 November 2016
e-mail :taat_setia@yahoo.com
ABSTRAK
Dataran Kars Wonosari dan sekitarnya secara hidrogeologis memiliki sistem akuifer produktif yang ditandai dengan
banyaknya sumur bor air tanah, baik untuk keperluan domestik maupun irigasi. Penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis data uji pemompaan sumur bor untuk mengetahui jenis dan karakteristik akuifer, serta zonasi kuantitas
air tanah secara spasial. Hasil analisis tersebut menunjukkan sistem akuifer di daerah penelitian termasuk ke dalam
jenis semi tertekan dan secara lokal bersifat tertekan. Hasil perhitungan nilai transmisivitas akuifer menggunakan
data uji pemompaan memiliki korelasi yang kuat (R2 = 0,918) dengan estimasi empiris data kapasitas jenis sumur
bor. Berdasarkan atas nilai transmisivitas akuifer, kuantitas air tanah di daerah penelitian bervariasi secara spasial,
dari potensi sedang untuk domestik dan sangat jelek untuk irigasi (1 - 8 m2/hari), hingga potensi sangat baik untuk
domestik dan baik untuk irigasi (1.000 - 10.000 m2/hari).
ABSTRACT
Wonosari karst plateau area hydrogeologically has productive aquifer system characterized by the number of
groundwater wells for domestic and irrigation purposes. This research was conducted by analyzing pumping test data
to determine the type and characteristics of aquifer and spatial zonation of the groundwater quantity. The analysis
shows that the aquifer system of the studied area has semiconfined character and locally confined. The results of
the aquifer transmissivity value calculation using pumping test data have a strong correlation (R2 = 0.918) with
the empirical estimation of the specific capacity data. Based on the value of aquifer transmissivity, the groundwater
quantity of the studied area varies spatially from medium potential for domestic and very poor for irrigation (1 - 8 m2/
day), up to very good potential for domestic and good for irrigation (1,000-10,000 m2/day).
Keywords: transmissivity, specific capacity, groundwater quantity, Wonosari
155
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 3, Desember 2016: 145 -154
156
Rekonstruksi Run-Up Dan Kecepatan Tsunami
Berdasarkan Data Endapan Tsunami
Studi Kasus: Tsunami Mentawai 2010 Dan Tohoku Oki 2011
157
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 3, Desember 2016: 155 - 167
Gambar 3. Peta Geologi daerah penelitian (modifikasi dari Surono drr., 1992 dan Rahardjo drr., 1995).
menyebutkan bahwa di atas sebagian batugamping tanah terhadap waktu pemompaan tersebut dapat
yang terdapat di Plato Wonosari, dijumpai napal dipakai untuk mengidentifikasi jenis akuifer.
Formasi Kepek. Selain konduktivitas hidrolikanya Menurut Freeze dan Cherry (1979), Todd (1980),
kecil, napal pasiran tersebut terkekarkan, sehingga serta Kruseman dan de Ridder (2000), akuifer
sebagai lapisan penutup formasi ini tidak secara umum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
sepenuhnya kedap air. akuifer tidak tertekan (bebas), akuifer tertekan,
dan akuifer semi tertekan (bocor). Kruseman dan
de Ridder (2000) menyebutkan bahwa dinamika
METODE PENELITIAN penurunan permukaan air tanah terhadap waktu
Di daerah penelitian terdapat 125 data uji pemompaan pada ketiga jenis akuifer tersebut
pemompaan dan kapasitas jenis sumur bor dengan secara teoretis memiliki karakter yang berbeda
kedalaman antara 30 m hingga 125 m (rata- seperti digambarkan pada Gambar 4. Gambar 4A
rata 95 m). Sebagian besar data tersebut berasal merupakan kondisi ideal akuifer tertekan dengan
dari proyek pengeboran air tanah P2AT yang asumsi akuifer bersifat homogen dan isotropis,
dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum pemompaan konstan, sumur menembus seluruh
dan sebagian merupakan pengeboran air tanah akuifer dengan diameter kecil. Pada Gambar 4A’
yang dilakukan Badan Geologi, Kementerian yang merupakan semilog plot antara penurunan
ESDM. Dari 125 data yang ada, hanya ada sekitar permukaan air tanah terhadap waktu yang
24 data uji pemompaan yang dapat dianalisis menunjukkan bahwa pada awal pemompaan
untuk perhitungan nilai transmisivitas akuifer, bersifat tidak linier, tetapi pada akhir pemompaan
sehingga perlu dilakukan estimasi secara empiris bersifat linier.
parameter transmisivitas akuifer pada sumur bor
Gambar 4B dan 4B’ menunjukkan karakter
yang lainnya. Secara garis besar, penelitian ini
penurunan permukaan air tanah terhadap waktu
dibagi menjadi empat langkah analisis sebagai
pada akuifer tidak tertekan, homogen, isotropis,
berikut: Langkah pertama adalah melakukan
penyebaran lateral tidak terbatas, dengan delayed
analisis scatter plot antara penurunan permukaan
yield. Pada waktu awal pemompaan, kurva log-log
air tanah (skala linier) terhadap waktu pemompaan
plot (Gambar 4B) megikuti pola akuifer tertekan
(skala logaritma) dengan menggunakan perangkat
pada Gambar 4A. Selanjutnya, pertengahan waktu
lunak MS Excel 2007. Respons permukaan air
pemompaan menunjukkan segmen yang datar.
158
Analisis Karakteristik Akuifer Dan Zonasi Kuantitas
Air Tanah di Dataran Kars Wonosari dan Sekitarnya,
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Gambar 4. Grafik teoretis log-log dan semilog penurunan permukaan air tanah terhadap waktu
akibat pemompaan pada akuifer (Kruseman dan de Ridder, 2000).
Hal tersebut merupakan refleksi imbuhan akuifer Metode Jacob’s straight-line diturunkan
bagian atas, sehingga penurunan permukaan air berdasarkan atas rumus Theis (Freeze dan Cherry,
tanah menjadi stabil. Pada saat akhir pemompaan, 1979; Todd, 1980; Domenico dan Scwartz, 1990;
kurva mengikuti pola pada Gambar 4A lagi. Kruseman dan de Ridder, 2000; Fetter, 2001; serta
Semilog plot memiliki karakteristik dua straight- Schwartz dan Zang, 2002):
line yang bersifat paralel pada saat awal dan akhir
pemompaan.
Gambar 4C dan 4C’ merupakan karakter
penurunan permukaan air tanah terhadap waktu ………..........................................................….. 2)
pada akuifer semi tertekan yang menunjukkan ada
dua karakter grafik. Pada awal pemompaan, kurva
mengikuti pola pada Gambar 4A dan 4A’. Pada saat Seiring bertambahnya waktu pemompaan dan
pertengahan waktu pemompaan, terdapat suplai semakin dekatnya sumur observasi dari sumur uji,
air dari akuitar (bocoran) yang masuk ke akuifer. maka nilai u pada persamaan di atas akan berkurang,
Pada saat akhir pemompaan, terdapat aliran air sehingga pada kondisi tersebut nilai ln u dapat
(bocoran) melalui akuitar, dan mengalir melalui diabaikan. Dengan kecilnya nilai u, penurunan
sumur sampai pada kondisi setimbang. permukaan air tanah mengikuti persamaan:
Langkah kedua adalah melakukan perhitungan
nilai transmisivitas berdasarkan atas jenis akuifer …….……….................................…………….. 3)
yang ada. Karena pengukuran permukaan air tanah
dilakukan pada sumur yang dipompa, analisis
dilakukan dengan menggunakan uji pemompaan Dengan merubah ke bentuk logaritma basis 10,
single well test. Single well test merupakan uji maka:
pemompaan dengan tidak menggunakan pisometer
atau sumur observasi (Kruseman dan de Ridder,
2000). Salah satu metode analisis uji pemompaan …………….....................………….………….. 4)
single well test pada akuifer tertekan dan semi
tertekan adalah menggunakan metode Jacob
Straight Line (Kruseman dan de Ridder, 2000). Bentuk linier persamaan di atas adalah:
Adapun persyaratan metode ini bisa dipakai adalah
sebagai berikut ;
...............................………………….……….. 5)
.....……….....................…..…..……………….. 1)
159
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 3, Desember 2016: 155 - 167
……............………………………………….. 6)
……….......................……………………….. 12)
160
Analisis Karakteristik Akuifer Dan Zonasi Kuantitas
Air Tanah di Dataran Kars Wonosari dan Sekitarnya,
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Gambar 6. Scatter plot penurunan permukaan air tanah terhadap waktu pemompaan sumur bor di daerah penelitian.
29% atau tujuh data yang menunjukkan karakter awal pemompaan dan kurva mendatar pada akhir
akuifer tertekan, yaitu pada sumur bor SB-18, SB- pemompaan. Menurut Domenico dan Schwartz
23, SB-30, SB-34, SB-37, SB-81, SB-86, dan SB- (1990), kurva linier pada awal pemompaan
117. Berdasarkan atas hal tersebut, maka akuifer di menunjukkan hidrolika air yang berasal dari
daerah penelitian bersifat semi tertekan dan secara akuifer yang dipompa, kemudian kurva mendatar
lokal bersifat tertekan. pada akhir pemompaan menunjukkan adanya
pengaruh bocoran lapisan akuitar. Berdasarkan
Grafik semilog penurunan permukaan air tanah
atas hal tersebut, pada sistem akuifer semi tertekan
terhadap waktu pada akuifer semi tertekan
memungkinkan adanya transfer dari akuifer bebas
memiliki dua karakter, yaitu kurva linier pada
161
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 3, Desember 2016: 155 - 167
di atasnya menuju akuifer semi tertekan melalui batugamping napalan, dan batu anau tersebut
lapisan semikedap air (akuitar). diduga yang menyebabkan akuifer di daerah
penelitian bersifat semi tertekan hingga tertekan
Karakter akuifer tertekan dan semi tertekan dapat
dengan karakter bersifat semikedap air (akuitar)
dilihat dari diagram pagar korelasi lapisan batuan
hingga kedap air (akuiklud).
dari log bor di daerah penelitian (Gambar 7). Dari
gambar tersebut terlihat bahwa litologi daerah
penelitian dominan berupa batugamping berlapis. Karakteristik Akuifer
Menurut Surono drr. (1992) dan Rahardjo drr.
Data karakteristik akuifer di daerah penelitian
(1995), batugamping berlapis tersebut terrsusun
berupa kapasitas jenis 125 sumur bor yang diperoleh
atas kalkarenit, kalkarenit tufan, batugamping
dari P2AB Yogyakarta menunjukkan rentang nilai
napalan, dan batu lanau. Selain itu, lapisan napal
antara 0,02 hingga 60,71 l/det./m dengan rata-
juga banyak dijumpai yang bersifat melensa dalam
rata geometrik 1,62 l/det./m. Berdasarkan atas
dimensi yang relatif luas. Lapisan napal terutama
jenis akuifer yang bersifat semi tertekan hingga
terdapat di bagian barat dan setempat di bagian
tertekan, maka perhitungan karakteristik akuifer
timur daerah penelitian. Keberadaan lapisan napal,
Gambar 7. Diagram pagar korelasi litologi pada sumur bor di daerah penelitian.
Tabel 1. Nilai Transmisivitas Akuifer Berdasarkan Perhitungan Metode Jacob Straight Line dan Perhitungan
Empiris Menurut Logan (1964) dalam Davies dan de Wiest (1966)
T Jacob T Jacob T Jacob
T-estima- T-estima- T-estima-
Stright Stright Stright
No. ID si Logan No. ID si Logan No. ID si Logan
Line (m /
2
Line (m /
2
Line (m /
2
(m2/hari) (m2/hari) (m2/hari)
hari) hari) hari)
1 SB-11 740.08 400,55 9 SB-42 59,30 52,70 17 SB-81 534,91 882,26
2 SB-18 66,42 93,81 10 SB-44 63,25 121,98 18 SB-84 42,17 51,65
3 SB-23 3131,10 2582,50 11 SB-47 15,81 10,93 19 SB-86 1651,65 1602,20
4 SB-30 1129,55 865,40 12 SB-49 242,48 202,38 20 SB-90 9,49 10,54
5 SB-33 450,06 372,20 13 SB-53 619,89 642,99 21 SB-97 28,16 55,87
6 SB-34 455,43 299,58 14 SB-55 84,34 193,95 22 SB-99 2751,57 2864,99
7 SB-35 206,63 144,30 15 SB-60 15,81 10,54 23 SB-111 636,76 505,33
8 SB-37 4301,31 6399,32 16 SB-61 126,51 109,62 24 SB-117 900,37 1250,24
162
Analisis Karakteristik Akuifer Dan Zonasi Kuantitas
Air Tanah di Dataran Kars Wonosari dan Sekitarnya,
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
163
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 3, Desember 2016: 155 - 167
Gambar 9. Scatter Plot antara nilai transmisivitas metode Jacob Straight Line dengan estimasi perhitungan empiris
menurut Logan.
berupa transmisivitas data uji pemompaan pada Zonasi Kuantitas Air Tanah
single well dapat dilakukan dengan menggunakan Data kapasitas jenis yang bersifat variatif seperti
metode Jacob Straight Line. Hasil analisis 24 data yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan
uji pemompaan menunjukkan nilai transmisivitas bahwa kuantitas air tanah di daerah penelitian
akuifer di daerah penelitian berkisar antara 9,49 bervariasi secara spasial. Zonasi kuantitas air
hingga 4301,31 m2/hari dengan rata-rata geometrik tanah merupakan suatu cara yang berguna untuk
234,29 m2/hari. Sebagian hasil analisis tersebut memberikan gambaran mengenai kuantitas air
dapat dilihat pada Gambar 8. tanah yang bervariasi secara spasial. Zonasi
Untuk mengetahui nilai transmisivitas akuifer pada kuantitas air tanah tersebut dilakukan dengan cara
sumur bor yang tidak dianalisis menggunakan melakukan klasifikasi spasial karakteristik akuifer
metode Jacob Straight Line, digunakan estimasi berupa transmisivitas.
perhitungan berdasarkan rumus empiris Logan. Zonasi kuantitas air tanah berdasarkan atas nilai
Sebelum rumus empiris tersebut digunakan, transmisivitas akuifer dilakukan dengan melakukan
dilakukan analisis korelasi antara perhitungan nilai interpolasi dan ekstrapolasi nilai transmisivitas
transmisivitas akuifer menggunakan metode Jacob akuifer pada 125 sumur bor. Nilai transmisivitas
Straight Line dengan estimasi nilai transmisivitas akuifer tersebut berdasarkan atas analisis data uji
menggunakan rumus empiris Logan pada 24 sumur pemompaan dengan metode Jacob Straight Line
bor yang dianalisis dengan data uji pemompaan. pada 24 sumur bor dan berdasarkan atas estimasi
Hasil perhitungan kedua cara tersebut dapat dilihat secara empiris menggunakan rumus Logan pada
pada Tabel 1, sedangkan korelasinya dapat dilihat 101 sumur bor (Tabel 2). Klasifikasi kuantitas
pada Gambar 9. Berdasarkan atas Scatter Plot air tanah berdasarkan nilai transmisivitas akuifer
pada Gambar 9 terlihat bahwa nilai transmisivitas dilakukan berdasarkan atas kriteria kebutuhan air
berdasarkan perhitungan menggunakan metode tanah untuk keperluan domestik dan irigasi (US.
Jacob Straight Line dengan estimasi perhitungan Dept. of The Interior, 1977) seperti terlihat pada
menggunakan rumus empiris Logan memiliki Tabel 3.
hubungan yang kuat dengan nilai korelasi R2 =
Hasil perhitungan nilai transmisivitas akuifer,
0,918.
baik berdasarkan analisis data uji pemompaan
164
Analisis Karakteristik Akuifer Dan Zonasi Kuantitas
Air Tanah di Dataran Kars Wonosari dan Sekitarnya,
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tabel 2. Nilai Kapasitas Jenis (Sc) dan Transmisivitas Akuifer (T) Pada 125 Sumur Bor Air Tanah
di Daerah Penelitian
Sc T (m2/ Sc T (m2/ Sc T (m2/ Sc T (m2/ Sc T (m2/
ID ID ID ID ID
(l/d/m) hari) (l/d/m) hari) (l/d/m) hari) (l/d/m) hari) (l/d/m) hari)
SB-1 0,140 14,76 SB-26 0,910 95,92 SB-51 3,480 366,82 SB-76 1,860 196,06 SB-101 0,480 50,60
SB-2 13,750 1449,36 SB-27 0,660 69,57 SB-52 2,970 313,06 SB-77 3,800 400,55 SB-102 0,695 73,26
SB-3 0,120 12,65 SB-28 9,180 967,65 SB-53 6,100 619,89 SB-78 42,070 4434,51 SB-103 6,930 730,48
SB-4 0,230 24,24 SB-29 3,900 411,09 SB-54 2,430 256,14 SB-79 1,550 163,38 SB-104 24,180 2548,77
SB-5 0,230 24,24 SB-30 8,210 1129,55 SB-55 1,840 84,34 SB-80 0,330 34,78 SB-105 17,560 1850,96
SB-6 3,760 396,33 SB-31 0,310 32,68 SB-56 0,160 16,87 SB-81 8,370 534,91 SB-106 0,759 80,00
SB-7 0,260 27,41 SB-32 0,660 69,57 SB-57 4,750 500,69 SB-82 0,667 70,27 SB-107 9,208 970,60
SB-8 28,330 2986,21 SB-33 3,531 450,06 SB-58 0,250 26,35 SB-83 1,330 140,19 SB-108 1,310 138,08
SB-9 3,300 347,85 SB-34 2,842 455,43 SB-59 0,280 29,51 SB-84 0,490 42,17 SB-109 3,115 328,35
SB-10 12,900 1359,76 SB-35 1,369 206,63 SB-60 0,100 15,81 SB-85 0,371 39,15 SB-110 7,272 766,53
SB-11 3,800 740,08 SB-36 2,810 296,20 SB-61 1,040 126,51 SB-86 15,200 1651,65 SB-111 4,794 636,76
SB-12 1,560 164,44 SB-37 60,710 4301,31 SB-62 13,430 1415,63 SB-87 0,080 8,43 SB-112 5,470 576,58
SB-13 8,500 895,97 SB-38 1,670 176,03 SB-63 11,638 1226,74 SB-88 0,040 4,22 SB-113 2,554 269,21
SB-14 0,100 10,54 SB-39 10,200 1075,16 SB-64 2,670 281,44 SB-89 3,700 390,01 SB-114 1,748 184,25
SB-15 1,250 131,76 SB-40 0,830 87,49 SB-65 5,760 607,15 SB-90 0,100 9,49 SB-115 7,539 794,67
SB-16 0,230 24,24 SB-41 2,110 222,41 SB-66 3,700 390,01 SB-91 2,280 240,29 SB-116 0,470 49,54
SB-17 0,200 21,08 SB-42 0,500 59,30 SB-67 0,070 7,69 SB-92 3,010 317,28 SB-117 11,861 900,37
SB-18 9,500 66,42 SB-43 0,899 94,76 SB-68 7,370 776,86 SB-93 1,450 152,84 SB-118 1,438 151,58
SB-19 6,000 632,45 SB-44 1,157 63,25 SB-69 3,739 394,12 SB-94 0,630 66,41 SB-119 3,180 335,20
SB-20 30,300 3193,86 SB-45 19,070 2010,13 SB-70 6,600 695,69 SB-95 0,080 8,43 SB-120 3,366 354,80
SB-21 0,200 21,08 SB-46 0,120 12,65 SB-71 2,180 229,79 SB-96 1,270 133,87 SB-121 0,040 4,22
SB-22 20,700 2181,95 SB-47 0,104 15,81 SB-72 7,520 792,67 SB-97 0,530 28,16 SB-122 0,363 38,26
SB-23 24,500 3131,10 SB-48 8,200 864,35 SB-73 6,300 664,07 SB-98 14,893 1569,84 SB-123 0,382 40,24
SB-24 0,080 8,43 SB-49 1,920 242,48 SB-74 1,700 179,19 SB-99 27,180 2751,57 SB-124 0,113 11,91
SB-25 1,800 189,73 SB-50 0,020 2,11 SB-75 0,040 4,22 SB-100 15,450 1628,55 SB-125 0,110 11,59
165
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 7 No. 3, Desember 2016: 155 - 167
maupun estimasi secara empiris pada 125 sumur dan Ponjong. Zona transmisivitas > 1.000 m2/hari
bor, menunjukkan rentang nilai antara 2,11 hingga (1.000 - 10.000m2/hari) merupakan zona potensi
4.434,51 m2/hari dengan rata-rata geometrik 166,30 sangat baik untuk domestik dan baik untuk irigasi,
m2/hari. Nilai transmisivitas akuifer tersebut terletak di sekitar sebelah timur Playen, Wonosari,
berdasarkan kriteria kebutuhan air tanah untuk dan daerah Ponjong.
keperluan domestik dan irigasi (US. Dept. of The
Interior, 1977) yang secara spasial dibagi menjadi
lima zona kuantitas air tanah (Gambar 10). KESIMPULAN
Karakter hidrolika permukaan air tanah terhadap
Zona transmisivitas 1 - 8 m2/hari merupakan zona
waktu pemompaan menunjukkan bahwa sistem
potensi sedang untuk domestik dan sangat jelek
akuifer kars di dataran kars Wonosari dan sekitarnya
untuk irigasi, melampar secara luas di bagian
termasuk ke dalam jenis akuifer semi tertekan
barat laut, timur, hingga selatan Dataran Kars
hingga tertekan. Karakter tersebut kemungkinan
Wonosari. Zona transmisivitas 8 - 50 m2/hari
disebabkan oleh keberadaan lapisan napal dan
merupakan zona potensi baik untuk domestik dan
batugamping lempungan yang bersifat sebagai
sangat jelek untuk irigasi, melampar secara luas di
akuiklud hingga akuitar. Nilai transmisivitas
sekitar Paliyan, Playen, sebelah utara Karangmojo,
akuifer pada 24 sumur bor yang menggunakan
Semanu, dan sebelah barat dan timur Wonosari.
metode Jacob Straight Line memiliki korelasi
Zona transmisivitas 50 - 300 m2/hari merupakan
yang kuat (R2=0,918) dengan estimasi data
zona potensi sangat baik untuk domestik dan jelek
kapasitas jenis menggunakan rumus empiris
untuk irigasi, terletak di sekitar Paliyan, Wonosari,
Logan, sehingga estimasi tersebut dapat diterapkan
Playen, Karangmojo, Semanu, dan Ponjong. Zona
di daerah penelitian. Transmisivitas akuifer daerah
transmisivitas 300 - 1.000 m2/hari merupakan zona
penelitian, baik berdasarkan analisis data uji
potensi sangat baik untuk domestik dan sedang
pemompaan maupun hasil estimasi secara empiris,
untuk irigasi, terletak di sekitar Playen, Wonosari,
166
Analisis Karakteristik Akuifer Dan Zonasi Kuantitas
Air Tanah di Dataran Kars Wonosari dan Sekitarnya,
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menunjukkan rentang nilai antara 2,11 hingga Freeze, R. A. dan Cherry, J. A., 1979. Groundwater.
4.434,51 m2/hari dengan rata-rata geometrik 166,30 Prentice Hall, New Jersey.
m2/hari. Berdasarkan kriteria untuk keperluan Kruseman, G.P. dan de Ridder , N. A., 2000. Analysis
domestik dan irigasi, kuantitas air tanah di daerah and Evaluation of Pumping Test Data, Second
Edition (Completely Revised). International
penelitian dibagi menjadi lima zona, yaitu zona
Institute for Land Reclamation and Improvement,
transmisivitas 1 - 8 m2/hari (sedang untuk domestik Wageningen, Netherlands.
dan sangat jelek untuk irigasi), zona transmisivitas Kusumayudha, S.B., 2005. Hidrogeologi Karst dan
8 - 50 m2/hari (baik untuk domestik dan sangat Geometri Fraktal di Daerah Gunungsewu.
jelek untuk irigasi), zona transmisivitas 50 - 300 Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.
m2/hari (sangat baik untuk domestik dan jelek Pannekoek, A.J., 1949. Outline of The Geomorphology
untuk irigasi), zona transmisivitas 300 - 1.000 of Java. Leiden Government Printing.
m2/hari (sangat baik untuk domestik dan sedang Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi,
untuk irigasi), dan zona transmisivitas >1.000 m2/ H.M.D.,1995. Peta Geologi Lembar Yogyakarta,
hari (sangat baik untuk domestik dan baik untuk skala 1:100.000. Pusat Pengembangan dan
Penelitian Geologi, Bandung.
irigasi).
Schwartz, F. W. dan Zhang, H., 2002. Fundamentals of
Keterangan notasi; Groundwater. John Wiley & Sons, New York.
Sir MacDonald and Partners, 1979. Gunungkidul
Q debit pemompaan (L3T-1)
Groundwater Project Final Report:
Q/Δs, Sc kapasitas jenis sumur bor (L3T-1L-1) Geohydrology, Vol. 3A.
rc jari-jari sumur bor (L) Sir MacDonald dan Partners, 1984. Greater Yogyakarta
r jarak antara sumur observasi terhadap Groundwater Resource Study, Volume III.
sumur pompa (L) Soenarto, B., 2002. Penaksiran Debit Daerah Pengaliran
R jari-jari pengaruh akibat pemompaan (L) Gabungan Sungai Permukaan dan Bawah
t waktu pemompaan (T) Permukaan Bribing Baron, Kabupaten Gunung
s, Δs penurunan permukaan air tanah (m) Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
S storativitas akuifer (tanpa dimensi) Disertasi tidak dipublikasikan, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
T transmisivitas akuifer (L2T-1)
Surono, Toha, B., Sudarno, I., dan Wiryosujono, S., 1992.
W(u) persamaan fungsi sumur
Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro,
Jawa, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan
UCAPAN TERIMA KASIH Pengembangan Geologi, Bandung.
Suyoto, 1992. Model fasies karbonat Gunung Sewu.
Dengan terbitnya makalah ini penulis mengucapkan
Thesis tidak dipublikasikan, Institut Teknologi
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Bandung, Bandung.
Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Todd, D. K., 1980. Groundwater Hydrology, 2nd ed.
yang telah menfasilitasi kegiatan ini, serta rekan John Wiley and Sons, New York.
– rekan Tim Survei Hidrogeologi Kars Kab. U.S. Departement of Interior, 1977. Groundwater
Gunungkidul atas kerjasama selama di lapangan. Manual, First Edition. United States Government
Ucapan terimakasih disampaikan pula kepada Printing Office, Washington.
Dewan Redaksi yang telah menerbitkan tulisan ini. Van Bemmelen, RW, 1949. The Geology of Indonesia,
Part I General Geology. The Hague, Netherland.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Kabupaten Gunungkidul, 2007. Penyusunan
Neraca Sumberdaya Air Kabupaten
Gunungkidul. Laporan Akhir, Yogyakarta.
Davis, S. N.dan De Wiest, R. J. M., 1966. Hydrogeology,
1st ed. John Wiley and Sons, New York.
Domenico, P. A. dan Schwartz, F.W., 1990.Physical and
Chemical Hydrogeology.John Wiley & Sons,
New York.
Fetter, C. W., 2001. Applied Hydrogeology, Fourth
Edition. Prentice Hall, New Jersey, 598 h.
167