Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup


seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang
penuh dengan manfaat.

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami


proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I,
yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak
stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang
air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation
(depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis
(menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune
deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).

Masalah yang akan dikupas dalam makalah ini lebih difokuskan pada
masalah seksual lansia perempuan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa

1
terjadi peningkatan masalah seksual pada perempuan, seiring dengan kejadian
menopause yang merupakan suatu keadaan fisiologis yang akan dialami oleh
setiap perempuan.

Masalah – masalah tersebut dapat berupa penurunan hasrat untuk


berhubungan seksual, masalah lubrikasi vagina, lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai orgasme bahkan terjadi anorgasme, dispareunia,
dan berbagai keluhan lainnya

Faktor – faktor lain yang dilaporkan berhubunan dengan masalah seksual


pada lansia perempuan antara lain tindakan pengobatan baik kimiawi maupun
operatif seperti terapi antidepresan, operasi histerektomi maupun operasi
urologi lainnya (Salonia et al, 2006).

Untuk lebih jelasnnya masalah seksual pada lansia perempuan ini akan
dibahas dengan lebih detail dalam makalah yang berjudul “Isu-isu Kesehatan
Perempuan Usia Lanjut”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan karakteristik masa usia lanjut?

2. Apa saja perubahan-perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada masa
usia lanjut?
3. Apa yang dimaksud dengan menopause?
4. Apa yang dimaksud dengan perimenopause?
5. Bagaimana perubahan yang terjadi pada seks dan seksualitas masa usia
lanjut?
6. Bagaimana hubungan seksual masa pre menopause?
7. Apa bentuk-bentuk umum kesulitan seksual?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik masa usia lanjut
2. Untuk mengetahui dan memahami perubahan-perubahan fisik dan psikis
yang terjadi pada masa usia lanjut
3. Untuk mengerti dan memahami tentang menopause
4. Untuk mengerti dan memahami tentang perimenopause
5. Untuk mengetahui dan memahami perubahan yang terjadi pada seks dan
seksualitas masa usia lanjut

2
6. Untuk mengetahui dan memahami hubungan seksual masa pre menopause
7. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk umum kesulitan seksual

BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK MASA USIA LANJUT


Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari

3
periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang
penuh dengan manfaat.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun.
Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-
Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang
jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia
56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut
menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun
demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang
untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia.

B. PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK DAN PSIKIS YANG TERJADI


PADA MASA USIA LANJUT
Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut
adalah ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Baik pria
maupun wanita, pada usia lanjut mereka akan melakukan penyesuaian diri
agar mereka tampak siap dan sesuai dengan masa usia lanjut tersebut secara
baik ataupun tidak baik. Akan tetapi hasil yang diperoleh dari penyesuaian
tersebut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang tidak baik

4
daripada yang baik, terutama adalah terjadinya kemunduran fisik dan mental
yang berlangsung secara perlahan dan bertahap.
1. Perubahan Fisik Pada Masa Usia Lanjut
Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas
fisik juga fungsinya mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa
berlangsung secara perlahan bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung
dari kebiasaan hidup pada masa usia muda.
Beberapa perubahan gangguan fisik yang timbul adalah sebagai
berikut:
a. Perubahan pada kulit : kulit wajah, leher, lengan, dan tangan
menjadi lebih kering dan keriput, kulit di bagian bawah mata
membentuk seperti kantung dan lingkaran hitam dibagian ini
menjadi lebih permanen dan jelas, warna merah kebiruan sering
muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk.
b. Perubahan otot : pada umumnya otot orang berusia madya menjadi
lembek dan mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan
perut
c. Perubahan pada persendian : masalah pada persendian terutama
pada bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi
agak sulit berjalan
d. Perubahan pada gigi : gigi menjadi kering, patah, dan tanggal
sehingga kadang-kadang memakai gigi palsu
e. Perubahan pada mata : mata terlihat kurang bersinar dan cenderung
mengeluarkan kotoran yang menumpuk di susdut mata, kebanyakan
menderita presbiop atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya
akomodasi karena menurunnya elastisitas mata
f. Perubahan pada telinga : fungsi pendengaran sudah mulai
menurun, sehingga tidak sedikit yang mempergunakan alat bantu
pendengaran.
g. Perubahan pada sistem pernafasan : nafas menjadi lebih pendek
dan sering tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan
kapasitas total paru-paru, residu volume paru dan konsumsi oksigen
basal, ini akan menurunkan fleksibilitas dan elastisitas dari paru

Selain ganggunan fisik yang bisa terlihat secara langsung,


dengan bertambahnya usia sering pula disertai dengan perubahan-

5
perubahan akibat penyakit kronis, obat-obat yang diminum akibat
operasi yang menyiksa kesusahan secara fisik dan psikologis.
Beberapa gangguan fisik pada bagian dalam tersebut seperti :
a. Perubahan pada sistem syaraf otak : umumnya mengalami
penurunan ukuran, berat, dan fungsi contohnya kortek serebri
mangalami atropi.
b. Perubahan pada sistem cardiovascular : terjadi penurunan
elastisitas dari pembuluh darah jantung dan menurunnya kardiak
out put
c. Penyakit kronis misal diabetes melitus (DM), penyakit
cardiovaskuler, hipertensi, gagal ginjal, kanker, dan masalah yang
berhubungan dengan persendian dan syaraf
d. Beberapa operasi seperti prostatectomy, histrectomy, dan
mastectomy.
Hasil penelitian menunjukkan timbulnya masalah prostatectomy
meliputi gagal ereksi mencapai 12 % sampai timbulnya masalah
tidak tercapainya ejakulasi sebesar 24 %, kanker prostate dan
operasi prostad (hilangnya libido, gagal ereksi, volume ejakulasi)
e. Perubahan pada sistem ginjal, kandung kencing, dan ureter
mengalami penurunan efisiensi, jumlah sel dalam ginjal mengalami
penurunan menyebabkan gangguan pengeluaran toksin dan air dari
tubuh.
2. Perubahan Psikis Pada Masa Usia Lanjut
Gangguan psikologis paling umum yang berpengaruh pada orang
tua adalah timbulnya depresi, dimensia, dan mengigau. Hal ini lebih sering
diakibatkan oleh perasaan sudah tua, sudah pikun, dan secara fisik sudah
tidak menarik bagi pasangan. Perubahan akibat depresi dan dimensia
bahkan sering mengganggu prilaku seksual termasuk gangguan khayal
yang dikaitkan dengan kecemburuan phatologis.
Secara umum beberapa gangguan psikologis yang timbul adalah
a. Kecemasan (angietas)
b. Depresi
c. Rasa bersalah (guilty feeling)
d. Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal
dalam berhubungan seksual.
Khusus pada perempuan, ada beberapa gangguan yang sangat
berpengaruh besar terhadap sisi kewanitaannya seperti :
a. Penurunan sekresi estrogen setelah menopause

6
b. Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara
c. Cerviks yang menyusut ukurannya
d. Dinding vagina atropi ukurannya memendek
e. Berkurangnya pelumas vagina
f. Matinya steroid seks secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas
seks
g. Perubahan ageing meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan
bibir kemaluan, penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot
perineal
Ada prinsip perkembangan yang dinamakan Multidirectional,
dimana beberapa komponen menunjukkan pertumbuhan dan komponen
lain nya malah menurun, lansia akan semakin arif, tapi menurun dalam
tugas yang membutuhkan kecepatan memproses informasi, misalnya
lansia baru mempelajari komputer.
Disamping itu ada beberapa gangguan mental yang paling
umum yang berpengaruh pada orang tua adalah depresi, dimensia dan
menggigau prilaku seksual mungkin berubah secara signifikan pada
depresi dan dimensia.

C. MENOPAUSE
Menurut Manuaba (2005) menopause di bagi dalam beberapa tahapan
yaitu sebagai berikut :
a. Pre menopause (klimakterium)
Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola
menstruasi,terjadi perubahan psikologis/ kejiwaan, terjadi perubahan
fisik. Berlangsung selama antara 4- 5 tahun pada usia 48-55 tahun.
b. Fase menopause
Terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan
fisik makin menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun pada usia antara 56-
60 tahun.
c. Fase pasca menopause (senium)
Terjadi pada usia diatas 60 – 65 tahun. Wanita beradaptasi terhadap
perubahan psikologis dan fisik, keluhan makin berkurang

D. PERIMENOPAUSE

7
Sebelum mencapai usia menopause, seorang wanita akan mengalami
beberapa perubahan fisik dan gejala hormonal, termasuk menstruasi yang
tidak teratur.
Premenopause adalah rentang waktu dimana tubuh mulai bertransisi
memasuki masa menopause. Lamanya biasanya 2 sampai 8 tahun ditambah
satu tahun di akhir periode menuju menopause. Premenopause adalah hal
yang alami terjadi pada wanita dan merupakan tanda akan berakhirnya masa
reproduksi. Tingkat produksi hormon estrogen dan progesteron berfluktuasi,
naik dan turun tak beraturan. Siklus menstruasi pun bisa tiba-tiba memanjang
atau memendek. Biasanya, masa perimenopause ini terjadi di usia 40-an, tapi
banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usianya masih di
pertengahan 30-an. Penurunan fungsi indung telur selama masa
perimenopause berkaitan dengan penurunan hormon estradiol dan produksi
hormon androgen. Apabila seorang wanita masih mengalami periode
menstruasi pada masa perimenopause, meskipun tidak teratur, dia dapat tetap
hamil.
1. Tanda Dan Gejala
a. Menstruasi tidak teratur.
Intervalnya dapat memanjang atau memendek, sedikit dan
berlimpah, bahkan Anda mungkin akan melewatkan beberapa
periode menstruasi. Ovulasi menjadi tidak teratur, rendahnya kadar
progesteron dapat membuat Anda mengalami periode menstruasi
yang lebih panjang.
b. Gangguan tidur dan hot flashes.
Sekitar 75-85 persen wanita mengalami hot flashes selama
perimenopause. Hot flashes adalah gelombang panas tubuh yang
datang tiba-tiba, akibat perubahan kadar estrogen yang menyerang
tubuh bagian atas dan muka. Serangan ini ditandai dengan
munculnya kulit yang memerah di sekitar muka, leher dan dada
bagian atas, detak jantung yang kencang, badan bagian atas
berkeringat, termasuk gangguan tidur.
c. Perubahan Psikologis.

8
Gangguan Psikologi/kognitif Gejala-gejala psikologi dan
kognitif seperti depresi, iritabilitas, perubahanmood, kurangnya
konsentrasi dan pelupa juga ditemukan pada banyak wanita
perimenopause. Banyak wanita menggambarkan gangguan
inisebagai “perimenopause berat”. Seperti diketahui bahwa
kejadian depresikira-kira 2 kali lebih sering pada wanita
dibandingkan pria. Risiko depresimayor adalah 7-12% untuk pria
dan 20-25% untuk wanita. Usia rata-rataterjadinya depresi adalah
40 tahunan.Data laboratorium menyatakan bahwa hormon ovarium
sangat berkhasiat, dimana sinyal kimiawi perifer secara umum
mempengaruhi aktivitas neuronal.
Perubahan level estrogen dan progesteron menunjukkan
sejumlah pengaruh neurotransmiter SSP seperti dopamin,
norepinefrin, asetilkolin dan serotonin yang kesemuanya diketahui
sebagai modulator untuk mood, tidur, tingkah laku dan kesadaran.
Selama perimenopause, fluktuasi hormon terutama fluktuasiestrogen
dapat mengubah level neurotransmiter di SSP yang dapat
mempengaruhi tidur, daya ingat dan mood.
Penting sekali untuk membedakan perubahan mood karena
pengaruh hormon dengan kelainandepresi mayor. Pada pasien tanpa
riwayat depresi, terapi sulih hormon harus dipertimbangkan.
d. Organ intim mengering.
Vagina mulai mengalami kekurangan cairan dan elastisitas,
sehingga hubungan intim dapat menyakitkan.
e. Kesuburan berkurang.
Ovulasi atau pelepasan sel telur menjadi tidak teratur,
sehingga kemungkinan bertemunya sel telur dengan sperma
menjadi lebih rendah walau masih mungkin untuk hamil.
f. Perubahan fungsi seksual.
Selama perimenopause, keinginan untuk berhubungan intim
dapat berubah, tetapi pada banyak wanita akan mengalami masa-
masa menyenangkan sebelum masa menopause tiba dan biasanya
berlanjut sampai melewati masa perimenopause.
g. Osteoporosis.

9
Pengeroposan tulang ini terjadi sebagai akibat
berkurangnya hormon estrogen.
h. Perubahan kadar kolesterol.
Berkurangnya estrogen akan merubah kadar kolesterol
dalam darah dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang
mengakibatkan risiko terkena penyakit jantung. Sedangkan HDL
atau kolesterol baik, menurun sesuai pertambahan usia.
i. Keringat malam
j. Infeksi saluran kemih
k. Inkontinensia urin (tidak mampu menahan keluarnya air seni
l. Peningkatan lemak tubuh di sekitar pinggang

2. Penentu kecepatan atau keterlambatan wanita mengalami


menopause
Selain faktor gaya hidup dan genetik yang menentukan cepat atau
lambatnya menopause, faktor lainnya adalah:
a. Sejarah keluarga.
Masa menopause seorang wanita cenderung di usia yang
sama, saat ibu atau saudara perempuan lainnya mengalami
menopause. Tapi pernyataan ini masih dapat diperdebatkan.
b. Tidak pernah melahirkan.
Beberapa penelitian menunjukkan, wanita yang belum atau
tidak pernah melahirkan, akan mengalami menopause lebih
awal.
c. Kondisi jantung.
Sakit jantung sering dikaitkan dengan menopause dini,
diperkirakan berkaitan dengan meningkatnya kadar kolesterol
dan tekanan darah tinggi.
d. Terapi kanker masa kecil.
Terapi kanker di usia anak-anak, seperti kemoterapi dan
radiasi pelvic juga dikaitkan dengan menopuse dini.
e. Histerektomi.

10
Pengangkatan rahim biasanya tidak berakibat menopause
dini, meski ovarium tetap akan melepas sel telur. Hanya saja,
operasi ini biasanya akan mempercepat datangnya menopause.
3. Diagnosa
Perimenopause umumnya berlangsung secara bertahap, meski
tidak ada alat atau tes yang bisa mendeteksi perimenopause. Dokter
hanya akan memberi beberapa pertanyaan, sebelum menyimpulkan apa
yang tengah Anda alami. Tes yang mungkin dilakukan, salah satunya
pemeriksaan kadar hormon.
Dengan memonitor siklus menstruasi dan mengamati gejala
perubahan tubuh selama beberapa waktu, Anda akan dapat memahami
dan berkonsultasi dengan dokter.
Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And mengatakan Salah satu
faktor yang berpengaruh pada proses penuaan ialah gaya hidup. Orang
yang menerapkan gaya hidup sehat cenderung mengalami keadaan
fungsi tubuh yang lebih baik dibandingkan orang yang gaya hidupnya
tidak sehat, termasuk juga fungsi seksual.
Dengan demikian, usia lanjut atau lebih muda tidak selalu
menentukan bagi fungsi seksual. Artinya, mungkin saja orang yang
berusia lebih muda fungsi organnya lebih buruk dibandingkan yang
berusia lebih tua, bila gaya hidupnya tidak sehat.
Kalau fungsi seksual Anda yang berusia lanjut ternyata baik, itu
patut disyukuri. Pada masa kini, dengan berkembangnya iptek di
bidang kedokteran, usia tidak selalu mencerminkan fungsi organ
tubuh, termasuk fungsi seksual.

E. SEKS DAN SEKSUALITAS


1. Definisi Seks dan Seksualitas
Seks menurut Ingrid dalam Rizkina (2009, pp. 13-15)
mempunyai arti jenis kelamin, sesuatau yang dapat dilihat dan dapat
ditunjuk. Jenis kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat
atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis.

11
Seksualitas merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan
manusia ,dimulai dari saat manusia lahir sebagai bayi hingga secara
fisik menjadi mandiri, lepas dari ibunya dan akan berakhir ketika
seseorang meninggal dunia.
2. Tujuan Seksualitas
Tujuan seksualitas secara umum adalah meningkatkan
kesejahteraan kehidupan manusia. Sedangkan secara khusus ada dua,
yaitu:
a. Prokreasi, yaitu menciptakan atau meneruskan keturunan
b. Rekreasi, yaitu memperoleh kenikmatan biologis atau seksual
Menurut Ingrid dalam Rizkiana (2009,pp. 13-15)
Seksualitas menyangkut dimensi biologis, psikologis, social dan
cultural Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan
reproduksi, termasuk bagaimana menjaga kesehaatn organ
reproduksi menggunakan secara optimal sebagai 16 alat untuk
berprokreasi (bereproduksi) dan berkreasi dalam mengekspresikan
dorongan seksual. Dari demensi psikologis, seksualitas
berhubungan erat denngan identitas peran jenis, perasaan terhadap
seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai
makhluk seksual. Dan dari dimensi social berkaian dengan
bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembetukan mengenai
seksualitas dan pilihan perilaku seks. Sedangkan dari dimensi
cultural menunjukan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari
budaya yang ada di masyarakat.
Menurut Hidayana (2004) seks mempunyai fungsi: :
a. Seks untuk tujuan reproduksi yaitu untuk memperoleh keturunan,
oleh karena itu sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah
sesuatu yang suci, sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan
secara terbuka.
b. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan
berlandaskan cinta dan didukung oleh ikatan cinta.

12
c. Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati
hubungan yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa
merugikan salah satu pihak.
3. Etiologi Masalah Seksual Pada Lansia Perempuan
Pokok permasalahan disfungsi seksual pada lansia perempuan
disebabkan oleh penurunan hormone estrogen pada masa klimakterium
hingga berhenti diproduksinya hormone estrogen pada masa
postmenopause. Selain estrogen, hormone progesterone dan androgen
juga berperan terhadap masalah seksual pada lansia perempuan.
Untuk lebih jelasnya penulis akan membahas lebih dulu tentang
menopause. Menopause merupakan suatu bagian dari proses menua
yang irreversible yang melibatkan system reproduksi wanita.
Menopause adalah masa berhentinya haid pada perempuan, dimana
batasan ini ditetapkan secara retrospektif sebagai tidak adanya siklus
menstruasi terhitung sejak 12 bulan kebelakang. Wanita menghabiskan
1/3 masa hidupnya dalam masa menopause.
WHO membagi masa menopause menjadi dua bagian yaitu
menopause awal (Perimenopause) dan menopause akhir (Pasca
Menopause). Perimenopause adalah interval yang mendahului
berhentinya siklus menstruasi sampai pada masa satu tahun setelah
siklus menstruasi berakhir. Menurut temuan Massachusetts Women’s
Health Study, jangka waktunya berkisar tiga setengah tahun.
Pascamenopause merupakan masa yang terjadi setelah terhentinya
siklus menstruasi pada wanita hingga akhir hidupnya. Masa ini ditandai
dengan berlanjutnya gejala vasomotor dan gejala urogenital seperti
keringnya vagina dan dispareunia.
Perempuan pada masa yunani kuno mengalami masa menopause
sama seperti perempuan modern sekarang ini yakni sekitar 50 – 51
tahun. Fakta ini telah dilaporkan sejak jaman dahulu sebelum Masehi
oleh Aristoteltes dalam Histonia Animaloium (Burger dan Boulet,
1991). Faktor – faktor yang mempengaruhi terjainya masa menopause

13
sangat sedikit seperti merokok, histerektomi dan tinggal di tempat yang
tinggi atau pegunungan.
Berdasarkan survey Perkumpulan Menopause Indonesia, usia
menopause rata – rata wanita Indonesia sekitar 49 ± 0,20 tahun. Dewasa
ini seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka akan
semakin banyak perempuan yang menghabiskan sebagian besar sisa
hidupnya dalam keadaan hipoestrogenik.
Pada sebagian besar wanita yakni sekitar 70%, mereka menjalani
masa ini tanpa keluhan yang berarti. Jika dilihat dari berbagai kultur
misalnya wanita Asia dibanding wanita Eropa atau Amerika, lebih
banyak keluhan pada wanita Amerika dan Eropa dibanding wanita Asia.
Di Jepang 65% wanita Jepang yang sudah menopause, berpandangan
bahwa menopause bukanlah hal yang penting bagi mereka. Bahkan
tidak ada istilah Hot Flushes untuk menggambarkan perubahan yang
terjadi. Sementara di Eropa, wanita dari kalangan Sosial Ekonomi yang
rendah, lebih banyak bermasalah dengan menopause dibanding wanita
dari kalangan social ekonomi menengah keatas. Dengan demikian dapat
dilihat bahwa faktor pendidikan mempunyai hubungan dengan keluhan
menopause (Burger dan Boulet, 1991).
Pada menopause, ovarium tidak lagi berespon terhadap FSH dan
LH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Rata – rata menopause
terjadi pada usia 40 – 50 tahun dan dapat berlangsung selama 8 – 10
tahun. Ovum hanya tinggal beberapa ribu saja hingga turun diambang
batasnya yaitu 1000. Pada wanita normal, terdapat 400.000 sel telur
selama masa hidupnya, yang mana akan berkurang seiring dengan
proses reproduksi melalui siklus menstruasi setiap bulannya.
Hingga saat ini belum ditemukan tanda biokimia yang dapat
diandalkan untuk dijadikan sebagai pertanda onset terjadinya
menopause. Namun kadar serum FSH seringkali meningkat pada
perempuan yang masih memiliki siklus menstruasi yang teratur pada
masa menopause akhir. Defisiensi estrogen secara tradisional
merupakan suatu tanda yang penting pada wanita menopause.

14
Pemeriksaan laboratorium FSH dan LH dan E merupakan cara yang
tepat untuk mendiagnosis menopause, namun hingga kini tidak
dianjurkan karena belum didapatkan marker yang jelas untuk
mendiagnosa kapan terjadinya menopause.
Sebelum seorang wanita tiba ke masa menopause, dia akan
mengalami klimakterium. Klimakterium merupakan istilah umum pada
siklus reproduksi perempuan untuk menunjukan rentang waktu mulai
dari proses transisi sampai pada masa postmenopuse awal atau
perimenopause. Pada masa klimakterium fungsi ovarium mulai
menurun dalam memproduksi estrogen dan progesterone dan keadaan
ini terjadi secara fluktuatif. Akibatnya akan menimbulkan berbagai
gejala. Gejala – gejala tersebut antara lain:
a. Payudara tegang
b. Siklus haid yang tidak teratur
c. Kualitas tidur yang buruk dan keletihan
d. Kemerahan pada kulit (hot flushes)
e. Tidak Berdaya
f. Peningkatan suhu tubuh yang tiba-tiba (hot flashes)
g. Sensasi dispnea (sulit bernapas)
h. Kadang – kadang iritabilitas atau mudah emosi
i. Elastisitas kulit berkurang sehingga terlihat kering dan kendur
j. Terjadi atrofia dan kekeringan vagina sehingga menyebabkan nyeri
saat intercourse.
k. Penurunan kadar estrogen menyebabkan perlindungan terhadap
system kardiovaskuler lenyap sehingga memicu terjadinya CVD.
Disamping itu dapat menimbulkan osteoporosis disertai
peningkatan resiko patah tulang, serta berpengaruh pada fungsi
kognitif sehingga dapat menimbulkan penurunan ingatan and
bahkan kemungkinan terjadinya Alzheimer (Corwin, 2008).
4. Perubahan fisiologik aktivitas seksual

15
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila
ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut
ini :
Fase tanggapan
Pada wanita lansia Pada pria lansia
seksual
Fase Desire Terutama dipengaruhi oleh penyakitInterval untuk meningkaatkan
baik dirinya sendiri atau pasangan,hasrat melakukan kontak
masalah hubungan antar keduanya,seksual meningkat;hasrat sangat
harapan kultural dan hal-hal tentangdipengaruhi oleh penyakit;
harga diri. Desire pada lansia wanita kecemasan akan kemampuan
mungkin menurun dengan makinseks dan masalah hubungan
lanjutny usia, tetapi hal ini bisaantara pasangan. Mulai usia 55
bervariasi. th testosteron menurun bertahap
yang akan mempengaruhi
libido.
Fase Arousal Pembesaran payudara berkurang,M embutuhkan waktu lebih
semburat panas dikulit menurun;lama untuk ereksi; ereksi
elastisitas dinding vagina menurun;kurang begitu kuat; testosteron
iritasi uretra dan kandung kemihmenurun; produksi sperma
meningkat;otot-otot yang menegangmenurun bertahap mulai usia 40
pada fase ini menurun. th; elevasi testis ke perinium
lebih lambat dan sedikit;
penguasaan atas ejakulasi
biasany membaik.

Fase Orgasmik Tanggapan orgasmik mungkinKemampuan mengontrol


(fase muskular) kurang intens disertai sedikitejakulasi membaik; kekuatan
kontraksi; kemampuan untukkontraksi otot dirasakan
mendapatkan orgasme multipelberkurang; jumlah kontraksi
berkurang dengan makin lanjutnyamenurun; volume ejakulat
usia. menurun.
Fase Pasca Mungkin terdapat periode refrakter,Periode refrakter memanjang
Orgasmik dimana pembangkitan gairah secarasecara fisiologis, dimana ereksi
segera lebih sukar. dan orgasme berikutnya lebih

16
sukar terjadi.
5. Penatalaksanaan Terhadap Masalah Seksual Pada Lansia Wanita
a. Faktor Fisiologi
Yang dapat dilakukan pada lansia wanita dengan masalah
seksual yaitu dengan merekomendasikan menggunakan cream
estrogen. Terapi ini terbukti efektif dan tidak mempunyai efek
negative sehingga mengganggu organ sekitar. Review dari Cochrane
tahun 2003 melaporkan bahwa terapi estrogen local mempunyai
efek positif terhadap kekeringan vagina dan dyspaurenia
(Gregersen, 2006).
Sedangkan terapi sulih hormone masih harus didiskusikan
lebih lanjut karena masih ada pro dan kontra. Intinya HRT
(Hormone Replacement Therapy) atau terapi sulih hormone lebih
diutamakan pada klien yang sangat memerlukan seperti
osteoporosis. Hal ini disebabkan karena efek samping yang akan
ditimbulkan sangat berbahaya karena berujung pada kematian, yaitu
dapat meningkatkan kejadia kanker payudara dan kanker
endometrium.
b. Faktor Psikologi
Penanganan pada lansia wanita dengan masalah seksual
karena faktor psikologi dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, baik
itu dokter, bidan perawat maupun tenaga kesehatan lain yang
berinteraksi dengan para lansia. Tenaga kesehatan dapat
memberikan informasi tentang keadaan fisiologis yang terjadi
sehubungan dengan bertambahnya usia, dan perubahan – perubahan
yang terjadi.
Selain itu hendaknya diberikan dorongan dan advice agar
para lansia memahami bagaimana membuat hubungan seksual
diantara lansia lebih bermakna. Dengan demikian para lansia akan
memasuki tahap akhir dari periode kehidupan dengan sukses, yakni
bahagia dan sehat.
c. Faktor Penyakit dan Operasi
Penyakit maupun operasi tidak dapat dihindari. Oleh karena
itu petugas kesehatan seyogyanya memberikan pendidikan
kesehatan dan konseling yang mendalam tentang masalah seksual

17
yang terjadi karena penyakit maupun tindakan bedah yang dialami
oleh para lansia. Dengan informasi yang diberikan akan membantu
mereka untuk dapat mengerti keadaan mereka sehingga dapat
membantu meringankan penderitaan.

d. Faktor Obat-obatan
Faktor obat – obatan biasanya diperhitungkan azas
manfaatnya. Jika manfaatnya lebih kecil dari efek samping,
sebaiknya dihindari. Begitu pula sebaliknya.
e. Faktor Lingkungan
Hal lain yang dapat dilakukan adalah mencinpatakan
lingkungan yang kondusif sehingga para lansia dapat menikmati
kehidupan mereka tanpa merasa tertekan. Misalnya prilaku –
prilaku tenaga kesehatan baik itu verbal maupun tindakan fisik
yang membuat lansia merasa ofensif, hendaklah perlu dihindari.

F. Hubungan Seksual Masa Pre Menopause


Hubungan seksual adalah suatu keadaan fisiologik yang menimbulkan
kepuasan fisik, dimana keadaan ini merupakan respon dari bentuk seksual yang
berupa ciuman, pelukan, dan percumbuan 17 berpendapat bahwa terdapat
empat tingkatan hubungan fisik dalam bercumbuan, dimana hal ini merupakan
rencana alamiah untuk meningkatkan gairah seksual bagi persiapan hubungan
seksual yaitu : berpegangan tangan, saling memeluk (tangan di luar baju),
berciuman, saling membelai atau meraba (dengan tangan di dalam baju yang
lain). Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, bentuk tingkah laku ini
bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku kencan,
bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang
dalam khayalan, atau diri sendiri (Hidayana, 2004).
Perubahan fisiologis akibat pre menopause kadang-kadang mengganggu
aktivitas dan gairah seksual pada sejumlah wanita. Perubahan dapat terjadi
pada lubrikasi, dinding vagina gairah seksual, dorongan seksual dan orgasme
yang mengakibatkan kegiatan seksual menjadi kurang mengenakkan dan
kurang menyenangkan (Kasdu, 2005).

18
Menurut Pangkahila (2006) beberapa masalah yang dialami wanita
menopause ketika berhubungan seksual, yakni :
1. Kekeringan vagina dan nyeri saat hubungan seksual.
Masalah yang paling sering terjadi adalah vagina yang kering,
meskipun sebenarnya hanya 20% wanita yang merasakannya. Dinding
vagina menjadi tipis dan kurang lentur. Terdapat rasa pedih, panas dan
kadang nyeri atau berdarah saat melakukan sanggama. Lubrikasi
dengan bahan dasar air dapat mengatasi 18 kekeringan vagina yang
terjadi. Jangan gunakan lubrikan dengan bahan dasar petroleum
(vaselin). Vitamin E atau krim pelembab juga dapat digunakan sebagai
lubrikan. Bila lubrikan atau pelembab masih kurang menolong maka
dapat diberikan krim estrogen vagina untuk mengatasi masalah
kekeringan vagina.
2. Stimulasi dan orgasme
Beberapa orang wanita mengalami orgasme yang lebih jarang dan
kurang kuat saat menopause. Pada mereka diperlukan waktu yang lama
untuk meningkatkan gairah seksual. Hampir pada semua wanita,
hubungan seksual yang teratur atau masturbasi dapat membantu
meningkatkan respon dan kenikmatan seksual. Aktivitas tersebut dapat
mempertahankan fungsi atau peranan rahim, vagina serta kandung
kemih serta meningkatkan lubrikasi vagina. Kegel Exercise, latihan
ini meningkatkan kontraksi otot panggul sekitar vagina yang
memembantu penguatan otot-otot vagina.
3. Hasrat seksual
Hilangnya gairah seksual secara temporer atau jangka panjang
terjadi pada sejumlah wanita selama dan sesudah menopause.
Penyebab dari keadaan ini antara lain:
a. Lelah
Akibat dari insomnia menimbulkan perasaan capai atau
lelah yang berkepanjangan. Pekerjaan sebagai ibu yang
mengurus anak dan suami membuat ibu mempunyai beban

19
ganda, sehingga membuat dirinya mencapai titik kelelahan yang
berat.

b. Stress
Depresi menstrual yang dahulu pernah muncul pada masa
adolens yang kemudian mengilang dengan sendirinya selama
periode reproduktif (menjadi ibu) bisa timbul kembali pada usia
klimakterium . Pada saat ini sekalipun wanita tersebut sudah
tidak haid lagi, namun rasa-rasa depresif itu selalu saja timbul
dengan interval waktu yang tetap. Perasaan-perasaan depresif itu
tiba bersamaan dengan datangnya siklus menstruasi setiap
bulannya. Tampaknya depresi tadi bentuk kekecewaan hati dari
ibu, bahwa wanita yang bersangkutan menjadi ”kurang lengkap
dan kurang sempurna” disebabkan oleh berhentinya fungsi
reproduksi dan haid.
c. Penyakit
Pola makan pada pre menopause tidak seperti saat usia 35-
40 tahun, akan terjadi kelebihan lemak yang tersimpan pada
bokong, payudara dan perut. Disamping itu kelebihan makan
didalam keadaan tubuh kekurangan hormon dan kemampuan
metabolisme dapat menimbulkan penyakit kencing manis,
hipertensi, kolesterol tinggi. Penyakit jantung koroner yang
diikuti gagal jantung.
d. Masalah hubungan pribadi
Komunikasi dengan pasangan sangat dianjurkan agar
terjadi keharmonisan dalam keluarga. Seorang wanita perlu
mendiskusikan erubahan yang sedang dialami dengan pasangan.
Dengan komunikasi diharapkan mendapatkan solusi yang tepat
dari pasangan sehingga pasangan dapat menyesuaikan diri
selama berhubungan intim.
e. Masalah psikologis

20
Menurunnya kemampuan berpikir dan ingatan sehingga
menimbulkan penyakit pikun atau Alzhaimer. Gangguan emosi
berupa rasa takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau
cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah marah, sangat
emosional dan spontan, merasa tertekan dan sedih tanpa
diketahui sebabnya. Rasa takut kehilangan suami, anak dan
ditinggalkan sendiri.
f. Efek samping terapi medikamentosa
Masa klimakterium merupakan masa yang rawan bagi
wanita. Karena sering timbul berbagai penyakit sehingga
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi sistem
metabolisme tubuh.
g. Perubahan hormon
Secara menyeluruh sistem hormonal sudah menurun
fungsinya sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh yang juga
cenderung menurun. Oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap
pola makan yang sebaiknya menjurus kearah vegetarian .
4. Rasa tidak enak akibat perubahan fisik yang terjadi selama
menopause.
Gangguan hubungan suami istri seringkali menjadi kambuh akibat
adanya perubahan-perubahan selama menopause. Gangguan
hubungan ini memerlukan penanganan dari seorang ahli seksologi.
Bila masalahnya terletak pada faktor hormonal maka pemberian
estrogen akan dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang
terjadi. Tidak ada kaitan langsung antara kadar estrogen dengan gairah
seksual. Masalah yang utama adalah akibat keringnya vagina dan rasa
nyeri saat hubungan seksual. Kadar hormon, derajat kesehatan umum
dan perubahan sosial sehubungan dengan usia serta efek mental dan
emosional bekerja sama dalam perubahan seksual selama menopause.
Menurunnya kadar testosteron diduga berperan dalam penurunan
gairah seksual. Hal ini masih belum terbukti secara ilmiah. Hormon

21
estrogen terdapat dalam bentuk pil atau injeksi serta krim. Namun
dalam penggunaannya perlu diingat adanya efek samping.
5. Peningkatan keintiman
Perubahan yang terjadi pada usia pertengahan memungkinkan
untuk melakukan eksplorasi pengalaman seksual 22 yang baru dan
berbeda. Permainan pendahuluan yang lebih lama akan dapat
meningkatakan kesiapan seksual pada wanita. Memusatkan perhatian
pada sensualitas, keintiman dan komunikasi dapat memperbaiki
hubungan seksual. Terdapat berbagai cara untuk memperlihatkan
perasaan cinta anda selain hanya sekedar sanggama, banyak cara untuk
menunjukan cinta sebelum melakukan hubungan intim :
a. Pelukan, belaian dan ciuman
b. Sentuhan, mengusap, memijat , “sensual baths”
c. Rangsangan manual
d. Oral sex
Hubungan seksual pasca menopause dapat benar-benar
memuaskan bila anda mampu untuk melakukan adaptasi perubahan
yang terjadi.

G. Bentuk-Bentuk Umum Kesulitan Seksual


Wanita lebih sering melihat kesulitan mereka dalam aspek-aspek
”kualitas pengalaman seksual” dan relevansinya dengan hubungan. Mereka
cenderung lebih nyaman penjelasan psikologis serta bentuk pertolongan
psikologis. Menurut Glasier (2005) bentuk kesulitan tersebut antara lain :
1. Hilangnya kenikmatan
Hal ini mungkin merupakan keluhan seksual tersering pada wanita.
Seorang wanita mungkin melakukan hubungan intim, tetapi gagal
merasakan kenikmatan dan kesenangan yang biasanya dia rasakan.
Apabila tidak terjadi rangsangan maka pelumasan normal vagina dan
pembengkakan vulva tidak terjadi dan hubungan intim dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman.
2. Hilangnya minat seksual

22
Banyak wanita menyadari bahwa mereka mengalami peningkatan
minat terhadap seks dan lebih mudah terangsang pada tahap – tahap
siklus menstruasi tertentu, walaupun waktunya berbeda setiap wanita.
24 Tetapi mereka merasa murung sebelum menstruasi biasanya
kehilangan minat seksual pada saat tersebut, dan mendapati bahwa
fase pasca menstruasi secara seksual merupakan saat yang terbaik bagi
mereka.
3. Keengganan seksual
Pada beberapa kasus, sekedar pikiran tentang aktivitas seksual
sudah menyebabkan ketakutan atau ansietas yang besar sehingga
terbentuk suatu pola menghindari kontak seksual. Pada kasus-kasus
seperti ini, penyebabnya sering dapat diidentifikasi dari pengalaman
traumatik sebelumnya, tetapi kadang- kadang pangkal masalahnya
tetap tidak jelas.
4. Disfungsi orgasme
Sebagian wanita secara spesifik mengalami kesulitan mencapai
orgasme, baik dengan kehadiran pasangannya atau pada semua situasi.
Walaupun obat tertentu dapat menghambat orgasme pada wanita,
namun sebagian besar kasus faktor psikologis tampaknya menjadi
penyebab.
5. Vaginismus
Vaginismus biasanya adalah kesulitan primer yang dialami wanita
saat mereka memulai kehidupan seksual, dan sering menyebabkan
hubungan seksual yang tidak sempurna. Kelainan ini jarang timbul
kemudian setelah wanita menjalani fase hubungan seksual normal,
tetutama apabila ia sudah pernah melahirkan. Apabila memang
demikian, perlu mencari penyebab nyeri atau rasa tidak nyaman lokal
yang dapat menyebabkan spasme otot.

23
CONTOH KASUS
Usianya kini 65 tahun, tetapi gairah seksualnya hampir tak beda dengan
saat umur 40 tahun. Cairan pun masih lumayan baik. Hubungan seks biasa
dilakukan seminggu 1-2 kali. Namun, ia ragu, apakah dirinya normal, mengingat
kata orang, pada orang usia lanjut biasanya gairah seks menurun. Apalagi sang
suami kewalahan melayani.
"Saya berumur 65 tahun, suami lebih muda 5 tahun. Gairah seks saya
tidak berubah banyak dibandingkan waktu saya berumur 40 tahun. Kalau
seminggu tidak berhubungan, rasanya ada yang tidak normal.
Untung suami mengerti. Suami pernah bilang kok saya masih kayak orang
muda, sedangkan kadang ereksi suami tidak baik sehingga saya kurang puas.
Kata orang, kalau suami lebih muda, nanti bisa cari perempuan lain. Nyatanya
suami bahkan kewalahan melayani permintaan saya.
Apakah saya tidak normal karena masih bergairah? Konon kalau sudah
tua, perempuan tidak punya cairan lagi di vaginanya. Saya masih punya cairan
meski tidak sebanyak waktu muda. Kadang saja terasa sedikit perih kalau
berhubungan terlalu lama.
Apakah tidak masalah kalau berhubungan seminggu 1-2 kali? Bagaimana
menjaga agar suami tetap bisa ereksi dengan baik dan tidak kewalahan melayani
saya?"E.R, Jakarta.

1. Analisis Kelompok Mengenai Kasus


Data yang kami peroleh dari kasus tersebut diantaranya :
a. seorang wanita berumur 65 thn
b. mempunyai seorang suami berumur 60 thn
c. masih mengeluarkan cairan pervaginal
d. masih mempunyai gairah seksual seperti pada usia 40thn
e. suami nya kewalahan ketika berhubungan seksual
f.suami nya sudah tidak berereksi denga baik

24
g. berhubungan seksual dalam satu minggu bisa mencapai 1-2 kali
h. kadang alat reproduksinya terasa perih jika berhubungan seksual terlalu
lama
2. Pembahasan
a. Dorongan atas kebutuhan seksualnya (libido) dipengaruhi oleh faktor
psikologis sang istri
b. wanita itu mempunyai gaya hidup yang sehat
c. suami nya kurang menerapkan gaya hidup yang sehat tidak seperti
istrinya
3. Landasan Teori
a. Point pertama : dorongan atas kebutuhan seksualnya (libido) dipengaruhi
oleh faktor psikologis sang istri
Menurut Ingrid dalam Rizkiana (2009,pp. 13-15) Seksualitas
menyangkut dimensi biologis, psikologis, social dan cultural. Dari
demensi psikologis, seksualitas berhubungan erat denngan identitas peran
jenis, perasaan terhadap seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan
fungsi sebagai makhluk seksual. Dan dari dimensi social berkaian dengan
bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembetukan mengenai
seksualitas dan pilihan perilaku seks. Sedangkan dari dimensi cultural
menunjukan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang
ada di masyarakat.
b. Point kedua dan ketiga : -wanita itu mempunyai gaya hidup yang sehat,
suami nya kurang menerapkan gaya hidup yang sehat tidak seperti
istrinya
Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And mengatakan Salah satu
faktor yang berpengaruh pada proses penuaan ialah gaya hidup. Orang
yang menerapkan gaya hidup sehat cenderung mengalami keadaan fungsi
tubuh yang lebih baik dibandingkan orang yang gaya hidupnya tidak
sehat, termasuk juga fungsi seksual.
Dengan demikian, usia lanjut atau lebih muda tidak selalu
menentukan bagi fungsi seksual. Artinya, mungkin saja orang yang
berusia lebih muda fungsi organnya lebih buruk dibandingkan yang
berusia lebih tua, bila gaya hidupnya tidak sehat.
Kalau fungsi seksual Anda yang berusia lanjut ternyata baik, itu
patut disyukuri. Pada masa kini, dengan berkembangnya iptek di bidang

25
kedokteran, usia tidak selalu mencerminkan fungsi organ tubuh, termasuk
fungsi seksual.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I,
yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak
stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang
air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi),
inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis
(menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune
deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).

Masalah – masalah kesehatan reproduksi pada lansia berupa penurunan


hasrat untuk berhubungan seksual, masalah lubrikasi vagina, lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai orgasme bahkan terjadi anorgasme,
dispareunia, dan berbagai keluhan lainnya.

B. Saran
Kami berharap agar semua mahasiswa mampu menyerap informasi dan isi
makalah ini. Baik itu sebagai referensi maupun sebagai bahan acuan untuk
mengerjakan tugas selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

27
Ali, R.M.A, et al, Sexual Dysfunction in Jordanian Diabetic Women, 2008,
American Diabetes Association

H.M Djauhari Widjayakusuma, 1992, Perubahan Fisiologi Pada Usia Lanjut dan
Berbagai Masalahnya, Majalah Kedokteran Indonesia, Jakarta

Biro Pusat Statistik, 1997. Laporan Sosial Indonesia (Lanjut Usia/Lansia), Jakarta

Dewi Prihastuti, 2001. Sebaran Penduduk Lansia di Indonesia, Saat ini dan Masa
Depan. Kajian Perspektif Demografi multiregional¸Warta Demografi
FEUI, Tahun-3 No.1, Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai