Anda di halaman 1dari 14

0

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HERNIA NUKLEUS


PULPOSUS

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ELIF KURNIA

NPM : 153112420120037

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

TAHUN 2017
1

KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Hernia Nukleus Pulposus “ Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
itu sendiri dan umumnya bagi seluruh pihak yang mau membacanya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik materi maupun teknis
penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun senantiasa
penulis harapkan demi langkah penyempurnaan makalah ini terima kasih.
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3

1. DEFINISI...........................................................................................................................3

2. ETIOLOGI.........................................................................................................................3

3. PATOFISIOLOGI..............................................................................................................3

4. FAKTOR RESIKO.............................................................................................................3

5. TANDA DAN GEJALA.....................................................................................................4

6. THERAPY..........................................................................................................................4

7. ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................5

A.PENGKAJIAN................................................................................................................5

1. IDENTITAS PASIEN..................................................................................................5

2. KELUHAN UTAMA...................................................................................................5

3. RIWAYAT KEPERAWATAN....................................................................................6

4. STATUS MENTAL......................................................................................................6

5. PEMERIKSAAN...........................................................................................................6

6. PENATALAKSANAAN...............................................................................................8

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................................9

B PERENCANAAN.......................................................................................................9

C.IMPLEMENTASI......................................................................................................13

D.EVALUASI.................................................................................................................13
3

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Hernia Nukleus Pulposus ( HNP ) adalah menonjolnya nukleus dari diskus kedalam
anulus (cincin fibrosa sekitar diskus ) dengan akibat kompresi saraf. (Smeltzer, 2001)
2. Etiologi
HNP terjadi karena proses degeneratif diskus invertebralis. Keadaan patologis dari
melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya
herniasi.banyak kasus yang bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan
yang berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan
normal yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.
3. Patofisiologi
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut
menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan
herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada
umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil
ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991,
hal.249).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1.
arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah
lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi
discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein
yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,
menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak
langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi
nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan
melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.

4. Faktor Resiko
a. Faktor resiko timbulnya HNP yang tidak dapat diubah :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Riwayat cedera punggung ( HNP ) sebelumnya.
b. Faktor resiko timbulnya HNP yang dapat diubah :
1. Pekerjaan dan aktivitas
2. Olahraga yang tidak teratur
3. Berat badan berlebihan
4. Batuk lama dan berulang
4

5.Tanda dan Gejala

1. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.

2. Nyeri tulang belakang

3. Kelemahan satu atau lebih ekstremitas

4. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.

Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami
herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh
diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa,
kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah
nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal
(membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan
berkurang jika tirah baring.

6.Therapy

1. Terapi konservatif

a. Tirah baring

Penderita hrus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap
yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap
fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan
diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung
bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya
gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih
lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang
korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-
fungsi otot.

b. Medikamentosa

1. Symtomatik

Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-


inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik
( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).

2. Kausal

Kolagenese

c. Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang


lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
5

2. Terapi operatif

Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan


hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik

3. Rehabilitasi

a. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula

b. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan
sehari-hari (the activity of daily living)

c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan


sebagainya.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda
berat)

2. Keluhan Utama

Nyeri pada punggung bawah

P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)

Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena
api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah
bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat
menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri .

R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga


letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.

S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat
nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan,
turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-oabata yang ssedang
diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.

T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng
timbul, makin lama makin nyeri.
6

3. Riwayat Keperawatan

a. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan


(mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)

b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri


punggung bawah

4. Status mental

Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak


pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan
kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-
faktor stres)

5. Pemeriksaan

a.Pemeriksaan Umum

Ø Keadaan umum

ü pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru,


perut.

ü Inspeksi

- inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan
untuk evalusi neyurogenik

- Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus,


pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang
asimetris, postur tungkai yang abnormal.

- Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.

- Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak

- Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna


kulit.

ü palpasi dan perkusi

- paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien

- Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri.

- Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke


lateral atau antero-posterior

- Palpasi dna perkusi perut, distensi perut, kandung kencing penuh dll.
7

Ø Neuorologik

ü Pemeriksaan motorik

- Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari
dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi dengan menahan gerakan.

- atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan


kanan-kiri.

- fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot


tertentu.ü Pemeriksan sensorik

Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi)
untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn
pula radiks mana yang terganggu.

ü pemeriksaan refleks

- refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai


menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.

- Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi,


tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5
refleks ini negatif.

ü Pemeriksaan range of movement (ROM)

Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat
nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.

b. Pemeriksaan penunjang

Ø foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi
ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan
kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila
diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan
HNP.

Ø Elektroneuromiografi (ENMG)

Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.

Ø Sken tomografi

Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.


8

6. Penatalaksanaan

1. Terapi konservatif

a. Tirah baring

Penderita hrus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap
yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap
fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan
diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung
bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya
gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih
lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang
korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-
fungsi otot.

b. Medikamentosa

1. Symtomatik

Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-


inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik
( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).

2. Kausal

Kolagenese

c. Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang


lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.

2. Terapi operatif

Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan


hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik

3. Rehabilitasi

a. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula

b. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan
sehari-hari (the activity of daily living)

c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan


sebagainya.
9

7. Dignosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang


nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga
masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi. (Lismidar, 1990)

1) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis

2) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,


anestesi, nyeri, hilangnya fungsi

3) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia

4) Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi,


intake cairan yang tidak adekuat

5) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan


hemiparese/hemiplegi

6) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

B. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan


intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah
untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien.
Tahapan perencanaan keperawatan klien adalah penentuan prioritas diagnosa
keperawatan,penetuan tujuan, penetapan kriteria hasil dan menentukan intervensi
keperawatan.

Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :

1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf


pada radiks intervertebralis

Tujuan :

Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi

Kriteria :

- Klien mengatakan tidak terasa nyeri.

- lokasi nyeri minimal

- keparahan nyeri berskala 0

- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)


10

INTERVENSI RASIONAL

Identifikasi klien Pengetahuan yang mendalam


dalam membantu tentang nyeri dan kefektifan
menghilangkan rasa tindakan penghilangan nyeri.
nyerinya

Berikan informasi Informasi mengurangi


tentang penyebab ansietas yang berhubungan
dan cara dengan sesuatu yang
mengatasinya diperkirakan.

Tindakan Tindakan ini memungkinkan


penghilangan rasa klien untuk mendapatkan
nyeri noninvasif rasa kontrol terhadap nyeri.
dan
nonfarmakologis
(posisi, balutan
(24-48 jam),
distraksi dan
relaksasi.

Terapi analgetik Terapi farmakologi


diperlukan untuk
memberikan peredam nyeri.

2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,


nyeri, hilangnya fungsi,.

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

T Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

T Respon klien tampak tersenyum.

INTERVENSI RASIONAL

1. Diskusikan mengenai 1. Menunjukkan


kemungkinan kemajuan kepada klien bahwa dia
dari fungsi gerak untuk dapat berkomunikasi
mempertahankan harapan dengan efektif tanpa
klien dalam memenuhi menggunakan alat
kebutuhan sehari-hari khusus, sehingga dapat
mengurangi rasa
cemasnya.
2. Berikan informasi 2. Harapan-harapan
mengenai klien yang juga yang tidak realistik tiak
pernah mengalami dapat mengurangi
gangguan seperti yang kecemasan, justru
11

dialami klien danmenjalani malah menimbulkan


operasi ketidak percayaan klien
terhadap perawat.

3. Memungkinkan
3. Berikan informasi klien untuk memilih
mengenai sumber-sumber metode komunikasi
dan alat-lat yang tersedia yang paling tepat untuk
yang dapat membantu klien kehidupannya sehari-
hari disesuaikan dnegan
tingkat
keterampilannya
sehingga dapat
mengurangi rasa cemas
dan frustasinya.

4. Dukungan dari
4. Berikan support
bebarapa orang yang
sistem (perawat, keluarga
memiliki pengalaman
atau teman dekat dan
yang sama akan sangat
pendekatan spiritual)
membantu klien.

5. Agar klien
5. Reinforcement menyadari sumber-
terhadap potensi dan sumber apa saja yang
sumber yang dimiliki ada disekitarnya yang
berhubungan dengan dapat mendukung dia
penyakit, perawatan dan untuk berkomunikasi.
tindakan

3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia

Tujuan :

Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil

- Tidak terjadi kontraktur sendi

- Bertabahnya kekuatan otot

- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

INTERVENSI RASIONAL
12

a) Ubah posisi klien tiap a) Menurunkan


2 jam resiko terjadinnya
iskemia jaringan
akibat sirkulasi
darah yang jelek
pada daerah yang
tertekan

b) Ajarkan klien untuk b) Gerakan aktif


melakukan latihan gerak memberikan massa,
aktif pada ekstrimitas yang tonus dan kekuatan
tidak sakit otot serta
memperbaiki fungsi
jantung dan
pernapasan
c) Lakukan gerak pasif
pada ekstrimitas yang sakit c) Otot volunter
akan kehilangan
d) Kolaborasi dengan ahli
tonus dan
fisioterapi untuk latihan
kekuatannya bila
fisik klien
tidak dilatih untuk
digerakkan

C.Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah., masuk akal


dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang bermanfat bagi klien,
berhubungan dengan dignosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan..
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan
13

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan


yang dilakukan pada klien dfapat berupa tindakan mandiri maupun kolaborasi.

Dalam pelaksanaan tindakan, langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji


kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan
dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang akan
dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan yang dilakukan pada pasien dan
persepsi pasien harus didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam
pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah
waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan
sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.

D. Evaluasi

Evaluasi merupan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk
mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai berdasarkan
standar/kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting dalam
proses keperawatan karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi
keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali dan dimodifikasi.Evaluasi harus
memahami objektifitas, reliabilitas dan validitas dapat dipertahankan agar
keputusan yang diambil tepat.

Evaluasi keperawatan ada dua macam yaitu evaluasi formatif ( proses ) yaitu
evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan
pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi sumatif ( hasil ) adalah evaluasi
yang dilakukan untuk mengikur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan
dan dilakukan pada akhir pemberian asuhan.

Anda mungkin juga menyukai