Bab 1-5
Bab 1-5
BAB 1
PENDAHULUAN
(WHO) adalah orang usia 60 tahun keatas yang terdiri dari (1) usia lanjut
(elderly) 60-74 tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat lanjut
( very old) di atas 90 tahun ( Raharja, 2013 dalam Pereira, 2014). Secara
global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60
tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah
hidup. Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup
(UHH) orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70
tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi lansia di
Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada tahun 2009
menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar
8,1% dari total populasi (WHO, 2015 dalam Syandra, 2016). Setiap tahunnya
peningkatan yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh usia harapan hidup
semakin tinggi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat statistik (BPS) terjadi peningkatan usia
harapan hidup (UHH). Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun
(dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat pada
tahun 2010 (dengan persentasi populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun
2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%)
(Kemenkes, 2013 dalam Pereira, 2014). Semakin tinggi UHH setiap tahunnya
terbesar ke-4 di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah
sebagai salah satu dari triple burdens yang dihadapi Indonesia, yaitu jumlah
kelahiran bayi yang masih tinggi. Masih dominan nya penduduk muda, dan
jumlah lansia.
Jumlah lansia di Kalimantan Barat pada tahun 2010 berjumlah 290,893 jiwa,
pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 325,506 jiwa (BPS, 2015).
2
posyandu lansia yang dijalankan setiap bulannya (Jabar, 2015). Tingginya
kondisi masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
yaitu lansia yang potensial dan tidak potensial. Lansia yang tidak potensial
bergantung pada orang lain, sedangkan lansia yang potensial adalah lansia
menghasilkan barang dan jasa. Lansia yang tidak potensial ini bisa
3
dapat penghambatan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang
kesehatan, dan ini juga bisa mempengaruhi kualitas hidup lansia itu sendiri.
penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum). Upaya untuk Lansia tidak
untuk mengukur kualitas hidup hidup seseorang dari 4 aspek yaitu fisik,
4
perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di komunitas dan pelayanan
tidak ada perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal bersama keluarga dan
tempat tinggal lansia yaitu di panti dan bersama keluarga (Fitriana, Ningrum,
& Sulastri). Dari hasil penelitian diatas bahwa kualitas hidup lansia berbeda-
beda dan tidak ditentukan oleh tempat tinggal. Coon dan Kaplan (Chairani,
2013) mengatakan bahwa setiap orang memiliki kualitas hidup yang berbeda
terjadi dalam dirinya, jika menghadapi dengan positif maka baik pula
kualitas hidupnya, tetapi jika hadapi dengan negatif makan akan buruk
kualitas hidupnya.
Instrumen lain untuk mengukur kualitas hidup lansia adalah Health related
penting, dalam 15-20 tahun terakhir perhatian untuk pasien telah menjadi
inklusif, fokus pada tidak hanya pada pengobatan penyakit tetapi juga pada
pemulihan dan promosi kesehatan (Baca, 1993 dalam Peterson dan Bredow,
2013).
5
Konsep dasar dalam kualitas hidup adalah biologis, gejala, fungsional
dan konsep keluarga (Wilson dan Cleary, 1995 dalam Peterson dan Bredow,
2013). Empat konsep tersebut saling berpengaruh satu sama lain untuk
hipertensi dan rematik, mereka juga jauh dari pelayanan kesehatan , dari segi
ekonomi mereka masih banyak yang tergolong rendah karena hamppir 80%
banyak yang tidak tinggal bersama anak mereka karena kebanyakan anak
Indonesi) diluar negeri dan yang sudah menikah ikut suaminya , hal tersebut
6
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.3.2.1 Tergambarnya kualitas hidup lansia dari aspek kesehatan dan fungsi.
1.4 Manfaat
menggunakan HRQOL.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
lansia.
informasi tentang pengukuran instrumen HRQOL dan dari hasil data yang
dari hasil data tersebut bisa dijadikan referensi dan dasar untuk penelitian
8
berikutnya tentang gambaran kualitas hidup lansia yang tinggal di Desa
HRQOL.
9
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 merupakan hasil dari tinjauan pustaka, bab ini berisi penjelasan tentang
lanjut usia (lansia) dan kualitas hidup. Seiring meningkatnya berbagai fasilitas dan
aspek kehidupan lansia, seperti sosial ekonomi, budaya, kesehatan fisik dan
diatasi oleh tenaga profesional bersama masyarakat, khususnya lansia itu sendiri
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia usia lanjut adalah tahap dalam
perkembangan masa tua yang akan dialami oleh setiap individu, dimana
orang yang berusia 60 tahun keatas yang terdiri dari (1) usia lanjut (elderly)
60-74 tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat lanjut ( very old)
perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih
139 menyatakan bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena
secara alamiah, yang dimulai sejak lahir dan pada umumnya dialami semua
mahluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak
lansia adalah seseorang baik itu laki-laki atau perempuan yang berusia 60
11
tahun keatas yang sudah mengalami perubahan baik fisik, psikologis
maupun sosial.
yaitu:
2.1.2.1 Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut
yang menampakkan keperkasan fisik dan kematangan jiwa antara usia 45-
54.
2.1.2.2 Usia lanjut dini/prasemu yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut
antara 55-64.
2.1.2.4 Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari
70 tahun.
Indonesia menjadi semakin tebal, dan sebaliknya kaum muda menjadi relatif
lebih sedikit. Dengan kata lain, timbul regenerasi yang bisa membawa
2.1.3.1 Tahap I
belum berbahaya.
12
2.1.3.2 Tahap II
Pada tahapan ini timbul karena masih tebalnya lapisan dan makin
golongan muda dan menghendaki tetap pada jabatannya serta tidak mau
Tahapan di Indonesia saat ini adalah tahap I, dan di sana sini mulai
antar generasi (generation conflict). Dalam keadaan ini pada lansia yang
jumlahnya paling banyak merasa makin kuat dan terus menerus menekan
dan sulit diatasi dengan segera. Ini merupakan keadaan yang berbahaya.
atau kegiatan bagi lanjut usia yang tidak bertentangan dengan kebutuhan
kaum muda.
13
2.1.4 Karakteristik lansia
2.1.4.2Status perkawinan
aktivitas sehari-hari.
14
2.1.5 Aspek keperawatan lanjut usia
perawatan menolong dan merawat Lanjut Usia yang menderita penyakit dan
gangguan tertentu.
melaksanakan kegiatan ini perlu dilatih dalam ilmu gerentologi dan geriatri.
Mereka perlu juga membiasakan diri untuk bekerja secara terpadu dengan
15
2.1.5.1 Proses keperawatan
1. Pengumpulan data.
(PES).
ukurnya.
dilaksanakan.
c. Pelaksanaan
2. Melibatkan sasaran.
16
3. Menetapkan batas waktu yang telah ditetapkan.
d. Penilaian
ditetapkan.
selanjutnya.
secara umum bagi mereka yang berusia lanjut dapat dibagi atas dua bagian
yaitu :
a. Mereka yang masih aktif, yaitu mereka yang keadaan fisiknya masih
17
2.1.5.3 Tingkat perawatan lanjut usia
lansia :
e. Lembaga hospitium.
d. Kualitas pelayanan.
e. Keterpaduan.
18
2.1.6 Perubahan-perubahan yang tejadi pada lansia
makin rontok, tulang makin rapuh dan sebagainya. Secara umum kondisi
berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan
2.1.6.2Penurunan fungsi
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
yang terjadi pada otot, perubahan pada kulit, perubahan pada pola tidur,
19
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan koordinasi, yang berakibat
tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah
20
2.1.6.6 Perubahan seksual pada lansia
a. Laki – laki
gairah seks secara bermakna, dan bahwa aktifitas seks harus dilakukan
kemampuan ereksi pada kaum pria dan orgasme pada kaum pria dan
wanita terus berlanjut hampir selama jangka waktu yang tak terbatas,
b. Perempuan
memasuki usia 45-55 tahun. Pada masa-masa ini para wanita akan
1. Fase klimakteru
yang kemudian timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini disebut
21
2. Menopause
Priyanti, 2010).
intrinsik maupun dari dalam dari dalam diri lanjut usia. Misalnya
sendi, dan sinkope atau pusing. Untuk faktor ekstrinsik misalnya lantai
yang licin dan tidak rata, tersandung benda, penglihatan yang kurang
karena cahaya yang kurang terang, dan sebagainya. Memang tidak dapat
kesigapan seseorang.
22
2.1.7.2Mudah lelah
2. Gangguan pencernaan.
c. Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang
a. Nyeri dada
Menurut Nugroho (2008) nyeri dada yang terjadi pada lansia dapat
disebabkan oleh :
2. Aneurisme aorta.
23
b. Sesak nafas pada kerja fisik
Sesak nafas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh kelemahan jantung,
anemia.
c. Palpitasi
Bila ketiga gejala yakni nyeri dada, sesak nafas, dan berdebar-debar terjadi
bersamaan dalam waktu yang sama, kemungkinan besar hal ini disebabkan
b. Gagal jantung.
e. Penyakit ginjal .
24
2.1.7.5 Nyeri atau ketidaknyamanan
a. Nyeri pinggang
2. Gangguan pankreas.
3. Kelainan ginjal.
(HNP).
c. Keluhan pusing
25
2. Penyakit sistematis yang menimbulkan hipoglikemia.
terganggu.
26
4. Radang kandung kemih.
9. Faktor psikologis.
b. Inkontinensia alvi
pada waktu dan tempat yang tepat. Penyebab dari inkontinensia yaitu :
6. Neurodiabetik.
a. Presbiopi.
27
d. Iris (mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang, dan
putih.
kulit harimau.
progresif lambat.
28
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu :
nyeri, gatal, kram betis, sakit gigi, sindrom tungkai bererak (akatasia),
tersalurkan.
2.7.1.11Mudah gatal
29
2.1.8.4 Berbagai macam neoplasma.
a. Depresi mental.
b. Gangguan pendengaran.
c. Bronkitis kronis.
f. Anemia.
g. Demensi.
h. Gangguan penglihatan.
i. Ansietas / kecemasan.
j. Dekopensasi kordis.
l. Gangguan defekasi.
Indonesia meliputi:
30
g. Penyakit yang disebabakan oleh proses keganasan.
mendukung lansia dan biasanya anak sudah dewasa yang menjadi sumber
yang bertempat tinggal jauh dari orang tua hanya dpat mengirim surat atau
dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas
hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan
buruk pula kualitas hidupnya, Kreitle & Ben (2004) dalam Nofitri (2009).
31
sering dihubungkan dengan kesejahteraan dimana kualitas hidup juga
sosial individu.
lebih baik dikemudian hari, serta status sosial yang tinggi menggambarkan
seseorang dala konteks budaya dan norma sesuai dengan tempat hidup
32
dalam bidang pelayanan kesehatan, dimana kualitas hidup tersebut mampu
dari individu yang sakit dapat berpotensi untuk menurunkan kualitas hidup
medis.
disimpulkan bahwa kualitas hidup sesuatu yang dapat dinilai dari kehidupan
seseorang yang dapat dilihat atau dikaitkan dengan kondisi fisik, spritual,
33
tentang kualitas hidup yang akan diambil adalah tentang kualitas hidup yang
dan bebas untuk melakukan kegiatan secara fisik baik itu dengan cara
Bredow, 2013).
Menurut WHO dalam Harmaini (2006) sehat bukan hanya terbebas dari
penyakit, akan tetapi juga berarti sehat secara fisik, mental, maupun sosial.
Seseorang yang sehat akan mempunyai kualitas hidup yang baik, begitu
pula kualitas hidup yang baik tentu saja akan menunjang kesehatan.
seseorang.
2.2.2.2 Psikologi/Spritual
34
kehidupan seseorang tidak dapat dinilai dari penampilannnya ( Peterson
2.2.2.3 Keluarga
agar setiap tahap dari siklus keluarga dapat berlangsung dengan baik. Pada
tahap keluarga jompo dimana suami istri sudah berusia lanjut, masalah
Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat
yang optimal (Optimum Aging). Kualitas hidup lansia yang optimal bisa
35
tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas.
kualitas hidup lansia menurun juga karena peran keluarga sangat penting.
Kualitas hidup atau HRQOL yang dijabarkan dari para ahli sebagian besar
piramida.
kesejahteraan yang dapat diukur dari kepuasan dan tidak kepuasan dari
36
setiap kehidupan individu. Domain dalam hidup yang meliputi fisik
dimana kualitas hidup seseorang dapat dilihat secara fisik, baik itu dari
diri kepada Tuhan yang Maha Esa. Setiap komponen domain diatas telah
1 Anis ika nur 2012 Kualitas Hanya Cross Hasil penelitian dapat
rohmah, Hidup memiliki 1 sectional disimpulkan bahwa faktor fisik,
Purwaningsi Lansia variabel yaitu psikologis, sosial, dan lingkungan
h, kualitas hidup sangat berepengaruh pada kualitas
Khoridatul dg indikator hidup seseorang dan faktor yang
bariyah fisik, paliing dominan adalah faktor
psikologis, psikologis.
sosial,
lingkungan.
37
memiliki kualitas hidupyang
kurang, sedangkan yang tinggal
bersama keluarga sebagian besar
(73,8%) memiliki kualitas hidup
cukup. Pada domain hubungan
sosial, lansia yang tinggal di panti
sebagian besar (80,0%) memiliki
kualitas yang kurang, sedangkan
yang tinggal bersama keluarga
sebagian besar (67,5%) memiliki
kualitas hidup yang cukup. Dan
pada domain lingkungan, lansia
yang tinggal di panti sebagian
besar (71,3%) memiliki kualitas
hidup yang kurang, sedangkan
yang tinggal bersama keluarga
sebagian besar (82,5%) memiliki
kualitas hidup yang cukup.
3 Wiwit 2017 Gambaran Memiliki 1 Survey Hasil penelitian didapatkan pada
Winarti Kualitas variabel yaitu indikator :
Hidup kualitas hidup
Lansia berdasarkan kesehatan dan fungsi kualitas
Berdasarkan indeks hidup lansia berdistribusi tinggi
Indeks HRQOL dengan frekuensi 39 lansia
HRQOL di dengan (20,9%) sedangkan yang
RW 18 idikator berkualitas rendah dengan
Sungai Jawi kesehatan dan frekuensi 148 lansia (79,1), akibat
Luar fungsi, sosial yang terjadi dengan kesehatan dan
Pontianak ekonomi, fungsi yaitu dipengaruhi oleh
Barat faktor penyakit dan
psikologis/spri mengakibatkan fungsi fisik,
tual, keluarga fungsi sel atau jaringan, dan
seksualitasnya terganggu.
38
perubahan sikap tanpa disadarinya
sehinnga menyebabakan lansia
pelupa, cerewet bahkan sering
mengeluh, begitu juga pada
spiritualnya kurangnya kasih
sayang yang diberikan oleh
keluarga, penegetahuan yang
kurang dan pola asuh yang
didapatkan juga sangat
memepengaruhi kualitasnya.
39
2.4 Kerangka teori penelitian
LANSIA
Lanjut usia adalah oranng yang berusia 60 tahun keatas yang terdiri dari (1) usia lanjut (elderly) 60-74
tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat lanjut ( very old) di atas 90 tahun.
KUALITAS HIDUP
40
Berdasarkan bagan di atas terdapat 3 model kerangka teori yaitu dimana
diberikan sarana dan prasarana yang baik agar menjadikan lansia yang
menjadi 3 kelpompok yaitu (1) usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, (2) usia
tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat lanjut ( very old) di atas 90 tahun.
hidup yang bertujuan untuk kebahagian dan ketenangan dalam hidup dan
Nursalam, 2011). Ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang,
benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Raffi,
41
1985 dalam Nursalam, 2011). Dalam riset variabel dikarakteristikkan dalam
suatu penelitian bersifat konkret dan secara langsung bisa diukur, misalnya
denyut jantung, hemoglobin, dan pernafasan tiap menit, suatu yang konkret
2011). Variabel yang digunakan pada penelitian ini hanya memiliki satu
2.5.3 Psikologi/Spiritual.
2.5.4 Keluarga.
batasan tentang variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh
42
Tabel 2.2 Definisi Operasional Kualitas hidup
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Ukur
Data berdistribusi
tidak normal COP
menggunakan
median.
43
tenang, instrumen Skor total bereantang
berusahamendekatkan kualitas 1-6. Pengkategorian
diri kepada tuhan, hidup menggunakan metode
bagaimana tujuan (QOL) statistik normatif
hidupnya, kebahagian untuk menentukan cut
yang dimiliki, kepuasan of point, yaitu :
hidup, penampilan, dan 1. Kualitas Rendah,
dirinya. 0 – 16,75
2.KualitasTinggi,
16,76 - 30
Data berdistribusi
tidak normal COP
menggunakan
median.
Data berdistribusi
tidak normal COP
menggunakan
median.
44
45
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab 3 merupakan hasil dari metodelogi penelitian. Bab ini membahas tentang
jenis dan rancangan penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, etika
tujuan agar peneliti dapat dilakukan dengan efektif dan efesien (Suyanto,
2011).
pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih
menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena ini terjadi, oleh karena itu
Metode ini digunakan karena banyaknya Lansia yang tidak bisa membaca
46
3.2 Protocol penelitian
Skema 3.1 Protocol penelitian
Cek data
Data lengkap
Menganalisis data
dan menulis laporan
47
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1 Populasi
2015). Populasi dari penelitian adalah populasi yang diambil dari semua
3.3.2 Sampel
proses penyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi ada
(Nursalam, 20110).
penelitian ini sebanyak 194 Lansia, ada 27 Lansia yang tidak berpatisipasi
karena tidak ada di tempat atau / di rumah pada saat dilakukan penelitian.
48
dilaksanakan pada waktu istirahat, bagi Lansia yang tidak bekerja
Setelah selesai seminar peneliti melakukan uji etik dan telah dinyatakan
3.5.2 Administrasi
Setelah lolos etik, peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari Institusi
3.5.3 Pelaksanaan
tanggal 2 Mei 2017 (Lampiran 3). Setelah mendapat surat izin penelitian
49
berpartisipasi untuk menjadi responden, jika dia menjawab iya, peneliti
penelitian ini peneliti dibantu oleh 2 orang, yang pertama yaitu kakak
peneliti sendiri yang berprofesi sebagai bidan, dan kedua teman peneliti
50
Kuesioner dalam penelitian ini adalah mencangkup kualitas hidup pada lansia
tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau didalamnya (Hidayat
2014).
Kuesoiner ini memiliki 33 item meliputi : kesehatan dan fungsi tediri dari 13
item yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 , 11, 16, 17, 18, 25, 26 ; sosial dan ekonomi terdiri
dari 8 item yaitu 13, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 24 ; psikologis/spiritual terdiri dari
7 item yaitu : 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33 ; dan keluarga terdiri dari 5 item yaitu
Skala Likert terdiri dari 2 klisfikasi yaitu : 1-6 skor puas, 1 = sangat tidak
puas, 2 = cukup tidak puas, 3 = sedikit tidak puas, 4 = sedikit puas, 5 = cukup
puas, 6 = sangat puas dan 1-6 skor penting 1 = sangat tidak penting, 2 =
dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui persentase dan frekuensi
pernyataan.
Untuk mengukur keseluruhan skor HRQOL yaitu dengan cara : cara pertama
yaitu dengan menghitung jumlah skor dimana pusat skala pada 0, maka setiap
skor dikurangi 3,5 dari respon kepuasaan untuk setiap item, masing-masing
ada 6 item skor puas dan skor penting. Setiap satu item jawaban dikurangi 3,5
51
dari respon kepuasan atau respon penting, jadi 1-3,5 = -2,5, 2-3,5 = -1,5, 3-
3,5 = -5, 4-3,5 = 5, 5-3,5 = 1,5, 6 – 3,5 = 2,5. Cara kedua dari bobot
setiap pasangan pada respon kepuasaan dan respon penting dari item.
=0
Jadi, jumlah skor kepuasan pada pusat skala 0. Selanjutnya yaitu langkah
ketiga untuk mendapatkan jumlah awal dari total keseluruhan skor maka
52
Tabel Skoring 3.2
Dari hasil akhir total keseluruhan QOL dimana kisaran skor yaitu -15 ke
1 = ( (-15) + (15) = 0 )
2 = ( (-9) + (15) = 6)
3 = ( ( -3) + (15) = 12)
4 = ( (+3) + (15) = 18)
5 = ( (+9) + (15) = 24)
6 = ( (+15) + (15) = 30
Jadi akhir dari total keseluruhan untuk skor QOL yaitu nilai akhir = 0
sampai 30.
53
Selanjutnya untuk menghitung subskala yaitu dengan cara yang sama pada
yaitu dihitung adalah satu persatu dari setiap item. Kualitas hidup dinilai
dan puas, dimana kualitas hidup seseorang dikatakan baik jika seseorang
merasa puas terhadap kualitas hidupnya, maka apapun tidak akan penting.
Sebaiknya jika kualitas hidup tidak baik maka seseorang tidak puas
Pontianak Barat pada tahun 2017 didapatkan hasil : Uji Reliabilitas Puas :
sebesar 0,780 dengan demikian instrumen ini Reliabel. Uji Validitas Puas
P6, P7, P9, P10, P11, P12, P13, P14, P15, P16, P19, P20, P21, P23, P26,
P27, P28, P29, P30, P31, P32, P33). Dikarenakan 33 kuesioner puas
tersebut udah baku maka pertanyaan yang tidak valid tidak dapat diganti
0,640 batas valid ≥0,3. Berdasarkan instrumen tersebut maka item yang
Reliabilitas (≥0,3) berjumlah 17 pertanyaan (P1, P2, P3, P4, P6, P7, P8,
54
P9, P10, P13, P14, P15, P17, P20, P26, P29, P30). Dikarenakan 33
kuesioner puas tersebut udah baku maka pertanyaan yang tidak valid tidak
penelitian ini hanya menggunakan inisial nama dan dan jawaban dari dari
responden tanda tangan peneliti nama, alamat, umur , agama dan suku,
55
wawancara langsung kepada responden. Pengisian kuesioner dilakukan
diminta untuk foto sebagai dokumentasi, tetapi ada responden yang tidak
yaitu kakak peneliti sendiri yang berprofesi sebagai bidan, dan kedua
dan cek satu persatu untuk melihat kelengkapan jawaban dari responden,
jika ada pertanyaan yang tidak di jawab maka peneliti boleh menjawabnya
mengolah data, kemudian peneliti melakukan uji statistik dan dilakukan uji
56
BAB 4
Gambaran umum Desa Sabaran Kecamatan Jawai Selatan yaitu terbagi menjadi 3
Dusun, Dusun Sabaran Parit terdiri dari 4 Rt, Dusun Sabaran Sungai terdiri dari 4
Rt, Dusun Sungai Dungun terdiri dari 4 Rt. Wilayah tersebut sangat jarang
Jumlah lansia di Desa Sabaran berjumlah 221, tetapi pada pelaksanaan penelitian
Kriterian lansia yang menjadi responden adalah umur 45-90 tahun dimana lansia
usia 45-60 tahun berkisar 65% dan 60-90 berkisar 35%. Lansia yang mengeluh
sakit sekitar 85%, hampir 85 % lansia mengeluh nyeri dan 60% hipertensi. Data
dan bebas untuk melakukan kegiatan secara fisik baik itu dengan cara
aspek.
57
4.1.1.1 Kesehatan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
13,75.
Dari analisis tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
kesehatan yang berkualitas rendah dengan frekuensi 126 (64,9%),
sedangkan yang berkualitas tinggi 68 (35,1%), rendahnya kualitas hidup
Lansia disebabkakan banyak Lansia yang mengeluh nyeri sendi, disertai
penyakit seperti hipertensidan rematik.
4.1.1.2 Pelayanan Kesehatan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
16,25.
Dari analisis tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
58
tersebut membuat Lansia merasa tidak puas dengan pelayanan kesehatan,
dan sekitar beberapa bulan terakhir posyandu lansia sudah tidak aktif lagi.
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
21,25.
Dari analisis tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek nyeri
hampir semua Lansia mengeluh rasa nyeri ,meskipun rasa nyeri tesebut
hilang datang.
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
16,25.
59
Dari analisis tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek tenaga
yang dimiliki yang berkualitas rendah dengan frekuensi 111 (57,2 %),
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
16,25.
Kualitas rendah 99 51
Kualitas tinggi 95 49
Dari analisis tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
17,25.
60
Tabel 4.6 Frekuensi Kemampuan Mengontrol Diri Lansia di Desa Sabaran
Kabupaten Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
Dari analisis tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
17,25.
Tabel 4.7 Frekuensi Kesempatan Yang Dimiliki Lansia Saat Ini di Desa
Sabaran Kabupaten Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
Dari analisis tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
61
karena untuk melakukan segala yang diinginkan sudah tidak bisa seperti
sebelumnya.
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
21,25.
Dari analisis tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek aktifitas
sudah meninggal dunia dan tidak menikah kembali, dan khususnya pada
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
17,25.
62
Tabel 4.9 frekuensi kemampuan dan tanggung jawab Lansia di Desa
Sabaran Kabupaten Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
Dari analisis tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
mampu.
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
16,25.
Dari analisis tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
berguna untuk orang yang berkualitas rendah dengan frekuensi 111 (57,2
63
dan sel sehingga tidak bisa membantu orang lain seperti sebelumnya
karena tenaga yang sudah tidak kuat lagi untu melakukan semua aktifitas.
4.1.1.11 Kekhawatiran
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
16,25.
Tabel 4.11 Frekuensi Kesempatan Yang Dimiliki Saat Ini Lansia di Desa
Sabaran Kabupaten Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
Dari analisis tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
berlebihan khususnya pada anak dan keluarga yang tinggal jauh dari
mereka.
4.1.1.12 Hiburan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
15,25.
Tabel 4.11 Frekuensi Kesempatan yang Dimiliki Saat Ini Lansia di Desa
Sabaran Kabupaten Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
64
Dari analisis tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
tidak penting lagi karena umur sudah tidak muda lagi, yang mereka
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
16,75.
Kualitas rendah 97 50
Kualitas tinggi 97 50
Dari analisis tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
tidak ada lagi karena umur yang sudah tidak muda lagi.
kesehatan dan fungsi Lansia yang berkualitas hidup rendah lebih banyak
dari Lansia yang memiliki kualitas hidup tinggi, dengan frekuensi 147
65
(75,8) yang memiliki kualitas hidup rendah dan frekuensi 47 (24,2) yang
4.1.2.1 Teman
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
17,25.
Dari analisis tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek teman
disebabkakan Lansia sibuk bekerja pada siang hari dan pada malam hari
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
17,25.
66
Tabel 4.15 frekuensi support teman Lansia di Desa Sabaran Kabupaten
Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
Dari analisis tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek support
teman yang berkualitas rendah dengan frekuensi 139 (71,6 %), sedangkan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
17,25.
Dari analisis tabel 4.16 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
67
4.1.2.4 Tempat Tinggal
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
15,75.
Tabel 4.17 frekuensi kesempatan yang dimiliki saat ini Lansia di Desa
Sabaran Kabupaten Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
Dari analisis tabel 4.17 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek tempat
mereka tempati saat ini, karena banyak rumah Lansia yang masih
4.1.2.5 Pekerjaan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
16,25.
Tabel 4.18 Frekuensi Kesempatan Yang Dimiliki Saat Ini Lansia di Desa
Sabaran Kabupaten Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
68
Dari analisis tabel 4.18 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
mereka yang hanya sebagai seorang petani dan swasta, dan ada yang tidak
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
21,25.
Dari analisis tabel 4.19 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek tidak
disebabkakan para Lansia merasa tidak puas jika tidak bekerja karena
hari.
4.1.2.7 Pendidikan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
11,25.
69
Tabel 4.20 Frekuensi Pendidikan Yang Dimiliki Lansia di Desa Sabaran
Kabupaten Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
Dari analisis tabel 4.20 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
wilayah tersebut sangat rendah banyak yang hanya tamatan SD, bahkan
4.1.2.8 Penghasilan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
15,75.
Dari analisis tabel 4.21 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek hiburan
70
Penjelasan dari 8 aspek diatas dapat disimpukan bahwa pada indikator
Sosial Ekonomi Lansia yang berkualitas hidup rendah lebih banyak dari
17,25.
Dari analisis tabel 4.22 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
4.1.3.2 Ibadah
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
18,75.
71
Tabel 4.23 frekuensi Ibadah Lansia di Desa Sabaran Kabupaten Sambas,
tahun 2017 n=194
Variabel F %
Dari analisis tabel 4.23 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek ibadah
waktu dan sebagian Lansia yang jarang mengikuti pengajian rutin setiap
hari Jum’at.
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
15,50.
Kualitas rendah 97 50
Kualitas tinggi 97 50
Dari analisis tabel 4.24 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek tujuan
72
sudah tercapai seperti punya rumah, menikah dan punya anak, tetapi ada
juga sebagian Lansia yang merasa belum puas dengan tujuan hidupnya
4.1.3.4 Kebahagian
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
17,25.
Dari analisis tabel 4.25 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
4.1.3.5 Kehidupan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
16,25.
73
Tabel 4.26 Frekuensi Kehidupan Lansia di Desa Sabaran Kabupaten
Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
Dari analisis tabel 4.26 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
karena di usia lanjut mereka masih banyak keinginan mereka yang belum
terpenuhi.
4.1.3.6 Penampilan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
15,25.
Dari analisis tabel 4.27 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
seperti kulit mulai keriput, gigi sudah tidak utuh lagi, rambut mulai
74
memutih dana lain-lain tetapi Lansia merasa penampilan mereka sudah
tidak begitu penting lagi karena Lansia merasa sudah tidak ada yang
memperhatikan lagi.
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
17,25.
Dari analisis tabel 4.28 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek diri
psikologi spritual Lansia yang berkualitas hidup rendah lebih banyak dari
Lansia yang memiliki kualitas hidup tinggi, dengan frekuensi 145 (74,7%)
75
4.1.4 Keluarga
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
14,25.
Dari analisis tabel 4.29 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
mengalami sakit.
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
18,75.
Kualitas tinggi 31 16
76
Dari analisis tabel 4.30 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
kesehatan anak yang berkualitas rendah dengan frekuensi 163 (84 %),
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
18,75.
Dari analisis tabel 4.31 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
4.1.4.4 Pasangan
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
21,25.
77
Tabel 4.32 Frekuensi Pasangan Lansia di Desa Sabaran Kabupaten
Sambas, tahun 2017 n=194
Variabel F %
Kualitas tinggi 0 0
Dari analisis tabel 4.32 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek
Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal (p)
17,25.
Kualitas tinggi 64 33
Dari analisis tabel 4.33 dapat disimpulkan bahwa pada pada aspek support
78
Penjelasan dari 5 aspek diatas dapat disimpukan bahwa pada indikator
keluarga Lansia yang berkualitas hidup rendah lebih banyak dari Lansia
4.2 Pembahasan
dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas
hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk
pula kualitas hidupnya, Kreitle & Ben (2004) dalam Nofitri (2009).
medis.
dan bebas untuk melakukan kegiatan secara fisik baik itu dengan cara
rekreasi atau menghilangkan stres terhadap suatu masalah, dan sehat bukan
hanya terbebas dari penyakit, akan tetapi juga berarti sehat secara fisik,
79
mental, maupun sosial. Seseorang yang sehat akan mempunyai kualitas
hidup yang baik, begitu pula kualitas hidup yang baik tentu saja akan
menunjang kesehatan.
dilakukan pada tahun 2017 di Rw 18 Sungai Jawi Luar Pontianak Barat, jadi
pada indikator kesehatan dan fungsi anatara Lansia yang tinggal di kota dan
Tinggal di Desa tidak mempunyai kualitas hidup yang tidak jauh berbeda.
80
Dari hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada bahwa
misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin
rontok, tulang makin rapuh dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik
ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan
fisik sebagai berikut : perubahan yang terjadi pada otot, perubahan pada
rendah.
semakin baik sosial ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi kualitas
81
gambaran bahwa sebagian besar Lansia di wilayah tersebut berkualitas
teman dan masyarakat sekitar, setelah pulang bekerja lansia disana lebih
Lansia masih banyak yang dari papan dan beratap daun dan ada yang belum
hanya memiliki latar belakang berpendidikan SD, ada yang sama sekali
dilakukan pada tahun 2017 di Rw 18 Sungai Jawi Luar Pontianak Barat, jadi
pada indikator kesehatan dan fungsi anatara Lansia yang tinggal di kota dan
Tinggal di Desa tidak mempunyai kualitas hidup yang tidak jauh berbeda.
82
Dari hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan teori Pada umumnya
ekonomi hal tersebut diakibatkan oleh para Lansia sudah tidak mampu
terhadap hidup, dan dari segi spiritual dilihat dari kepercayaannya terhadap
83
Lansia di wilayah tersebut di dipengaruhi oleh banyaknya Lansia yang
mulai ompong, badan menjadi bungkuk keadaan tersebut sudah tidak begitu
penting lagi karena sudah lanjut usia jarang ada yang memperhatikan,
mereka juga mengatakan bahwa tujuan hidup sekarang tidak dipikirkan lagi
memang melakukan ibadah sholat, mengaji dan lainnya tetapi merasa belum
puas dengan ibadah yang dilalukan selama ini, mereka juga banyak sudah
mempunyai sifat pelupa, dan jarang mempunyai waktu renggang pada siang
jadi pada indikator kesehatan dan fungsi anatara Lansia yang tinggal di kota
Lansia pada umumnya memiliki aspek psikologis dan spiritual dimana pada
sehingga pada aspek spiritual juga terganggu akibat kurangnya kasih sayang
84
hidupnya tidak didapatkan dan pengaruh pendidikannya yang kurang dan
4.2.4 Keluarga
mendukung lansia dan biasanya anak sudah dewasa yang menjadi sumber
negeri dan yang sudah menikah menyebkan Lansia merasa kurang kasih
mereka, banyaknya anggota keluarga seperti anak, suami, cucu dan anngota
85
Hasil penelitian berdasarkan indikator keluarga di Desa Sabaran Kabupaten
Sambas hasilnya tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada
tahun 2017 di Rw 18 Sungai Jawi Luar Pontianak Barat, jadi pada indikator
kesehatan dan fungsi anatara Lansia yang tinggal di kota dan Tinggal di
Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan
optimal (Optimum Aging). Kualitas hidup lansia yang optimal bisa diartikan
86
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
disimpulkan bahwa dari 194 lansia di Desa tersebut memiliki kualitas hidup
dipengaruhi oleh banyak lansia yang mengeluh rasa nyeri seperti nyeri
sendi, nyeri pingang dan juga dipengaruhi oleh berbagai penyakit yang
menjadi rendah.
87
dipengaruhi oleh minimnya penghasilan mereka karena hampir 90%
lansia dengan frekuensi (25, 3%). Rendahnya kualitas hidup lansia di Desa
mereka yang tidak muda lagi, selalu merasa kurang bahagia karena
keluarga dan anak Karena sebagian besar lansia tinggal tidak serumah
88
5.2 Saran
ditingkatkan dan untuk posyandu lansia yang sudah lama yang tidak pernah
Hasil penelitian ini diharapkan agar petugas kesehatan agar bekerja sama
dengan pihak Rumah Sakit dan Puskesmas dan sector lainnya agar lebih
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi dan ilmu bagi
89
penelitian lebih lanjut kepada peneliti beikutnya untuk mengembangkan
90