Anda di halaman 1dari 7

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Panas bumi menjadi energi alternatif untuk pembangkit listrik.


Pemanfaatan energi panas bumi untuk keperluan pembangkitan listrik baru
1.698,5 MW atau sekitar 10% dari cadangan (reserve) sebesar 17.506 MW dan
sumber daya (resources) sebesar 11.073 MW yang ada sehingga peluang untuk
pengembangan energi panas bumi masih sangat terbuka lebar (ESDM, 2017).
Pemanfaatan steam dari panas bumi kemudian dikonversi menjadi energi listrik
dinamakan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). PLTP dapat
beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 50º s/d 2500ºC
(Lukas, 2015). Inilah salah satu keunggulan PLTP. Keunggulan lainnya ialah
bersih dan aman, PLTP adalah yang terbersih dibandingkan dengan nuklir,
minyak bumi dan batu bara. Saat ini terdapat tiga macam teknologi untuk
mengkonversi panas bumi menjadi sumber tenaga listrik, yaitu dry steam, flash
steam, dan binary cycle (Gilbert, 2011). Ketiga macam teknologi ini pada
dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.

Untuk menunjang beroperasinya unit PLTP, PLTP didukung beberapa


sistem pendingin yang bertujuan untuk memindahkan panas dari satu media ke
media lain. Sistem pendinginan yang terdapat pada unit PLTP salah satunya
adalah cooling tower (menara pendingin). Fungsi utama dari cooling tower adalah
untuk melepaskan panas ke atmosfir. Panas ini dilepaskan melalui proses
penguapan alamiah. Berdasarkan cara aliran udara melalui menara, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut ; natural draft, fan assisted natural draft dan
mechanical draf. Lebih jauh setiap tipenya diklasifikasikan menjadi, aliran lawan
(counter flow) dan aliran silang (cross flow) (Agus, 2005). Cooling tower yang
digunakan di PLTP Star Energy Geotherma Wayang Windu berjenis mechanical
draft counter flow.

Salah satu bagian utama dari cooling tower adalah fan. Fan berfungsi
mengalirkan udara sebagai kebutuhan penukar panas. Perawatan dan monitoring
perlu dilakukan pada fan, fan akan menimbulkan getaran dan getaran itulah yang
akan dipantau menggunakan metode Fast Fourier Transform (FFT) (Irman,
2014). Perawatan dengan monitoring ini dapat dilakukan tanpa mengganggu
jalannya fan, perawatan ini disebut perawatan prediktif. Maka dari itu sangat
penting untuk dilakukan monitoring pada fan dengan mengamati getaran dengan
suatu sensor vibrasi dan interface utuk mengetahui getaran yang terjadi.
1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pembuatan aplikasi sensor accelerometer ADXL345 berbasis


LabVIEW sebagai alat untuk menganalisa frekuensi getaran pada kipas
dengan metode FFT ?

1.3. Batasan Masalah

1. Menginstalasi sensor accelerometer ADXL345 ke Arduino


2. Mengambil data akselerasi getaran pada fan dengan accelerometer
ADXL345 pada sumbu Z.
3. Melakukan pengambilan data dengan 2 kondisi fan, yaitu kondisi fan yang
masih baik dan fan yang diberi hambatan pada baling-balingnya
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar-Dasar Pemeliharaan Pembangkit

2.1.1. Definisi Pemeliharaan 


Usaha yang dilakukan secara terus menerus berupa Perawatan, Perbaikan


dan Modifikasi untuk menjaga suatu peralatan dapat beroperasi dengan andal,
efisien dan mencapai umur yang diharapkan.

2.1.2. Tujuan Pemeliharaan


Agar pembangkit dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi serta


mutu listrik yang baik, efisien dan daya yang optimum. Sehingga tercapai umur
teknis yang diharapkan dan biaya pemeliharaan yang optimum.
 


2.1.3. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen Pemeliharaan adalah proses kegiatan pemeliharaan yang


meliputi rangkaian tahapan kerja yang teratur, mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, penelitian dan pengembangan.

 Tujuan Manajemen Pemeliharaan adalah sbb :



 Meningkatkan keandalan dan kinerja pembangkitan

 Mendayagunakan Aset dan Sumber Daya Pembangkitan dengan perilaku
biaya paling efektif dan efisien

 Menerapkan metoda kerja terbaik yang tersedia untuk mencapai
pemeliharaan dengan standar tinggi.

 Mendayagunakan sistem monitoring (real-time) yang efektif untuk
pengontrolan dan penilaian kerja pemeliharaan.

 Meningkatkan pelaksanaan pemeliharaan prediktif dan preventif untuk
menurunkan tingkat kerusakan peralatan dan biaya-biaya terkait

 Menciptakan lingkungan kerja yang melibatkan pegawai dari segi
kekuatannya, loyalitasnya, produktifitasnya, dan pengembangan yang
berkelanjutan.
2.1.4. Jenis Pemeliharaan

2.1.4.1. Pemeliharaan Preventif (Rutin)

Pemeliharaan Preventif adalah kegiatan pemeliharaan terhadap komponen


atau peralatan yang reguler (rutin) dan terencana.

Preventif Maintenance terdiri dari:

 Inspeksi yang terjadual



 Pembersihan

 Pelumasan

 Penggantian atau perbaikan komponen yang dilakukan secara rutin

Pemeliharaan pada dasarnya berpedoman jam operasi (time base


maintenance).

Kelebihan:


 Meningkatkan umur pakai (life cycle) dari komponen.



 Mengurangi kegagalan peralatan / proses

 Lebih hemat sekitar 12% - 18% bila dibandingkan program
pemeliharaan reaktif

Kekurangan:


 Kegagalan Catastrophic masih sering terjadi



 Melibatkan banyak tenaga kerja

 Pekerjaan pemeliharaan yang tidak perlu dilakukan

 Potensi kerusakan karena melakukan pekerjaan yang tidak perlu.

2.1.4.2. Pemeliharaan Prediktif

Pemeliharaan Prediktif adalah sebuah proses yang membutuhkan


teknologi dan kecakapan (skill) SDM, yang memadukan dan
menggunakan semua data diagnosa dan kinerja, sejarah kerusakan, data
operasi, dan data desain yang tersedia, untuk membuat keputusan tentang
kegiatan pemeliharaan terhadap sebuah peralatan kritikal.


Kelebihan:


 Meningkatkan umur operasional komponen (availability)


 Memungkinkan menghilangkan tindakan-tindakan yang bersifat
korektif Mengurangi downtime peralatan atau proses

 Kualitas produk yang lebih baik.
Meningkatkan kualitas pekerja
dan keselamatan lingkungan
 Meningkatkan moral pekerja

 Menghemat energi

 Lebih hemat 8% - 12% terhadap pemeliharaan preventif

Kekurangan:


 Menaikkan investasi untuk peralatan diagnostik



 Menaikkan investasi untuk pelatihan staff

 Potensi penghematan tidak bisa segera dilihat oleh manajemen

2.1.4.3. Pemeliharaan Proaktif (RCM)

Adalah proses penghilangan kondisi yang menyebabkan terjadinya


kerusakan, melalui identifikasi akar penyebab (Root Cause Failure
Analysis) yang memicu siklus kerusakan. RCM pada intinya adalah suatu
proses untuk menentukan apa saja yang harus dilakukan untuk menjamin
agar asset terus menerus bekerja memenuhi fungsi yang diharapkan
dalam konteks operasinya saat ini.

Kelebihan:


 Bisa jadi merupakan program pemeliharaan yang paling efisien



 Mengurangi biaya karena adanya pengurangan kegiatan
pemeliharaan atau overhaul yang tidak diperlukan.

 Meminimalisir frekuensi overhaul

 Mengurangi kemungkinan kegagalan peralatan yang tiba-tiba.

 Memungkinkan untuk fokus kegiatan pemeliharaan pada
komponen-komponen kritis.
 Meningkatkan reliability komponen
Root Cause Analysis
dilakukan secara korporat

Kekurangan:


 Dapat memberikan biaya startup, training, maupun peralatan yang


signifikan
 Saving tidak bisa segera dilihat oleh manajemen.
2.1.4.4. Pemeliharaan Korektif (Run To Failure)

Adalah membiarkan sebuah peralatan hingga rusak berdasarkan


pertimbangan yang matang (kritikalitas, redundancy, biaya penggantian
yang rendah, tidak memberikan efek ke proteksi, keselamatan,
dll).
Dengan metode ini, tidak ada tindakan pencegahan sebelum
kerusakan terjadi. Hal ini berarti setiap kerusakan memang sudah
diketahui dan dikelola. Tidak ada kerusakan yang tidak diketahui
sebelumnya, dan setiap tindakan korektif memang telah direncanakan
dengan matang, hanya menunggu kapan kerusakan terjadi.

Cara Sederhana Menetapkan Tipe Pemeliharaan:


 Kalau peralatan kondisinya bisa dimonitor dan ada tools yang


tersedia untuk monitor, maka lakukan pemeliharaan prediktif.

 Kalau peralatan tidak bisa dimonitor kondisinya atau tidak
tersedia tool untuk monitoring kondisi, maka lakukan
pemeliharaan preventif

 Kalau pemeliharaan preventif sulit dilakukan, atau effortnya
terlalu besar dibandingkan harga peralatan dan dampak yang
ditimbulkan bila rusak, maka biarkan dia rusak.

Kalau terjadi kegagalan berulang atau terjadi kegagalan yang tidak semestinya,
maka lakukan root cause failure analysis.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2017.

Lukas Joko Dwiatryanto, 2015. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dan Kendala
Pembangunannya.

Gilbert Hutauruk, 2011. Pembangkit Listrik Panas Bumi (1), SBTI-Direktorat Umum &
SDM.

Agus Sentana, 2005 Sistem Operasi dan Analisis Menara Pendingin (Cooling Tower)
Pltp Kamojang, INFOMATEK Volume 7 Nomor 2.

Irman Supriadi Adistya, 2014. Pengembangan Sistem Monitoring Vibrasi pada Kipas
Pendingin Menggunakan Accelerometer ADXL345 dengan Metode FFT Berbasis
LabView, Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai