Karena kerja-kerja advokasi juga bergerak dalam kancah yang sangat dinamis, sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal yang terus berubah, maka cara
pendekatan yang bersifat kontekstual, yang nampaknya lebih sesuai dalam penyusunan
strategi dan taktiknya. Modul-4 ini menguraikan secara rinci tahap demi tahap, sejak kerja-
kerja legislasi (membangun konsep dan argumentasi), mempengaruhi penentu kebijakan,
membangun opini publik, sampai membangun basis advokasi bersama masyarakat dan
melancarkan tekanan. Seluruh tindakan di atas merupakan upaya menuju perubahan
kebijakan sekaligus tatanan yang lebih adil menyangkut pelayanan dan perlindungan yang
menjamin hak-hak kesehatan masyarakat.
Memang, advokasi merupakan persoalan menang kalah, Sehingga lobi, kampanye,
pendidikan rakyat, maupun pengerahan masa semata-mata ditujukan untuk memenangkan
advokasi. Masing-masing memiliki tugas dan peran berbeda, namun seluruhnya ditujukan
untuk keberhasilan pada tujuan yang telah ditetapkan.
Sekali lagi, advokasi bukan urusan salah benar, meskipun yang diperjuangkan dalam
advokasi adalah masalah yang seratus persen benar, bahkan dapat dibuktikan secara empirik.
Namun, jika advokasi kita dikalahkan oleh kekuasan maupun oleh pihak yang menantangnya,
maka kebijakan yang merugikan selama ini tetap tidak akan berubah. Dengan demikian, bisa
jadi kebijakan akan memihak pada kepentingan yang menang dibandingkan kepada
kebenaran. Maka advokasi kita harus memihak pada kebenaran sekaligus memenangkan
pertarungan.
Langkah 1
A. Mengajukan Rancangan dan Kebijakan
Pada jalur pertama dari pelaksanaan kerja-kerja advokasi (proses-proses legislasi dan
litigasi), ada banyak bentuk atau jenis kegiatan yang dapat ditempuh, mulai dari
pengajuan rancangan kebijakan dan peraturan sampai beracara di mahkamah peradilan.
Di sini, kita hanya akan memusatkan perhatian kita terutama pada cara-cara pengajuan
rancangan kebijakan dan peraturan (legal drafting) atau rancangan-tanding terhadap suatu
peraturan atau kebijakan yang sudah ada (counter drafting).
Untuk itu, kita harus mengetahui, paling tidak secara garis-besar, proses-proses
legislasi atau pembuatan undang-undang dan peraturan, khususnya peraturan daerah
(PERDA) di tingkat Kabupaten sebagai satuan wilayah yang menjadi sasaran utama
advokasi masalah kesehatan yang kita gagas di sini. Secara garis-besar, proses-proses
legislasi di tingkat Kabupaten adalah sebagai berikut:
Langkah 2
B. Melakukan Lobi dan Negosiasi
Pada jalur yang kedua dari pelaksanaan kerja-kerja advokasi (proses-proses politik
dan birokrasi), pada prinsipnya, sama saja dengan pada jalur pertama tadi (proses-proses
legislasi dan litigasi). Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan di jalur ini juga, pada
dasarnya, banyak persamaannya, yakni melakukan serangkaian lobi dan negosiasi.
Namun, kali ini lebih ditujukan pada para pelaksana kebijakan, yakni aparat pemerintah
daerah, dan lebih ditujukan pada aspek pelaksanaan dari suatu kebijakan atau peraturan
yang sudah diputuskan dan disahkan di DPRD. Dalam hal ini, kita akan memusatkan
perhatian pada salah satu implikasi terpenting dari pelaksanaan kebijakan atau peraturan
yang telah diputuskan oleh DPRD tersebut, yakni dalam perencanaan program dan
penganggaran sektor kesehatan oleh pemerintah daerah di tingkat Kabupaten.
Untuk itu, kita harus mengetahui, paling tidak secara garis-besar, proses-proses
perencanaan program dan penganggarannya di tingkat Kabupaten, sebagai berikut:
Langkah 4
D. Melancarkan Tekanan Melalui Aksi Massa
Masih pada jalur yang ketiga dari pelaksanaan kerja-kerja advokasi (yakni proses-
proses sosialisasi dan mobilisasi), bentuk lain kegiatannya adalah mengorganisir
kelompok- kelompok masyarakat basis pendukung isu yang diadvokasikan. Tentu saja,
kelompok-kelompok masyarakat basis ini sebaiknya memang mereka yang paling
berkepentingan langsung dengan isu yang diadvokasikan tersebut, misalnya, para korban
ketidakadilan dari kebijakan-kebijakan yang ada selama ini, termasuk kebijakan di sektor
kesehatan.
Dalam hal ini, banyak cara untuk melakukannya. Mulai dari yang paling sederhana,
tetapi sangat artifisial, yakni dengan mengajak mereka bergerak bersama melakukan
sesuatu karena ‘dorongan dari luar’ (misalnya, insentif uang, atau janji-janji tertentu, atau
perintah kekuasaan, dan semacamnya). Tetapi, yang paling mendasar adalah jika mereka
akhirnya bergerak sepenuhnya karena ‘dorongan dari dalam’ diri mereka sendiri
(pemahaman mendalam dan kesadaran baru akan persoalan yang mereka hadapi, suara
hati nurani mereka menyatakan ketidaksetujuan pada ketidakadilan yang terjadi, dan
semacamnya).
Jelas sekali, ada perbedaan tegas antara kedua cara tersebut. Cara yang pertama lebih
mudah dan lebih cepat, sementara yang kedua lama sulit dan lebih lama. Tetapi, jika
Anda benar- benar bermaksud menggerakkan aksi masyarakat menuntut perubahan
kebijakan publik yang sesungguhnya, maka tak ada pilihan lain kecuali menempuh cara
yang kedua. Dan, kuncinya adalah pada proses-proses pendidikan kerakyatan dan
pengorganisasian yang panjang dan rumit. Masalahnya memang jika kebutuhan
melakukan advokasi segera harus dilaksanakan, padahal Anda sendiri belum pernah
melakukan proses-proses pendidikan kerakyatan dan pengorganisasian tersebut. Maka,
dalam hal ini, hanya ada satu jalan yang dapat Anda tempuh: galang kerjasama dengan
kelompok-kelompok masyarakat basis yang memang sudah terorganisir rapih dan pejal
selama ini. Untuk itu, Anda harus mematuhi beberapa prinsip dasar dan langkah-langkah
yang tepat dan penuh waspada, jika Anda memang tidak ingin justru menjadi sasaran-
balik kecurigaan, atau bahkan kemarahan mereka.
Langkah-Langkah Pokok Menggalang Kerjasama Dengan Kelompok- Kelompok
Masyarakat Terorganisir Untuk Melakukan Aksi Massa
1. Kumpulkan dulu sebanyak mungkin data dan informasi untuk mengidentifikasi secara
tepat kelompok-kelompok masyarakat yang memang telah terorganisir rapih dan pejal
selama ini atas ‘dorongan- dorongan dari dalam’ diri mereka sendiri.
2. Pelajari dengan cermat apakah kelompok masyarakat yang terorganisir itu memang
memiliki kepentingan langsung dengan isu yang Anda advokasikan.
3. Petakan dengan teliti kekuatan-kekuatan dan pola-pola hubungan sosial dalam
kelompok masyarakat tersebut, sehingga Anda benar- benar mengetahui siapa saja
sebenarnya di antara mereka yang merupakan ‘pemimpin sejati’ (bukan pemimpin
formal yang tampak dipermukaan saja). Juga siapa saja di antara mereka yang sangat
potensial sebagai ‘penggerak’ mereka.
4. Mulailah mendekati mereka melalui orang-orang kunci tersebut. Anda harus berusaha
sedemikian rupa merebut kepercayaan mereka atas diri dan maksud-maksud Anda.
Tunjukkan dengan bukti-bukti nyata bahwa kepentingan Anda sendiri memang tidak
bertentangan dengan kepentingan mereka.
5. Mulai dengan perkenalan diri dan maksud Anda dengan hal-hal yang paling menarik
perhatian mereka, baru secara perlahan dan bertahap masuk ke dalam inti persoalan
atau isu yang Anda advokasikan.
6. Jika semuanya berjalan cukup lancar, barulah bahas dan sepakati dengan mereka apa
yang mestinya dilakukan bersama terhadap isu yang Anda advokasikan, termasuk
kemungkinan cara-cara pengerahan aksi massa. Dalam hal ini, Anda sebaiknya tetap
menempatkan diri sebagai fasilitator, kawan diskusi, bukan pemimpin atau guru.
Kemungkinan peran terbaik adalah menyediakan sebanyak mungkin informasi yang
sangat mereka butuhkan, atau akses ke pusat-pusat informasi dan jaringan kerja yang
dapat membantu mereka.
7. Selanjutnya, biarkanlah mereka sendiri yang memutuskan semua: apa yang akan dan
harus mereka lakukan, termasuk melakukan aksi massa jika mereka memang
menghendakinya. Peran terbaik Anda, sekali lagi, hanyalah sebagai penyedia bahan
informasi yang berguna bagi mereka sebagai bahan-dasar atau bahan-banding dalam
membuat keputusan mereka sendiri.