Anda di halaman 1dari 11

Stratigrafi adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan Pencantuman Satuan Stratigrafi Gunungapi

dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam (BAB 111), merupakan wujud keprihatinan terhadap tidak
dalam ruang dan waktu. Dalam artian sempit: ilmu adanya wadah penamaan yang dapat dipakai untuk
pemerian lapisan-lapisan batuan. gunungapi di Indonesia. Di negara maju, sistem penamaan
Analisa profil merupakan suatu cara yang digunakan dalam pemetaan gunung api sudah mampu memberikan
untuk menentukan lingkungan pengendapan dan untuk sumbangan terhadap peramalan kegiatan dan bahayanya.
mendapatkan gambaran-gambaran paleografi dari Adapun suatu keinginan yang akan dibuat unit-
lingkungan pengendapan tersebut. Metode yang unit stratigrafi lainnya dalam SSI-1996 yaitu, antara lain:
digunakan merupakan metode stratigrafi asli yaitu dengan 1. Tektonostratigrafi,
mengenali urutan vertikal dari suatu sekuen. 2. Stratigrafi Kuarter,
Analisa sekuen sangat penting dalam mengenali suatu 3. Dan lain-lain tapa sayangnya draft dari para pengusul
lingkungan pengendapan. Suatu lingkungan tertentu akan atas satuan tersebut tidak terselesaikan dalam batas
mempunyai mekanisme pengendapan tertentu pula. Oleh waktunya.
karena itu urutan-urutan secara vertikal (dalam kondisi Mendukung dibuatnya Lexicon Stratigrafi di
normal) akan mempunyai karakteristik tersendiri, dengan Indonesia bagi masing-masing satuan stratigrafi. Dengan
demikian suatu profil akan diketahui perkembangan catatan bahwa Lexicon ini lebih bersifat literatur resmi,
pengendapan yang terjadi dan sekaligus dapat diketahui tetapi masih terbuka bagi perubahan sesuai dengan
perkembangan cekungan. perkembangan ilmu dan akumulasi data yang ada. Panitia
Sandi stratigrafi Sandi Stratigrafi Indonesia perlu dilestarikan dan
(Soejono Martodjojo) diluaskan sehingga mencakup organisasi lain yang
bersangkutan dengan stratigrafi di Indonesia.
SANDI STRATIGRAFI INDONESIA 1996: Selama ini Satuan Stratigrafi Gunungapi hanya diterapkan
Suatu Catatan Perkembangan Sandi Stratigrafi Indonesia pada gunungapi Kuarter dan aktif dan penelitian tidak
(Djuhaeni) begitu cepat memberikan nilai ekonomi tinggi, maka
Sandi stratigrafi Indonesia(SSI-1996), merupakan hasil sangat sedikit ahli geologi yang tertarik untuk
penambahan tiga satuan stratigrafi baru ke dalam Sandi mempelajari ilmu gunungapi.
Stratigrafi Indonesia 1973. Dimana tiga satuan stratigrafi 2. Kendala Pendidikan Dasar Geologi
baru itu adalah: Pendidikan dasar geologi belum sepenuhnya mengacu
1. Satuan Litodemik, pada kondisi geologi Indonesia yang berhubungan dengan
Dimana Satuan Litodemik, untuk pembagian unit batuan cekungan sedimentasi busur magma dan gunungapi,
beku dan metamorf. Satuan Litodemik dibedakan dengan menyebabkan pemahaman ilmu gunungapi sangat minim.
Satuan Litostratigrafi karena mempunyai kaidah yang Akibatnya Ilmu stratigrafi gunungapi terasa menjadi
berbeda dengan Hukum Superposisi, terutama hubungan semakin sulit untuk dipelajari.
kontak dan pelamparannya. 3. Kendala Kesampaian Medan
2. Satuan Stratigrafi Gunungapi, dan Kesampaian medan gunungapi yang sangat sulit, terjal
Dimana Satuan Stratigrafi Gunungapi, masih perlu menyebabkan keengganan para ahli geologi untuk
dikembangkan, dan disesuaikan dengan perkembangan melakukan penelitian di daerah gunungapi.
penerapannya di Indonesia. 4. Kendala Atmosfer Penelitian
Ada 4 kendala penerapan satuan stratigrafi gunungapi dalam Belum terciptanya atmosfer penelitian di Indonesia secara
lingkup ilmu geologi di Indonesia : optimal, apalagi yang menyangkut ilmu dasar dan dalam
1. Kendala Lingkup Penerapan jangka pendek tidak langsung berorientasi ke ekonomi.
3. Sikuenstratigrafi ketidakselarasan kearah susunan lapisan batuan yang
Sikuenstratigrafi adalah studi stratigrafi yang selaras (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).
berhubungan dengan kerangka waktu pengendapan dalam Maximum flooding surface teridentifikasi oleh
kaitannya perubahan siklus muka laut (global/regional). adanya maximum landward onlap dari lapiasan marine
Satuan Sikuenstratigrafi perlu disempumakan, misalnya pada batas basin dan mencerminkan kenaikan maksimum
untuk keperluan korelasi di ladang Migas; order secara relatif dari sea level.
parasikuen perlu dikembangkan lebih lanjut., sesuai Diagram Sikuen Stratigrafi (Tanpa Terganggu Oleh
perkembangan konsep dan penerapannya di Indonesia. Adanya Struktur Sekunder)
Bidang ketidakselarasan atau bidang erosi batas Diagram Sikuen Stratigrafi pada Daerah yang
satuan sikuen stratigrafi disebabkan oleh proses Terpengaruh oleh adanya Sesar
penurunan relatif muka air laut, yang disebabkan oleh Adapun perbandingan antara SSI 1973 dengan SSI 1996
banyak hal diantaranya gerak muka muka laut global, antara lain:
sedimentasi maupun tektonik (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1. SSI 1973 : memuat Litostratigrafi, Biostratigrafi,
1996). Kronostratigrafi.
Tabel 1 2. SSI 1996 : Litostratigrafi, Biostratigrafi,
Pembagian Orde SikuenStratigrafi Kronostratigrafi, Litodemik, Gunung api, Sikuen
Bidang ketidakselarasan merupakan bidang erosi, Stratigrafi.
pada umumnya terjadi di atas muka laut (sub-aerial),
ditandai oleh rumpang waktu geologi. Bidang keselarasan
padanan adalah bidang kelanjutan dari bidang
Dimana perkembangan Penelitian Stratigrafi di Indonesia dalam skala 1 : 25.000" saja, sehingga timbul problem
memiliki 3 (tiga) Era, antara lain: "terlalu banyak nama-nama satuan litostratigrafi". Di sisi
1. Era Pra-SSI.. Satuan stratigrafi lebih didasarkan kepada lain justru menimbulkan pertanyaan: "sejauh mana
kerangka waktu, dan penamaannya diikuti oleh kata validitas pelamparan suatu formasi itu", sebagai contoh
“series" atau "beds", sebagai contoh Halang Series, Formasi Talangakar dikenal dari Sumatra Selatan sampai
Cidadap Beds. Jawa Barat bagian Utara (NW Java Basin).
2. Era SSI-1973. Ada perubahan nama, contoh "Halang 3. Munculnya penamaan satuan stratigrafi (Unit
Series/Beds" menjadi Formasi Halang. Allostratigrafi) yang mengacu kepada "Sandi Stratigrafi
3. Era SSI-1996. Perkembangan satuan stratigrafi sangat Asing" yang pernah muncul dalam Procceding PIT-IAGI
mencolok, munculnya Satuan “Sikuenstratigrafi” dan sangat tidak diharapkan untuk dikembangkan.
Satuan “Tektonostratigrafi”. Falsafah Dasar Analisa Profil
Adanya kemajuan penelitian geologi dan 1. Konsep daur irama
perkembangan tatanama satuan stratigrafi menimbulkan Konsep ini menyatakan bahwa sedimentasi sering
dampak kerancuan penyebutan nama satuan stratigrafi dan
merupakan daur atau perulangan dari urutan-urutan
pelamparannya :
yang sama. Contohnya luncuran turbidit, perpindahan
1. Formasi Kujung menjadi "Kujung Time" (Kujung 1,
dari jari-jari delta secara lateral. Berbagai daur atau
Kujung 11, dan Kujung 111), tetapi tidakmjelas pemerian
irama yang diketahui adalah :
waktunya. Akan membingungkan lagi apabila yang akan
1. Banding atau interklas : ab ab ab
datang, ada penyebutan Sikuen Kujung.
2. Cyclicatau simetri : abcdcba abcdcba
2. Distribusi/pelamparan Satuan Stratigrafi perlu 3. Asimetri : abc abc
dijelaskan lebih lanjut, tidak terbatas "dapat dipetakan 2. Hukum Walter
Menyatakan bahwa sedimentasi, urut-urutan fasies 2. Mengamati jenis alas perlapisan (sharp, kontak,
erosional, gradual kontak).
vertikal mencerminkan urutan lateral. Ini disebabkan
3. Menggunakan ukuran butir untuk membuat
karena lingkungan-lingkungan pengendapan yang pola/paket sedimen serta tebal tipisnya lapisan yang
berkembang.
dalam suatu waktu (interval waktu) berada
4. Menentukan masing-masing unit genetik ( CU, FU,
berdampingan oleh proses progradasi dan terutama Tc, Tn) untuk menentukan paket sedimen.
5. Mengenal jenis struktur yang berkembang pada suatu
transgresi dan regresi yang dapat bertumpuk, dimana
siklus sedimen
satu lingkungan pengendapan berada di atas yang 6. Mengenal jenis biota atau fosil yang dapat teramati
langsung di lapangan.
lain.
7. Mendeskripsi litologi untuk mengetahui komponen
3. Hukum Hjulstrom batuan dengan menggunakan klasifikasi penamaan
batuan yang sesuai.
Prinsip ini memungkinkan lapisan-lapisan halus yang
8. Untuk mengetahui genesa batuan sedimen terlebih
telah terendapkan tidak dapat tererosi oleh mungkin dahulu menganalisa sifat campuran sedimen.
9. Penggunaan dalam lingkungan pengendapan untuk
cepatnya arus, sehingga urutan-urutan yang
biostratigrafi, sekuen stratigrafidan sebagainya.
menghalus dan mengkasar ke atas dapat terjadi. 10. Dalam melakukan analisa di usahakan menyertakan
gambar dan simbol yang mudah dimengerti.
Analisa profil dari suatu stratigrafi batuan dapat
Data Well Log :
dilakukan dengan menggunakan data outcroup,
a. membedakan pola kurva/tipe log untuk menentukan
cattind dan data well log.
litologi (GR atau SP)
Data Outcroup
b. membedakan bentuk karakter log halus dan log kasar
1. Mengenal urutan vertikal dari tua ke muda (
c. menggunakan pola log untuk menentukan unit genetik
sebaliknya).
atau paket siklus sedimen.
d. Mengenali pola umum yang berkembang pada setiap Untuk penentuan lingkungan pengendapan terdapat 5
lingkungan pengendapan. bentuk log sebagai berikut :
e. Sebelum membuat korelasi sedapat mungkin setiap 1) Bentuk Cylindrical
profil log mempergunakan tanda yang dapat Lingkungan eolian, greded fluvial, carbonate shelf,
memeberikan informasi mengenai unit atau paket reef, dan submarine.
sedimen 2) Bentuk Funnel shape
f. Menggunakan model untuk mengetahui perkembangan Lingkungan dustriutari mouth bar, klastik stand plain,
cekungan, apakah transgresi atau regresi. barrier island, shallow marine sheet, sanstone,
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu) carbonate shoaling upward dan submarine fun lobe.
dari suatu set data yang menunjukkan parameter yang 3) Bentuk bell shaped
diukur secara berkesinambungan didalam suatu Lingkungan fluvial point bar some transresive shelf
sumur. Dipandang dari segi waktu, lo0g dapat dibagi sand
menjadi 3 macam yaitu log-log lapangan, log 4) bentuk Symetrical
transmisi dan log hasil proses. lingkungan sandy offshore bar some transgresive
Untuk analisa suatu profil dapat menggunakan kurva shelf sand CU and FU units
log, dimana terbagi atas dua yaitu: 5) Bentuk irreguler
1. log untuk penentuan lingkungan pengendapan Lingkungan fluvial floodplain, carbonate slope,
2. Log untuk menentukan litologi yang ada pada urutan klastikslope canyo fill.
batuan
 Leeve ; merupakan bagian tepi sungai denan tebing
Ada beberapa model-model facies berbagai yang relatif lebih terjal, mengalami erosi yang
lingkungan pengendapan, yaitu : diendapkan pada point bar.
Lingkungan Pengendapan Sungai Terayam
a. Facies Fluviatil Sungai teranyam lebih banyak dijumpai pada
Sungai Bermeander daerah-daerah arid dan semiarid, dimana fluktasi
Sungai ini mempunyai aliran yang berkelok- aliran merupakan faktor yang sangat penting. Secara
kelok dan pada kedua tepinya yang berlawanan umum, sungai teranyam terdiri atas facies—facies :
menunjukkan proses yang berbeda-beda. Pada salah · Channnel floor ; lag deposit yang kasar, ditutupi oleh
satu tepi terjadi proses erosi dan pada tepi yang lain trough cross bedding yang kurang jelas.
terjadi sedimentasi ecara akresi. · Sekuen bar channel ; trough cross bedding yang nyata
Secara morfologi, sungai bermeander terdiri dan susunan planar cross bedding yang besar dengan
dari bagian-bagian, yaitu : orientasi arus purba yang divergen.
 Point bar ; pada bagian ini terjadi pengendapan · Sekuen bar top ; susunan-susunan planar tabular cross
secara akresi dari hasil erosi pada tepi yang bedding yang lebih kecil dan lapisan tipis dari akresi
berlawanan. vertikal yang berupa batulanau dengan struktur
 Channel ; selalu tergenang oleh lairan sungai, dimana laminasi berselang-seling dengan batulempung, serta
pada bagian dasarnya terdiri lag deposit berupa batupasir cross sertifikasi sudut rendah.
material-material gravelan. b. Kipas Lembab (Humid Fun)
Merupakan kipas alluvial yang berkembang yang lebih besar dari tubuh air laut, contaihnya Laut
dalam iklim lembab. Terjadi pada lingkungan Kaspia lebih besar dari pada Teluk Persia.
pengendapan yang disebabkan oleh perbedaan relief Dalam kenyataanya banyak danau yang
yang tinggi dan mempunyai kesamaan dengan kipas berukuran besar dan memounyai kedalaman hingga
di daerah iklim kering, hanya saja suplai air terus ratusan meter. Danau yang besar banyak menyerupai
menerus. Faciesnya dapat dibagi atas 3 macam, yaitu lautan dipandang dari proses fisik maupun
: sedimentasi. Adanya sedimentasi pelagis umumnya
1. Facies kipas proximal ; didominasi oleh gravel, dipengaruhi oleh gelombang dan khas dengan
perlapisan tidak jelas dan imbrikasi tersebar secara
partikel sedimen berbutir halus seperti batulempung
luas.
2. Facies mid-fan ; dicirikan oleh unit antara lapisan dan batulanau.
gravel dan cross stratification serta pebly sandstone.
d. Facies Gumuk Pasir
Struktur scouring sangat jelas pada bagian dasar
masing-masing bagian. Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas
3. Facies distal ; mempunyai lebih banyak variasi dan
berupa gundukan yang dihasilkan oleh arah angin
karakteristik, miaslnya trough cross stratification
sandstone. yang bekerja pada suatu daerah dan mempunyai
bentuk teratur. Gumuk pasir ini dapat terbentuk di
c. Facies Lacustrine
daerah yang endapannya lepas seperti pasir pada
Pada umumnya danau-danau mempunyai tubuh
daerah gurun atau daerah pantai.
yang kecil jika dibandingkan dengan tubuh air laut.
Syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk
Namun tidak menutup kemungkinan adanya danau
terbentuknya gumuk pasir adalah akumulasi pasir
cukup banyak biasanya berasal dari sedimentasi 5. Tidak ada ganggunan tektonik.
Facies Estuarium
sungai yang bermuara di situ, di samping faktor-
Yaitu muara yang beRbentuk corong, diamna
faktor lain yang juga berperan.
proses pembentukkannya dipengaruhi oleh erosi
Struktur khas pada gumuk pasir adalah cross bedding
lateral dan aktivitas pasang surut air laut. Tipe
dan ripple mark. Dari struktur yang terbentuk karena
morfologi estuarium ada 4 macam ; lembah sungai
pergeseran antara angin dengan butiran pasir, maka
tenggelam, fiord, eustuarium yang dibangun oleh bar
dapat dipakai untuk menentukan arah angin.
dan eustuarium produk dari tektonik. Secara
Lingkungan Pengendapan Transisi :
tekstrural sekuennya fining upward. Sedangkan
Facies Delta
struktur sedimen seperti cross stratificatoin, lapisan
Delta merupakan akumulasi sedimen terutama
flaser, lapisan bergelombang, lapisan lentikuler
pada muara sungai maupun danau. Secara umum
bersama dengan bioturbasi.
akan mempunyai asosiasi antara endapan darat
Facies Lagoon
seperti perlapisan pada facies fluvial dan perlapisan
Lagoon merupakan daerah dimana pada saat air
pada laut terbuka.
pasang tergenang air laut dan pada saat air surut ada
Syarat terbentuknya delta, antara lain :
air tertinggal pada daerah ini yang bisa bercampur
1. Jumlah material yang dibawa sungai sebagai hasil
erosi cukup banyak. dengan air hujan atau air sungai.
2. Bahan sedimentasi tidak terganggu oleh air laut.
Ciri-ciri lagoon adalah sebagai berikut :
3. Arus sungai pada bagian muara mempunyai
kecepatan minimum. 1. Struktur bioturbasi dan barrow dominan horizontal.
4. Laut pada muara cukup tenang.
2. Batuan dengan ukuran butir lanau – lempung atau Daerah permukaan pantai secara umum dapat
batupasir halus.
dipisahkan menjadi sub-sub lingkungan pengendapan
3. Adanya endapan batubara.
4. Kaya akan sisa-sisa tumbuhan. yang sejajar dengan garis pantai, yaitu :
5. Lanau me mperlihatkan struktur flaser.
1. Eolian Sand Dunes ; merupakan daerah permukaan
6. Batulempung atau batulanau berwarna gelap.
pantai di atas tinggi gelombang rata-rata (supra tidal)
Kemungkinan banyak mengandung material organik.
membentuk punggungan-punggungan (gumuk pasir)
Facies Barrier
dengan struktur cross bedding sudut curam serta
Barrier merupakan penghalang yang letaknya dengan arah yang berubah-ubah. Endapan ini
mempunyai pemilahan yang baik, dan dapat dijumpai
di depan pantai dan berhubungan dengan air laut.
akar-akar tanaman.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : 2. Back Shore ; juga merupakan daerah intertidal dari
permukaan pantai dan umumnya menunjukkan swash
1. Batupasir ukuran butir halus – sangat halus.
flow dan swash zone. Pada umumnya pada daerah ini
2. Struktur paralel laminasi.
didapatkan punggungan-punggungan asimetri yang
3. Sering dijumpai cross bedding.
dipisahkan oleh tunel-tunel dengan lebar 100-200
4. Bioturbasi dominan vertikal.
meter.
5. Lingkungan Laut Dangkal
3. Shore Face ; merupakan bagian permukaan pantai
Dalam hal ini lebih ditekankan pada lingkungan
yang lebih dalam lagi, yatu dari permukaan rata-rata
pantai non deltaik, yaitu hingga kedalaman 200 m. air surut sampai dengan dasar gelombang kondisi
tenang, jadi merupakan subtidal. Selanjutnya semakin
Berdasarkan kisaran pasang surut (tidal range) pantai
jauh lagi merupakan off shore.
terdiri dari 3 macam : 4. Kipas Bawah Laut (Sub Marine Fun) :
5. Lower Fun ; dicirikan adanya penebalan ke atas
 Pantai microtidal ; kisaran pasang surut <>
(tickening upward), terdiri dari asoisasi facies-facies
 Pantai mesotidal ; kisaran pasang surut 2 – 4 m.
classical turbidites.
 Pantai macrotidal ; kisaran pasang surut > 4 m.
6. Smooth Portion of Supran Lobes ; penebalan ke atas,
asosiasi classical turbidutes, dalam sekuen progradasi
bagian atas sudah terdapat massive sand stone.
7. Channeled Portion of Duprafan Lobes ; penipisan ke
atas (thinning upward), asosiasinya adalah
konglameratan pada bagian bawah dan massive
sandstone. Konglamerat umumnya berlapis bersusun
(graded bedding).
8. Upper fan ; merupakan sekuen-sekuen dari facies
konglamerat, debris flow dan slump. Sekuen menipis
ke atas (thinning upward) umumnya tidak berlapis
baik.

Anda mungkin juga menyukai