Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biostratigrafi adalah cabang stratigrafi yang didasarkan pada pengetahuan


tentang fosil atau biota yang ada dalam batuan yang perannya untuk menentukan
kapan suatu batuan terbentuk berdasarkan pada hasil korelasinya. Ilmu ini
memanfaatkan kisaran kronostratigrafi dari berbagai spesies fosil untuk
mengkorelasikan penampang-penampang stratigrafi dan menafsirkan lingkungan
pengendapan. Sebelum ada data seismik, metoda biostratigrafi merupakan satu-
satunya cara yang dimiliki para ahli geologi untuk meng-korelasikan bagian-bagian
penampang yang umurnya "sama" (dalam batas resolusi biostratigrafi). Walau
demikian, kebanyakan fosil yang digunakan para ahli paleontologi sebelum
pertengahan abad ini bukan organisma yang hidup di dalam kolom air laut (plankton),
melainkan organisma dasar laut (bentos). Dengan demikian, korelasi-korelasi yang
dibuat waktu itu sebenarnya lebih menunjukkan kesamaan kondisi lingkungan dan
fasies pengendapan, bukan kesamaan waktu. Karena itu, tidak mengherankan jika
banyak satuan litostratigrafi lama mengandung kumpulan fosil bentonik yang sifatnya
khas. Hal inilah yang kemudian menyebabkan timbulnya praktek pengkorelasian
satuan-satuan litostratigrafi.
Dewasa ini, praktek korelasi dalam analisis cekungan lebih banyak dilakukan
berdasarkan seismik stratigrafi, bukan bio-stratigrafi. Walau demikian, bersama-sama
dengan metoda penanggalan lain seperti isotope stratigraphy dan magnetostratigrafi,
biostratigrafi memegang peranan penting dalam memberikan kontrol umur terhadap
korelasi seismik stratigrafi. Selain itu, tanpa bantuan biostratigrafi, seismik stratigrafi
hanya akan memiliki penerapan yang sangat terbatas dalam menganalisis daerah
dengan struktur yang rumit.

Biostratigrafi Page 1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian secara detail dari biostratigrafi?
2. Apa saja prinsip atau hukum yang membahas tentang biostratigrafi?
3. Apa saja zona satuan dari biostratigrafi?
4. Bagaiaman korelasi biostratigrafi berdasarkan zonanya?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Untuk mengetahui bagaiamana defenisi dari biostratigrafi.
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip atau hukum yang membahas tentang
biostratigrafi.
3. Untuk mengetahui lebih jauh tentang zona satuan dari biostratigrafi.
4. Untuk mengetahui bagaiaman korelasi biostratigrafi berdasarkan zonanya.

Biostratigrafi Page 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Biostratigrafi

Biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan


fosil yang terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu
menunjukkan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode
waktu yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Fosil berguna
karena sedimen yang berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakan
variasi lokal lingkungan sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat tersusun
atas lempung dan napal sementara yang lainnya lebih bersifat batu gamping kapuran,
tetapi apabila kandungan spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut
kemungkinan telah diendapkan pada waktu yang sama.
Ilmu biostratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke-19, perintisnya
adalah William Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan tanah muncul pada
urutan yang sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan tanah
yang terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena
banyak lapisan tanah merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-
beda maka bisa dibuat perbandingan pada sebuah daerah yang luas. Setelah beberapa
waktu, ada sebuah sistem umum periode-periode geologi yang umum dipakai meski
belum ada penamaan waktunya.
Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litobiostratigrafi), kandungan
fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronobiostratigrafi). Jadi
biostratigrafi adalah ilmu yang mempelajari gambaran lapisan batuan pada kulit
bumi. Secara luas biostratigrafi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang
membahas tentang urut-urutan, hubungan dan kejadian batuan di alam (sejarahnya)
dalam ruang dan waktu geologi.

Biostratigrafi Page 3
B. Prinsip Biostratigrafi

Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku dalam pembahasan mengenai


biostratigrafi, yaitu:
1) Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669).
a. prinsip superposisi (superposition of strata):
Dalam suatu urutan pelapisan batuan, maka lapisan paling bawah relatif
lebih tua umurnya daripada lapisan yang berada diatasnya selama belum
mengalami deformasi. Konsep ini berlaku untuk pelapisan berurutan.
b. prinsip kesinambungan lateral (lateral continuity):
Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral
dan hanya membagi pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu
terbentuk.
c. prinsip akumulasi vertikal (original horisontaly):
Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar
(horizontal), sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal
(principle of vertikal accumulation)
2) Hukum yang ditemukan oleh James Hutton (1785).
Hukum atau prinsip ini lebih dikenal dengan azas uniformitarisme, yaitu
proses-proses yang terjadi pada masa lampau mengikuti hukum yang berlaku
pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata lain “masa kini
merupakan kunci dari masa lampau” (the present is the key to the past).
Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang
ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.
3) Hukum Intrusi / Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR Potter
dan Robinson.
Suatu intrusi (penerobosan) adalah lebih muda daripada batuan yang
diterobosnya.
4) Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succession) oleh De Soulovie.

Biostratigrafi Page 4
Dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok lapisan dapat mengandung
kumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan di atas maupun di
bawahnya.
5) Prinsip William Smith (1816).
Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali
kumpulan fosil yang didiagnostik, jika kriteria litologinya tidak menentu.
6) Prinsip kepunahan organik oleh George Cuvier (1769-1832).
Dalam suatu urutan biostratigrafi, lapisan batuan yang lebih muda
mengandung fosil yang mirip dengan makhluk yang hidup sekarang
dibandingkan dengan lapisan batuan yang umurnya lebih tua.

C. Zona Satuan Biostratigrafi

Satuan biostratigrafi adalah tubuh lapisan batuan yang dikenali berdasarkan


kandungan fosil atau ciri-ciri paleontologi sebagi sendi pembeda tubuh batuan di
sekitarnya. Kelanjutan satuan biostratigrafi ditentukan oleh penyebaran gejala
paleontologi yang mencirikannya (Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Satuan
biostratigrafi merupakan satuan stratigrafi objektif yang dapat diamati dan ditentukan
keberadaannya berdasarkan fosil yang terkandung di dalamnya. Karena itu, satuan
biostratigrafi dapat ditelusuri dan di-match-kan dari satu tempat ke tempat lain
dengan cara yang lebih kurang sama dengan cara penelusuran satuan litostratigrafi.
Satuan biostratigrafi ada yang bisa maupun tidak bisa memiliki kebenaran waktu.
Sebagai contoh, jika ditelusuri ke arah lateral, zona kumpulan (assemblage zone) dan
zona puncak (abundance zone) dapat memotong garis-garis waktu. Di lain pihak,
zona selang (interval zone), yang terutama ditentukan keberadaannya berdasarkan
pemunculan pertama suatu taksa, memiliki batas-batas yang pada umumnya berimpit
dengan garis waktu.
Satuan dasar biostratigrafi adalah zona. Zona adalah suatu lapisan atau tubuh
lapisan batuan yang dicirikan oleh suatu takson atau lebih. Kegunaan dari zona antara

Biostratigrafi Page 5
lain sebagai penunjuk umur, penunjuk lingkungan pengendapan, korelasi tubuh
lapisan batuan, dan untuk mengetahui kedudukan kronostratigrafi tubuh lapisan
batuan. Urutan tingkatan satuan biostratigrafi resmi dari besar sampai kecil adalah
superzona, zona, subzona dan zonula.
Terdapat empat zona satuan biostratigrafi yang telah ditentukan dalam Sandi
Stratigrafi Indonesia (1996), yaitu:
1) Zona selang ( Interval zone ).
Zona selang ialah selang stratigrafi antara dua horizon biostratigrafi (horizon
biostratigrafi yaitu awal atau akhir pemunculan takson – takson penciri).
Kegunaannya secara umum untuk korelasi tubuh – tubuh lapisan batuan.
Batas atas dan bawah suatu zona selang ditentukan oleh horizon pemunculan
awal atau akhir suatu takson penciri.
2) Zona Puncak ( Acme zone ).
Zona puncak adalah tubuh lapisan batuan yang menunjukkan perkembangan
maksimum suatu takson tertentu (pada umumnya perkembangan maksimum
adalah junlah maksimum populasi atau takson dan bukan seluruh kisarannya).
Kegunaan dalam hal-hal tertentu adalah untuk menunjukkan kedudukan
kronostratigrafi tubuh lapisan batuan, juga sebagai penunjuk lingkungan
pengendapan. Batas vertikal dan horizontal zona ini bersifat subjektif.
3) Zona Kumpulan ( Asesmblage zone ).
Zona kumpulan adalah kumpulan sejumlah lapisan yang dicirikan oleh
kumpulan alamiah fosil yang khas atau kumpulan suatu jenis fosil. Kegunaan
zona ini adalah sebagai penunjuk lingkungan pengendapan purba. Batas dan
kelanjutan zona kumpulan ditentukan oleh batas terdapatnya kebersamaan
(kemasyarakatan) umur – umur utama dalam kesinambungan yang wajar.
4) Zona kisaran ( Range zone ).
Zona kisaran adalah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran stratigrafi
unsur terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada (zona kisaran dapat berupa
kisaran umur suatu takson, kumpulan takson, takson-takson yang

Biostratigrafi Page 6
bermasyarakat, atau ciri paleontologi yang lain yang menunjukkan kisaran).
Kegunaan zona kisaran terutama untuk korelasi tubuh batuan dan sebagai
dasar penempatan batuan-batuan dalam skala waktu geologi. Batas dan
kelanjutan zona kisaran ditentukan oleh penyebaran vertikal maupun
horizontal takson yang mencirikannya.

D. Korelasi Biostratigrafi

Satuan biostratigrafi dapat dikorelasikan, tanpa tergantung pada kebenaran


waktu-nya, dengan menggunakan prinsip-prinsip yang sangat mirip dengan prinsip-
prinsip korelasi litostratigrafi, misalnya berdasarkan ke-match-an menurut kandungan
fosil dan posisi stratigrafinya. Beberapa korelasi biostratigrafi adalah sebagai berikut:

1. Korelasi Berdasarkan Zona Kumpulan

Zona kumpulan didasarkan pada pengelompokkan tiga atau lebih takson tanpa
memperhitungkan limit-limit kisarannya. Keberadaan zona tersebut ditentukan oleh
urut-urutan flora dan fauna yang berbeda dan zona tersebut berurutan satu di atas
yang lain dalam suatu penampang stratigrafi tanpa diselingi oleh rumpang. Zona
kumpulan memiliki kebenaran khusus sebagai indikator lingkungan. Zona tersebut,
apabila dilihat secara regional, mungkin sangat bervariasi. Karena itu, zona kumpulan
cenderung hanya dapat digunakan untuk tujuan korelasi lokal. Walau demikian,
sebagian zona kumpulan yang didasarkan pada kumpulan organisma planktonik
bahari dapat digunakan untuk korelasi pada wilayah yang lebih luas.
Shaw (1964) menyatakan bahwa batas-batas zona kumpulan pada dasarnya
sangat rumit karena di bawah atau di atas limit tersebut akan terdapat zona transisi
yang merupakan sebuah tempat dimana sebagian dari karakter zona kumpulan yang
terletak dibawahnya telah hilang dan/atau sebagian dari karakter zona kumpulan yang
terletak diatasnya masih belum muncul. Karena itu, ada limit praktis yang membatasi

Biostratigrafi Page 7
tingkat keakuratan zona kumpulan. Sebagian masalah korelasi yang didasarkan pada
zona kumpulan muncul dari fakta bahwa jumlah taksa fosil yang harus diteliti oleh
seorang ahli biostratigrafi demikian banyaknya sehingga sukar bagi dia untuk
mengasimilasikan data yang sangat banyak itu dan untuk menentukan batas-batas
zona yang berarti.
Untuk mengatasi masalah tersebut, para peneliti di masa lalu cenderung
mengurangi jumlah taksa yang akan dipelajari atau mereka mencoba membuat
sampel gabungan. Cara pemecahan masalah lain yang baru-baru ini diajukan oleh
para ahli adalah dengan menerapkan teknik-teknik analisis statistika multivariat untuk
mengenal dan menentukan zona kumpulan. Teknik-teknik itu memberikan dasar
rasional kepada seorang ahli biostratigrafi untuk menentukan zona kumpulan
berdasarkan sejumlah besar taksa. Detil-detil dari berbagai teknik statistika
multivariat itu dijelaskan oleh Hazel (1977), Brower (1981), serta Gradstein dkk
(1985).

2. Korelasi Berdasarkan Zona Puncak

Seperti yang telah diketahui, zona puncak (abundance zone; acme zone)
ditentukan keberadaannya berdasarkan jumlah maksimum relatif dari satu atau lebih
spesies, genus, atau taxon lain; bukan berdasarkan kisaran taxon. Zona itu
merepresentasikan saat atau saat-saat ketika suatu taxon tertentu berada pada puncak
perkembangannya. Sejumlah ahli biostratigrafi pada mulanya menggunakan zona
puncak untuk tujuan korelasi kronostratigrafi dengan asumsi bahwa dalam sejarah
suatu taxon terdapat saat-saat taxon itu mencapai kelimpahan maksimum dan bahwa
kelimpahan maksimum itu berlangsung pada waktu yang bersamaan di semua
belahan bumi.
Walau demikian, para ahli biostratigrafi dewasa ini berkeyakinan bahwa
sebagian besar zona puncak tidak dapat diyakini kehandalannya dan tidak dapat
digunakan sebagai penciri kronostratigrafi yang memuaskan. Pendapat ini didasarkan

Biostratigrafi Page 8
pada fakta bahwa tidak semua spesies mencapai kelimpahan maksimum atau, jika
mencapai kelimpahan maksimum, hal itu belum tentu terekam dalam batuan. Selain
itu, kelimpahan maksimum yang terekam dalam rekaman stratigrafi mungkin
berkaitan dengan kondisi ekologi yang kondusif dan kondisi seperti itu dapat muncul
pada waktu yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain dan keberadaan
kondisi seperti itu dapat lebih panjang di suatu tempat daripada di tempat lain. Jadi,
kelimpahan maksimum mungkin bersifat lokal dan sporadis. Pendeknya, zona puncak
dapat digunakan untuk korelasi biostratigrafi, namun zona itu tidak dapat berperan
sebagai sarana korelasi kronostratigrafi yang dapat diandalkan. Meskipun kadang-
kadang digunakan untuk tujuan korelasi pada suatu mandala tertentu, para ahli
biostratigrafi biasanya lebih menyukai korelasi yang didasarkan pada zona kumpulan
atau zona selang.

3. Korelasi Berdasarkan Zona Selang

Zona selang adalah biozona yang membagi-bagi strata yang jatuh diantara
saat-saat dimana suatu taxon muncul untuk pertama kalinya dan saat-saat suatu taxon
hilang untuk pertama kalinya. Hingga dewasa ini dikenal adanya beberapa tipe zona
selang, termasuk zona yang dibentuk oleh kisaran taksa yang saling tumpang-tindih.
Melukiskan beberapa cara pemunculan pertama dan pemunculan terakhir suatu taxon
dapat digunakan untuk menentukan zona selang. Tipe-tipe zona selang yang dikenal
adalah:
 Zona selang antara pemunculan pertama dan pemunculan terakhir suatu taxon
tunggal. Zona selang seperti ini dikenal dengan sebutan zona kisaran taxon
(taxon range zone).
 Zona selang antara pemunculan pertama dua taksa yang berbeda atau
pemunculan terakhir dari kedua taksa tersebut.
 Zona selang antara pemunculan pertama suatu taxon dan pemunculan terakhir
taxon yang lain.

Biostratigrafi Page 9
 Zona selang yang ditentukan oleh zona-zona kisaran yang saling bertumpang
tindih. Zona selang seperti ini dikenal dengan sebutan concurrent range zone.

4. Korelasi Berdasarkan Zona Kisaran Takson

Zona kisaran takson mungkin berguna untuk kronokorelasi jika taksa yang
dipakai sebagai dasar penentuannya memiliki kisaran stratigrafi yang pendek.
Namun, zona ini tidak terlalu bermanfaat jika taksa yang dipilih sebagai dasar
penentuannya memiliki kisaran yang panjang (misalnya beberapa jaman). Korelasi
berdasarkan zona kisaran taxon seringkali dirujuk sebagai “korelasi berdasarkan fosil
penunjuk”. Fosil penunjuk (index fossil) adalah taxon yang memiliki kisaran
stratigrafi yang pendek, memiliki penyebaran geografis yang luas, cukup melimpah
untuk dapat ditemukan dengan relatif mudah dalam rekaman stratigrafi, dan mudah
dikenal. Sayang sekali, istilah fosil penunjuk juga digunakan dengan mendasarkan
pada konsep lain dan mengandung konotasi lain. Karena itu, akan lebih jelas apabila
kita menyatakan bahwa suatu korelasi didasarkan pada keseluruhan kisaran suatu
taxon daripada menyatakannya sebagai korelasi yang didasarkan pada zona kisaran.

Biostratigrafi Page 10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini berdasarkan pada
pembahasan di atas adalah sebagai berikut.
1. Biostratigrafi adalah cabang dari ilmu stratigrafi yang didasarkan pada
pengetahuan tentang fosil yang ada dalam batuan yang diterapkan untuk
menngetahui kapan suatu bataun terbentuk.
2. Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku dalam pembahasan mengenai
biostratigrafi, yaitu prinsip superposisi, prinsip kesinambungan, prinsip
akumulasi vertical, prinsip uniformitarianism, prinsip inklusi, prinsip urutan
fauna, prinsip oleh William Smith, dan prinsip kepunahan organik.
3. Terdapat empat zona satuan biostratigrafi yang telah ditentukan dalam Sandi
Stratigrafi Indonesia (1996), yaitu zona selang, zona puncak, zona kumpulan
dan zona kisaran.
4. Korelasi biostratigrafi terbagi atas empat macam berdasarkan pada zonanya,
yakni korelasi berdasarkan zona selang, korelasi berdasarkan zona puncak,
korelasi berdasarkan zona kumpulan, serta korelasi berdasarkan pada zona
kisaran.

B. Saran

Biostratigrafi ini membahas tentang kandungan fosil atau biota dalam suatu
batuan yang akan menentukan kapan batuan tersebut terbentuk, olehnya itu dalam
mempelajarinya dibutuhkan rasa kesungguh-sungguhan, dan untuk mengetahui lebih
jauh mengenai biostratigrafi maka perbanyaklah membaca literatur atau referensi
tentang biostartigrafi.

Biostratigrafi Page 11

Anda mungkin juga menyukai