Anda di halaman 1dari 10

7.a.

Troli emergensi adalah troli yang berisi peralatan dan perlengkapan untuk melakukan resusitasi
kardiopulmoner dan untuk menangani kegawatdaruratan lainnya

Fungsi Troli emergensi digunakan apabila terjadi perburukan keadaan klinis pasien secara
mendadak dan tidak diperkirakan sebelumnya yang dapat segera menyebabkan kematian atau
menimbulkan kesehatan jangka panjang sehingga diperlukan intervensi segera atau tindakan
resusitasi.

Jumlah total trolly emergency di RSPAD ada 69 unit dan diI Depo ICU ada 2 unit

b. COR-PULMONALE CHRONICUM (CPC)

Kor pulmonal kronis adalah hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulnomal yang
disebabkan oleh penyakit paru kronis. Pada perkembangannya akan berlanjut menjadi gagal jantung
kanan.

c. CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya berada di dalam
atrium kanan atau di muara vena cava. CVP disebut juga kateterisasi vena sentralis (KVS)

Nilai CVP

Nilai rendah : < 4 cmH2O

Nilai normal : 4 – 10 cmH2O

Nilai sedang : 10 – 15 cmH2O

Nilai tinggi : > 15 cmH2O

d. Ekstubasi adalah tindakan pencabutan pipa endoktrakea. Ekstubasi dilakukan pada saat yang tepat
bagi pasien untuk menghindari terjadinya reintubasi dan komplikasi lain.

Intubasi adalah memasukkan pipa jalan nafas buatan kedalam trachea melalui mulut.

E. CRRT adalah sebuah proses ekstrakorporeal ketika darah dipindahkan dari kateter lumen arteri
dengan pompa peristaltik darah dan didorong melalui sebuah membran semipermeabel sebelum
dipompakan kembali ke pasien melalui kateter lumen vena

F. KATETER DOUBLE LUMEN

Kateter double lumen adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan plastic PVC mempunyai 2 cabang,
selang merah (arteri) untuk keluarnya darah dari tubuh ke mesin dan selang biru (vena) untuk masuknya
darah dari mesin ke tubuh

G.Pemasangan ventilator
8. alur pelayanan resep di icu Administrasi

Pasien follow up resep flowsheet

Flowsheet petugas farmasi

Entry resep Dokter

Arsipkan Verifikasi resep petugas farmasi

Masalah atau ketidak jelasan resep yes petugas farmasi konfirmasi dokter/perawat

Obat tersedia No Anfrah ke gudang ada atau tidak Nn Diracikan/dipesankan

Yes Yes

Compounding prepared Petugas farmasi

Dispensing

Petugas Farmasi Dokter/perawat pasien

ICU ( Intensive Care Unit) di RSPAD Jakarta

NAMA : MARTUA AGUSTINUS

ASAL : UNIVERSITAS PADJAJARAN

TUGAS : DEPO ICU (INTENSIVE CARE UNIT)

1. Klasifikasi Ruang ICU

• Ruang ICU Primer (I)


Merupakan ICU yang dapat memberikan pelayanan revitalisasi jantung, pengelolaan jalan pernapasan.
Dilengkapi dengan perawat, ruangan observasi, monitor, resusitas yang tidak lebih dari 24 jam.

• Ruang ICU sekunder (II)

Terdapat pada rumah sakit umum yang lebih besar dimana dapat dilakukan ventilator lebih lama, ada
dokter residen yang selalu ditempat, alat diagnosa yang lebih lengkap, laboratorium patologi dan
fisioterapi

• Ruang ICU Sekunder (III)

Biasanya Rumah sakit tipe A yang mempunyai semua aspek yang dibutuhkan ICU agar dapat memenuhi
peran sebagai Rumah sakit rujukan tertinggi

2. Beberapa ruangan ICU di RSPAD

• NICU (Neonate Intensive Care Unit)

Merupakan unit pelayanan intensive untuk bayi baru lahir, atau yang disebut neonatal yang
memerlukan perawatan khusus misalnya berat badan rendah, fungsi pernapasan kurang sempurna,
prematur, mengalami kesulitan dalam persalinan, serta menunjukkan tanda-tanda mengkhawatirkan
dalam beerapa hari pertama kehidupan.

• PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

Merupakan unit perawatan intensif untuk anak-anak

• HCU ( High Care Unit)

Merupakan ruangan perawatan untuk pasien yang dianggap sudah menunjukkan perbaikan tetapi masih
dalam pengawasan ketat.

• IW ( Intermediate Word)

Merupakan ruangan perawatan intensif setelah HCU sebelum bisa dipindahkan ke kamar perawatan
biasa.

• ICCU ( Intensive Coronary Care Unit)

Merupakan unit perawatan intensif untuk penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner,
serangan jantung, gangguan irama jantung yang berat dan gagal jantung.

3. Flowsheet
Merupakan lembar alur dan checklist yang berisi hasil observasi pasien dan tindakan, berupa
grafik/checklist. Flowsheet merupakan catatan perkembangan terintegrasi pasien dalam 1x24 jam.
Terdapat 1 flowsheet untuk 1 pasien dan disimpan dalam rekam medis pada pasien. Isi flowsheet
adalah:

a. Data pasien : Nama, tanggal lahir, No. Rekam medik, pangkat, kesatuan, alamat, tanggal masuk RS,
riwayat alergi, golongan darah,berat badan, dan tinggi badan.

b. Data laboratorium

c. Tanda vital

Jenis Pemeriksaan Nilai rujukan

HEMATOLOGI

Hematologi rutin 13-18 g/dL

Hemoglobin 40 - 52%

Hematokrit 4,3 - 6,0 juta/ µL

Eritrosit 4.800 - 10.800 µL

Leukosit 150.000 - 400.000 µL

Trombosit 150.000 - 400.000 µL

MCV 80-96 fL

MCH 27-32 pg

MCHC 32-36 g/dL

KOAGULASI

WAKTU PROTOMBIN (PT)

• Kontrol 10,2 12,2 detik

• Pasien 10,2 12,2 detik

APTT

• Kontrol 29 – 40,2 detik


• Pasien

KIMIA KLINIK

SPGOT (AST) < 35 U/L

SGPT (ALT) < 40 U/L

Albumin 3,5 – 5 g/dL

Ureum 20 – 50 mg/dL

Kreatinin 0,5 – 1,5 mg/dL

Kalsium (Ca) 8,6 – 10,3 mg/dL

Magnesium (Mg) 1,8 – 3 mEq/L

Glukosa Darah (Sewaktu) <140 mg/dL

Natrium (Na) 135-147 mmol/L

Kalium (K) 3,5 – 5 mmol/L

Klorida (Cl) 95 – 105 mmol/L

d. Cairan masuk dan cairan keluar

e. Hemodinamik, SSP, OBS, dan respirasi

f. GCS, tingkat kesadaran, skala nyeri, besar pupil, gambaran EKG.

g. Alat apa yang terpasang di pasien

h. Ada diagnosa pasien dan assesment pasien

i. Nama dokter dan perawat

4) Kriteria pasien masuk ICU

• Pasien prioritas 1

Merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi seperti perlu
bantuan alat bantu suportif organ/sistem lain. Contoh : Pasien pasca bedah kardiotorasik, pasien ini
tidak punya batas.
• Pasien prioritas 2

Merupakan pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat beresiko jika
tidak mendapat intensif segera. Contoh : Pasien dengan penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut
dan berat yang telah mengalami pembedahan mayor.

• Pasien prioritas 3

Merupakan pasien yang sakit kritis, tidak stabil status kesehatan sebelumnya yang kemungkinan untuk
sembuh kecil. Contoh : Pasien dengan keganasan metastatik disertai dengan penyakit kulit infeksi.

Kriteria pasien keluar ICU

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala ICU dan tim yang
merawat pasien.

5) Skala nyeri

0 : Tidak nyeri

1 : Seperti gatal

2 : Seperti melilit/ terpukul

3 : Seperti perih

4 : Seperti keram

5 : Seperti tertekan / gesek

6 : Seperti terbakar

7-9 :Sangat nyeri tetapi terkontrol

10 : Sangat nyeri tidak terkontrol

6. Contoh cara hitung dobutamin

Misal : 1 ampul = 5cc/250mg. BB pasien : 60 kg . Akan dilarutkan dalam NaCl ad 50ml. Dosis dobutamin
30mikrogram. Maka perhitungan

=Dosis.BB.V cairan pelarut.60menit / sediaan. 1000

=30.60.50.60/250.1000
= 21,6cc/jam

Tetes makro 1 cc = 20 tetes

Maka = 21,6 . 20 tetes / 60 menit = 43,3 tetes/jam = 7,2 tetes/menit

Tetes mikro 1 cc = 60 tetes

Maka = 21,6 . 60 tetes / 60 menit = 1.296 tetes/jam= 21,6 tetes/menit

Contoh hitung cepat KCl, koreksi cepat KCl

Rumus : 0,3x BB x (4,5 – nilai kalium saat pemeriksaan)

Misal : Tn. A memiliki BB 65kg dengan ilai kalium darah 2,5 mmol/L, maka koreksi kaliumnya adalah =
0,3 x 65 x ( 4,5 – 2,5 ) = 39 mEQ

7. Tugas Apoteker di ruang ICU

Mengelola persediaan obat dan alkes mulai dari pengadaan, penyimpanan, pelaporan dan menjalankan
kegiatan farmasi klinis seperti visite bersama dokter, melakukan pencatatan dan evaluasi terapi obat
pasien dan monitoring mulai dari indikasi sampai efek samping, regimen dosis yang diberikan untuk
pasien, stabilitas obat dan rute pemberian dan identifikasi DRP.

8. Tanda vital normal:

TD : 120/80

Denyut nadi : 60-100 x / menit

Respiratory rate : 14 – 20x/menit

Suhu tubuh : 36,5 – 37,2 0C

Tambahan

Pengadaan

Penyimpanan
Penyimpanan obat tertentu seperti sediaan high alert disimpan dalam tempat yang khusus yang diberi
garis merah dan pada sediaan obat diberi label high alert berwarna merah hingga satuan terkecilnya.
Sediaan yang memiliki nama, penampakan, serta dosis yang hampir sama diberi jarak satu sediaan dan
diberi label LASA (Look Alike Sound Alike) berwarna hijau. Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan
dalam lemari khusus dua pintu dan dua kunci yang dipegang oleh dua orang yang berbeda. Sediaan yang
perlu disimpan dalam suhu tertentu disesuaikan pula tempat penyimpanannya berdasarkan
stabilitasnya. Pada setiap ruangan apotek memiliki indikator suhu dan kelembapan yang dikontrol setiap
hari oleh petugas. Suhu ruangan harus diantara 15-25° C, lemari pendingin 2-8° C, dan kelembapan
relatif berkisar 45-55%.

Alur pelayanan resep

Pemusnahan

Pelaporan / administrasi yang dibuat

Definisi dan pembagian High Alert

High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat
yang Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok Obat high-alert diantaranya:

a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau
Look Alike Sound Alike/LASA).

b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat,
natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).

c. Obat-Obat sitostatika.

Troli emergensi di ICU dan isinya

PERMENKES RI NO 58 thn 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di rumah Sakit

1. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS
(anti inflamasi nonsteroid), obat-obat adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat
opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan perasaan euforia. Semua
opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan
pemberian yang teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan mual, muntah,
konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus digunakan secara hati-hati pada klien yang mengalami
gangguan pernapasan (Berman, et al. 2009).
Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti aspirin dan ibuprofen. Nonopiat
mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat
mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. (Berman, et al. 2009).

Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan selain penghilang nyeri tetapi obat ini
dapat mengurangi nyeri kronis tipe tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat
penenang, sebagai contoh, dapat membantu mengurangi spasme otot yang menyakitkan, kecemasan,
stres, dan ketegangan sehingga klien dapat tidur nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi
depresi dan gangguan alam perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat juga menguatkan strategi nyeri
lainnya (Berman, et al. 2009).

2. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi

a. Stimulasi dan masase kutaneus.

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu.
Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian yang sama seperti reseptor
nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien
lebih nyaman karena menyebabkan relaksasi otot (Smeltzer dan Bare, 2002).

b. Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan
lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri
dengan mempercepat penyembuhan. Baik terapi es maupun terapi panas harus digunakan dengan hati-
hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit (Smeltzer dan Bare, 2002).

c. Trancutaneus electric nerve stimulation

Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS) menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan
elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
mendengung pada area nyeri. TENS dapat digunakan baik untuk nyeri akut maupun nyeri
kronis(Smeltzer dan Bare, 2002).

d. Distraksi

Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi
strategi yang berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik
kognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit
perhatian pada nyeri akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi
diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang
mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak (Smeltzer dan Bare, 2002).

e. Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang
menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari metode
relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan
otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri(Smeltzer dan Bare, 2002).

f. Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah mengggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara
khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan
meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan
mental relaksasi dan kenyamanan (Smeltzer dan Bare, 2002).

g. Hipnosis

Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri
akut dan kronis. Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu.

Daftar pustaka

Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb.
Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. 8th Ed.
Jakarta: EGC.

Contoh lembar Hasil pemeriksaan laboratorium klinik di RSPAD

Anda mungkin juga menyukai