TINJAUAN TEORI
2.1 Hernia
2.1.1 Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang
lemah (defek) yang diliputi dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat, kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya adalah
daerah inguinal (Sjamsuhidayat, 1997).
2.1.2 Klasifikasi
Hernia dapat dibagi berdasarkan letaknya, berdasarkan terjadinya, dan berdasarkan
sifatnya, berikut penjelasannya:
a. Hernia menurut letaknya :
- Hernia Hiatal
Adalah kondisi dimana kerongkongan turun melewati diafragma melalui celah
yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada.
- Hernia epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut.
Hernia ini biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus.
- Hernia umbilikal
Adalah hernia yang berkembang di dalam dan sekitar umbilikus yang
disebabkan bukaan oada dinding perut, biasanya menutup secara bertahap
sebelum usia 2 tahun
- Hernia inguinalis
Adalah kondisi dimana dinding abdomen mengembang sehingga usus
menerobos ke bawah melalui celah yang mengakibatkan benjolan pada
selangkangan atau skrotum.
- Hernia femoralis
Munculnya tonjolan di pangkal paha
- Hernia insisional
Dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan disekitar pusar karena otot sekitar pusar tidak menutup seluruhnya.
- Hernia nukleus pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan cakram tulang belakang.
b. Hernia menurut terjadinya :
- Hernia bawaan (kongenital)
Kanalis inguinalis pada fetus normalnya akan tertutup pada bulan ke 8
kehamilan. Kanalis tersebut tutup setelah testis turun ke skrotum dan normlanya
isi rongga perut tidak dapat melewati kanalis tersebut. Tetapi pada hernia, isi
rongga perut akan ikut turun karena kanalis ini tidak menutup.
- Hernia dapatan (akuisita)
Hernia yang timbul karena beberapa faktor pemicu
c. Hernia menurut sifatnya :
- Hernia reponibel (reducibel)
Yaitu apa bila isi hernia dapat keluar-masuk (usus keluar saat berdiri dan
mengedan, dan masuk jika berrbaring atau didorong masuk). Tidak ada keluhan
nyeri atau obstruksi usus.
- Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hal ini
disebabkan karena perlekatan isi kantong hernia ke peritonium kantong hernia.
- Hernia strangulata
Yaitu ketika isi kantong hernia terjepit oleh cincin hernia. Hal tersebut
mengakibatkan vaskulerisasi pada bagian yang terjepit berkurang, sehingga
terjadi nekrosis.
2.1.3 Etiologi
1. Jenis kelamin
Cenderung terjadi pada laki-laki.
Terjadi pada semua umur.
2. Kehamilan
Ketika seorang wanita hamil, mereka akan mengalami peningkatan tekanan
pada bagian dalam perut dan melemahnya otot-otot perut.
3. Kelebihan Berat Badan
Orang yang memiliki kelebihan berat badan akan memberikan tekanan yang
lebih banyak pada bagian perut.
4. Batuk Kronis
Batuk kronis yang salah satunya disebabkan oleh merokok, akan meningkatkan
resiko mengalami hernia inguinalis.
5. Faktor pekerjaan tertentu
Pekerjaan yang membutuhkan waktu berdiri dalam jangka waktu lama atau
harus mengangkat beban yang berat juga meningkatkan resiko terkena hernia
inguinalis.
6. Kelahiran premature
Bayi yang lahir premature memiliki kecenderungan untuk mengalami hernia
inguinalis
7. Riwayat penyakit hernia
Resiko hernia kambuh dikemudian hari
8. Faktor keturunan
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi pada hernia di bagi menjadi 3, yaitu:
a. Komplikasi segera: perdarahan, syok, gangguan paru, dan turunnya output urin
b. Komplikasi dini: infeksi pada bekas operasi, infeksi saluran kemih, ileus
paralitik
c. Komplikasi yang terjadi lama: keloid dan obstruksi usus
2.1.6 Pencegahan
Menurut Jennifer (2007) dalam buku keperawatan medikal bedah edisi 8 volume
2, Hernia dapat dicegah dengan berbagai macam hal, yaitu:
1. Memakan buah dan sayur agar mengurangi kemungkinan konstipasi dan
mengurangi tekanan pada otot perut.
2. Kurangi mengangkat beban berat, agar meminimalkan penggunaan otot
punggung. Gunakan kaki untuk membantu mengangkat beban.
Cara mengangkat barang yang benar adalah dengan menekuk lutut dan hindari
membungkuk untuk mengurangi tekanan.
3. Hindari tekanan intraabdomen, seperti batuk kronis dan mengejan.
4. Check up ke dokter jika mendapat masalah dalam buang air kecil, karena
dapat memicu penyakit hernia.
2.1.7 Pengobatan
1. Konservatif
Pengobatan tanpa operasi
a. Reposisi
Mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau abdomen.
Reposisi dilakukan secara bimanual (dua tangan).
b. Suntikan
Menyuntikan cairan berupa sklerotik (alkohol) untuk membuat pintu
hernia mengalami penyempitan sehingga isi hernia kembali ke cavum
peritonii/ abdomen.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien hernia yang masih kecil dan menolak di operasi.
2. Operatif
Operasi hernia dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:
a. Herniotomy
Membukan dan memotong kantung hernia serta mengembalikan isi hernia
ke abdomen
b. Hernioraphy
Mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada contjoin tendon
c. Hernioplasty
Menjahit conjoint tendon pada ligamentum inguinal agar dinding pert
tertutup otot dan menjadi lebih kuat.
Menurut Brooker (2008), aktivitas seperti biasa dapat dilakukan setelah
operasi hernia, kecuali mengangkat benda dan berolahraga, keduanya dianjurkan :
1. Pekerjaan ringan atau tidak butuh mengangkat dapat dilakukan setelah 1-2
minggu post operasi.
2. Pekerjaan mengangkat sedang (<10kg) dapat dilakukan setelah 2-4 minggu
post operasi.
2.2 Herniotomy
2.2.1 Definisi
Herniotomy adalah membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi kantong hernia ke dalam cavum abdominalis (Sjamsuhidayat,
1997).
4. Persiapan Linen
Nama Jumlah
1. Duk Besar 2
2. Duk Panjang 5
3. Duk Kecil 3
4. Sarung Meja Mayo 1
5. Handuk 4
6. Gown 4
b. Di Baskom Steril
Nama Jumlah
Baskom besar 2
Bengkok 2
Kom 2
Cucing 1
Kabel coutter 1
c. Di Meja Mayo
Nama Jumlah
Handle Mess no. 3 1
Gunting Metzenbaum 1
Gunting jaringan 1
Pinset anatomis 2
Pinset cirurgis 2
Disinfeksi klem 1
Duk klem 5
Mosquito klem 2
Pean bengkok sedang 4
Kokher bengkok sedang 8
Kokher lurus 3
Needle holder 2
Gunting benang 1
Langenbeck 2
Krop sonde 1
Staples kulit 1
D. TEKNIK INSTRUMENTASI
1. Setelah pasien diberikan anestesi SAB dan diposisikan supinasi, kemudian
pasang bough di atas dada lalu pasang arde dibawah kaki.
2. Perawat sirkuler membersihkan lapang operasi dengan povidon iodine 10%
dan kassa kering (antisepsis), perawat instrumen melakukan surgical scrubing.
3. Perawat instrumen mengenakan gaun steril dan handscone steril kemudian
membantu operator dan asisten untuk mengenakan gaun dan handscone.
4. Berikan disinfeksi klem (1), deepers dan povidon iodine 10% dalam cucing
pada asisten untuk melakukan disinfeksi pada lap operasi.
5. Lakukan drapping dengan memberikan:
a. Duk besar (2) untuk bagian atas+bawah
b. Duk sedang (2) untuk bagian kanan/kiri, Fiksasi dengan duk klem (4).
c. Duk kecil (1) untuk bawah simpisis
6. Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter dan fiksasi dengan
duk klem (1).
7. Berikan kassa basah dan kering pada operator untuk membersihkan lap
operasi dari povidon iodine.
8. Berikan pada operator pinset cirugis untuk menandai area insisi.
9. Berikan Handvat Mess no 10 pada operator untuk dilakukan insisi pada kulit
dan berikan kassa kering+mosquito pada asisten dan rawat perdarahan dengan
coutter. Insisi dengan coutter pada fat.
10. Berikan langenbeck (2) untuk melebarkan lap operasi. Pada lapisan fasia
berikan hanvat mess (1) dan kokher lurus (2) untuk menjepit fasia proximal
dan distal, dan berikan gunting jaringan untuk melebarkan incisi.
11. Setelah fasia dilebarkan ditemukan muskulus, kemudian di split dengan stiil
deepers (kacang yang dibasahi NS lalu dijepit dengan kokher lurus)
12. Berikan pinset anatomis (2) dan kassa basah untuk mencari
kantong dan menemukan preperitonial fat.
13. Setelah kantong ditemukan kemudian di buka dengan gunting metsembum,
dengan memberikan kokher (2) + gunting metzenbaum untuk memotong
kantong.
14. Setelah itu berikan klem kokher + pean di temukan omentum dalam kantong
lalu di lakukan omintektomi dan di jahit dengan Slik 2-0, Operator
membebaskan perlengketan dengan pinset anatomis (1) dan kassa basah pada
kantong proximal.
15. Operator mengangkat kokher+pean serta melakukan penjahitan. Berikan
needle holder dan vicryl 2-0 untuk melakukan jahitan tabagzaknat pada
kantong proximal, lalu potong sisa kantong dengan coutter (herniotomy)
16. Kemudian Merselin mess di bentuk seperti contong / roll lalu di masukan ke
dalam lubang kantong dan di jahit proline 2-0 dikaitkan dengan conjoint
tendon (hernioraphy)
17. Setelah itu dilakukan jahitan dalam (musculus s/d fat) dengan vicryl 2-0
18. Berikan pinset cirurgis (1) + staples kulit untuk menjepit kulit.
19. Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup dengan
supratule + kassa kering + hipavik.
20. Operasi selesai, rapikan pasien. Perawat instrumen menginventaris alat-alat
dan bahan habis pakai pada depo farmasi, kemudian mencuci dan menata
kembali alat-alat pada intrumen set (yang akan disterilkan), serta merapikan
kembali ruangan.
2.2.5.3
DAFTAR PUSTAKA