Anda di halaman 1dari 1

Gambaran Klinis Sulit untuk membahas secara singkat berbagai presentasi klinis diabetes melitus

yang sangat bervariasi. Berikut ini hanya akan dibahas beberapa pola yang karakteristik. Pada satu
atau dua tahun pertama setelah manifestasi nyata diabetes tipe 1 (disebut sebagai "periode bulan
madu"), kebutuhan insulin eksogen dapat minimal atau tidak diperlukan oleh karena masih ada
sekresi sisa-sisa insulin, namun setelah itu cadangan sel beta kelelahan dan kebutuhan insulin
meningkat secara drastis. Walaupun kerusakan sel beta merupakan proses yang bertahap, transisi
dari gangguan toleransi glukosa menjadi diabetes yang nyata dapat terjadi tiba-tiba, ditandai oleh
suatu kejadian yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan insulin seperti infeksi. Onsetnya
ditandai oleh poliuria, polidipsia, polifagia, dan pada kasus yang berat, ketoasidosis, yang
kesemuanya disebabkan oleh gangguan metabolisme (Gambar 19-33). Oleh karena insulin
merupakan suatu hormon anabolik utama dalam tubuh, defisiensi insulin menyebabkan keadaan
katabolisme yang mengenai tidak hanya metabolisme glukosa namun juga metabolisme lemak dan
protein. Asimilasi glukosa ke dalam jaringan otot dan lemak berkurang secara tajam atau
menghilang. Tidak hanya penyimpanan glikogen di hati dan otot yang berkurang, namun
cadangannya juga berkurang oleh glikogenolisis. Hiperglikemia yang timbul melampaui ambang
reabsorpsi ginjal, akan menimbulkan glikosuria. Glikosuria menginduksi diuresis osmotik dan
akibatnya terjadi poliuria, yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dalam jumlah banyak.
Kehilangan air oleh ginjal yang obligatorik bersama dengan hiperosmolaritas yang disebabkan oleh
peningkatan kadar glukosa darah, cenderung menurunkan air intrasel, memicu osmoreseptor pusat
haus di otak. Urutan kejadian ini menimbulkan rasa haus yang sangat (polidipsia). Dengan adanya
defisiensi insulin, skalanya akan bergeser dari anabolisme yang ditingkatkan oleh insulin ke
katabolisme protein dan lemak. Kemudian terjadi proteolisis dan asam amino glukoneogenik
dihilangkan oleh hati dan digunakan untuk menggantikan glukosa. Katabolisme protein dan lemak
cenderung menginduksi suatu keseimbangan energi negatif, yang kemudian akan meningkatkan
nafsu makan (polifagia), sehingga menggenapkan trias klasik diabetes, yaitu: poliuria, polidipsia, dan
polifagia. Walaupun nafsu makan meningkat, efek katabolisme lebih kuat, menyebabkan kehilangan
berat badan dan kelemahan otot. Kombinasi polifagia dan penurunan berat badan bersifat paradoks
dan harus selalu dipikirkan kemungkinan diagnosis suatu diabetes. Pada pasien diabetes tipe 1,
penyimpangan asupan makanan dari normal, aktivitas fisik yang tidak biasa, infeksi, atau setiap
bentuk lain dari stres dapat dengan cepat mempengaruhi keseimbangan metabolisme yang sangat
rapuh, memudahkan terjadinya ketoasidosis diabetes. Glukosa plasma biasanya di antara 500 hingga
700 mg/ dL sebagai akibat defisiensi absolut insulin dan efek hormon kontraregulator (epinefrin,
glukagon). Hiperglikemia yang mencolok menyebabkan diuresis osmotik dan dehidrasi yang
merupakan ciri keadaan ketoasidosis. Efek utama kedua adalah aktivasi mesin ketogenik. Defisiensi
insulin menyebabkan aktivasi lipase lipoprotein, dengan akibat penghancuran simpanan lemak
secara berlebihan, menyebabkan meningkatnya ALB, yang dioksidasi oleh hati menjadi keton.
Ketogenesis merupakan suatu fenomena adaptif pada keadaan kelaparan, yang menghasilkan keton
sebagai sumber energi untuk konsumsi organ vital (contoh, otak). Kecepatan pembentukan keton
dapat melampaui kecepatan pemakaiannya oleh jaringan perifer, sehingga menyebabkan ketonemia
dan ketonuria. Apabila ekskresi keton melalui urin terganggu oleh dehidrasi, keton yang
terakumulasi akan menurunkan pH darah, sehingga menimbulkan ketoasidosis akibat metabolisme.

Anda mungkin juga menyukai