Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM 3

GENETIKA

DERMATOGLIFI

Disusun Oleh :

SAHIB
(163112620120008)

PRODI BIOMEDIK
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
2016

1
PRAKTIKUM 3
DERMATOGLIFI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi pola dermatoglifi (sidik jari)
2. Melakukan penghitungan jumlah sulur
3. Melakukan pengukuran besar sudut ATD

II. DASAR TEORI

Dermatoglifi berasal dari dua kata Yunani yaitu derma = kulit dan glyphe =
mengukir dan mengacu pada formasi garis-garis pola yang muncul pada telapak tangan
dan telapak kaki. Dermatoglifi merupakan studi ilmiah dari pola sidik jari. Istilah ini mulai
dipopulerkan oleh Dr Harold Cummins, yang dianggap sebagai bapak analisis sidik jari
Amerika, meskipun proses identifikasi sidik jari sudah digunakan selama beberapa ratus
tahun. Pola sidik jari terdapat pada semua hewan kelas primata.

Dermatoglifi didefinisikan sebagai gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada


jari-jari tangan dan kaki, serta telapak tangan, dan telapak kaki. Dermatoglifi bersifat unik
dan spesifik pada setiap individu sidik jari di tangan kanan tidak akan sama dengan yang
di sisi kiri, juga bersifat sangat stabil dan tidak berubah sepanjang hidup kecuali jika terjadi
kerusakan yang sangat parah sampai lapisan sub dermis seperti luka bakar, penyakit kulit,
dan kerusakan jaringan lainnya.

Menurut Olivier dermatoglifi atau pola sidik jari didefinisikan sebagai gambaran
sulur-sulur dermal yang pararel pada jari-jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan
telapak kaki. Istilah dermatoglifi diperkenalkan pertama kali oleh Cummin dan Midloo
pada tahun 1926.

2
Sehingga sifat-sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh sidik jari adalah sebagai berikut:
1. Parennial nature yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada manusia
seumur hidup
2. Immutability yang berarti bahwa sidik jari seseorang tak akan pernah berubah kecuali
sebuah kondisi yaitu terjadi kecelakaan yang serius sehingga mengubah pola sidik jari
yang ada
3. Individuality yang berarti keunikan sidik jari merupakan originalitas pemiliknya yang
tak mungkin sama dengan siapapun di muka bumi ini sekali pun pada seorang yang
kembar identik.

Pola dermatoglifi muali terbentuk pada minggu ke 8 sampai minggu ke 16 setelah


gestasi. Pembentukan pola dermatoglifi merupakan cerminan eskpresi genetik poligen
serta dipengaruhi oleh banyak faktor seperti hormonal, jenis kelamin, faktor lingkungan
DNA kromosom.

Menurut Galton, pola dermatoglifi pada manusia dapat digolongkan menjadi tiga
pola dasar yaitu :
1. Arch (busur)

Arch merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu
sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan
bergelombang naik ditengah-tengah. Arch terdiri dari:
1. Plain arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-garis datang dari sisi lukisan
yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan sedikit bergelombang naik
ditengah..
2. Tented arch (tiang busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang memiliki garis tegak
(upthrust) atau sudut (angle) atau dua atau tiga ketentuan loop.

2. Loop

3
Loop adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu sisi
lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta
dan core, berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula. Syarat-syarat (ketentuan)
Loop:
1. Mempunyai sebuah delta.
2. Mempunyai sebuah core.
3. Ada garis melengkung yang cukup.
4. Mempunyai bilangan garis (ridge counting) >=1

Bentuk loop terdiri dari 2 jenis, yaitu:


1. Ulnar loop : garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan kelingking,
melengkung ditengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali kearah sisi
semula.
2. Radial loop : garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan jempol,
melengkung ditengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali kearah sisi
semula.
Asal Tangan Delta Loop Singkatan

Kanan Kanan Radial KA+KA=R


Kiri Kiri Radial KI+KI=R
Kanan Kiri Ulnar KA+KI=U
Kiri Kanan Ulnar KI+KA=U

3. Whorl (pusaran atau lingkaran)


Whorl adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya satu garis
melingkar didalam pattern area, berjalan didepan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari
plain whorl, central pocket loop whorl, double loop whorl dan accidental whorl.

4
Pada perkembangan penelitian dermatoglifi, tiga pola dasar dermatoglifi mengalami
perkembangan menjadi terbagi menjadi 11 variasi yaitu :
1. Simple Arch Patterns
Berpola berbentuk bukit, melengkung keatas , tidak memiliki bagian segitiga.
2. Tented Arch Patterns
Berbentuk seperti tenda berkemah dengan ujung atas yang tajam.
3. Ulnar Loop Patterns
Berbentuk seperti air terjun yang mengalir ke arah jari kelingking dengan ciri ada titik
segitiga.
4. Radial Loop Patterns
Berpola kebalikan dari loop ulnaris ,pada pola radial loop lengkungan " terjun "
mengalir menuju ibu jari.
5. Concentric Whorl Patterns
Pola Baris mulai dari pusat lingkaran kecil , garis-garis pada ujung jari tampak sebuah
lingkaran lengkap dan menyebar seperti lingkaran konsentris dengan dua titik segitiga.
6. Spiral Whorl Patterns
Pola spiral mulai dari pusat dan bergerak ke luar , memiliki dua titik segitiga.
7. Press Whorl Patterns
Mirip dengan pola lingkaran, tetapi lingkaran berubah menjadi bentuk oval panjang,
memiliki dua titik segitiga .
8. Imploding whorl Patterns
Seperti berola Tai Chi di bagian tengahnya dikelilingi oleh multi- lapisan lingkaran
9. Composite Whorl Patterns
Tai Chi pola - seperti tanpa multi- lapisan atau lingkaran sekitarnya
10. Peacock’s Eye Patterns
Berpola dari pusat seperti mata merak dan bibir ; pusat terdiri dari lebih dari satu
lingkaran atau spiral, akhir setiap cincin terhubung dalam garis lurus. Pola ini
memiliki dua poin segitiga.
11. Variant Patterns
Pada pola ini merupakan kombinasi dari dua atau lebih dari uliran , loop ulnar, atau
lengkungan sederhana, dengan dua atau lebih titik segitiga.

5
1 2 3 4

5 6 7 8

9 10 11
Gambar 2. Variasi Pola Dermatoglifi

Para ahli menemukan bahwa dermatoglifi menunjukkan berbagai jenis karakteristik,


bahkan dengan monozigot (identik) kembar, sidik jari pasti berbeda. Pada saat yang sama,
dermatoglifi yang sama akan muncul lagi setelah penyembuhan luka, selama cedera belum
mempengaruhi sel-sel.

Selain pola dermatoglifi hal yang diamati adalah jumlah sulur atau TRC (Total Rigde
Count). Sulur merupakan jumlah garis antara titik triradius ke titik pusat pola dermatoglifi.
Berdasarkan hasil penelitian Holt menyatakan bahwa prevalensi jumlah sulur pada laki-
laki normal rata-rata144 dengan standar deviasi +/- 51, sedangkan jumlah sulur pada
perempuan normal rata-rata 127 dengan standar deviasi +/-53.

Para ahli medis berdasarkan observasi, rekaman, perbandingan, induksi dan metode
lain, dan pengalaman klinis, menegaskan bahwa dermatoglifi menyediakan informasi
analisis yang akurat kecerdasan ganda dan potensi seseorang. Para ahli yang mempelajari
dermatoglyphics percaya bahwa dermatoglifi juga tanda-tanda perkembangan saraf
embrio, yang mungkin mencerminkan potensi genetik seseorang.

6
Analisis Dermatoglyphics didasarkan pada formasi dan jumlah punggung pada sidik
jari; analisis dermatoglifi banyak menginformasikan gaya seseorang belajar dan berpikir.
Setiap orang memiliki pola yang unik; pola otak tumbuh bersamaan dengan sidik jari.
Setiap jari mewakili kemampuan yang berbeda, dan masing-masing pola memiliki definisi
sendiri. Statistik menunjukkan bahwa tingkat akurasi analisis dermatoglyphics bisa sampai
85%.

Pola dermatoglifi juga dewasa ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-
orang dengan predisposisi genetik untuk perkembangan penyakit tertentu. Karena pola
dermatoglifi diturunkan secara genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah
lahir seperti geografi, ekonomi. Sejumlah gen yang ditemukan pada sindrom kelainan
kromosom, ternyata juga ditemukan keabnormalan pada pola sidik jari atau
dermatoglifinya.

Gambar 3.

Banyak penelitian yang dilakukan terhadap deteksi penyakit pada pola dermatoglifi
seperti pada penyakit diabetes mellitus, obesitas, sindrom down, skizofrenia, disseleksia,
hemophilia, hipertensi, bahkan ada beberapa penelitian dermatoglifi yang meneliti korelasi
perkembangan sel-sel saraf dengan pola dermatoglifi.

Menurut penelitian yang dilakukan di New Delhi oleh Chintamani (2007) dikatakan
bahwa pola sidik jari atau dermatoglifi pada pasien kanker payudara memiliki beberapa
cirri khas yang berbeda dengan pasien normal, seperti terdapatnya 6 atau lebih pola
melingkar (whorl) disidik jarinya, juga ditemukan pola whorl meningkat di jari telunjuk
kanan dan jari kelingking kanan dibandingkan control (Fuller, 1973).

7
Seperti ulasan pada jurnal penelitian mengenai pola dermatoglifi pada penderita
Diabetes Melitus tipe I dan II. Pada penelitian dengan subjek penderita diabetes tipe I pada
anak-anak dibawah umur 5 tahun ditemukan pola peningkatan pola pada ibu jari sebelah
kiri anak diabetes yang secara signifikan lebih tinggi dari kedua kelompok kontrol. Pada
penelitian lain dengan subjek penderita diabetes tipe I pada kelompok remaja ditemukan
sebuah pola penurunan jumlah sulur (TRC) dari kelompok kontrol, peningkatan frekuensi
arch, penurunan jumlah baris dan loop cubiti, khusus pada wanita pengidap diabetes tipe I
ditemukan peningkatan jumlah t' - aksial triradii. Perubahan ini menunjukkan etiologi
genetik komplikasi ini.

Sedangkan pada penderita diabetes yang didapat (diabtes tipe II) dalam penelitian
terhadap 150 subjek yang mengalami onset maturity diabetes mellitus pasien dan
dibandingkan dengan 120 kontrol . Temuan yang signifikan adalah: pada laki-laki terdapat
peningkatan radial dan ulnar loop dan arch sedangkan whorl turun presentasenya.
Sedangkan pada wanita, terjadi peningkatan loop ulnar dan penurunan whorls di tangan
kiri.

Terdapat hubungan juga antara dermatoglifi dengan para penderita hipertensi. Pada
penelitian Lahiri dkk (2013). Mendasarkan pada para penderita Hipertensi esensial yang
merupakan subjek kategori hipertensi yang tidak memiliki penyebab yang dapat
diidentifikasikan. Ini mempengaruhi 90-95% penderita hipertensi. Hal ini juga terkait
dengan kondisi penuaan & faktor genetik yang diturunkan. Riwayat keluarga pengidap
hipertensi meningkatkan prevalensi kejadian. Faktor genetik pada hipertensi ditunjukan
pada studi korelasi antara dermatoglyphics dan hipertensi dapat membantu dalam
identifikasi awal dari orang-orang dengan kecenderungan genetik menjadi pengidap
hipertensi esensial.

Dalam kasus individu hipertensi pola melengkung atau arch lebih banyak dari
individu normal pola arct terdiri dari 5.79% lebih besar dari populasi normal yang
memiliki 1.33% pola arch. Pola whorl ganda dan ulnar radial memiliki lebih banyak pada
insiden dengan populasi hipertensi sebanyak 4.57%. Jumlah sulur pada populasi hipertensi
lebih banyak dibandingkan dengan orang normal. Pada penderita hipertensi ditemui
banyak sulur pada setiap pola yang lebih dari 20, dibandingkan populasi normal yang
hanya berkisar 11-15 sulur per pola dermatoglifi. Sudut ATD lebih besar juga lebih pada
orang dengan hipertensi, pada penderita hipertensi didapatkan rata-rata sudut ATD sebesar

8
44,2o dibandingkan pada populasi normal yang hanya berkisar dirata-rata 42,3o. Bahkan
pada penderita hipertensi esensial ini ditemukan sudut ATD yang mencapai 80.1o.
Temuan ini dapat digunakan dalam deteksi dini hipertensi esensial dalam masyarakat .
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Godfrey (1993) terhadap 139 orang yang lahir
pada dekade 50 pada sebuah rumah sakit ditemukan korelasi bahwa semakin besar jumlah
loop maka ditemukan korelasi meningginya tinggi tekanan darah sistolik . Whorls pada
tangan kanan yang lebih banyak terkait juga dengan tinggi tekanan sistolik.

Selain itu pada hipertensi yang berkaitan dengan obesitas juga ditemukan sebuah
pola peningkatan jumlah sulur pada orang hipertensi yang juga mengalami obesitas.
Karena menurut penelitian Chastanti (2009) menyatakan bahwa prevalensi obesitas
berhubungan dengan genetik yang mempengaruhi metabolism hormon, lemak, dan
protein. Pada semua kelainan metabolisme seperti diabetes juga obesitas yang menuju
kearah hipertensi yang bersifat herediter menyebabkan penebalan jaringan adipose, dan
faktor ini diduga mempengaruhi pola pembentukan pola dermatoglifi sehingga
menjadikan sulur menjadi lebih kompleks dan terbentuk lebih banyak sulur.

Selain hipertensi dan diabetes, analisis pola dermatoglifi dapat pula menjadi nilai
prediktif untuk rheumatoid artitis. Penyakit ini bersifat autoimun yang herediter juga
didapat. Pada pasien laki-laki terdapat peningkatan arch, loop dan whorls mengalami
penurunan. Parsial lipatan Simian meningkat secara signifikan. Di tangan kanan, pola
meningkat di daerah interdigital 3. Di sisi lain, pada pasien wanita ada peningkatan yang
signifikan dalam whorls dan penurunan loop pada jari pertama pada kedua tangan,
peningkatan lengkungan pada jari 3; kedua lengkung dan whorls di jari 4 dari tangan kiri.

III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA


1. Alat dan Bahan
 Tinta hitam
 Papan Kaca
 Kertas
 Kaca Pembesar
 Rol cat
 Penggaris dan busur
2. Cara Kerja

9
1. Penentuan Pola Dermatoglifi pada jari-jari tangan
 Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
 Mula-mula jari-jari tangan dilekatkan pada papan kaca yang telah diberi tinta
hitam, sampai keseluruhan bagian jari bagian telapak dilekati tinta. Dimulai dari
ibu jari sebelah kanan berlanjut sampai jari kelingking.
 Pada kertas yang telah disiapkan, tempelkan setiap jari yang telah ditekatkan pada
tinta dimulai dengan ibu jari, dilekatkan sampai dengan membentuk pola sidik
jari dan adanya titik triradius untuk hitung sulur.
 Jika pada setiap tempelan pola yang dibentuk telah terdapat titik triradius maka
dilakukan hitung jumlah sulur. Titik triradius merupakan titik yang ditandai
dengan pertemuan dari 3 lengkung pola sidik jari berupa daerah berbentuk
segitiga.
 Hitung jumlah sulur dilakukan dengan cara membuat sebuah garis dari titik
triradius ke titik bagian pusat pola sidik jari.
 Untuk pola loop maka dilakukan perhitungan jumlah sulur dari titik triradius ke
titik pusat loop.
 Untuk pola whorl terdapat dua titik triradius, maka dilakukan perhitungan sulur
dari titik triradius pertama ke titik pusat whorl ditambah dengan jumlah sulur dari
titik triradius ke dua ke titik pusat whorl.
 Perhitungan jumlah sulur dilakukan terhadap jari-jari tangan kiri dan kanan.

2. Penentuan Sudut ATD


 Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
 Mula-Mula keseluruhan telapak tangan bagian kanan ditempelkan pada papan
kaca yang telah dibei tinta, dibiarkan sampai merata.
 Kemudian pada kertas yang telah disediakan dilakukan penempelan telapak
tangan tersebut sampai semua bagian telapak tangan tercetak setiap polanya pada
kertas dan didapatkan titik triradius di bagian bawah telapak tangan dekat
pergelangan, titik triradius dibawah jari telunjuk dan titik triradius dibawah jari
kelingking.
 Dilakukan juga dengan cara yang sama terhadap telapak tangan kiri.
 Sudut ATD diukur dari besar sudut garis lulus antara titik triradius dekat
pergelangan tangan dan titik triradius dibawah jari telujuk dan titik triradius
dibawah jari kelingking.

10
IV. HASIL PERCOBAAN

Nama : Sahib
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosis : Beresiko Hipertensi
Suku Bapak : bugis
Suku Ibu : bugis

Tabel 1. Hasil Praktikum

Sulur
Jumlah
Tangan Jari Jari
Ibu Jari Telunjuk Kelingking Sulur
Tengah Manis

Kanan 24 15 14 9 14

Pola Ulnar Lingkaran Lingkaran Lingkaran Lingkaran /


Kanan Loop / Whorl / Whorl / Whorl Whorl
131

Kiri 11 13 14 8 19

Pola Ulnar Radial Lingkaran Lingkaran Lingkaran /


Kiri Loop Loop / Whorl / Whorl Whorl

Sudut ATD = 43,5 o


Sudut ATD Tangan kanan = 42o
Sudut ATD Tangan Kiri = 45o

V. PEMBAHASAN

Pada praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan hasil dari menghitung total hitung
sulur atau Total Ridge Count (TRC), yaitu dengan menggunakan rumus :

11
TRC total = TRC tangan kanan + TRC tangan kiri

Hasil TRC (tangan kanan) = 76 (dengan penjelasan yang sudah ada diatas).
Hasil TRC (tangan kiri) = 55 (dengan penjelasan yang sudah ada diatas).
Jadi totalnya adalah = 55 + 76 = 131

Selain itu, hasil dari jumlah titik triradius (ATD) yang didapat dari sudut rata-rata
pada telapak tangan kanan dan tangan kiri yang menggunakan rumus :

ATDrata-rata = ATD tangan kanan + ATD tangan kiri

2
Dan hasil ATD yang didapat dari percobaan adalah :
ATDrata-rata = ATD tangan kanan + ATD tangan kiri
2
= 45° + 42°
2
= 43,5o

Pada penentuan sudut ATD pada telapak tangan, terlebih dahulu tentukan titik
triradialis yang terdapat pada triradius dibawah jari telunjuk, triradius distal, dan triradius
dibawah jari kelingking. Selain dari sidik jari, pada telapak tangan juga dapat terlihat saatu
gambaran yang berupa sudut yang disebut sebagai sudut ATD yang menghubungkan titik
triradius dibawah jari telunjuk, triradius distal, dan triradius dibawah jari kelingking.
Besaran sudut ATD merupakan rata-rata dari besarnya sudut ATD tangan kanan dan
tangan kiri, rata-rata sudut ATD anatar 35-50⁰ .

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil TRC sebanyak 212 lebih besar dari
rata-rata total hitung sulur pada pria sebesar 114, dengan besar sudut ATD sebesar 65o
lebih besar juga dari rata-rata sudut ATD antara 35o - 50o. Pada subjek yang diteliti terdapat
pola yaitu ulnar loop sebanyak 76 dan sosok atau radial loop sebanyak 35.

Jika dihubungkan dengan analisis ragam dematografi ditemukan kesamaan pola


dengan gamabran umum dermatoglifi pada penderita hipertensi yang ditandai dengan
peningkatan jumlah sulur, peningkatan pola lingkaran / whorl dan ulnar loop serta jumlah
sulur per pola yang berkisar > 15.

12
Hal tersebut senada dengan kondisi subjek yang jika diukur rata-rata tekanan
sistolnya selalu berkisar diantara 120-130 mmHg yang masuk kedalam zona pre-
hipertensi, sehingga diduga subjek yang diamati ini memiliki resiko besar untuk
mengalami hipertensi.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil TRC sebanyak 131 lebih dengan besar
sudut ATD sebesar 43,5o sama besar dari rata-rata sudut ATD antara 35o - 50o. Pada subjek
yang diteliti terdapat pola yaitu ulnar loop sebanyak 76 dan sosok atau radial loop
sebanyak 35.

Sehingga hasil analisis dermatoglifi pada seorang subjek bersuku bugis


didapatkan kesimpulan bahwa tidak di tandai penigkatan jumlah sulur, peningkatan
pola lingkaran / whorl dan ulnar loop serta jumlah sulur per pola yang berkisar > 15
bahwa subjek tersebut tidak memiliki resiko hipertensi.

b. Saran
1. Sebaiknya hasil sidik jari praktikan tidak terlalu tebal dan tipis, agar memudahkan
dalam menentukan pola sidik jari dan menghitung jumlah sulurnya.
2. Disaran juga pada setiap praktikan agar lebih teliti dalam melaksanakan praktikum
dan tidak main-main pada saat melaksanakan praktikum. Praktikan juga disarankan
agar lebih memahami materi yang akan di praktikumkan.

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. http://dermatoglyphics.org/
2. http://dermatoglyphics.org/dermatoglyphics-analysis/

13
3. http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.424.2535&rep=rep1&type=pdf
4. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4534102/
5. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1678406/pdf/bmj00034-0015.pdf
6. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1511008/pdf/archdisch00628-0063.pdf
7. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7579538
8. http://www.indianjmedsci.org/article.asp?issn=00195359;year=2003;volume=57;issue=10
;spage=437;epage=41;aulast=Ravindranath
9. http://www.readcube.com/articles/10.1111%2Fj.14645491.1993.tb00154.x?r3_referer=wo
l&tracking_action=preview_click&show_checkout=1&purchase_referrer=onlinelibrar
y.wiley.com&purchase_site_license=LICENSE_DENIED

14

Anda mungkin juga menyukai