Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA BERFIKIR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Di susun oleh:

1. Noviani Budi Astuti 1161020


2. Oktavia Nur Aini 1161023
Kelas : 2A

Dosen pengampu

Dr. Nengah adnyana oka M., M.kes

D III ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2018
A. Pengertian Teori
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang
berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena. (Neumen dalam Sugiyono,2010:52). Teori adalah generalisasi atau
kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena
secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono, 2010:52). Sitirahayu Haditono,
1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih
banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963
membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data
empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan
atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori.
Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum
behaviorist.
3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara
data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.

Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat


dipandang sebagai berikut:
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis.
Hukum-hukum ini biasanya bersifat hubungan yang deduktif. Suatu
hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris
yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai
suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu
bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari
data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara data dan
pendapat yang teoritis. Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik
kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum.
Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh malalui jalan yang
sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu
teori. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala
(Sugiyono, 2010).

Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses


penyimpulan umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang
relevan. Definisi merupakan suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting
suatu hal, dan biasaya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian
suatu hal. Sedangkan proposisi merupakan pernyataan yang membenarkan
atau menolak suatu perkara.

B. Tingkatan dan Fokus Teori


Neumen mengemukakan tingkat teori di bagi menjadi tiga, yaitu:
1. Teori Micro Level
Dalam tingkat ini memberi penjelasan hanya terbatas pada peristiwa yang berskala
kecil, baik dari sisi waktu, ruang, maupun jumlah orang.
2. Teori Meso Level
Teori ini menghubungkan tingkat mikro dan makro, misalnya teori organisasi,
gerakan sosial, atau komunitas teori Collin tentang kontrol organisasi.
3. Teori Macro Level
Teori ini menjelaskan objek yang lebih luas seperti lembaga sosial, sistem budaya,dan
masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya fokus teori (Gleser dan Strauss dalam
Maleong, 2002:37-38) dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Teori substantif
Teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam inkuiri
dalam suatu ilmu pengetahuan, misalnya: antropologi, sosiologi, dan psikologi.
2. Teori formal
Teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang
inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, contohnya prilaku agresif,
organisasi formal, sosialisasi.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui
pengumpulan data adalah teori substantif, karena teori ini lebih fokus
berlaku untuk obyek yang akan diteliti. (Sugiyono, 2009:83).
C. Kegunaan Teori dalam Penelitian
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Dalam sebuah penelitian teori yang digunakan harus sudah jelas karena
fungsi teori dalam sebuah penelitian menurut (Sugiyono,2012:57) adalah sebagai
berikut:
1. Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau
konstruk variabel yang akan diteliti.
2. Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada
dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
3. Memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang hendak
diteliti sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya
pemecahan masalah.
D. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Teori yang
digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori
yang betul-betul telah teruji kebenarannya secara empiris. Jumlah kelompok teori
yang perlu dideskripsikan tergantung pada luasnya permasalahan dan pada jumlah
variable yang diteliti. Kalau variable yang diteliti ada enam, maka jumlah teori yang
dikemukakan juga ada enam. Pendeskripsian teori akan memberikan gambaran
apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedi, journal ilmiah,
laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan
yang relevan dengan setiap variable yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variable yang akan diteliti. (untuk referensi yang berbentuk laporan
penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan,
tempat penelitian, sample sumber data, teknik pengumpulan data, analisis,
kesimpulan dan saran yang diberikan).
4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti,
lakukan analisa, renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.

E. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan
antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka
(teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu) dan digunakan sebagai dasar untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat. Jadi kerangka pikiran
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting ( Sekaran, 1992:63 ).
Untuk membuktikan kecermatan penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat
oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian-penelitian pada
umumnya, peneliti dituntut untuk kreatif, berusaha mengenali (identify) dan
memeriksa lebih cermat variabel-variabel yang belum dengan jelas dirumuskan dalam
teori (non theoritical variables).

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila


dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya
membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti
disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga
argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999,
dalam Sugiyono, 2010).
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan
dengan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam
rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi,
maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.Suriasumantri 1986, dalam (Sugiyono,
2010) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah
sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang
membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara
terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kiteria utama agar suatu
kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang
logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang
berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan
teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan
sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel

Anda mungkin juga menyukai