Teknik Pengendalian Hama Ostrinia Furnacalis Pada Tanaman Jagung Manis
Teknik Pengendalian Hama Ostrinia Furnacalis Pada Tanaman Jagung Manis
ABSTRACT
Attacks by the stem borer (Ostrinia furnacalis) pest in sweet corn plants, if not controlled
properly, will result in crop failure. This occurs when the corn planting season coincides
with the time that the pest attacks from February to May. Various control techniques
need to be applied to control the pest O. furnacalis such as the use of vegetable-based
or synthetic insecticides and cultivation techniques (pruning male flowers, fertilising).
The usual methods employed by the corn farmers often fail to overcome the pest that
appears in the crop, therefore there are some methods that should be applied in sweet
corn cultivation. The design used in this study is a randomized block design (RBD)
with the treatment of: (A) Trimming male flowers, (B) Using Seed Extract pesticide
from Bitung seed, (C) Decis 2.5 EC, (D) fertilizer using Urea and NPK, (E) control.
The purpose of the research was to find a pest control technique for O. furnacalis to
put reduce its population and the intensity of damage. The results showed that the
pest control O. furnacalis using Decis 2.5 EC provides the best results for plant height
(160.30 cm), lowest larval population of 2.03 insects, intensity of damage of 18.29%
with corn cob weight of 298.0 grams. The use of NPK fertilizer, plant pesticide from
Bitung (seed) and pruning male flowers can reduce the population of stem borer
larvae (O. furnacalis) and the intensity of damage. The Control area had the highest
population of 5.03 larvae / stem, damage intensity of 57,97% and the lowest cob weight
(182.3 grams).
Keywords: control techniques, Ostrinia furnacalis, Sweet Corn
hama utama di areal pertanaman jagung antara jarak antara petak 0,5 m, sedangkan jarak antara
lain : Ostrinia furnacalis, Heliothis armigera, blok 1 m. Total luas areal penelitian adalah 15
Spodoptera litura, Agrothis ipsilon dan Valanga m x 12 m.
nigricornis.
Pelaksanaan Penelitian
Kerugian yang ditimbulkan oleh hama O.
Pengolahan Lahan
furnacalis sangat serius apabila tidak dikendalikan
dengan baik. Dengan demikian berbagai teknik Pengolahan tanah dilakukan dengan
pengendalian hama tersebut dapat diterapkan handtraktor, setelah tanah siap diolah dibuat
untuk menekan populasi hama dan intensitas petak-petak percobaan sesuai ukuran dengan
kerusakan. Hal inilah yang melatari pemikiran jumlah perlakuan pada tiap blok.
penulis untuk melakukan penelitian mengenai Persiapan Benih
Teknik Pengendalian Hama Penggerek Batang Benih jagung Hibrida Bonanza F1,
(O. furnacalis) Pada Tanaman Jagung Manis. sudah mendapatkan perlakuan fungisida.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui teknik Adapun rekomendasi yang diterbitkan oleh
pengendalian hama O. furnacalis yang tepat, perusahaan benih tersebut antara lain : (1)
sehingga dapat menekan populasi dan intensitas Benih cocok ditanam pada dataran rendah,
kerusakan yang ditimbulkannya. Hipotesis (2) Umur panen 70 – 75 Hari Sesudah Tanam
yang diajuhkan adalah pengendalian hama O. (HST), (3) Bobot per buah rata-rata 480
furnacalis dengan menggunakan pestisida nabati gram, (4) Potensi hasil 12 -16 ton per hektar,
ekstrak biji bitung (Baringtonia asiata) dapat (5) Daya tumbuh 90 – 95%.
menekan populasi dan intensitas kerusakan hama
Penanaman
tersebut dibandingkan dengan cara yang lain.
Jarak tanam dalam petak perlakuan yaitu
METODOLOGI PENELITIAN 60 cm x 40 cm (60 cm antara baris tanaman
dan 40 cm dalam baris tanaman). Jumlah
Alat dan Bahan tanaman tiap petak perlakuan sebanyak 36
Alat yang digunakan dalam penelitian tanaman, sehingga total 720 tanaman.
ini adalah hand traktor, thermohigrometer, Pemeliharaan
pacul, parang, meter rol, hand sprayer, ember,
Pemeliharaan meliputi penyulaman,
kamera, pisau dan alat tulis menulis. Bahan yang
penyiangan dan pemupukan. Penyulaman
digunakan dalam penelitian ini adalah benih
dilakukan ketika benih ditanam tidak
jagung hibrida varitas Bonanza F1, pestisida
tumbuh atau pertumbuhannya kurang baik.
nabati (ekstrak biji bitung), pestisida sintetik
Penyiangan dilakukan pada waktu gulma
(Decis 2,5 EC), pupuk kandang, pupuk urea dan
telah ada di areal pertanaman atau setiap
pupuk NPK.
lima hari sekali. Pemupukan dilakukan
Metode Penelitian sebanyak tiga kali. Pemupukan pertama
Rancanganyang digunakan dalam pada waktu tanaman berumr (± 7 HST)
penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan cara menabur pupuk kandang pada
(RAK) dengan perlakuan sebagai berikut : pangkal batang. Pemupukan ini dilakukan
pada seluruh tanaman.
A = Pemangkasan bunga jantan
Perlakuan
B = Pestisida nabati (Ekstrak biji bitung)
Perlakuan dilakukan antara lain :
C = Pestisida sintetik (Decis 2,5 EC)
1. Pemangkasan bunga jantan : dilakukan
D = Pemupukan (Urea dan NPK)
setelah pembungaan yaitu pada waktu
E = Kontrol (Tanpa Perlakuan) bakal buah sudah muncul pada ruas batang
Percobaan ini diulang sebanyak 4 kali, jagung.
sehingga total satuan percobaan adalah 5 x 4 = 2. Pestisida nabati ekstrak biji bitung
20. Tiap petak perlakuan berukuran 3 m x 2 m, (Baringtonia asiata), dilakukan setelah
tanaman berumur 7 HST dengan konsentrasi Tabel 1. Persentase Serangan dan Kategori Serangan
50 cc per liter dan selanjutnya setiap 7 hari Persentase Kerusakan (%) Kategori
sekali hingga satu minggu sebelum panen. 0 Normal
3. Pestisida sintetik (Decis 2,5 EC), diberikan 0< x ≤ 25 Ringan
juga setelah tanaman berumur 7 hari dengan 25< x ≤ 50 Sedang
kosentrasi 1 cc per liter air dan selanjutnya
50 < x ≤ 75 Berat
setiap 7 hari sekali hingga 2 minggu
sebelum panen. x > 75 Sangat berat
Populasi Larva Penggerek Batang batang. Hal ini disebabkan karena penggungaan
(O. furnacalis) insektisida sintetik Decis 2,5 EC dengan bahan
Hasil pengamatan populasi larva pada aktif deltametrin 25 g/liter serta daya racun
berbagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 ganda yaitu bersifat racun kontak dan perut
Ta b e l 3 . P o p u l a s i L a r v a P e n g g e r e k B a t a n g mampu menekan larva penggerek batang jagung
(O. furnacalis) pada Berbagai Teknik (Anonim, 2004). Penggunaan insektisida sintetik
Pengendalian (ekor) Decis 2,5 EC dalam usaha tani jagung karena
daya bunuh terhadap serangga sasaran tinggi serta
Perlakuan Larva O. furnacalis (ekor)
waktu sangat cepat. Namun insektisida sintetik
A 2,88 b
mempunyai dampak negatif terhadap konsumen,
B 2,75 b hama serta musuh alami sanggat besar, sehingga
C 2,05 a dalam penggunaannya harus diketahui nilai
D 2,22 a Ambang Ekonomi dari hama penggerek batang.
E 5,03 c Pengarauh perlakuan D (pemupukan
BNT (0,05) = 0,31 NPK), maka tanaman akan tumbuh sehat dan dapat
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menghalangi datangnya serangan hama. Hal ini
menunjukkan tidak berbeda Pada uji Beda sesuai dengan pendapat Roesmarkam dan Yuwono
Nyata Terkecil (BNT 5 persen) (2002) bahwa pemupukan dimaksudkan untuk
Hasil pengamatan dilakukan terhadap mengganti unsur hara pada tanah dan merupakan
populasi larva penggerek batang (O. furnacalis) salah satu usaha penting untuk meningkatkan
akibat berbagai teknik pengendalian, maka pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan
berdasarkan hasil Uji BNT menunjukkan adalah pemberian bahan-bahan pada tanah agar
bahwa rata-rata populasi larva pada perlakuan dapat menambah zat makanan yang diperlukan
pemangkasan bunga jantan (A) dan penggunaan oleh tanaman (Murbandono, 1990). Pemupukan
biji bitung (B) tidak berbeda. Hal ini disebabkan bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki
karena biji bitung mengandung senyawa saponin kesuburan tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh
dan triterpenoid yang kerjanya sebagai racun lebih cepat, subur dan sehat.
perut pada serangga (Kardinan, 2000). Hasil Populasi larva penggerek batang jagung
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji bitung tertinggi terdapat pada kontrol (E) yaitu sebesar
dapat menghambat pertumbuhan larva Cricula 5,03 ekor per batang tanaman jagung. Hal ini
trifenestrata untuk terbentuk pupa sebesar disebabkan karena kontrol tidak diberikan
15 %, sedangkan menghamabat fecunditas perlakuan, sehingga larva dengan leluasa
(produksi telur) sebesar 60 % (Kardinan, 2000). menyerang batang jagung untuk memperoleh
Senyawa saponin dan triterpenoid inilah yang makanan. Selain itu, saat penelitian berlangsung
menghambat populasi larva penggerek batang bertepatan dengan musim laor (Pebruari-Mei)
(O. furnacalis) yang menyerang tanaman jagung. yang khusus bagi orang di Maluku diindentikan
Sedangkan perlakuan (A) pemangkasan bunga dengan waktu serangan dari hama tersebut. Hal
jantan pada tanaman jagung berkaitan dengan ini sesuai pendapat dari Untung (2006) bahwa
pemasakan bunga jantan akan gugur. Apabila salah satu penyebab serangga dapat menjadi hama
tidak dipangkas, maka bunga jantan yang rontoh yang membahayakan karena siklus musiman atau
tertinggal dipelepah-pelepah daun jagung akan fenologi hama sinkron dengan fenologi tanaman.
memperbesar tingkat serangan yang disertai Kerusakan tanaman terjadi sewaktu pemunculan
dengan jumlah populasi larva yang banyak fase hidup hama yang merusak seperti larva
menyerang batang jagung. bersamaan dengan pemunculan tingkat tumbuh
Populasi terendah terdapat pada perlakuan tanaman yang disenangi oleh hama sebagai
C (Insektisida Decis 2,5 EC) sebesar 2,05 ekor tempat makan atau meletakkan telur. Untuk
per batang tidak berbeda dengan perlakuan memutuskan sinkronisasi fenologi tanaman dan
(D) pemupukan NPK sebesar 2,22 ekor per hama, maka dilakukan pengaturan waktu tanaman
melalui cara memajukan atau memundurkan atau embun. Oleh sebab itu perlu dilakukan
waktu tanaman. pengendalian dengan interval singkat (3 hari
sekali). Menurut Kardinan, 2000, insektisida
Intensitas Kerusakan Tanaman Jagung
nabati mudah terurai sehingga tidak mencemari
Berdasarkan hasil pengamatan intensitas lingkungan karena residu mudah hilang, bersifat
kerusakan batang jagung pada perlakuan pukul dan lari yaitu apabila diaplikasikan akan
pengendalian hama penggerek batang membunuh hama dan residunya cepat hilang.
(O. furnacalis) berpengaruh nyata (Tabel 4).
Perlakuan pemupukan (D) sangat terkait
Tabel 4.Intensitas Kerusakan Tanaman Jagung
dengan kebutuhan hara bagi tanaman. Hal ini
Akibat Serangan Hama Penggerek Batang
disebabkan karena pemupukan dengan NPK
(O. Furnacalis) (%) mampu memberikan nutrisi bagi tanaman,
Perlakuan Intensitas Kerusakan (%) sehingga tanaman mampu tumbuh sehat dan
A 25,31 b dapat menghalau datangnya serangan hama. Hal
B 24,39 b ini sesuai pendapat Dedi Nursamsi (2006) bahwa
C 18,29 a pemberian pupuk KCl, SP-36 dan urea terhadap
D 27,74 b
jagung unggul varietas Lamuru pada berbagai
jenis lahan pertanian mampu menekan intesitas
E 57,97 c
serangan hama O. furnacalis serta meningkatkan
BNT (0,05) = 3,84 produksi jagung. Jika dibandingkan dengan
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama kontrol (E) tanpa perlakuan, maka intensitas
menunjukkan tidak berbeda Pada uji Beda serangannya tergolong kriteria berat (57,97 %).
Nyata Terkecil (BNT 5 persen) Hal ini sangat terkait dengan pengendalian hama
Berdasarkan hasil analisis ragam, baik dengan cara sanitasi, penggunaan senyawa
intensitas kerusakan batang jagung akibat kimia (sintetik dan nabati) serta pemupukan.
seranggan penggerek batang jagung O. furnacalis, Tanaman yang kekurangan hara akan memberikan
terdapat perbedaan yang sangat nyata akibat kontribusi yang jelek terhadap pertumbuhan
berbagai teknik pengendalian yang dilakukan. maupun hasil serta rentan terhadap serangan hama
Pada perlakuan (A), perlakuan (B) dan perlakuan maupun penyakit.
(D) tidak berbeda terhadap uji statistik yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dilakukan untuk parameter intensitas kerusakan. intensitas kerusakan batang jagung yang terendah
Namun dilihat dari besarnya intensitas kerusakan terdapat pada perlakuan C (Decis 2,5 EC) sebesar
yang ditimbulkan hama tersebut perlakuan A 18,29 persen tergolong kriteria ringan. Adanya
(25,31 %) dan perlakuan D (27,74 %) tergolong bahan aktif detametrin yang dikandung dalam
kriteria sedang dan perlakuan B (24,39 %) insektisida tersebut yang daya kerjanya sebagai
tergolong kriteria ringan. Perlakuan pengakasan racun kontak dan perut sehingga dapat meracuni
bunga jantan (A) merupakan salah satu cara larva penggerek batang. Hal ini menyebabkan
untuk menghilangkan bagian tanaman yang dapat kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tersebut
merupakan sumber untuk serangan hama lebih juga rendah. Menurut Untung, (2006), Intensitas
tinggi. Hal ini terkait dengan sisa bunga jantan serangan dari suatu jenis hama sangat ditentukan
yang rontoh dan terkumpul pada pelepah daun oleh besarnya populasi yang terdapat pada
atau tongkol akan memberikan peluang untuk tanaman tersebut, bukan berdasarkan besar
hama tersebut menimbulkan kerusakan yang kecilnya ukuran fisik (tubuh) hama.
lebih besar.
Perlakuan (B) dengan insektisida nabati Berat Tongkol Jagung (gram)
bitung dapat penekan populasi dan intensitas Berdasarkan hasil pengamatan berat
kerusakan sebesar (24,39 %), namun karena tongkol jagung pada perlakuan pengendalian
penggunaan dengan interval 7 hari, maka diduga hama penggerek batang (O. furnacalis)
kehilangan bahan aktif saponin dan triterpenoid berpengaruh nyata Tabel 5).
karena proses penguraian oleh sinar matahari
Tabel 5. Berat Tongkol Jagung pada Berbagai Teknik dosis pupuk kascing 125 gr/tanaman memberikan
Pengendalian Hama Penggerek Batang berat tongkol sebesar 248,92 gram. Berdasarkan
(O. furnacalis) (gram) diskripsi jagung manis hibrida varietas Bonanza
Perlakuan Larva O. furnacalis (ekor) F1 berat tongkol 450 gram/buah. Ternyata hasil
A 261,50 b penelitian yang diperoleh jauh lebih rendah, di
B 255,50 b duga disebabkan karena dosis pupuk NPK yang
C 298,00 c
diberikan terlalu rendah serta perngaruh suhu saat
penelitian terlalu tinggi rata-rata 31,5 oC (kisaran
D 251,50 b
26-45oC). Suhu ideal untuk pertumbuhan jagung,
E 182,30a
memerlukan suhu optimal yaitu 23-27oC (Siwi
BNT (0,05) = 15,93 Purwanto, 2007).
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
Hasil panen jagung menunjukkan bahwa
menunjukkan tidak berbeda Pada uji Beda
perlakuan C (Decis 2,5 EC) dengan berat per
Nyata Terkecil (BNT 5 persen)
tongkol tertinggi yaitu 298,00 gram. Hal ini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terkait daya racun dari insektisida sintetik (Decis
rerata berat tongkol jagung akibat perlakuan
2,5 EC) sangat cepat serta hasilnya dapat dilihat
pengendalian menunjukkan perbedaan antar
dengan cepat sehingga dapat menekan populasi
perlakuan. Pada perlakuan A (pengakasan bunga
larva terendah 2,05 ekor dan intensitas kerusakan
jantan), perlakuan B (insektisida nabati bitung )
sebesar 18,29 persen dan tergolong kriteria
dan perlakuan D (pemupukan NPK) tidak terdapat
ringan. Jika dibandingkan dengan kontrol (E),
perbedaan terhadap berat tongkol jagung. Hal
berat tongkol yang dihasilkan paling rendah
ini terkait dengan masing-masing perlakuan
(182,3 gram) dibandingkan dengan perlakuan
memberikan kontribusi dalam pengendalian
lain. Hal ini terbukti, jika tanah yang tidak
hama tersebut. Artinya jumlah populasi larva
diimbangi dengan unsur hara yang cukup, serta
dan intensitas kerusakan yang ditimbulkan hama
tindakan pengendalian akan menyebabkan jumlah
tersebut memberikan dampak terhadap besarnya
populasi larva meningkat diikuti dengan intensitas
berat tongkol jagung.
kerusakan tinggi menyebabkan poduksi yang
Perlakuan A (pemangkasan bunga jantan) diperoleh juga rendah. Hasil penelitian Siwi
merupakan salah satu cara pengendalian hama Purwanto, (2007) mengatakan bahwa peningkatan
tersebut, karena jika dibiarkan bunga jantan produktivitas dicapai melalui perbaikan mutu
tetap ada pada tanaman jagung memungkinkan benih (pergantian varietas lokal) ke hibrida
kerusakan meningkat serta mempengaruhi berat dan benih unggul, pemupukan berimbang,
tongkol jagung. Sedangkan untuk perlakuan pengendalian OPT, pengairan untuk meningkatkan
D (pemupukan) berat tongkol jagung yang hasil. Pengamanan produksi dimaksud untuk
dihasilkan sebesar (251,5 gram) sangat terkait mengatasi serangan OPT, fenomena iklim,
dengan kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan pengamanan kualitas produksi dan kehilangan
vegetatif maupun generatif. Hal ini sesuai hasil akibat penanganan pascapanen yang kurang
dengan pendapat (Awalita, dkk, 2006) bahwa benar. Tanaman jagung manis atau sweet corn
tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal
mempunyai kandungan hara yang cukup untuk dan baru dikembangkan di Indonesia. Sweet corn
menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai semakin populer dan banyak dikonsumsi karena
berproduksi. Artinya tanah yang digunakan harus memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan
subur. Ketersediaan hara dalam tanah sangat jagung biasa. Selain itu umur produksinya lebih
dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Dengan singkat (genjah) yaitu 70 – 80 hari sehingga
pemberian pupuk NPK sebanyak 10 gram per sangat menguntungkan (Anonim, 1992). Faktor
tanaman akan memberikan pengaruh terhadap lain yang diduga mempengaruhi berattongkol
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Bila jagung manis adalah perlakuan yang berbeda
dibandingkan dengan hasil penelitian (Awalita, terhadap hama tersebut, waktu tanam, suhu dan
dkk, 2006), pemberian pupuk kascing dengan
kelembaban tempat penelitian serta unsur hara positif) menunjukkan bahwa semakin tinggi
dalam tanah yang tersedia. populasi larva, semakin besar nilai kerusakan
yang ditimbulkan, sehingga sangat berpengaruh
Hubungan Populasi larva dengan Intensits terhadap produksi.
Kerusakan Batang Jagung
Hubungan antara populasi larva O. KESIMPULAN
furnacalis dengan intensitas kerusakan akibat Berdasarkan hasil penelitian dan
berbagai perlakuan pengendalian dapat dilihat pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
pada Gambar 2.
1. Pengendalian hama O. furnacalis dengan
menggunakan Decis 2,5 EC memberikan
hasil terbaik terhadap tinggi tanaman
Gambar 2. Hubungan antara Populasi Larva dengan (160,30 cm), populasi larva terendah 2,03
Intensitas Kerusakan
ekor, intesitas kerusakan sebesar 18,29
Hubungan antara populasi larva dan
persen dengan bobot tongkol jagung sebesar
intensitas kerusakan batang sangat erat. Hal ini
298,0 gram.
disebabkan karena tanaman inang dari hama O.
furnacalis adalah tanaman jagung, sehingga saat 2. Penggunaan pupuk NPK dan penggunaan
munculnya hama tersebut sesuai dengan stadia pestisida nabati (biji bitung) serta
perkembangan tanaman jagung menyebabkan pemangkasan bunga jantan mampu
kerusakan tertinggi terdapat pada kontrol. Di menekan populasi larva penggerek batang
Propinsi Maluku sudah menjadi kebiasaan bahwa (O. furnacalis) dan intensitas kerusakan
apabila jagung ditaman pada bulan Februari sehingga dapat meningkatan berat tongkol
sampai April ditandai dengan munculnya populasi jagung.
hama tersebut dalam jumlah yang besar. Dengan 3. Hasil penelitian pada kontrol (tanpa perlakun)
demikian apabila pertanaman jagung yang tidak menunjukkan populasi larva tertinggi 5,03
dilakukan pengendalian akan terserang berat ekor per batang dengan intensitas kerusakan
bahkan dapat menggagalkan panen. Berdasarkan sebesar 57,97 persen dengan berat tongkol
persamaan regresi regresinya Y = -8,499 + yang rendah (182,3 gram).
13,27x dengan koefisien regresi r = 0,96 (korelasi
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ahmad Utomo, 2009. “Kandungan Gizi” Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim, 1992. Sweet Corn Beby Corn. Penebar Swadaya Jakarta.
Anonim, 2003. Jadilah Dokter Bagi jagungmu. Alih Bahasa : Ismunadji http://www.ppifar.org/ppiweb/
seasia.risf 9 Maret 2006
Anonim, 2004. Teknologi Pembuatan Pupuk Organik : Kompos Dari Sampah. Program Penerapan
IPTEK di Daerah (Iptekda).
Awalita M; Sri Darmanti dan Sarjana Parman, 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays)
Yang Diperlakukan Dengan Kompos Kascing Dengan Dosis Yang Berbeda. Buletin
Anatomi dan Fisiologi Vol XIV No.2, Oktober 2006.
Baktiar dan A. Tenrirawe, 2005. Identifikasi Hama Utama Jagung dan Cara Pengendaliannya Pada
Tingkat Petani di Sulawesi Selatan. Prosseding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan
PEI dan PFI XVI Komda Sulsel, 2005.
Behuku, T., 1992. “Pengaruh dosis Cendawan Beauveria bassiana terhadap Kemampuan Menginfeksi
Ulat O. furnacalis Pada Tanaman Jagung”. Thesis Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
Ambon.
Dedi Nursamsi, 2006. Pengaruh pemberian Pupuk MOP, KCl, SP-36 dan Urea Terhadap Jagung
Unggul varietas Lamuru Pada Berbagai Jenis Lahan
Hartono dan Purwono, 2011. “Bertanam Jagung Unggul”. Penebar Swadaya, Jakarta.
Institut Pertanian Bogor, 2009. “Ilmu Hama Tumbuhan I” Diktat Bahan Kuliah dan Praktikum Program
Studi Proteksi Tanaman,
Kalshoven, L.G.E., 1981. The Pest Of Crops in Indonesia. PT Ichtiar baru Van Houve. Jakarta.
Kardinan, A., 2000. Pestisida Nabati, ramuan dan Aplikasi. PT Penebar Swadaya.
Kartosuwondo, 1984. “Beberapa Hama Penting Tanaman Pangan”. Diktat Bahan Kuliah Jurusan
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor.
Murbandono, H.S.L, 1990. Membuat Kompos. Penebar Swadaya Jakarta.
Natawigena. H, 1982. “Pestisida dan Kegunaan”. Penerbit CV. Armico, Bandung.
Novizan, 2004. “Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan”. Kanisius,
Yogyakarta.
RoesmarkamA.A; Suryadi dan Suwono, 2002. Pengaruh Pupuk P , K dan Pupuk Kandang terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi Di lahan Tadah Hujan.
Siwi Purwanto, 2007. Perkembangan Produksi dan Kebijakan Peningkatan Produksi Jagung. Direktorat
Tanaman Pangan.
Sola, 2009. Pusat Informasi Jagung Indonesia.
Sudarmono, S., 1998. “Pengendalian Hama Tanaman Jagung”. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sutoro, Yoyo S dan Iskandar, 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Bali Penerbit Tanaman Pangan.
Bogor.
Sugeng HR, 2001. “Bercocok Tanam Palawija” Penerbit Anelka Ilmu, Semarang.
Steel. G.D. Robert and Torrie H.James, 1996. Pengantar Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu
Pendekatan Biometrik, PT Gramedia Jakarta.
Untung, K, 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi revisi). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.