1
2. Non-Newtonian Fluid
Fluida Non-Newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya tidak
berhubungan secara linier terhadap laju regangan geser. Fluida jenis ini memiliki
viskositas dinamis yang dapat berubah-ubah ketika terdapat gaya yang bekerja
pada fluida tersebut dan waktu. Contoh Fluida Non-Newtonian adalah plastik, oli,
getah karet.
2
2. Incompressible Fluid
Incompressible fluid ialah fluida yang memiliki volume dan massa jenis
tetap pada setiap alirannya. Dengan kata lain massa jenis fluida ini sama pada
setiap titik yang dialirinya. Incompressible fluid memiliki Bilangan Mach lebih
kecil dari 0,3.
𝑉
𝑀𝑎 = < 0.3
𝑎
Pembagian kecepatan berdasarkan Bilangan Mach:
- Subsonic (Mach < 1,0)
- Sonic (Mach = 1.0)
- Transonic (0,8 < Mach < 1.3)
- Supersonic (Mach > 1.0)
- Hypersonic (Mach > 5.0)
3
3. Fluida dengan Aliran Transisi
Fluida dengan aliran transisi adalah fluida yang alirannya merupakan aliran
peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran ini memiliki bilangan Re
Antara 2300-4000.
4
1. Steady state
2. Densitasnya relatif konstan
3. Gesekan diabaikan
4. Diacu pada titik yang terletak di 1 streamline
Secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli, yang pertama
berlaku untuk aliran tak termampatkan (incompressible flow) dan yang lain untuk
fluida termampatkan (compressible flow).
5
Keterangan:
b. Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan masa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contohnya udara, gas alam, dll.
c. Aplikasi Hukum Bernoulli
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan aplikasi hukum
Bernoulli yang sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana yang
menunjang kehidupan manusia masa kini. Berikut ini beberapa contoh aplikasi
hukum Bernoulli tersebut:
1. Hukum Bernoulli digunakan untuk menentukan gaya angkat pada sayap
dan badan pesawat terbang sehingga diperoleh ukuran presisi yang sesuai.
2. Hukum Bernoulli digunakan untuk mesin karburator yang berfungsi untuk
mengalirkan bahan bakar dan mencampurnya dengan aliran udara yang
masuk. Salah satu pemakaian karburator adalah dalam kendaraan
bermotor, seperti mobil.
3. Hukum Bernoulli berlaku pada aliran air melalui pipa dari tangki
penampung menujubak-bak penampung. Biasanya digunakan di rumah-
rumah pemukiman.
4. Hukum Bernoulli juga digunakan pada mesin yang mempercepat laju
kapal layar.
1.1.4 Bilangan Reynolds
Bilangan Reynold adalah rasio antara gaya inersia dan gaya viskos yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
6
tertentu. Bilangan Reynold digunakan untuk membedakan aliran apakah turbulen
atau laminer, terdapat suatu angka tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold
(Reynold Number). Angka ini dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
𝑣𝐿 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑒𝑟𝑠𝑖𝑎
𝑅𝑒 = =
𝑣 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠
Keterangan:
1.1.5 Head
Head adalah energi per satuan berat, yang disediakan untuk mengalirkan
sejumlah zat cair untuk dikonversikan menjadi bentuk lain. Head mempunyai
satuan meter (m). Menurut Bernoulli ada 3 macam head fluida yaitu :
Head Tekanan
Head tekanan adalah perbedaan head tekanan yang bekerja pada
permukaan zat cair pada sisi tekan dengan head tekanan yang bekerja pada
permukaan zat cair pada sisi isap.
𝑃 𝑃𝑑 𝑃𝑠
= −
𝛾 𝛾 𝛾
Keterangan:
𝑃
= Head tekanan(m)
𝛾
𝑃𝑑
= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan (m)
𝛾
𝑃𝑠
= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap (m)
𝛾
Head Kinetik
Head kinetik adalah head yang diperlukan untuk menggerakkan suatu zat
dari keadaan diam sampai tempat dan kecepatan tertentu.
7
𝑣𝑑 2 𝑣𝑠 2
ℎ𝑘 = −
2𝑔 2𝑔
Keterangan:
ℎ𝑘 = Head kecepatan atau head kinetik (m)
𝑉𝑑2
= Kecepatan zat cair pada saluran tekan (m)
2𝑔
𝑉𝑠2
= Kecepatan zat cair pada saluran isap (m)
2𝑔
Head Potensial
Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang banding (datum plane).
Jadi suatu kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi yang disebabkan
oleh posisinya atau disebut fluida mempunyai head sebesar Z kolom air.
Z = Zd – Zs
Keterangan
1.1.6 Losses
Kerugian energi atau istilah umumnya dalam mekanika fluida kerugian
head (headlosses) tergantung pada :
1. Bentuk, ukuran dan kekasaran saluran.
2. Kecepatan fluida.
3. Kekentalan.
a. Minor Losses
Minor losses disebabkan oleh alat-alat pelengkap lokal atau yang diberi istilah
tahanan hidrolis seperti misalnya, perubahan bentuk saluran atau perubahan
ukurannya. Contoh dari beberapa alat-alat pelengkap-lokal adalah sebagai berikut:
8
Gambar 1.7 Minor losses (a) gate, (b) orifice, (c) elbow dan (d) valve
Sumber: Suharto (2015)
𝑣2
ℎ=𝑘
2𝑔
Keterangan:
b. Major Losses
Major losses adalah suatu kerugian yang dialami oleh aliran fluida dalam pipa
yang disebabkan oleh koefisien gesekan pipa yang besarnya tergantung kekasaran
pipa,diameter pipa dan bilangan Reynold. Koefisien gesek dipengaruhi juga oleh
kecepatan,karena distribusi kecepatan pada aliran laminar dan aliran turbulen
berbeda. Secara matematik dapat ditunjukkan sebagai berikut:
𝐿 𝑣2
ℎ𝑓 = 𝑓. .
𝐷 2𝑔
Keterangan:
hf = Major losses (m)
f = Koefisien gesekan
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)
9
Gambar 1.8 Moody Diagram
Sumber: Suharto (2015)
𝑣𝐿
𝑅𝑒 =
𝑣
Keterangan:
Re = Angka Reynold
v = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
L = Panjang aliran dalam pipa (ft atau m)
V = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft2/s atau m2/s)
Kemudian angka kekasaran (ε) dibagi dengan diameter pipa didapat suatu
harga ε/d. Dari bilangan Reynold ditarik garis keatas sampai pada garis ε/d.
Kemudian ditarik ke kiri sejajar garis bilangan Reynold, maka akan didapat harga
f.
10
1.1.7 Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka
makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam
fluida tersebut. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan
besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas
adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa.s). Alat yang digunakanuntuk mengukur
viskositas yaitu viskometer. Rumus viskositas adalah sebagai berikut :
𝑢
𝜏=𝜇
𝑍𝑜
Keterangan:
𝜏 = Tegangan geser (N/m)
𝜇 = Viskositas dinamik (Ns.m-2)
𝑢
= Perubahan sudut atau kecepatan sudut dari garis (m/s)
𝑍𝑜
𝜇
𝑣=
𝜌
Keterangan:
v = Viskositas kinematik (m2/s)
𝜇 = Viskositas dinamik (Ns.m-2 atau kg m/s)
𝜌 = Densitas atau massa jenis (kg/m)
11
Gambar 1.9 Viskositas Dinamik
Sumber: Frank M. White (1991)
12
Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas
akan turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan
partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurun kekentalannya.
Tabel 1.1 Kerapatan dan Kekentalan Udara Pada 1 atm
13
b. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
c. Tekanan
Viskositas berbanding lurus dengan tekanan, karena semakin besar tekanannya,
cairan akan semakin sulit mengalir akibat dari beban yang dikenakannya.
Katup adalah sebuah alat untuk mengatur aliran suatu fluida dengan
menutup,membuka atau menghambat sebagian dari jalannya aliran. Beberapa
macam katup yang sering digunakan, yaitu:
a. Gate Valve
Bentuk penyekat adalah piringan, atau sering disebut wedge, yang
digerakkan ke atas bawah untuk membuka dan menutup. Biasanya digunakan
untuk posisi buka atau tutup sempurna dan tidak disarankan untuk posisi
sebagian terbuka.
14
b. Globe Valve
Digunakan untuk mengatur banyaknya aliran fluida.
15
d. Ball Valve
Bentuk penyekatnya berbentuk bola yang mempunyai lubang menerobos
ditengahnya.
16
a. Rotameter
Alat ini digunakan untuk mengukur tingkat aliran fluida dalam tabung
tertutup. Tersusun dari tabung dengan pelampung di dalamnya yang kemudian
didorong oleh aliran lalu ditarik ke bawah oleh gravitasi.
17
Sumber: Faith A. Morrison (2012)
d. Orifice
Alat ini digunakan untuk mengukur besar arus aliran. Terdapat 3 jenis
orifice, yaitu :
1. Concentric Orifice
Digunakan untuk semua jenis fluida yang tidak mengandung partikel
padat.
18
1.1.11 Tujuan Pengujian
Fluid Circuid Friction Experimental Apparatus
1. Mengetahui pengaruh faktor gesekan aliran dalam berbagai pipa
pada bilangan reynold tertentu
2. Mengetahui pengaruh koefisien head pipe, glove valve, gate valve
dan cock pada bilangan reynold tertentu
3. Mengetahui koefisien aliran untuk orifice, nozzle dan pipa venturi
19
Belokan : 90o – radius kecil dengan
penghubug ulir (skrup) dan
radius besar yang disambung
dengan las.
Peralatan
Flow meter : Orifice meter, nozzle,
venturi meter, rota meter.
Manometer pipa U (air raksa) : 550 mm (air raksa tidak di
suplai)
Manometer U terbalik (air) : 550 mm
Penunjuk tekanan : 32 point
Kebutuhan Pendukung
1. Listrik 3 fase 220/380 v, 50/60 Hz
2. Suplai air dingin pada tekanan utama (manis) dan kering
20
Water Pipe Line Detail
21
1.3 Cara Pengambilan Data
1.3.1 Fluid Circuid Friction Apparatus
a. Persiapan
1. Tutup semua katup ventilasi udara, katup pressure tapping
selection dan katup pembuangan (control aliran).
2. Buka semua katup pengatur aliran, katup bola, katup gerbang,
drank ram agar air dapat mengalir.
3. Tekan switch motor penggerak pada posisi ON agar pompa
dapat bekerja mensirkulasi air.
4. Buka katup ventilasi udara (katup VA-1 dan VA-2)
untuk mengeluarkan udara dari jaringan pipa.
b. Pengukuran
1. Putar katup control aliran (VF-1) untuk mengubah debit aliran
yang diinginkan dapat dilihat pada Rotameter.
2. Buka katup water inverse U-TUBE manometer (L dan R)
3. Buka katup ventilasi manometer air.
4. Buka katup pada pressuer tapping selection untuk mengetahui
perbedaan tekanan antara 2 titik (hanya 2 katup yang terbuka),
apabila ingin mengetahui perbedaan tekanan titik yang lain,
tutup katup dan buka pada katup yang diinginkan dan
seterusnya.
5. Amati perbedaan tekanan yang terjadi pada manometer air.
6. Akhir dari pengujian, tutup semua katup dan matikan power
switch (OFF).
22
1.3.2 Hasil Pengujian Fluid Circuit Friction Apparatus
KELOMPOK 1
Data hasil pengujian aliran pada pipa lurus
No. Q1 v1 Qn Re
1 0.0000833 0.164543854 0.0001001409 4928.554103
2 0.0001389 0.274239756 0.0001712674 8214.256838
3 0.0001944 0.383935658 0.0002458047 11499.95957
4 0.0002500 0.493631561 0.0003174641 14785.66231
5 0.0003056 0.603327463 0.0003871972 18071.36504
6 0.0003611 0.713023365 0.0004523001 21357.06778
7 0.0004167 0.822719268 0.0005189001 24642.77051
8 0.0004722 0.93241517 0.0005896847 27928.47325
9 0.0005278 1.042111072 0.0006606646 31214.17598
No. Q1 v1 Cn Re
1 0.0000833 0.105308066 0.83216052 6160.692628
2 0.0001389 0.175513444 0.810947842 10267.82105
3 0.0001944 0.245718821 0.79105261 14374.94947
4 0.0002500 0.315924199 0.787490515 18482.07788
5 0.0003056 0.386129576 0.789147058 22589.2063
6 0.0003611 0.456334954 0.798388223 26696.33472
7 0.0004167 0.526540331 0.802980442 30803.46314
8 0.0004722 0.596745709 0.800804564 34910.59156
9 0.0005278 0.666951086 0.798858875 39017.71998
No. Q1 v1 Cn Re
1 0.0000833 0.105308066 0.007530047 3942.843282
2 0.0001389 0.175513444 0.00813245 6571.40547
3 0.0001944 0.245718821 0.006915349 9199.967658
4 0.0002500 0.315924199 0.008366718 11828.52985
5 0.0003056 0.386129576 0.006160947 14457.09203
6 0.0003611 0.456334954 0.006817143 17085.65422
7 0.0004167 0.526540331 0.007530047 19714.21641
8 0.0004722 0.596745709 0.007738491 22342.7786
9 0.0005278 0.666951086 0.005631891 24971.34079
23
KELOMPOK 2
Data hasil pengujian untuk pipa ½ inch
Q1
No. Q (mᵌ/detik) v (m/s) h λ Re d
1 0.5 0.000138889 1.096959023 0.014 0.005792113 16341.79425
2 0.7 0.000194444 1.535742633 0.099 0.0208972 22878.51195
3 0.9 0.00025 1.974526242 0.212 0.027070721 29415.22965
4 1.1 0.000305556 2.413309851 0.268 0.022908593 35951.94735
5 1.3 0.000361111 2.852093461 0.401 0.024541814 42488.66505
6 1.5 0.000416667 3.29087707 0.545 0.025053186 49025.38274
7 1.7 0.000472222 3.729660679 0.55 0.019684022 55562.10044
8 1.9 0.000527778 4.168444289 0.73 0.020915326 62098.81814
9 2.1 0.000583333 4.607227898 0.88 0.02063921 68635.53584
24
KELOMPOK 3
Data hasil pengujian untuk pipa 3/4 inch
No. Q Q1 v Re H f
1 0,23 6,38889E-05 0,2242671 5038,077527 0,005 0,018559216
2 0,5 0,000138889 0,487537 10952,34245 0,02 0,01570852
3 0,7 0,000194444 0,6825522 15333,27943 0,044 0,017632013
4 0,9 0,00025 0,8775672 19714,21641 0,067 0,016241834
5 1,1 0,000305556 1,0725821 24095,15339 0,092 0,014929585
6 1,3 0,000361111 1,2675970 28476,09037 0,13 0,015104346
7 1,5 0,000416667 1,4626120 32857,02735 0,185 0,016144868
8 1,7 0,000472222 1,6576269 37237,96433 0,233 0,015830818
9 1,9 0,000527778 1,8526419 41618,90131 0,28 0,015229867
25
KELOMPOK 4
Data hasil pengujian aliran pada pipa lurus
No. Q V λ Re
1 8,33333E-05 0,164544 0,036813 4902,544
2 0,000138889 0,27424 0,013253 8170,907
3 0,000194444 0,383936 0,006762 11439,27
4 0,00025 0,493632 0,00409 14707,63
5 0,000305556 0,603327 0,002738 17975,99
6 0,000361111 0,713023 0,00196 21244,36
7 0,000416667 0,822719 0,001473 24512,72
8 0,000472222 0,932415 0,001146 27781,08
9 0,000527778 1,042111 0,000918 31049,45
26
1.3.3 Contoh Perhitungan
Perhitungan Eksperimen untuk mengukur kerugian gesek pada pipa ½ inch
A. Laju Aliran (Q1)
𝑄
𝑄1 = 3600
0,5
= 3600 = 0,000138889 mᵌ/detik
0,000138889
𝑣= = 𝟏, 𝟎𝟗𝟔𝟗𝟓𝟗𝟎𝟐𝟑 𝐦/𝐬
3,14/4(0,0127)2
Dengan diameter pipa, yaitu 0,0127
2 .9,8 .(0,014).0,0127
= = 0,007342757
(1,096959023 )2 ×2
27
𝑄1
𝑣 = 𝜋/4(𝑑2 )
8.33333E − 05
𝑣= = 𝟎. 𝟏𝟎𝟓𝟑𝟎𝟖𝟎𝟔𝟔 𝐦/𝐬
3,14/4(0,0357)2
Dengan diameter pipa, yaitu 0,0357
0,001
=
(0.105308066 )2 ×2 ×9,8
= 0,254514115
1 1
𝑑 (1 ).𝑣(1 ) 0,0357 × 0,138752911
4 4
= = 16341,79425
𝑣 0,000000848
0.00008333
𝑣= = 𝟎. 𝟏𝟎𝟓𝟑𝟎𝟖𝟎𝟔𝟔 𝐦/𝐬
3,14/4(0,0357)2
Dengan diameter pipa, yaitu 0,0357
28
C. Laju aliran teoritis pada pipa orifice
𝜋
𝑄𝑜 = 4 𝑑𝑜2 √2𝑔. ℎ𝑜
3,14
= 0,03572 √2 . 9,8 . 0,056
4
= 0,00127449 m3/s
= 0,108976052
Pipa ½ inch
HUBUNGAN ANTARA BILANGAN REYNOLD DENGAN
KOEFISIEN GESEK
0.075
HUBUNGAN ANTARA
Koefisien Gesek
BILANGAN REYNOLD
0.05 DENGAN KOEFISIEN
GESEK2
Poly. (HUBUNGAN
ANTARA BILANGAN
0.025 REYNOLD DENGAN
KOEFISIEN GESEK2)
0
0 20000 40000 60000 80000
Bilangan Reynold
29
Pembahasan :
Pada grafik ini dapat dilihat hubungan antara bilangan reynold dengan
koefisien gesek. Dari grafik terlihat bahwa semakin besar bilangan reynoldnya
semakin besar pula kecepatan fluida, hanya saja peningkatan koefisien geseknya
semakin berkurang lalu konstan dan cenderung membentuk polinomial yang
parabola koefisien geseknya cenderung keatas.
Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada bilangan reynold 16341,79425
koefisien geseknya sama dengan 0,005792113 sedangkan pada bilangan reynold
22878,51195 koefisien geseknya meningkat menjadi 0,0208972 hal ini
menunjukkan kenaikan bilangan reynold berbanding lurus dengan kenaikan
koefisien gesek, tapi pada bilangan reynold 55562,1044 kita dapat melihat bahwa
koefisien geseknya adalah 0,001968402, hal ini menunjukkan berkurangnya
peningkatan koefsien gesek. Berkurangnya koefisien gesek dikarenakan semakin
besar bilangan reynold maka semakin besar pula kecepatan fluida, sehingga waktu
kontak fluida dengan dinding pipa semakin sebentar, menyebabkan nilai koefisien
gesek semakin kecil dan grafik cenderung menurun.
Secara teoritis persamaan untuk bilangan reynold dan koefisien gesek
adalah sebagai berikut.
𝑑.𝑣 2.𝑔.ℎ.𝑑
Re = dan λ = (𝑣 2 ).𝑙
𝑣
30
Gate valve
0.3
0.25
HUBUNGAN ANTARA
Kerugian Gesek
31
𝑑.𝑣 ℎ (7−8)
Re = dan f= 1 2
𝑣 (𝑣 14) /2𝑔
Pipa Orifice
0.15
Koefisien Aliran Orifice
0.12
HUBUNGAN ANTARA
BILANGAN REYNOLD
0.09 DENGAN KOEFISIEN ALIRAN
2
Poly. (HUBUNGAN ANTARA
0.06
BILANGAN REYNOLD
DENGAN KOEFISIEN ALIRAN
2)
0.03
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Bilangan Reynold
Pembahasan :
Koefisien aliran orifice dilihat dari rasio antara jumlah aliran sebelum
masuk orifice dibanding jumlah aliran teoritis pada orifice. Pada saat bilangan
32
reynold rendah, aliran pada pipa cenderung laminar, akan tetapi apabila bilangan
reynold semakin tinggi, aliran pada pipa akan semakin turbulen. Semakin cepat
fluida mengalir, maka bidang kontak antara fluida dengan dinding orifice akan
semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar bilangan reynold maka
koefisien aliran orifice semakin kecil.
Grafik hubungan antara bilangan reynold dengan koefisien aliran pada
orifice dilihat dari rumus berikut.
𝑄𝑖
co = 𝑄𝑜 ,
𝜋
dimana 𝑄𝑜 = 4 𝑑𝑜2 √2𝑔. ℎ𝑜
Semakin besar kecepatan aliran maka semakin besar pula bilangan reynold, begitu
juga Q1 dab Co yang bertambah besar. Jadi saat aliran tersebut turbulen maka
koefisien alirannya menjadi lebih rendah daripada laminer.
33
1.3.4 Data Perbandingan Dari Masing – Masing Kelompok
Pipa lurus dengan diameter ½ inch, ¾ inch, dan 1 inch
0.03
kelompok 4 (1 inch)
KERUGIAN GESEKAN
0.025
0.015
Poly. (kelompok 2 (1/2
inch))
0.01
Poly. (kelompok 4 (1 inch))
0.005
Pembahasan :
Grafik tersebut membandingkan besar bilangan reynold dengan kerugian
gesek yang dialami fluida dengan besar penampang pipa yang berbeda pula. Dari
grafik dapat dilihat bahwa semakin tinggi bilangan reynold maka kerugian gesek
yang terjadi semakin menurun lalu konstan, hal ini disebabkan karena semakin
tinggi kecepatan fluida maka lama kontak antara dinding pipa dengan fluida
semakin sebentar, hal tersebut sesuai dengan asumsi dasar teori yang menyatakan
sebagai berikut.
𝑑.𝑣 2.𝑔.ℎ.𝑑
Re = dan λ = (𝑣 2 ).𝑙
𝑣
34
Semakin tinggi kecepatan aliran (v) maka akan meningkatkan bilangan reynold
(Re) dan menurunkan besar λ. Jika di grafik semakin konstan, itu disebabkan
karena peningkatan nilai kecepatan aliran yang diimbangi oleh besar perbedaan
tekanannya (h). Semakin kecil diameter pipa, menyebabkan kecepatan fluida
yang semakin meningkat, sehingga berujung pada meningkatnya bilangan
reynold. Semakin cepat fluida mengalir melalui pipa, semakin kecil kontak antara
fluida tersebut dengan dinding pipa yang menyebabkan koefisien geseknya
semakin menurun.
14
kelompok 2 (gate valve)
12
8
Poly. (kelompok 3 (glove
6 valve))
-2
Pembahasan :
Grafik tersebut membandingkan besar bilangan reynold dengan kerugian
gesek yang dialami fluida dengan jenis valve yang berbeda pula. Dari grafik dapat
dilihat bahwa semakin tinggi bilangan reynold maka kerugian gesek yang terjadi
semakin menurun lalu konstan, hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyatakan
35
1 1
𝑑 (14).𝑣(14) ℎ (7−8)
f= 1 2
𝑣 (𝑣 14) ×2𝑔
Semakin tinggi kecepatan aliran (v) maka akan meningkatkan bilangan Reynold
(Re) dan membuat konstan nilai koefisien kerugian geseknya disebabkan
peningkatan besar v diimbangi dengan perbedaan tekanan (h) yang semakin besar
pula. Dari grafik dapat dilihat kerugian gesek terbesar ada pada glove valve. Hal
tersebut dikarenakan bentuk konstruksi dari glove valve yang menyebabkan
bidang kontak antara fluida dan dinding valve lebih besar akibat banyaknya
belokan.
1
kelompok 4 (venturi)
0.8
kelompok 1 (nozzle)
0.6
36
sesuai dengan dasar teori yang menyatakan :
𝜋 𝑄𝑖
𝑄𝑜 = 4 𝑑𝑜2 √2𝑔. ℎ𝑜 co = 𝑄𝑜
37
BAB II
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical dan
horisontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang.
Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda
dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami
pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan
mengalami defleksi.
38
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (bending)
posisi batang horizontal, hingga membentuk sudut defleksi, kemudian kembali ke
posisi semula.
39
2.1.2. Perbedaan Defleksi dan Deformasi
Seperti yang telah dipaparkan, defleksi terjadi karena adanya pembebanan
vertikal dan horizontal pada balok atau batang. Sedangkan deformasi tidak hanya
terjadi karena pembebanan saja, akan tetapi karena adanya berbagai macam
perlakuan yang dialami oleh balok atau batang. Selain itu defleksi yang terjadi
pada balok hanya merubah bentuk (lendutan) pada batang atau balok tersebut,
sedangkan deformasi dapat merubah bentuk dan ukuran serta volume balok
tersebut.
Selain itu perbedaan antara defleksi dan deformasi juga dapat dilihat
berdasarkan dimensi dari balok atau batang, jika defleksi maka batangnya hanya
memiliki satu dimensi (p / l) sedangkan jika deformasi memiikik lebih dari satu
dimensi (p, l, t).
40
Sebuah material akan tahan terhadap energi tarik atau tekan jika energi
tersebut tidak melebihi energi karakteristik material tersebut. Macam macam
deformasi ada 2 yaitu:
1. Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang
bekerja, serta akan hilang bila beban ditiadakan.Dengan kata lain biula beban
ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula
2. Deformasi Plastis
Sumber : http://blog.ub.ac.id/shabazz/2011/12/01/
41
dikalikan perpindahan yang dihasilkan, sehingga gaya dirumuskan dengan
perubahan energi dibagi dengan perpindahan yang dihasilkan.
Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam struktur
elastis dinyatakan sebagai fungsi persamaan perpindahan qi, maka turunan parsial
dari energi regangan terhadap perpindahan memberikan persamaan gaya Qi.
Dirumuskan dengan :
𝜕𝑈
𝑄𝑖 =
𝜕𝑞𝑖
Dimana :
U = energi regangan
Dirumuskan dengan :
𝜕𝑈
𝑞𝑖 =
𝜕𝑄𝑖
Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan beban P di
ujung, dan perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori kedua
Castigliano.
𝜕𝑈
𝛿=
𝜕𝑃
42
𝜕 𝐿 𝑀𝐿2 𝜕 𝐿 𝑃𝐿2
𝛿= ∫ 𝑑𝐿 = ∫ 𝑑𝐿
𝜕𝑃 0 2𝐸𝐼 𝜕𝑃 0 2𝐸𝐼
𝜕 𝐿 𝑃𝐿2 𝑃𝐿3
𝛿= ∫ 𝑑𝐿 =
𝜕𝑃 0 2𝐸𝐼 3𝐸𝐼
2.1.5. Momen
Perubahan gaya translasi pada sebuah benda dapat terjadi jika resultan gaya
yang mempengaruhibenda tidak sama dengan nol. Jika resultan gaya adalah nol
maka benda mungkin akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Untuk
mengubah keceepatan dibutuhkan gaya. Hal ini sesuai dengan Hukum II Newton.
Peristiwa yang sama juga berlaku pada gerak rotasi jika benda tersebut diberi
momen gaya. Dengan adanya momen gaya maka benda akan mengalami
perubahan kecepatan sudut. Momen gaya merupakan besaran vektor dan secara
matematis dituliskan:
43
Perubahan gaya translasi pada sebuah benda dapat terjadi jika resultan
gaya yang mempengaruhibenda tidak sama dengan nol. Jika resultan gaya adalah
nol maka benda mungkin akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Untuk
mengubah keceepatan dibutuhkan gaya. Hal ini sesuai dengan Hukum II Newton.
Peristiwa yang sama juga berlaku pada gerak rotasi jika benda tersebut diberi
momen gaya. Dengan adanya momen gaya maka benda akan mengalami
perubahan kecepatan sudut. Momen gaya merupakan besaran vektor dan secara
matematis dituliskan:
𝜏 = 𝐹. 𝑟
Momen Kopel
Momen kopel dinotasikan dg M, satuannya Nm. Kopel adalah pasangan dua
buah gaya yang sama besar berlawanan arah dan sejajar. Besarnya kopel
dinyatakan denganmomen kopel (M). Momen kopel seperti yang ditunjukkan
pada gambar di bawah merupakan besaran vektor dengan satuan Nm. Pengaruh
kopel terhadap benda yaitu dapat menyebabkan banda berotasi.
Momen Kopel dapat dirumuskan dengan formula : M = F × d.
Momen Inersia
44
Momen inersia merupakan ukuran kelebaman suatu benda untuk
berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa.
Momen inersia berperan dalam rotasi seperti massa dalam dinamika dasar,
menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut, sertamomen
gaya dan percepatan sudut.daftar dari momen inersia dari berbagai benda dapat
dilihat pada gambar di bawah.
I = k.m.r2
Keterangan : I = Momen Inersia (Kgm2)
k = konstanta inersia
m = massa (kg)
r = jari – jari objek dari pusat massa (m)
45
Gambar. 2.7 Momen Inersia
Sumber: http://ejurnal.unud.ac.id
Momen Bending
Momen bending adalah jumlah dari semua komponen momen gaya luar
yang bekerja pada segmen yang terisolasi, yaitu beban luar yang bekerja tegak
lurus sepanjang sumbu axis. Sebagai contoh momen bending adalah terjadi pada
rangka atap rumah.
𝑀 𝜎
=
𝐼 𝑦
46
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan beban terhadap defleksi yang
terjadi.
Spesimen 2
Defleksi
W R E I Horizontal
50 150 20000000 69,35893 0,000608249
100 150 20000000 69,35893 0,001216498
150 150 20000000 69,35893 0,001824747
200 150 20000000 69,35893 0,002432996
250 150 20000000 69,35893 0,003041245
300 150 20000000 69,35893 0,003649494
350 150 20000000 69,35893 0,004257743
400 150 20000000 69,35893 0,004865992
450 150 20000000 69,35893 0,005474241
500 150 20000000 69,35893 0,00608249
W R E I Defleksi Vertikal
50 150 20000000 69,35893 0,000636634
100 150 20000000 69,35893 0,001273268
150 150 20000000 69,35893 0,001909902
200 150 20000000 69,35893 0,002546536
250 150 20000000 69,35893 0,00318317
300 150 20000000 69,35893 0,003819804
350 150 20000000 69,35893 0,004456438
400 150 20000000 69,35893 0,005093072
450 150 20000000 69,35893 0,005729706
500 150 20000000 69,35893 0,00636634
47
Defleksi Horizontal 2
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 100 200 300 400 500 600
Defleksi Vertikal 2
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 100 200 300 400 500 600
48
Spesimen 3
W E I R b Hotizontal
50 20.000.000 69,35893 75 75 0,007831206
100 20.000.000 69,35893 75 75 0,015662412
150 20.000.000 69,35893 75 75 0,023493618
200 20.000.000 69,35893 75 75 0,031324824
250 20.000.000 69,35893 75 75 0,03915603
300 20.000.000 69,35893 75 75 0,046987235
350 20.000.000 69,35893 75 75 0,054818441
400 20.000.000 69,35893 75 75 0,062649647
450 20.000.000 69,35893 75 75 0,070480853
500 20.000.000 69,35893 75 75 0,078312059
W E I R b Vertikal
50 20.000.000 69,35893 75 75 0,015365384
100 20.000.000 69,35893 75 75 0,030730767
150 20.000.000 69,35893 75 75 0,046096151
200 20.000.000 69,35893 75 75 0,061461534
250 20.000.000 69,35893 75 75 0,076826918
300 20.000.000 69,35893 75 75 0,092192301
350 20.000.000 69,35893 75 75 0,107557685
400 20.000.000 69,35893 75 75 0,122923068
450 20.000.000 69,35893 75 75 0,138288452
500 20.000.000 69,35893 75 75 0,153653836
49
Diagram Horizontal Spesimen 3
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 100 200 300 400 500 600
0.15
0.1
0.05
0
0 100 200 300 400 500 600
50
1.2 Data Laporan Diagram Spesimen 2 dan 3 Actual dan Teoritis
Spesimen 2
Actual Actual Vertikal Teoritis Teoritis Vertikal
Horizontal 2 2 Horizontal 2 2 W
0,02 0,065 0,0608249 0,063663396 50
0,1 0,19 0,121649801 0,127326791 100
0,19 0,31 0,182474701 0,190990187 150
0,245 0,385 0,243299601 0,254653582 200
0,325 0,51 0,304124501 0,318316978 250
0,395 0,605 0,364949402 0,381980374 300
0,445 0,7 0,425774302 0,445643769 350
0,595 0,88 0,486599202 0,509307165 400
0,65 0,97 0,547424102 0,572970561 450
0,725 1,075 0,608249003 0,636633956 500
Spesimen 3
Actual Actual Vertikal Teoritis Teorotis Vertikal
Horizontal 3 3 Horizontal 3 3 W
0 0,01 0,03041245 0,015365384 50
0,045 0,055 0,0608249 0,030730767 100
0,09 0,09 0,09123735 0,046096151 150
0,12 0,12 0,121649801 0,061461534 200
0,165 0,155 0,152062251 0,076826918 250
0,195 0,185 0,182474701 0,092192301 300
0,26 0,235 0,212887151 0,107557685 350
0,315 0,28 0,243299601 0,122923068 400
0,345 0,315 0,273712051 0,138288452 450
0,38 0,345 0,304124501 0,153653836 500
51
DIAGRAM SPESIMEN 2
1.5
1
0.5
0
0 100 200 300 400 500 600
𝑊𝑅 3
Horizontal ∆𝑝 =
2𝐸𝐼
0,5.1503
=
2.20000000.69,358953
=0,000608249
𝜋𝑊𝑅 2
Vertikal ∆𝑊 =
4𝐸𝐼
3,14.1.1503
=
4.20000000.69,358953
= 0,001273268
52
DIAGRAM SPESIMEN 3
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 100 200 300 400 500 600
= 0,015662412
𝜋𝑊𝑅 2 𝑊𝑏𝑅 2
Vertikal ∆𝑊 = +
4𝐸𝐼 𝐸𝐼
3,14.2.752 2.75.752
= +
4.20000000.69,358953 200000000.69,358953
= 0,061461534
Pada grafik ini dapat dilihat hubungan antara bilangan reynold dengan
beban, semakin besar beban itu membuktikan bahwa bilangan reynold pada
grafik akan meningkat sehingga dapat disimpulkan ketika grafik
meningkat,semakin besar pembebanan yang di berikan maka semakin besar
pula defleksi yang terjadi pada balok,hal ini di sebabkan karena desakan yang
di sebabkan adanya pembebanan terhadap balok mengakibatkan kekuatan
balok akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya
pembebanan.defleksi juga di pengaruhi oleh letak pembebanan pada balok,di
mana defleksi maksimum terjadi pada pembebanan yang terletak pada beban 5
kg. Defleksi maksimum terjadi pada beban 5 kg dan Defleksi terkecil terjadi
pada beban 0.5 kg.
53
Perbandingan antara hasil Aktual dengan teoritis dapat pula di bandingkan
berdasarkan grafik di atas, berdasarkan ke empat grafik di atas dari spesimen 2
dan 3 secara eksperimental defleksi yang terjadi pada balok lebih besar jika di
bandingkan dengan besarnya defleksi secara teoritis hal ini di sebabkan karena
secara eksperimental pembebanan terjadi secara berkesinambungan yang
berpengaruh terhadap kekuatan balok yang semakin lama (Spesimen 2-3)
semakin menurun sehingga menyebabkan defleksi yang terjadi pada balok
akan semakin besar.
1.3 Data Laporan Diagram Spesimen 1 - 4
HORIZONTAL
pembebanan spesimen 1` spesimen 2 spesimen 3 spesimen 4
50 0,013404006 0,000608249 0,000304125 3,0037E-05
100 0,026808012 0,001216498 0,000608249 6,0074E-05
150 0,040212017 0,001824747 0,000912374 9,0111E-05
200 0,053616023 0,002432996 0,001216498 0,000120148
250 0,067020029 0,003041245 0,001520623 0,000150185
300 0,080424035 0,003649494 0,001824747 0,000180222
350 0,093828041 0,004257743 0,002128872 0,000210259
400 0,107232046 0,004865992 0,002432996 0,000240296
450 0,120636052 0,005474241 0,002737121 0,000270333
500 0,134040058 0,00608249 0,003041245 0,00030037
Vertikal
Pembebanan Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Spesimen 4
50 0,036803165 0,000636634 0,000310491 0,240295902
100 0,073606329 0,001273268 0,000620982 0,480591805
150 0,110409494 0,001909902 0,000931473 0,720887707
200 0,147212659 0,002546536 0,001241963 0,961183609
250 0,184015824 0,00318317 0,001552454 1,201479511
300 0,220818988 0,003819804 0,001862945 1,441775414
350 0,257622153 0,004456438 0,002173436 1,682071316
400 0,294425318 0,005093072 0,002483927 1,922367218
54
450 0,331228482 0,005729706 0,002794418 2,162663121
500 0,368031647 0,00636634 0,003104908 2,402959023
1.Defleksi Horizontal
Defleksi Horizontal
0.016
0.014
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 1 2 3 4 5 6
55
2. Defleksi Vertikal
Defleksi Vertikal
3
2.5
1.5
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6
Pembahasan
Pada grafik defleksi vertikal teoritis antar spesimen diperoleh hasil
bahwa pada setiap spesimen besarnya defleksi vertikal berbanding lurus
dengan pembebanan yang diberikan. Urutan defleksi vertikal dari yang terkecil
adalah spesimen 3 - spesimen 1 - spesimen 2 - spesimen 4.
KESIMPULAN
Semakin berat beban yang ada, maka tingkat defleksi akan semakin
meningkat dan pada pengujian Actual tingkat defleksi lebih tinggi dari pada
teoritis Adanya perbedaan antara hasil actual dengan teoritis di sebabkan
karena beberapa factor,misalnya:
1. Besarnya defleksi yang terjadi pada balok secara actual sebagian besar di
pengaruhi oleh berat balok yang mana hal tidak di perhitungkan dalam
perhitungan secara teoritis sehingga dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
antara hasil actual dengan teoritis
56
DAFTAR PUSTAKA
White, F.M. 2005. Fluid Mechanics . New York: McGraw Hill Laboratorium
Fenomena Dasar Mesin FT-UB
Vierck, R.K. 1967. Vibration Analysis. Pennsylvania: International Text .
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2017. Universitas Negeri Malang. UM Press.
57