Anda di halaman 1dari 40

BAB II

URAIAN PROSES

2.1 Bahan Baku


2.1.1 Bahan Baku Kilang BBM
PERTAMINA RU-III mengolah bahan baku minyak mentah yang berasal
dari berbagai daerah, terutama dari daerah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).
Transportasi minyak mentah ke kilang dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui
sistem pemipaan dan sebagian besar menggunakan kapal tanker. Jalur penyaluran
minyak mentah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Minyak mentah yang dikirim melalui sistem perpipaan adalah :
a. South Palembang District (SPD) dari Daerah Operasi Hulu Prabumulih
b. Talang Akar Pendopo Oil (TAPO) dari Daerah Operasi Hulu Prabumulih
c. Jambi Asphalitic Oil (Paraffinic Oil)
d. Jene
e. Ramba Crude Oil (RCO) dari Daerah Operasi Hulu Jambi
2. Minyak mentah yang dikirim menggunakan kapal tanker adalah :
a. Geragai Crude Oil (GCO) dari Santa Fe, Jambi,
b. Bula/Klamono (BL/KL) dari Irian Jaya,
c. Kaji Semoga Crude Oil (KSCO),
d. Sepanjang Crude Oil (SCO),
e. Sumatera Light Crude (SLC), dan
f. Duri Crude Oil (DCO).
Setiap minyak mentah dari sumber yang berbeda tersebut ditampung
dahulu di dalam tangki penampungan. Minyak mentah tersebut masih
mengandung kadar air yang cukup tinggi, baik dalam bentuk emulsi maupun
air bebas. Adanya kandungan air menyebabkan gangguan dalam unit-unit
pengolahan sehingga sebelum dimasukkan ke dalam unit CD (Crude
Distiller), minyak mentah harus dipisahkan dari air terlebih dahulu. Spesifikasi
minyak mentah yang boleh diumpankan ke dalam unit CD kadar airnya harus di

23
24

bawah 0,5% vol. Setelah memiliki kandungan air yang sesuai spesifikasi, minyak
mentah dapat diumpankan ke dalam CD. Setiap CD didesain untuk mengolah minyak
mentah dengan spesifikasi tertentu, bergantung kepada komposisi dan sifat
minyaknya.

Pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 ditunjukkan jenis umpan yang masuk ke
dalam unit pengolahan pertama (primary process) dan unit pengolahan lanjut
(secondary process).

Tabel 2.1 Umpan Unit Primary Process


Unit Kapasitas Pengolahan Sumber Minyak Bumi
CD-II 16,2 MBSD Kaji, Jene, SPD, TAP
CD-III 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene
CD-IV 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene
CD-V 35,0 MBSD SPD, TAP
CD-VI 15,0 MBSD Geragai, Bula,Klamono
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

Tabel 2.2 Umpan Unit Secondary Process


Unit Sumber Minyak Bumi
HVU Long Residue (CD II – CD VI)
MVGO (Medium Vacuum Gas Oil), HVGO (High
RFCCU
Vacuum Gas Oil), dan Long Residue CD II – CU VI
BB (Butane-Butylene) Unstab Crack, Comprimate, Condensate Gas, dan
Distiller Residual Gas
Stabilizer C/A/B SR-Tops (Straight Run-Tops)
Unit Polimerisasi Fresh BB (Butane-Butylene)
Unit Alkilasi Fresh BB dari BB Distiller
Raw PP (Propane-Propylene) dari RFCCU (Riser
Kilang Polypropylene
Fluid Catalytic Cracking Unit)
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017
25

2.1.2 Bahan Baku Penunjang


Selain bahan baku utama, proses pengolahan juga membutuhkan bahan-
bahan penunjang lain, seperti katalis, pelarut, dan bahan aditif yang mendukung
proses pengolahan bahan baku menjadi produk. Bahan-bahan penunjang yang
digunakan di PT PERTAMINA (PERSERO) RU-III ditunjukkan pada Tabel 2.3
dan Tabel 2.4
Tabel 2.3 Bahan-Bahan Penunjang Utama
Bahan Unit Fungsi
H2SO4 Alkilasi Katalis
Untuk proses treating
BB Treating &
untuk menghilangkan
NaOH Caustic Treating
senyawa belerang
Silika alumina RFCCU Katalis cracking
Titanium Catalyst Polypropylene Katalis utama
Tri Ethyl Alumunium
Polypropylene Ko-katalis
(AT cat)
CMMS Polypropylene Catalyst adjuvant
Hexane Polypropylene Pelarut katalis
Ekstraktor pada purifikasi
DEA Polypropylene
raw propane propylene
AE-Stab, AH-Stab,
AI-Stab,HA-Stab,
Polypropylene Stabilizer additive
HD-Stab, SA-Stab,
SB-Stab, SC-Stab
Gas N2 Polypropylene Off gas, carrier gas
Bahan bakar untuk
Fuel oil, fuel gas Semua unit pembakaran dalam furnace
unit
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017
26

Tabel 2.4 Kegunaan Bahan-Bahan Penunjang Tambahan


Bahan Kegunaan
Sebagai zat anti korosi pada system
Amoniak (NH3)
overhead kolom distilasi.
Sebagai regenerator dryer pada unit
Gas Panas
polypropylene.
Gas
N2 Sebagai pendingin (cooler).
Sebagai pemutus dan penyambung
H2 rantai polypropylene.

Untuk memperbaiki sifat


polypropylene sehingga sesuai
Aditif Aditif
dengan sifat yang diinginkan

Anti oksidan aditif untuk polimer


mogas unit polimerisasi, aditif untuk
Aditif Topanol A
produk treating plant bagian crude
distiller.
Sebagai katalis unit alkilasi dan LPG
H2SO4
treater
Zeolite Sebagai katalis pada RFCCU
NaOH Sebagai caustic treater pada CD & L
Bahan
P2O5 Sebagai katalis unit polimerisasi
Kimia
- Al2(SO4)3
Sebagai penjernih air
- Klorin
pada unit utilitas
- Coagulant Aid
Sebagai penjernih air
- Karbon Aktif
pada unit utilitas
- Resin Penukar Ion
Sebagai DEA ekstraktor pada unit
DEA
polypropylene.
27

Sebagai lean oil (absorben) pada unit


Heavy alkylate BB Distilation dan di unit Light End
FCCU
Sebagai regenerator dan cooler pada
DEA dan caustic extractor system,
LCGO
serta sebagai chilling system pada unit
alkilasi.
Sebagai katalis utama pada unit
Propana
polypropylene.
Sebagai ko-katalis pada unit
Katalis berbahan dasar Ti
polypropylene.
Sebagai molecular sieve pada unit
Katalis AT
polypropylene.
Sebagai zat pencegah atau
Silika Gel
penghambat korosi.
Corrosion Inhibitor Sebagai zat pencegah atau
Scale Inhibitor penghambat pembentukan kerak.
Sebagai zat pencegah atau
Biocide penghambat tumbuhnya lumut,
ganggang dan lain lain.
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

2.1.3 Bahan Baku Produk Non BBM


Selain mengolah minyak mentah, kilang musi juga mengolah produk
antara/intermediate, berupa :
1. Bahan baku Naften ( Bitumen Feed Stock ) dari Cilacap.
2. Komponen mogas beroktan tinggi (HOMC) untuk blending motor gasoline
dari Cilacap dan Dumai.
3. Raw-Propane-Propylene dari unit RFCCU untuk bahan baku produksi
Polypropylene.
28

2.2 Proses Produksi


Unit pemrosesan yang ada di kilang PT PERTAMINA RU III terbagi atas
dua bagian besar, yaitu unit yang memproses minyak mentah (crude) menjadi
produk-produk BBM dan unit yang memroses beberapa produk samping hasil
pemrosesan minyak mentah menjadi produk petrokimia.

2.2.1 Oil Movement


Minyak bumi yang telah diterima, baik dari perpipaan maupun dari kapal
tanker harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam sistem
pemroses untuk diubah menjadi produk yang siap dipasarkan. Tahap persiapan
minyak bumi meliputi:
a. Pengendapan atau Settling
Tahap Settling dilakukan untuk mengendapkan campuran air dan lumpur
yang terkandung dalam minyak bumi. Semakin panjang waktu settling, semakin
baik pula hasilnya. Waktu Settling biasanya ditetapkan selama satu jam setiap satu
meter minyak bumi.
b. Pembuangan Bottom
Tahap ini dilakukan untuk memompa seluruh campuran air dan lumpur yang
berada di bawah tangki Settling menuju tangki penampung yang dilengkapi Steam
Coil. Campuran tersebut masih mengandung minyak dalam jumlah sedikit.
Pemanasan dengan steam melalui steam coil akan memisahkan dari air dan
lumpur yang tersisa akan mengendap di dasar tangki.
c. Drain
Campuran air dan lumpur yang mengendap di dalam tangki penampung
akan mengendap dengan cara draining, sedangkan minyak akan dipompakan lagi
ke tangki crude.
d. Flushing pipa isap tangki
Tujuan tahap flushing adalah untuk mencuci pipa isap tangki untuk
membersihkan pipa isap dari air.
29

2.2.2 Unit Proses Primer (Primary Process Unit)


Unit proses primer mengolah minyak bumi dengan cara memisahkan
minyak bumi mentah menjadi fraksi-fraksinya dengan menggunakan metode
distilasi. Unit-unit distilasi di Pertamina RU III yang digunakan pada proses ini
adalah unit Crude Distiller (CD), yang terdiri dari lima CD (CD-II, CD-III, CD-
IV, CD-V, dan CD-VI), dan unit distilasi lanjutan yaitu: High Vacuum Unit
(HVU), Stabilizer C/A/B, SRMGC (Straight Run Motor Gas Compressor),
BBMGC (Butane-Butylene Motor Gas Compressor), BB Distiller (Butane-
Butylene Distiller) dan BB Treating.

1. Crude Distiller II (CD-II)


CD-II memiliki kapasitas 2600 ton/hari. Fungsi CD-II ini adalah untuk
memisahkan fraksi-fraksi tertentu pada minyak mentah. Umpan berasal dari
Sumatera Light Crude (SLC) dan Jene Crude. Unit ini terdiri atas 5 kolom
Fraksionator dan 1 Kolom Evaporator yang bekerja pada kondisi operasi masing-
masing (Tabel 2.5).
Tabel 2.5 Kondisi Operasi Kolom CD II
Temperatur °C Tekanan
Peralatan
Top Bottom (kg/cm2)
Kolom-I 95 155 2
Kolom-II 145 141 0.5
Kolom-IV 230 350 1.2
Kolom-V 71 169 0.3
Outlet F-I 266 - -
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

Produk CD II ini merupakan komponen produk solar yang dapat dilihat


pada Tabel 2.6
30

Tabel 2.6 Produk CD-II


Produk %wt
Gas (ke unit SRMGC) 0.9
Crude Butane 1.2
SR Tops 1.14
Naptha II 10.40
LKD 7.35
LCT 23.02
Long Residue 50.91
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

2. Crude Distiller III (CD-III)


Umpan masuk CD III berupa campuran Jene Crude Oil, Ramba Crude Oil
dan SLC Crude Oil. CD-III memiliki kapasitas 4000 ton/hari. Unit ini terdiri dari
tiga kolom distilasi dan satu Stabilizer yang beroperasi pada kondisi masing-
masing (Tabel 2.8). Sebelum diproses, dilakukan peningkatan temperatur umpan
(pre-heat) dengan empat buah Heat Exchanger.

3. Crude Distiller IV (CD-IV)


Unit CD IV memiliki sistem pemrosesan produk serta perolehan (Tabel 2.7
dan Tabel 2.8) produk yang sama dengan CD III. Namun penggunaan umpan di
kedua Crude Distiller ini berbeda. CD IV hanya menggunakan umpan Ramba
Crude Oil dan SLC Crude Oil saja.
Tabel 2.7 Kondisi Operasi CD III dan CD IV

Temperatur 0C Tekanan
Peralatan
Top Bottom (Kg.cm-2)
Kolom I 143 273 1,5
Kolom II 234 336 0,3
Kolom III 93 - 1,8 – 2,2
Stabilizer 97 185 2,8
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017
31

Tabel 2.8 Produk dan Perolehan CD III dan CD IV


Yield (%wt)
Produk
CD-III CD-IV
Gas 0,520 2,140
CR Butane 0,500 1,100
SR Tops 3,040 5,840
Naphta-II 5,020 8,900
Naphta-III 1,700 4,930
LKD 15,70 9,980
HKD 7,610 7,460
Residue 54.45 47,77
Loss 0,900 0,250
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

4. Crude Distiller V (CD V)


Umpan minyak mentah pada unit ini adalah minyak mentah yang berasal
dari South Palembang District (SPD) dan Talang Akar Pendopo (TAP). Unit ini
mengolah minyak mentah sehingga menghasilkan beberapa produk (Tabel 2.9).

Tabel 2.9 Produk dan Perolehan CD V


Produk Yield (%Wt)
Gas 1,33
SR Tops 1,74
Naphta-I 8,19
Naphta-II 7,50
Naphta-IV 2,96
LKD 5,27
HCT 8,19
Residue 50,91
Loss 0,32
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017
32

Minyak mentah dari tangki R dibagi menjadi dua aliran. Aliran pertama
dibagi lagi menjadi dua aliran dan mengalami sejumlah pemanasan. kemudian
masuk ke dalam kolom flash yang memiliki kondisi operasi masing-masing
(Tabel 2.10).

Tabel 2.10. Kondisi Operasi CD V


Temperatur 0C Tekanan
Peralatan
Top Bottom (Kg.cm-2)
Kolom I 150 243 1,5
Kolom II 200 340 0,2
Kolom III 105 160 0,8
Kolom V 70 100 0,8
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

5. Crude Distiller VI (CD-VI)


CD-VI ini dipergunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi yang
berasal dari Ramba berdasarkan distilasi atmosferik. Kapasitas pengolahan pada
CD-VI ini adalah 15.000.000 barrel per calendar day (15 MBCD). Produk yang
dihasilkan adalah gas, Naptha, Kerosene, ADO dan Long Residue. Di dalam unit
CD-VI terdapat Sub-Unit Redistiller III/IV. Redistiller III/IV ini digunakan untuk
mengolah ulang produk minyak yang tidak memenuhi spesifikasi. Saat ini
Redistiller telah dimodifikasi untuk dapat mengolah minyak mentah Sumatera
Light Crude (SLC). Modifikasi ini terjadi karena menurunnya jumlah minyak
yang terbuang atau tidak memenuhi spesifikasi.

6. Redistiller I/II
Re-Distiller I/II awalnya dibangun tahun 1937 (Red-I) dan 1940 (Red-II)
dengan kapasitas masing-masing 600 ton/hari untuk mengolah produk off-spec.
Kemudian dilakukan modifikasi untuk mengubah fungsinya untuk mengolah
33

minyak mentah. Kedua kolom ini digabung dimana Red-I sebagai kolom-1 dan
Red-II sebagai kolom-2. Kapasitas pengelolahannya adalah 1435 ton/hari.
Umpan unit ini berasal dari SPD dan SLC yang menghasilkan produk
beserta perolehan dari Re-Distiller I/II (Tabel 2.11).

Tabel 2.11 Produk dan Perolehan Re-Distiller I/II

Produk Yield (%-wt)

Gas 1.49
Naptha 14.99
Avtur 7.80
Diesel (ADO) 14.89
Long Residue 60.83
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

Umpan minyak mentah mengalami sejumlah pemanasan (pre-heating)


sebelum masuk ke Furnace-I (F1C1) untuk menaikkan temperatur menjadi 258°C
dan masuk ke Kolom 1-1. Produk atas akan didinginkan dan masuk ke tangki
akumulator 8-1. Gas yang tak terkondensasi dijadikan produk Gas, sedangkan
yang terkondensasi sebagian di-reflux dan sebagian sebagai produk Naphta. Side
stream yang keluar dari tray 19/20/21/22 masuk ke Avtur Side Striper 2-1 dengan
5 tray untuk memperbaiki flash point produk Avtur. Avtur Stripper dilengkapi
dengan Reboiler E-4. Produk Stripper ini adalah Avtur. Reboiling Kolom 1-1
dilakukan pada Furnace-I (F1C2). Sedangkan produk bawahnya masuk sebagai
umpan pada Kolom 1-2 pada tray-13.
Produk atas Kolom 1-2 didinginkan dan masuk pada tangki akumulator 8-2
dengan total reflux. Aliran dari tangki akumulator 8-2 sebagian direflux dan
sebagian sebagai produk Automotive Diesel Oil (ADO). Reboiling dilakukan pada
Furnace-II (F2C2). Sedangkan produk bawah kolom ini adalah Long Residue.
34

7. Stabilizer C/A/B
Stabilizer C/A/B merupakan tiga unit (kolom) terpisah, dimana Stab-B
merupakan kelanjutan dari Stab-C dan Stab-A.

8. Straight Run Main Gas Compressor (SRMGC)


Unit ini terdiri dari 4 buah kompresor. Kompresor–kompresor ini
digerakkan oleh motor bakar yang berbahan bakar gas. Unit SRMGC berfungsi
untuk menempa gas yang dihasilkan oleh unit Crude Distiller (CDU II, III, IV,
dan V), Stabillizer C/A/B, Thermal Reforming dan Redistiller I/II kilang Plaju.

9. Butane Butylene Main Gas Compressor (BBMGC)


Unit ini berfungsi untuk meningkatkan tekanan umpan BB-Distiller menjadi
20 kg/cm2. Umpan berupa gas yang berasal dari SRMGC masuk ke tangki 1201.
Fasa cair (condensate) akan ditingkatkan tekanannya dengan dan dijadikan
umpan Absorber 1-1 pada unit BB Distiller, sedangkan fasa gas dari tangki 1201
akan ditingkatkan tekanan dari 4 kg/cm2 menjadi 22 kg/cm2 menggunakan
Compressor. Kemudian aliran didinginkan pada Cooler setelah mengalami
peningkatan temperatur pada Compressor, selanjutnya aliran masuk ke Tangki
Akumulator 8-1/2/3/4. Gas dari Tangki Akumulator 8-1/2/3/4 akan disatukan
sebagai residual gas, umpan dari unit BB-Distiller. Produk cair yang terbentuk
akibat penurunan temperatur masuk ke Tangki Akumulator 8-5, dimana produk
gas dari tangki ini akan digabungkan comprimate unit SRMGC.

10. Butane Butylene (BB) Distiller


Unit BB Distiller terdiri dari empat kolom utama, yaitu kolom absorber 1-1,
depropaneeizer 1-2, debutanizer 1-3 dan stripper 1-4. Unit BB Distiller
menggunakan umpan residual gas, comprimate, condensate dan unstab-crack.
Umpan yang digunakan berupa gas dan cairan yang terdiri dari campuran
methane, ethane, propane, propylene, buthane, butilen, dan sedikit light naphtha.
Umpan gas masuk kolom absorber pada tray 16, sedangkan umpan cairan masuk
pada tray 14.
35

11. BB Treating
Unit BB Treating merupakan unit pelengkap BB Distiller. BB Treating
berfungsi untuk mengurangi kandungan merkaptan dan amina pada FBB dari unit
BB Distiller dan FBB dari FCCU Sungai Gerong. Merkaptan dan amina
merupakan racun bagi katalis proses polimerisasi. Umpan BB dari BB Distiller
atau FCCU dicampur dengan senyawa caustic soda atau NaOH, kemudian
dialirkan ke caustic settler. Pada caustic settler akan terjadi reaksi antara
merkaptan (R-S-H; R = alkil) dan NaOH sehingga menghasilkan R-S-Na dan
air. Caustic soda yang masih memiliki konsentrasi tinggi akan berada di bagian
bawah caustic settler, kemudian akan disirkulasi sambil dibuang sebagian.

12. High Vacuum Unit II (HVU II)


HVU II yang digunakan di RU-III Plaju merupakan distilasi vakum dengan wet
system, yang menggunakan stripping steam untuk mempertajam pemisahan
produk vacuum gas oil-nya. Feed untuk unit ini adalah long residue dari CD II,
III, IV, V dan VI. Sebagai produk, diperoleh off gas, vacuum gas oil (LVGO,
MVGO dan HVGO) serta vacuum residue.
Kapasitas produksi HVU II adalah 54 MBSD, dengan produk sebagai berikut :
a. Produk atas berupa Light Vacuum Gas Oil (LVGO) yang digunakan sebagai
komponen motor gas.
b. Produk tengah berupa Medium Vacuum Gas Oil (MVGO), dan Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO). Produk tengah ini merupakan umpan RFCCU.
c. Produk bawah berupa Light Sulphur Waxes Residue (LSWR).

2.2.3 Unit Proses Sekunder (Secondary Process Unit)


Unit proses sekunder mengolah keluaran dari unit proses primer menjadi
produk akhir dengan melibatkan reaksi-reaksi kimia. Unit proses sekunder yang
terdapat di PERTAMINA RU III adalah unit polimerisasi, unit alkilasi, RFCCU
dan unit petrokimia.
36

1. Polimerisasi
BB yang direaksikan masuk kedalam tube melewati catalyst sehingga
terjadi reaksi yang diinginkan.Tiap set convertor berisi 9 drum catalyst 200 kg
atau sama dengan 1800 kg. Reaksi polimerisasi ini berlangsung pada tekanan dan
temperatur yang tinggi yaitu 32 kg/cm2 dan 160oC.
Untuk memanaskan sampai suhu reaksi maka kedalam bagian shell dari
convertor dialirkan heating oil. Jika reaksi polimerisasi sudah berjalan normal
maka solar yang mengalir melalui shell bersifat sebagai pendingin juga pemanas.
Heating oil ini disirkulasikan. Reaktor product selanjutnya dialirkan kedalam
bagian stabilizer column untuk mengalami pemurnian. Stabilizer column
berfungsi sebagai pemisah butane dari polymer hasil reaksi.

2. Alkilasi
Unit alkilasi Pertamina RU III didesain untuk mengolah RBB dari unit
polimerisasi dengan kapasitas pengolahan 155T/D sehingga menghasilkan produk
light alkylate yang memiliki bilangan oktan tinggi.
Unit alkilasi terdiri dari 2 bagian yaitu bagian reaktor dan distilasi. Bila
kebutuhan RBB tidak tercukupi, umpan ditambah dengan RBB dari FCCU Sungai
Gerong.
Umpan dicampurkan dengan katalis H2SO4, lalu didinginkan di chiller yang
menggunakan pendingin propane. Campuran umpan - asam yang dingin
dimasukkan ke reaktor sehingga terjadi reaksi alkilasi.
Asam yang memiliki berat jenis lebih besar akan mengendap di bawah,
dimana sebagian asam di daur ulang, sedangkan sebagian lagi dibuang. Bagian
atas separator, yaitu alkilat, dimasukkan ke final separator, lalu ke caustic settler
untuk menetralkan sisa asam yang terikut. Alkilat yang telah melewati tahap
treating dijadikan umpan bagian distilasi.

3. Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU)


RFCCU digunakan untuk mengonversi MVGO dan HVGO(M/HVGO) dan
long residue menjadi produk minyak ringan dengan bantuan katalis. RFCCU
37

terdiri dari reaktor, regenerator katalis. Main fractionator terdiri dari kolom
primary fractionator, secondary fractionator, dan LCGO stripper. Produk
RFCCU adalah off gas, raw PP, LPG, catalytic naphtha, LCGO, HCGO, dan
slurry.
Perbandingan umpan pada unit RFCCU adalah 165000 BPSD M/HVGO
dan 4000 BPSD residue. Sebelum dimasukkan ke reaktor, umpan dipanaskan
terlebih dahulu dalam tungku hingga mencapai 3310C, lalu diinjeksikan antimoni
sebanyak 0,75-2,1 kg/jam untuk mencegah adanya metal content dalam umpan
yang dapat mengakibatkan deaktivasi katalis.
Umpan dengan kapasitas 120.600 kg/jam diinjeksikan ke dalam riser untuk

direaksikan dengan katalis bertemperatur 650-750oC dari regenerator. Reaksi

terjadi pada seluruh bagian riser pada 520oC. Untuk memperoleh sistem fluidisasi
yang baik, riser diinjeksikan dengan MP steam. Selain itu, diinjeksikan pula
HCGO yang menambah pembentukan coke pada katalis sehingga dapat
menaikkan temperatur regenerator serta nafta yang diperlukan untuk menaikkan
selektivitas cracking sehingga meningkatkan yield propaneee-propylene.
Stripping steam diinjeksikan ke daerah stripper untuk mengurangi kadar oil dalam
katalis sebelum disirkulasikan ke regenerator.
Reaktor dilengkapi dengan tiga buah cyclone 1 tahap untuk meminimalisasi
terbawanya katalis ke kolom fraksionasi. Hasil cracking yang berupa uap
dialirkan dari reaktor ke kolom fraksionasi.
Spent catalyst disirkulasikan ke dalam regenerator dengan dikontrol oleh
spent side valve (SSV). Untuk memperlancar aliran spent catalyst distand pipe,
dialirkan udara dengan control air blower dengan laju alir 7.000 kg/jam dan
tekanan 2,49 kg/cm2. Regenerasi katalis dilakukan dengan mengoksidasi coke
pada katalis dan untuk membantu pembakaran, dapat ditambahkan dengan torch
oil. Udara pembakaran dialirkan menggunakan main air blower. Regenerator
dilengkapi dengan cyclone 2 tahap untuk memisahkan gas cerobong dari partikel
katalis yang terbawa.
38

4. Unit Petrokimia
Pada awalnya, unit petrokimia memiliki dua unit, yaitu unit TA/PTA dan
unit polypropylene. Akan tetapi, pada tahun 2007, unit TA/PTA harus berhenti
beroperasi akibat mengalami kerugian sehingga satu-satunya unit petrokimia yang
masih beroperasi adalah unit polypropylene.
Proses di unit polypropylene terdiri dari tiga proses utama, yaitu proses
pemurnian atau purifikasi, proses polimerisasi, dan proses finishing. Umpan unit
polypropylene adalah raw PP (65-70% propylene) yang berasal dari unit RFCCU
Sungai Gerong. Umpan tersebut biasanya masih mengandung pengotor-pengotor,
seperti H2S dan CO2, sehingga harus dibersihkan di unit purifikasi.

2.3 Produk PERTAMINA RU III


Produk-produk yang dihasilkan oleh PT PERTAMINA (PERSERO)
Refinery Unit III terbagi menjadi 3 kelompok produk, yaitu kelompok produk
BBM, kelompok produk non-BBM, dan kelompok produk petrokimia. Produk
BBM yang diproduksi antara lain Avigas (Low Lead), Avtur, Motor
Gasoline/Premium/Bensin, Kerosene, Pertamax, Diesel (Solar/ADO, IDO), dan
Fuel Oil. Untuk produk non-BBM, Refinery Unit III memproduksi LPG, SBPX,
Musicool, Naphtha Free Lead (LOMC, HOMC), RPP (Raw Propane Propylene)
dan Solvent seperti LAWS. Sedangkan untuk produk petrokimia, Refinery Unit III
menghasilkan Polypropylene Film Grade (PF) dan Yarn Grade (PY). Penjelasan
lebih lanjut mengenai produk yang dihasilkan akan dijelaskan pada subbab berikut
di bawah ini.

1. Produk Bahan Bakar Minyak (BBM)


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya produk-produk BBM yang
dihasilkan oleh Refinery Unit III antara lain,
a. Avigas (Low Lead)
Avigas merupakan bahan bakar pesawat baling-baling. Avigas berwarna
hijau. Avigas dihasilkan dari unit Gas Plant dengan kapasitas produksi 0,06
MBCD. Kilang Refinery Unit III merupakan satu-satunya kilang yang
39

memproduksi avigas di Asia. Hingga saat ini hanya Indonesia, Australia, dan
Italia yang masih memproduksi Avigas.
b. Avtur
Avtur merupakan bahan bakar untuk pesawat turbin. Avtur berwarna kuning
muda, dihasilkan dari unit gas plant dengan kapasitas produksi 1,67 MBCD.
c. Premium atau Motor Gasoline (Mogas) atau Bensin
Premium adalah bahan bakar kendaraan bermotor, berwarna kuning dan
memiliki angka oktan 88. Premium yang dihasilkan merupakan hasil dari
pencampuran bahan bakar beroktan tinggi dari unit RFCCU dengan bahan
bakar beroktan rendah dari unit CD sehingga menghasilkan bilangan oktan
88. Kapasitas produksi premium Refinery Unit III adalah sebesar 22,1
MBCD.
d. Kerosin
Kerosin atau yang biasa dikenal dengan sebutan minyak tanah merupakan
bahan bakar keperluan rumah tangga. Kerosin berwarna kuning muda.
Kerosin dihasilkan dari unit crude distiller. Kapasitas produksi kerosin pada
Refinery Unit III adalah sebesar 14,33 MBCD. Kerosin merupakan hasil
Blending LKD (Light Kerosene Distillate) dan HKD (Heavy Kerosene
Distillate).
e. Solar/ADO (Automotive Diesel Oil)
Solar atau ADO merupakan bahan bakar kendaraan bermotor bermesin diesel.
Solar berwarna oranye. Solar dihasilkan dari unit crude distiller dengan
kapasitas produksi 30,82 MBCD.
f. IDO (Industrial Diesel Oil)
IDO merupakan bahan bakar untuk mesin diesel guna keperluan industri
(mesin-mesin pabrik), berwarna hitam, dengan harga dan kualitas dibawah
solar (ADO). IDO dihasilkan dari crude distiller dengan kapasitas produksi
1,75 MBCD.
g. IFO (Industrial Fuel Oil)
Sama halnya dengan IDO, IFO merupakan bahan bakar untuk keperluan
industri (mesin non-diesel), berwarna hitam, dengan harga dan kualitas
40

dibawah premium. IFO dihasilkan dari unit crude distiller dengan kapasitas
produksi 18,69 MBCD.
h. Racing Fuel
Racing Fuel merupakan bahan bakar untuk kendaraan balap yang diproduksi
oleh PT.Pertamina. Racing Fuel memiliki bilangan oktan sangat tinggi yakni
100. Harga bahan bakar ini juga sangat mahal yakni mencapai Rp. 75.000 per
liter. Contohnya Pertamax, Pertadex, dan lain-lain.

2. Produk non Bahan Bakar Minyak (non-BBM)


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya produk-produk non-BBM yang
dihasilkan oleh Refinery Unit III antara lain:
a. LPG
LPG atau Liquified Petroleum Gas merupakan bahan bakar yang biasa
digunakan untuk keperluan rumah tangga (kompor gas). LPG merupakan
campuran dari propane dan butane. LPG dihasilkan dari unit gas plant
dengan kapasitas produksi 3,75 MBCD.
b. SBPX, LAWS
SBPX dan low aromat white spirit (LAWS) merupakan produk pelarut yang
banyak digunakan di industri kimia, seperti industri cat. SBPX adalah produk
dari unit Stab C/A/B, sedangkan LAWS adalah produk dari unit GP.
c. LSWR
LSWR adalah bahan bakar yang biasa digunakan untuk industri kimia. LSWR
adalah produk dari RFCCU.
d. Musi Cool
pengganti freon yang ramah terhadap lingkungan, biasa digunakan pada
pendingin ruangan atau AC (Air Conditioner). Refrigerant dengan bahan
dasar hidrokarbon alam dan termasuk dalam kelompok Refrigerant ramah
lingkungan, dirancang sebagai alternatif pengganti Refrigerant Syntetic.
Kelompok hidrokarbon CFC : R-12, HCFC : R-22 dan HFC : R123a yang
masih memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan Refrigerant
Syntetic, diantaranya beberapa parameter memberikan indikasi data lebih
41

kecil seperti kerapatan bahan (density), rasio tekanan kondensasi terhadap


evaporasi dan kondisi bahan lebih besar seperti refrigerasi, COP, kalor laten
dan konduktivitas bahan.
e. Musi Green
Musi Green hampir sama dengan Musi Cool, bedanya adalah tingkat purity
dari Propane dan Isobutane, dan dibedakan sesuai tipe-tipe mesin Refrigerant
yang ada di pasar. Musi Cool dan Musi Green merupakan merk dagang.

3. Produk Petrokimia
Produk petrokimia yang dihasilkan unit Polypropylene adalah polypropylene
dengan merek dagang POLITAM, yang merupakan bahan baku pembuatan
plastik. Polypropylene yang dihasilkan Pertamina RU III terbagi atas empat jenis
atau grade, yaitu:
a. Film Grade (PF), sebagai bahan baku plastik pembungkus makanan,
pakaian, dan lain-lain.
b. Yarn Grade (PY), sebagai bahan baku plastik filamen, seperti tali, jaring,
karpet, tekstil, dan lain-lain.
c. Injection Molding Grade, sebagai bahan baku plastik untuk peralatan rumah
tangga, parts dari mesin, dan lain-lain.
d. Non-Standard Grade, merupakan plastik yang tidak memenuhi spesifikasi
standar yang ditentukan.

2.4 Unit Utilitas


Dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk, mulai dari tahap
penyiapan umpan sampai dengan tahap pengemasan, serta tahap pengolahan
limbah selama proses produksi berlangsung, dibutuhkan unit-unit dan bahan-
bahan pendukung seperti air, nitrogen, generator listrik.
Unit-unit dan bahan-bahan pendukung yang dibutuhkan untuk mendukung
keberlangsungan proses tersebut terintregasi dalam sebuah sistem, yaitu sistem
utilitas.
42

Unit-unit proses utilitas PT PERTAMINA (PERSERO) RU III (Tabel 2.12)


terdiri dari Water Treating Unit, Demineralization Plant, Cooling Tower,
Drinking Water Plant, Air Plant, N2 Plant, Boiler, Gas Turbin dan Rumah Pompa
Air. Kebutuhan bahan penunjang tersebut dipenuhi oleh unit utilitas
PERTAMINA RU III yang dibagi kedalam tiga Power Station (PS) berdasarkan
lokasinya.

Tabel 2.12 Power Station dan Unit Utilitas di PERTAMINA RU III


Power Station 1 Power Station 2 Power Station 3

Air plant Air plant Air plant


Boiler Boiler Cooling tower
RPA 1-3 DPW Demineralization plant
WTP (Bagus Kuning) Cooling tower DWP 2
Demineralization plant RPA 5-6
Nitrogen plant WTU
Pembangkit listrik
RPA 4
WTU
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

Power Station 2 didirikan tahun 1985 untuk mengontrol operasinya telah


memakai Distributed Control System (DCS). Orientasi pada unit utilitas dibagi
menjadi dua seksi yaitu:
1. Seksi Auxiliary, terdiri dari :
a. Water Treating Unit / WTU (rumah pompa air,clarifier)
b. Drinking water Plant / DWP
c. Cooling Tower
d. Demin Plant
e. Compressor
f. Nitrogen Plant
g. Air Plant
43

2. Seksi Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dan Uap (PPTL&U) terdiri dari :
a. Package Boiler
b. WHRU ( Waste Heat Recovery Unit )
c. Gas Turbin
d. Secure Power

2.4.1 Water Treating Unit (WTU)


Water Treating Unit adalah sebuah unit untuk merawat atau meresirkulasi
air bekas pakai yang telah digunakan oleh industri. Raw water berasal dari sungai
Komering yang dihisap dengan pompa untuk dialirkan ke Clarifier (Gambar 2.1 ),
yang sebelumnya diinjeksikan Al2(SO4)3 sebagai koagulan dan chlor sebagai
pembunuh bakteri sehingga akan membentuk flokulasi dengan kondisi operasi
masing-masing (Tabel 2.13). Dalam Clarifier ini diinjeksikan Koagulan Aids
Polyelectolyte untuk mempercepat koagulasi. Setelah gumpalan mengendap, laju
air jernihnya dialirkan ke saringan pasir untuk disaring. Pada saringan pasir terjadi
pemisahan gumpalan kecil dan kotoran yang masih terbawa didalam air. Setelah
itu diinjeksikan dengan larutan NaOH untuk mengatur pH (Potensial of
Hydrogen) . Air yang telah diproses ditampung di clear well dengan pH 5,6-6,2
dan siap untuk didistribusikan seperti : untuk feed pada demin plant, make up
Cooling Water, air minum dan Servis Water.

Tabel 2.13 Kondisi Operasi WTU


Kondisi Operasi Besaran
Kapasitas unit Clarifier 1067 m3/jam
Kapasitas masing – masing Filter 266,5 m3/jam
Kapasitas clear well tank 5000 m3/jam
Dosis Al2(SO4)3 20-80 ppm
Dosis poly-electrolyte 2 ppm
Dosis gas klorin 0-10 kg/jam
Dosis 10-30 ppm
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017
44

PE, NaOH, Cl2

agitator
talang
air jernih

mixing zone

sling

endapan floc
pengaduk scrapper

sludge

raw water intake

alum

10 - 20 m

Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017


Gambar 2.1. Skema Clarifier

2.4.2 Rumah Pompa Air (RPA)


Rumah Pompa Air atau yang disebut dengan RPA berfungsi untuk
memompa air untuk kebutuhan air minum, air proses, air pendingin, dan air
umpan boiler. PT. PERTAMINA RU III memiliki enam buah unit RPA yang
tersebar yakni RPA 1-4 yang berlokasi di Plaju, RPA 5 yang berlokasi di Bagus
Kuning dan Sungai Gerong dan RPA 6 yang juga berlokasi di Sungai Gerong. Air
mentah (Gambar 2.2) yang juga digunakan sebagai air pendingin once through
diambil oleh RPA 1-3, RPA 5 Sungai Gerong, dan RPA 6 dari sungai Komering.
Kapasitas air yang dihisap oleh pompa RPA dari sungai Komering mencapai
15.000 ton/hari. RPA 4 berfungsi untuk mengumpan air mentah ke unit WTU
(Water Treatment Unit). RPA 5 Bagus Kuning digunakan untuk mengalirkan air
mentah ke unit WTP. Air yang diambil dari sungai komering ini kemudian akan
terbagi ke dalam dua jalur yakni jalur untuk pasokan Fire Water dan Raw Water.
Air sungai yang digunakan terlebih dahulu melewati pre-treatment pada clarifier
dan sand filter. Hasilnya didistribusikan untuk berbagai penggunaan, yaitu make-
up air pendingin, umpan demineralization plant, dan service water (air pencuci).
Demin water digunakan untuk make-up BFW, pelarut bahan kimia, dan digunakan
dalam unit hydrogen plant. Air pendingin digunakan untuk medium transfer panas
pada kompresor, kondensor, dan unit polypropylene. Air minum digunakan untuk
fasilitas sanitary, air minum, safety shower, dan eye-wash station.
45

Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017


Gambar 2.2. Skema Pemrosesan Air Mentah

2.4.3 Drinking Water Plant (DWP)


DWP berfungsi untuk mengolah air bersih menjadi air minum, pengolahan ini
dilakukan dengan cara melewatkan air tersebut pada Actived Carbon Filter yang
berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa, warna dan Chlorine yang tersisa. Air
yang diolah di unit DWP yang memenuhi persyaratan kesehatan baik secara kimia
fisika dan biologi.
PT PERTAMINA (PERSERO) RU III memiliki dua unit Drinking Water
Plant, yaitu di Sungai Gerong dan Bagus Kuning. DWP yang terdapat di Sungai
Gerong beroperasi dengan kapasitas 150 ton/jam. Umpan untuk DWP yang
terdapat di Bagus Kuning hanya dioperasikan untuk memproduksi air minum.

2.4.4 Cooling Tower System


Cooling Tower adalah sebuah alat atau dalam kondisi operasi pabrik adalah
sebuah Tower atau menara, yang memiliki fungsi untuk mendinginkan aliran
fluida yang memiliki suhu yang tinggi.
Ada dua sirkulasi pada air pendingin, yaitu :
1. Open circulation (Sirkulasi Terbuka/Cooling Tower), yaitu sistem sirkulasi
terbuka, yang berarti Cooling Water selalu didistribusikan dam dikembalikan
lagi ke Cooling Tower.
46

2. Once Trough, yaitu sistem sirkulasi Cooling Water yang hanya dipakai satu
kali.
Cooling Water ex-unit PP dan own use UTL dikoyakkan dengan udara yang
dihasilkan dari Fan, sehingga uap/gas panas keluar melalui vent. Pada saat itu
diinjeksikan zat anti korosi pada peralatan. Selain itu juga diinjeksikan dengan
NaOH untuk mengatur pH. Sebelum didistribusikan, air diinjeksikan dengan chlor
agar tidak terbentuk lumut pada peralatan. Jenis Cooling Water yang digunakan
adalah Cross-flow Tower dengan kemiringan 30o.

2.4.5 Demineralization Plant


Unit ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan garam mineral yang
terkandung dalam air hasil olahan dari unit WTU. Unit Demin Plant mengolah air
yang berasal dari RWC I dan WTU SG. PT PERTAMINA (PERSERO) RU III
memiliki dua buah Demin Plant, yaitu Demin Plant Plaju berkapasitas 320 m3/jam
dan Demin Plant Sungai Gerong berkapasitas 45 m3/jam. Selain untuk kebutuhan
produksi steam, Demineralization Plant juga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan pasokan air untuk BFW (Boiler Feed Water), air minum, serta
Hydrogen Plant.
Unit Demineralization Plant terdiri dari :
a. Activated Carbon Filter, berfungsi untuk mengadsorpsi zat organik,filtrasi, dan
dekomposisi Cl2 menjadi ion Cl-, serta menghilangkan warna, rasa, dan bau.
b. Cation exchanger, berfungsi untuk demineralisasi ion positif (kation).
c. Anion exchanger, berfungsi untuk demineralisasi ion negatif (anion).
d. Mixed bed, berfungsi untuk mempolis sisa kation dan anion yang tidak tertukar
di cation dan anion exchanger untuk memperoleh air demin yang mendekati
murni.
47

Treated water

Air minum Air demineralisasi


Activated Cation Anion Mixed Bed
carbon Filter Exchanger Exchanger

Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017


Gambar 2.3. Unit Penukar Ion Demineralization Plant

Demin plant menggunakan resin penukar ion (Gambar 8) berupa polimer


stirena dan divinil benzena (DVB). Treated water dari clear well dilewatkan pada
activated carbon filter, air dapat digunakan sebagai air minum. Selanjutnya, air
dilewatkan pada cation exchanger, di mana terjadi pertukaran ion Na+, Ca2+, Mg2+
dengan H dari resin sehingga menghasilkan air yang bersifat asam. Selanjutnya,
air dilewatkan pada anion exchanger, di mana terjadi pertukaran antara ion negatif
dengan ion OH dari resin. Sebagai tahap terakhir, air dilewatkan melalui mixed
bed. Reaksi yang terjadi pada ketiga penukar ion adalah:
Kation : RH + NaCl  RNa + HCl
Anion : ROH + HCl  RCl + H2O
Setelah digunakan berulang kali, penukar ion akan menjadi jenuh sehingga
perludi regenerasi. Tujuan regenerasi dalah untuk menghilangkan ion garam yang
ada pada resin. Regenerasi penukar kation menggunakan larutan asam sulfat,
sedangkan regenerasi penukar anion menggunakan larutan caustic.

2.4.6 Compressor
Compressor merupakan alat yang berfungsi untuk mengkompres udara
tekan yang, udara instrument dan service air. Di Pertamina digunakan empat buah
48

kompresor yang bertekanan mencapai 9,5 kg/cm2 pada suhu 40oC lalu ditampung
menyerap logam-logam kecuali O2 dan N2. Media adsorben berupa padatan,
seperti Molekular Sieve dan Actified Alumina.

Spesifikasi udara instrument :


a. Bertekanan mantap, bebas debu dan kotoran.
b. Kering (dalam dryer) sehingga tidak merusak peralatan.

Udara bertekanan berfungsi untuk :


a. Membuka dan menutup kerangan (valve di kilang).
b. Untuk flashing.

2.4.7 Nitrogen Plant


Umpan Nitrogen Plant berupa udara kering berasal dari air plant. Unit ini
menghasilkan nitrogen berfasa gas dan cair. Nitrogen berfase gas digunakan
sebagai conveyor di unit Polypropylene dan purge gas pada saat plant start-up
dan shut down. Nitrogen Plant memproduksi nitrogen cair dengan kapasitas
sebesar 500 Nm3/jam dan nitrogen gas dengan kapasitas sebesar 1200 Nm3/jam.

Udara dari Chiller Cold


Kompresor Adsorber
atmosfer (pendingin) box

Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017


Gambar 2.4. Diagram Blok Nitrogen Plant

Prinsip kerja di Nitrogen Plant meliputi tiga tahap, yaitu pemurnian udara,
pemisahan udara dan penampungan produksi. Secara keseluruhan proses yang
berlangsung di Nitrogen Plant berlangsung secara cryogenic.
Pada tahap pemurnian, udara dari atmosfir disaring dengan Inlet Air Filter
(Gambar 9), untuk memisahkan partikel padat. Udara yang telah disaring dengan
Inlet Air Filter, selanjutnya dikompresi dan didinginkan sampai dengan suhu 5oC
dengan refrigerant propane didalam Chiller, kemudian udara dingin tersebut
dilewatkan kedalam kolom Adsorber. Kolom Adsorber terdiri dari dua tabung
yang saling berhubungan dan berisi Molecular Sieve. Kedua tabung Adsorber
49

tersebut dioperasikan bergantian secara siklus. Adsorber ini berfungsi untuk


menyerap uap air, CO2 dan kotoran lain dengan memanfaatkan Molecular Sieve.
Pada tahap pemisahan udara, udara yang telah dibersihkan, selanjutnya
didinginkan hingga mendekati titik didih N2 yaitu – 166oC menggunakan proses
pertukaran panas dengan produk dan waste gas didalam Air Exchanger. Air
Exchanger yang digunakan merupakan tipe Plant-fin Heat Exchanger dengan
material alumunium. Pada proses pedinginan ini, sebagian udara mencair.
Campuran udara cair dan gas kemudian dimasukkan ke dalam kolom distilasi
bertekanan tinggi. Umpan masuk dari bawah kolom dan suhu pada bagian bawah
kolom akan turun menjadi –175oC. Pada kolom ini udara akan terpisahkan,
sehingga N2 murni akan dihasilkan di overhead, O2 murni akan dihasilkan di
bottom. Nitrogen murni yang telah dihasilkan akan mengalir ke Condenser untuk
dikondensasikan. Proses kondensasi ini dilakukan dengan memanfaatkan panas
pada O2 murni yang masuk melalui Expansion Valve dan di flash ke dalam
Reboiler. Sebagian dari nitrogen murni yang telah dikondensasi akan
dikembalikan sebagai refluks, sedangkan sebagian lagi diambil sebagai produk
cair dan disimpan. Waste gas dingin didalam Air Exchanger yang digunakan
untuk mendinginkan udara keluaran Adsorber. Fungsi waste gas dingin di dalam
Air Exchanger adalah untuk membantu proses pendinginan udara sebelum masuk
kedalam kolom distilasi.
Pada tahap penampungan produksi,gas nitrogen murni yang diperoleh sebagai
overhead, diambil dan dialirkan langsung kepenampungan. Plant dapat
memproduksi nitrogen dalam bentuk cair yang sebanding dengan gas yang
diperlukan. Dalam transportasi fluida proses menggunakan pipa, digunakan warna
pipa berbeda untuk jenis fluida yang berbeda (Tabel 2.14).
50

Tabel 2.14 Warna Pipa untuk Transportasi Fluida


Warna Fluida yang dialirkan
Merah Air pemadam kebakaran
Kuning Fuel gas
Hijau Instrument Air
Biru Air
Ungu Chemical subtance
Abu-abu Process Fluid
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

2.4.8 Air Plant


Air Plant berfungsi untuk menghasilkan udara bertekanan dengan bahan
baku berupa udara dari atmosfer. Udara bertekanan ini dapat digunakan untuk
keperluan pembersihan peralatan.
Alat utama yang digunakan dalam Air Plant adalah kompresor. Air Plant
yang dimiliki oleh Pertamina RU III memiliki kapasitas 26100 Nm3/jam yang
tersebar ditiga PS yaitu PS 1 dan 2 di Plaju dan PS 3 di Sungai Gerong. Udara
bertekanan yang dihasilkan oleh air plant ini selanjutnya digunakan untuk
beberapa kebutuhan antara lain :
1. Instrument Air
Udara bertekanan digunakan sebagai element pengendali akhir yaitu untuk
mengantur bukan valve. Udara bertekanan yang digunakan untuk keperluan
instrument air harus memiliki syarat-syarat tertentu, antara lain :
a. Tekanan mencukupi dan stabil
b. Jumlah yang cukup dan Kualitas memenuhi syarat
2. Service Air
Udara bertekanan digunakan untuk keperluan pembersihan peralatan proses
dan keperluan transportasi produk.
3. Umpan Nitrogen Plant
Udara bertekanan digunakan sebagai bahan baku produksi nitrogen.
51

2.4.9 Pembangkit Listrik


Pembangkit listrik yang terdapat di Pertamina RU III antara lain :
1. Gas turbine A,B dan C dengan kapasitas masing-masing sebesar 31,1 MW.
2. Steam turbine kapasitas 3,2 MW.
3. Diesel Generator kapasitas 0,75 MW.
Pertamina RU III memiliki tiga buah Turbine Gas yaitu GT 2015 UA, GT
2015 UB dan GT 2015 UC. Turbine Gas, Steam Turbine dan Diesel Generator
ini berfungsi untuk memproduksi listrik dengan frekuansi 50 Hz untuk
dimanfaatkan di kilang dan perumahan.
Bahan bakar yang digunakan untuk mengoperasikan Turbine Gas adalah
fuel gas yang diperoleh dari Prabumulih dikirim melalui pipa dan diolah di Light
Ends Unit. Hanya pada start-up saja, bahan bakar yang digunakan berrupa diesel
oil. Gas keluaran turbin memiliki temperatur 507oC. jika Gas Turbine
dioperasikan dengan Boiler akan dihasilkan efisiensi sebesar 25%.
Steam Turbine digunakan untuk memproduksi listrik dengan memanfaatkan
steam bertekanan 8,5 kg/cm2. Steam Turbine baru akan dioperasikan jika terjadi
kegagalan pada Gas Turbine. Sedangkan Diesel Generator dioperasikan jika
terjadi kegagalan pada kedua pembangkit Gas Turbine dan Steam Turbine.

2.4.10 Penghasil Steam


Unit pembangkit tenaga uap utilitas PS II Plaju dan unit Package Boiler,
masing-masing kapsitas 50 ton/jam dengan tekanan 42,2 kg/cm2 dengan
temperatur 3900C serta tiga unit WHRU (Waste Heat Recovery Unit) dengan
masing-masing kapasitas 60 ton/jam, dengan tekanan 42,2 kg/cm2 dengan
temperatur 3900C.
WHRU tersebut dimanfaatkan panas yang berasal dari gas bekas Turbine
Gas, di mana kapasitas WHRU didasarkan atas beban Generator, dengan beban
maksimum 32,1 MW. Temperature gas bekas dari Turbine Gas tersebut masih
cukup tinggi 5600C, sehingga mampu untuk membangkitkan steam tergantung
dari beban Turbine Gas. WHRU dapat digunakan bila dikehendaki untuk
memproduksi steam yang cukup tinggi dengan beban Turbine Gas yang rendah.
52

Kegunaan dari steam antara lain, yaitu :


1. Sebagai pembangkit untuk menggerakkan pompa,
2. Pemanasan Generator dan Compressor, dan
3. Untuk produksi Polypropylene.
Umpan dari Boiler dan pembangkit steam lainnya, misalkan WHRU
merupakan air yang sebelumnya telah diolah melalui proses Demineralization
Deaerator dan Chemical Treatment. Demineralization Plant seperti telah
disebutkan sebelumnya berfungsi untuk menghilangkan kandungan mineral. Hal
ini disebabkan kandungan mineral terutama silica dengan mengakibatkan
timbulnya deposit silica pada Superheater. Hal ini dapat menyebabkan hotspot
yang akan menyebabkan tube failure. Selain itu silica yang terbawa pada aliran
dapat menyebabkan deposit pada turbin yang akan menurunkan efisiensi dan
menyebabkan imbalance.
Deaerator bertujuan menurunkan kandungan O2 dan CO2 terlarut dalam air
yang dapat menyebabkan masalah korosi pada peralatan Boiler dan turbin. Pada
proses ini air dipanaskan sampai temperatur 110oC yang akan menyebabkan
kelarutan O2 dan CO2 dalam air akan turun, sehingga gas-gas tersebut terpisahkan.
Chemical Treatment dilakukan dengan penginjeksian Hydrazine, Fosfat dan
Morpholine. Penginjeksian hydrazinei bertujuan untuk softening yaitu mengurangi
kadar ion-ion, terutama Ca2+ dan Mg2+ yang dapat menyebabkan kesadahan.
Terdapat tiga jenis pembangkit steam yang digunakan pada unit ini, yaitu :
a. Package Boiler
Package Boiler ada tiga buah yang digunakan adalah PB 2011 UA, PB 2011
UB, PB 2011 UC. Package Boiler diperoleh dari PS 2 Plaju dan kemudian
digunakan untuk menghasilkan high preassure 40 kg/cm2, efisiensinya sebesar
81%.
b. Kettle
Kettle ini ada sembilan buah yang terletak di PS I Plaju. Kettle yang
digunakan adalah Boiler nomor 2,3,4,5,6,7,8,9,10 dan 11. Bahan bakar digunakan
berupa mixed gas. Umpan untuk Kettle diperoleh dari PS I Plaju dengan kapasitas
53

110 ton/jam. Produk yang dihasilkan adalah Middle Preassure Steam 15 kg/cm2
dan memiliki efisiensi sebesar 60%.
c. Waste Heat Recovery Unit (WHRU)
Waste Heat Recovery Unit ada tiga buah yang mana digunakan untuk
memanfaatkan gas turbin flue gas, yang masih memiliki temperatur sekitar 4000C.
Waste Heat Recovery Unit yang digunakan adalah WHRU 2010 UA, WHRU
2010 UB dan WHRU 2010 UC; Umpan WHRU diperoleh dari PS 2 dan
menghasilkan High Preassure Steam 40 kg/cm2.

2.4.11 Sistem Bahan Bakar


Di samping penyediaan steam, listrik dan energi lain, unit utilitas PS II juga
bertugas menyediakan berbagai bahan bakar, antara lain :
a. Fuel Gas Sistem
Fuel Gas Sistem terbagi menjadi atas High Preassure dan Low Preassure,
dimana sumber fuel gas didapat dari lapangan eksplorasi Prabumulih dengan
tekanan 10 kg/cm2. Setelah melalui Knock Out Drum, dibagi menjadi dua sistem.
Sistem yang pertama tekanannya dinaikkan menjadi 19 kg/cm2 dengan
menggunakan Centrifugal Compressor. Sistem yang kedua yaitu setelah melalui
Step Down Control, tekanannya menurun menjadi 3 kg/cm2 dan digunakan untuk
bahan bakar di WHRU unit (2010 U, A/B/C), Package Boiler, 2011(A/B).

b. Heavy Fuel Oil


Heavy Fuel Oil diperoleh dari kilang dan ditampung pada tangki 2075 ˚F,
dari tangki ini dipompakan ke unit yang membutuhkan setelah melalui Stainler
dan Heater. Sistem ini dilengkapi dengan akumulator untuk menjaga agar fuel oil
tetap mengalir jika pompa berhenti. Akumulator ini hanya mampu mengalirkan
fuel oil selama lima menit.
c. Diesel Fuel
Diesel Fuel sama dengan Heavy Fuel, diperoleh dari kilang dan ditampung
pada tangki 2074 F. Diesel Fuel ini digunakan untuk start-up Turbine Gas
54

Generator dan sebagai back up atau pengganti gas lapangan bila terjadi gangguan
pada supply gas dari lapangan.
Selain untuk keperluan turbin gas Generator, Diesel Fuel juga digunakan
untuuk bahan bakar pompa air bakaran yang digerakan oleh mesin Diesel dan
Emergency Generator. Diesel fuel ini dilengkapi dengan accumulator yang
berfungsi untuk menjaga agar Diesel fuel tetap mengalir bila pompa distribusi fuel
terhenti.
Berikut ini merupakan peralatan-peralatan yang dipakai pada prosess di RU
III (Tabel 2.15) :

Tabel 2.15 Jenis dan Fungsi Peralatan Proses di RU – III


Nama Alat Fungsi Unit Pengguna

Akumulator Sebagai tangki pengumpul kondensat CDU, BBMGC, BB


dari kolom distilasi (liquid Distiller, Stab C/A/B,
reservoir). Dari akumulator Unit Alkilasi, Unit
kondensat dapat direfluks atau Polimerisasi, Unit
diambil sebagai produk atas. Polypropylene, SRMGC
Blower Mentransportasikan dan menekan RFCCU,
gas untuk menghasilkan gas dengan Unit Polypropylene
tekanan sedang.
Buffer Tank Untuk memisahkan kondensat yang SRMGC
terbawa aliran fasa gas.
Caustic Tempat penjumputan suatu senyawa Unit Alkilasi,
Settler tertentu misalnya, sulfur dan BB Treater
merkaptan, dengan penambahan soda
kaustik.
Dehidrator Mengurangi kadar air yang suatu Unit Polypropylene
larutan dengan suatu penambahan
absorben.
55

Cyclone Alat ini menggunakan gaya RFCCU


sentrifugal. Putaran Cyclone
menyebabkan partikel padatan
menabrak dinding dan jatuh kebawah
karena gravitasi. Digunakan untuk
memisahkan katalis dari gas hasil
cracking.
Dryer Mengurangi kadar air dalam suatu Unit Polypropylene
padatan. Padatan yang akan
dikeringkan dilewatkan pada aliran
udara kering.
Evaporator Mengurangi kadar cairan dalam CD II, BBMGC
suatu cairan atau memekatkan
larutan.
Extruder Mencetak polimer dengan menjadi Unit Polypropylene
bentuk tertentu.
Ejektor Mempertahankan kondisi vakum. HVU

Feed Blend Tangki pencampur umpan sebelum Unit Alkilasi


masuk reaktor.
Filter Memisahkan padatan terlarut dari Unit Polypropylene
fluida menggunakan media berpori.
Final Settler Penjumputan akhir suatu campuran BB Treater
dari pengotor-pengotor yang tidak
diinginkan.
Heater Memanaskan temperatur aliran, biasa CDU
digunakan unstuk memanaskan
umpan yang akan masuk reaktor.
Pemanasan dengan pertukaran panas
dengan steam atau dengan produk
reaksi.
56

Heat Mempertukarkan panas antara fuida Semua unit


Exchanger panas dan dingin. Digunakan sebagai
pemanasan awal umpan dan
pendinginan produk atas kolom
distilasi.
Kolom Memisahkan gas dan cairan dengan FCCU, BB Distiller,
absorpsi prinsip absorbsi. BBMGC, SARU
Kolom Memisahkan komponen – komponen CDU, Redistiller,
distilasi dalam suatu campuran berdasarkan BBDistiller, Unit
Kompresor perbedaan titik didih. Alkilasi, Stabilizer
Mentrasportasikan dan menekan gas, C/A/B, RFCCU
untuk menghasilkan gas dengan RFCCU, Gas Plant,
tekanan yang lebih tinggi. BBMGC, SRMGC
Kondensor Mengembunkan uap jenuh yang CDU, Redistiller,
dihasilkan oleh bagian atas kolom BBDistiller, Unit
distilasi. Alkilasi, Stabilizer
C/A/B, RFCCU
Pompa Mentransportasikan fluida pada Seluruh unit
sistem perpipaan.
Reaktor Tempat terjadinya reaksi. Unit Alkilasi,
Unit Polimerisasi, Unit
Polypropylene, RFCCU
Regenerator Meregenerasi katalis yang telah RFCCU
dipakai melalui reaksi pembakaran
coke.
Scrubber Untuk menangkap partikel-partikel Unit Alkilasi,
padatan dari gas-gas yang akan Unit Polypropylene
dibuang ke atmosfer.
Separator Memisahkan fasa cair dan fasa gas. CDU, Stabilizer, BB
Distiller, Alkilasi
57

Reaktor Tempat terjadinya reaksi. Unit Alkilasi,


Unit Polimerisasi, Unit
Polypropylene, RFCCU
Regenerator Meregenerasi katalis yang telah RFCCU
dipakai melalui reaksi pembakaran
coke.
Scrubber Untuk menangkap partikel-partikel Unit Alkilasi,
padatan dari gas-gas yang akan Unit Polypropylene
dibuang ke atmosfer.
Separator Memisahkan fasa cair dan fasa gas. CDU, Stabilizer, BB
Distiller, Alkilasi
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

2.5 Pengolahan Limbah


2.5.1 Potensi Limbah
Proses pengolahan limbah sangat diperlukan oleh suatu industri karena, bila
tidak diolah dengan benar, limbah yang berbentuk padat, cair dan gas tersebut
dapat mencemari lingkungan dan memberikan dampak yang buruk pada
lingkungan tersebut. Berikut ini adalah berbagai macam jenis limbah yang
terdapat di PERTAMINA RU III:
1. Limbah Cair
a. Air buangan CDU dan Catalytic Cracking
b. Air buangan Caustic Treater
c. Air kondensat dari HVUyang menggunakan steam ejector
d. Drain pompa-pompa akumulator
e. Air pendingin
f. Boiler Water
g. Cooling Water
h. Water Treating Plant
i. Backwash Demint Water Plant
58

2. Limbah Gas
a. Fuel Gas dari pembakaran di furnace I, boiler
b. Buangan gas dari gas turbin
c. Flare
d. LPG Markapan Injection
e. Tangki Asam Asetat

3. Limbah Padat
a. Coke
b. Oil Sludge ex Tankage
c. Dissolved Air Flotation Sludge
d. Catalust spent
e. Separator sludge

2.5.2 Pengolahan Limbah


Bila tidak diolah dengan benar, limbah dapat merusak dan mencemari
lingkungan. Berikut ini adalah beberapa metode pengelolahan limbah yang
berguna untuk mengurangi potensi kerusakan lingkungan oleh limbah tersebut :
a. Pengolahan Limbah Cair
Limbah sebelum dibuang ketempat pembuangan akhir dilakukan treatment
agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan lingkungan. Penanganan limbah
dan system pembuangan suatu industri yang akan dibangun harus direncanakan
sejak awal dan sedini mungkin. Pengelolahan limbah cair terbagi dalam:
1. Physical Treatment, antara lain : separator, filtration, adsorption, settling
dan cyclone.
2. Chemical Treatment, antara lain : aerasi dan dissolved air flotation.
Pengelolahan limbah cair kilang minyak dapat dilakukan dengan system dan
dilihat pada Tabel 2.16 berikut.
59

Tabel 2.16 Sistem Pengelolahan Limbah


Oil Content in Waste Water System/Proses
(ppm)
1000-5000 API Separator
30-1000 CPI Separator
5-30 Air Flotation
1-10 Activated Sludge
0-5 Activated Carbon
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

Pemisahan minyak dan air atas dasar perbedaan kerapatan atau gravitasi
(Physical Treatment) untuk oil trap, API Separator dan CPI Separator. Dikilang
Plaju/Sungai Gerong dikenal dengan nama Oil Caycher/Oil Separator. Sebelum
air buangan tersebut mengalir sewer existing dan selanjutnya dibuang kesungai
melalui Oil Cather, air buangan yang mengandung minyak dialirkan ke CPI
(Corrugated Plate Interceptor) yang sudah terpasang di CDU.
Pada CPI minyak yang terkandung di Oil Water tersebut dipisahkan oleh
Skimmer, kemudian dialirkan ke Oil Sump. Minyak yang telah terpisah
dipompakan ke tangki Slop Oil untuk diolah kembali, sedangkan air yang berada
di bawah akan dibuang ke Sungai Komering atau Sungai Musi. Kilang Plaju
memiliki delapan OC dan kilang Sungai Gerong memiliki dua oil separator (OS).
Limbah ini memiliki standar bahan baku mutu (Tabel 2.17) sebelum dibuang ke
lingkungan atau dikirim untuk diolah lebih lanjut.

Tabel 2.17 Standar Bahan Baku Mutu Limbah Cair


Parameter Kadar Max Beban Pencemaran Max
BOD 1000 mg/L 120 g/cm3
COD 200 mg/L 240 g/cm3
Minyak dan Lemak 25 mg/L 30 g/cm3
Sulfida 1 mg/L 1,2 g/cm3
60

Phenol Total 1 mg/L 1,2 g/cm3


Cr6 0.5 mg/L 0.6 g/cm3
NH3-N 10 mg/L 1,2 g/cm3
pH 6-9
Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

b. Pengelolahan Limbah Gas


Kadar CO dapat dikurangi dengan jalan memperbaiki sistem pembakaran,
dilakukan menggunakan udara yang melebihi kebutuhan (excess air), sehingga
pembakaran berlangsung sempurna.
Reaksi : CO + O2 CO2
Particular dapat diambil dengan bantuan peralatan, antara lain : Dust,
Collector, Cyclone, Scrubber, Filter atau pun Electrostatic Prescipitator. Sebagai
salah satu contoh di FCCU telah terpasang Cyclone di unit Regenerator dan
Reactor yang berfungsi untuk mengurangi emisi particular

c. Pengelolahan Limbah Padat


Penanganan sludge dan slop mengacu SK Pertamina No.Kpts70/C0000/91-
B1 tanggal 1 Maret 1991 bahwa :
1. Sludge yang mengandung minyak perlu diadakan proses pemisahan
minyaknya terlebih dahulu dengan pemanasan dan filtrasi bertekanan, minyak
yang terpisah dari sludge tersebut dapat diproses kembali atau dicampur
dengan minyak mentah atau minyak slop.
2. Slop secara fisik berbentuk cair, tetapi tidak mempunyai spesifikasi dan sifat
fisis yang tetap sehingga dapat dinilai sebagai minyak kotor, sehingga pada
batas-batas tertentu dapat diproses ulang.
Sumber dan Upaya dalam pengolahan limbah yang ada di PT PERTAMINA
RU III dapat dilihat pada Tabel 2.18
61

Tabel 2.18 Sumber dan Upaya Pengelolaan Limbah PT. PERTAMINA RU III

Sumber Faktor Lingkungan Bobot dan Tolak Ukur Upaya Pengelolahan


Dampak yang Terkena Dampak Lingkungan
Dampak

Emisi gas Kualitas udara Emisi gas masih Pengendalian kadar S


NOx, CO, ambien di Komperta terkendali di bawah dan N dalam crude oil
SOx, dan S. Gerong, Plaju & baku mutu
partikulat dari pemukiman Sei
stack RFCCU Rebo.

Air Limbah : - Bahan cemaran - PKM II memperkecil - Pemasangan CPI


debit dan BOD, COD minyak beban cemaran dan untuk mengurangi
kualitas air dan fenol kilang dispersi minyak, beban cemaran
limbah outlet Musi melampui tetapi total kilang BOD, COD, dan
PKM II, yaitu baku mutu Musi masih melebihi minyak pada OS-
OS-IV Sungai - Dispersi minyak baku mutunya. I/II, OS-IV, OC-2/3,
Gerong dan Sungai Komering OC-6, OC-8.
OC-8 Plaju dan berlanjut ke
Sungai Musi
menaikkan kadar
minyak 0.6-1.4
mg/L
- Suhu cooling tower - Rencana
- Dispersi termal di
terkendali tidak pembangunan
Sungai Komering
o
melebihi 3 C diatas cooling tower
tidak melebihi 50 m
suhu ambien. berkapasitas 2x5000
dari keluaran
m3/jam
Limbah padat Kehawatiran Rembesan Dijual ke pabrik
berupa sisa terjadinya rembesan diperkirakan tidak semen Baturaja
katalis Ni dan V dalam air melebihi 225 m sebagai aditif semen
62

RFCCU limbah di dumping atau dimanfaatkan


area. untuk bahan
konstruksi bangunan.

Sludge minyak Kekhawatiran Minyak dalam tanah Membangun sludge


terjadinya rembesan mengalami oil recovery yang
minyak ke dalam air biodegredasi disesuaikan dengan
tanah. PKM II

Sumber : PT PERTAMINA (PERSERO) RU III, 2017

Anda mungkin juga menyukai