Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mie merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di masyarakat. Mie
kering banyak digemari masyarakat dikarenakan penyajiannya yang sangat mudah dan cepat.
Disamping itu, dapat pula digunakan sebagai pengganti makanan utama yaitu nasi
(Nasution,2005). PT. Surya Pratista Hutama (SUPRAMA) merupakan salah satu perusahaan
mie kering terbesar di Jawa Timur. Perusahaan yang memproduksi mie kering ini terletak di
Kabupaten Sidoarjo. Beberapa produk yang dihasilkan antara lain Mie Cap Burung Dara, Mie
Baso Super, Mie Bakso 44,dan Mie Doro Mas.
Dalam kegiatan produksinya PT. SUPRAMA melibatkan banyak tenaga kerja yang
mempunyai komitmen tinggi terhadap implementasi program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Program K3yang telah dilakukan PT.SUPRAMA antara lain membuat kondisi
kerja yang aman, memberikan fasilitas kerja, dan mewajibkan untuk memakai peralatan kerja
selama pekerja melakukan aktivitasnya seperti masker, sarung tangan, sepatu, serta
kelengkapan alat pelindung diri lainnya. Program K3 ini diharapkan dapat menekan angka
kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kelalaian karyawan, dan diharapkan karyawan dapat
lebih berhati -hati dalam melakukan pekerjaannya, sehingga produktivitas tenaga kerja dapat
meningkat.
Salah satu cara untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh dari program K3
terhadap produktivitas tenaga kerja adalah dengan kuesioner yang dianalisis menggunakan
metode Partial Least Square(PLS). Metode tersebut merupakan metode analisis yang
powerful karena dapat diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak
asumsi,serta ukuran sampel tidak harus besar, yaitu antara 30 sampai 100 sampel(Liana,
2009). Dengan memperhatikan hal tersebut maka metode PLS merupakan metode yang tepat
digunakan karena memiliki keunggulan dalam menampilkan sebuah model komprehensif
bersama dengan kemampuannya mengukur hubungan-hubungan yang ada, sehingga mampu
memberikan hasil sesuai dengan kajian yang diteliti.

Makalah Hasil Observasi K3 Page 1


1.2 Rumusan Masalah
1. Metode Pekerjaan apa saja yang digunakan di PT. SUPRAMA?
2. Jenis – Jenis Pekerjaan apa saja yang digunakan di PT. SUPRAMA?
3. Visi dan Misi PT. SUPRAMA?

1.3 Tujuan
1. Mengetahuhi macam – macam Metode Pekerjan yang digunakan di PT. SUPRAMA
2. Mengetahui Jenis- Jenis Pekerjaan yang digunakan di PT. SUPRAMA
3. Mengetahui visi dan misi yang ada di PT. SUPRAMA

Makalah Hasil Observasi K3 Page 2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Metode pekerjaan di PT.SUPRAMA


Metode pekerjaan adalah suatu cara kerja yang sistemik dan umum untuk mencapai suatu
tujuan khusus yang di harapkan suatu industri.
Secara garis besar yang mencakup metode
1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Sedikitnya ada empat model atau pola Corporate Social Responsibility yang
umumnya diterapkan di Indonesia (Saidi dan Abidin, 2004:64-65). Pertama,
keterlibatan langsung. Dalam hal ini perusahaan terlibat secara langsung dalam
menyelenggarakan kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan langsung ke
masyarakat. Kedua, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Dalam hal ini
perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri dibawah naungan
perusahaan atau grupnya. Perusahaan akan menyediakan dana tersendiri untuk
kegiatan yayasan. Ketiga, bermitra dengan pihak lain. Perusahaan dapat bekerja sama
dengan pihak luar untuk menjalankan kegiatan sosialnya, baik dalam mengelola dana
maupun dalam pelaksanaannya. Keempat, mendukung atau bergabung dalam suatu
konsorium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Corporate Social Responsibility dibagi menjadi tiga bidang dengan beberapa macam
lingkup yang dapat dipilih oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya
(Wibisono, 2007:133)
Jadi berdasarkan observasi ruang lingkup pekerjaan di PT.SUPRAMA menggunakan
ruang lingkup bermitra dengan pihak lain. Perusahaan dapat bekerja sama dengan
pihak luar untuk menjalankan kegiatan sosialnya, baik dalam mengelola dana maupun
dalam pelaksanaannya sehingga perusahaan bisa sampai ke pasar internasional.
2. Pedoman dan Standar
Berdasarkan observasi kami melalui wawancara kepada salah satu HRD yang
bekerja di PT. SUPRAMA pedoman dan standar atau SOP perusahaan sudah
diketahui oleh para karyawan saat sebelum bekerja dan SOP tersebut sudah tertulis
disetiap departemen. Setiap departemen memiliki SOP yang berbeda-beda yang harus
dipatuhi oleh seluruh karyawan.Jadi apabila ada sesuatu yang tidak di harapkan

Makalah Hasil Observasi K3 Page 3


perusahaan maka itu merupakan suatu kesalahan tindakan karyawan atau suatu
kerusakan pada suatu mesin .
3. Keselamatan Kerja
Berdasarkan Observasi yang kami lakukan, di PT.SUPRAMA belum menerapkan
Keselamatan kesehatan kerja atau K3. Namun, di PT.SUPRAMA tersebut sudah
melegkapi karyawan mereka dengan menggunakan APD. APD yang digunakan
berbeda-beda disetiap bidangnya dan dipakai sesuai dengan tempatnya. Contoh APD
yang digunakan, yaitu :
a. Sepatu Safety
b. Body Hernest
c. Helm
d. Kacamata
e. Topi Produksi
f. Masker
g. Baju pelapis(untuk produksi eksport)
h. Standar Jilbab
i. Sandal produksi
2. Dan safety control di Pt. SUPRAMA dilakukan setiap 1 bulan sekali secara
dadakan dan untuk pemeriksaan produksi, mekanik dilakukan setiap 1 tahun
sekali.

Divisi Noodle, PT SUPRAMA, Tbk menggunakan beberapa bahan baku dalam pembuatan
mie instan. Bahan baku yang digunakan didatangkan dari beberapa perusahaan yang telah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun bahan baku tersebut
adalah :

1. Tepung Terigu

Tepung terigu diperoleh dari biji gandum yang digiling. Fungsi tepung terigu dalam
pembuatan mie instan, antara lain memberi atau membentuk adonan selama proses
pencampuran, menarik atau mengikat bahan lain dan mendistribusikan secara merata,
mengikat gas selama proses penggorengan, membentuk struktur mie instan, serta sebagai
sumber karbohidrat dan protein.

Makalah Hasil Observasi K3 Page 4


Divisi Noodle, PT SUPRAMA, Tbk menggunakan tiga jenis tepung terigu sebagai bahan
baku utama, yaitu strong flour (tepung keras cap Cakra Kembar), medium flour (tepung
setengah keras cap Segitiga Biru) dan soft flour (tepung lunak cap Segitiga Hijau). Ketiga
jenis tepung tersebut bukan dianggap kelas-kelas mutu tepung, tetapi mempunyai klasifikasi
khusus sehingga akan disesuaikan untuk tujuan penggunaan berbeda. Ketiga jenis tepung
tersebut sudah mengandung telur sehingga mempunyai kadar protein tertentu. Adapun
standar bahan baku tepung terigu dapat terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Standar Bahan Baku Tepung Terigu

No. Jenis Tepung Ph Kadar Air (%) Gluten (%) Protein (%)
1. Cakra Kembar 5,5-6,8 14,5 (max) 31 (min) 13
2. Segitiga Biru 5,5-6,8 14 (max) 25 (min) 10,5-11,5
3. Segitiga Hijau 5,5-6,8 14 (max) 21 (min) 9

Tepung terigu cap Cakra Kembar adalah terigu yang bermutu paling baik untuk
pembuatan roti dan mie karena memiliki kandungan protein yang paling tinggi, yaitu sebesar
13 % yang dihasilkan dari 100% hard wheat.

2. Tepung Tapioka

Tepung tapioka digunakan untuk membentuk tekstur mie menjadi lebih keras,
sehingga adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan. Tepung tapioka yang baik
digunakan untuk pembuatan mie instan adalah memiliki pH 4-8 dan kadar pati 80%. Tepung
tapioka ini diperoleh dari perusahaan Darma Grindo, Lampung. Tepung tapioka ini dikemas
dalam karung dengan berat per karung 50 kg.

3. Air

Air digunakan untuk membentuk tekstur adonan dan gluten, mengkontrol kepadatan
dan suhu adonan, melarutkan garam dan bahan-bahan tambahan lainnya, sehingga bahan-
bahan tersebut dapat tersebar secara merata dalam adonan. Air yang digunakan harus air
bersih, baik secara kimiawi maupun mikro biologis dan berasal dari Perusahaan Air Minum
(PAM).

Makalah Hasil Observasi K3 Page 5


4. Alkali

Alkali merupakan campuran dari zat antioksidan, pengemulsi, pengatur keasaman,


pengental, pengembang, pewarna, mineral dan penguat rasa yang aman untuk dikonsumsi dan
berfungsi untuk membuat bentuk, warna, rasa dan mutu mie instan lebih baik.

Identifikasi kebutuhan bahan baku adalah penentuan jumlah bahan baku yang
diperlukan untuk produksi mendatang. Identifikasi tersebut dilakukan berdasarkan perkiraan
penjualan produk mie instan yang dihasilkan perusahaan dan pemakaian bahan baku pada
periode sebelumnya.

METODE PENGOLAHAN Produksi yang Terjadi di PT. SUPRAMA

1. Mesin Silo

Menurut hasil observasi di PT Suprama juga menggunakan Mesin Silo untuk Penyaluran /
Penyedotan Tepung agar tetap menjaga hygine Produk.

2. Mixing atau Pencampuran

Proses mixing adalah proses pencampuran dan pengadukan material-material yang terdiri
dari material tepung dan air alkali (campuran antara air dan beberapa ingredient yang
ditentukan) sehingga diperoleh adonan yang merata atau homogen. Mutu adonan yang baik
adalah yang tidak lembek dan tidak perau atau dengan kata lain memiliki kadar air sebesar
32% sampai dengan 34%. Proses pencampuran ini berlangsung kurang lebih selama 15 menit
dengan suhu 35oC.

3. Feeder

Menurut hasil observasi di PT Suprama juga menggunakan Feeder untuk membawa,


mengantarkan, dan mempersiapkan benda kerja ke proses yang sebenarnya.

4. Metal Detector

Menurut hasil observasi di PT Suprama juga menggunakan Metal Detector untuk


mendeteksi keberadaan bahan logam tersembunyi di dalam produk.

Makalah Hasil Observasi K3 Page 6


5. Pressing atau Pengepresan

Selain adonan menjadi homogen, campuran tersebut masuk ke dalam mesin pengepres
adonan. Di dalam mesin pengepres, adonan melalui beberapa roll press. Adonan akan
mengalami peregangan pada saat dipress dan terjadi relaksasi pada saat keluar dari roll press.
Hal ini terjadi beberapa kali pada saat melalui roll press sehingga terbentuk lembaran yang
lembut, homogen, elastik, dan tidak terputus dengan ketebalan tertentu. Tebal lembaran yang
dihasilkan bergantung dengan jenis mesin yang digunakan. Rataan tebal lembaran yang
dihasilkan adalah 1,12 – 1,18 mm.

6. Slitting atau Pembentukan Untaian

Suatu proses pemotongan lembaran adonan menjadi untaian mie dan kemudian siap dibentuk
gelombang mie. Selanjutnya untaian mie tersebut dilewatkan ke dalam suatu laluan berbentuk
segi empat yang disebut waving net, sehingga terbentuk gelombang mie yang merata dan
terbagi dalam beberapa jalur.

7. Streaming atau Pengukusan

Proses selanjutnya adalah proses pegukusan untaian mie yang keluar dari slitter secara
kontinu dengan menggunakan istream box atau mesin yang memiliki tekanan upa yang cukup
tinggi dengan suhu tertentu. Proses pengukusan akan berlangsung selama dua menit dengan
suhu pemanasan ± 65oC. Tujuannya adalah memasak mie mentah menjadi mie dengan sifat
fisik padat. Dalam proses streaming ini akan terjadi proses gelatinisasi pati dan koagulasi
gluten, yang menyebabkan gelombang mie bersifat tetap dan memiliki tekstur lembut, lunak,
elastis, dan terlindungi dari penyerapan minyak yang terlalu banyak pada proses
penggorengan atau frying.

8. Cutting and Folder atau Pemotongan dan Pencetakan

Pemotongan dan pencetakan adalah suatu proses memotong lajur mie pada ukuran
tertentu dan melipat menjadi dua bagian sama panjang, kemudian mendistribusikannya ke
mangkok penggorengan. Mie dipotong dengan menggunakan alat berupa pisau yang berputar.

Makalah Hasil Observasi K3 Page 7


9. Tray

Menurut hasil observasi PT SUPRAMA juga menggunakan metode mesin Tray untuk
mengukur produk apakah sesuai dengan yang diinginkan apa tidak.

10. Drayer

Menurut hasil observasi PT SUPRAMA menggunakan metode mesin Drayer untuk


mengeringkan produk yang telah di produksi.

11. Cooling atau Pendinginan

Ruangan pendingin mie adalah ruangan atau lorong yang terdiri dari sejumlah kipas untuk
menghembuskan udara segar ke mie-mie yang dilewatkan dalam ruangan tersebut. Tujuan
proses pendinginan adalah untuk mendinginkan mie panas yang keluar dari proses
penggorengan hingga diperoleh suhu ± 30°C sebelum dikemas dengan etiket. Dengan
diperolehnya suhu mie yang rendah sebelum dikemas maka mie akan lebih awet untuk
disimpan dalam etiket selama beberapa waktu dan menghindari penguapan air yang
kemudian menempel pada permukaan bagian dalam etiket yang dapat menyebabkan
timbulnya jamur. Lamanya proses pendinginan adalah kurang lebih dua menit.

12. Packing

Dari hasil Observasi di PT SUPRAMA produk setelah didinginkan langsung dikemas


dalam setiap kemasan agar menjaga produk tetap hygine.

13. Metal Detector

Menurut hasil observasi di PT Suprama juga menggunakan Metal Detector untuk


mendeteksi keberadaan bahan logam tersembunyi di dalam produk.

14. Packing isolasi


15. Stuffing

Makalah Hasil Observasi K3 Page 8


2.2 JENIS-JENIS PEKERJAAN ATAU JABATAN YANG ADA DI PT. SUPRAMA
1. HRD
2. Manifacturing
3. NRD
4. Modern Marketing
5. Marketing
6. Accounting Riset
7. Task Pajak
8. Food Safety

Pada bagian produksi dibagi menjadi 3 bidang, yaitu:

1. AUS (QL)
2. Packing
3. Engineering
4. Operasional/produksi
5. Admin

Proses Pengolahan Limbah :

Proses pengolahan limbah diPT. SUPRAMA dibagi menjadi 3 yaitu fisika,kimia. Dan
biologi. Prosesnya yaitu berawal dari cucian lalu ke saluran air lalu ke kolam kecil lalu
dipompa dan disaring ke equalisasi lalu dinetralisasi PH nya lalu diendapkan dibak
sedimentasi lalu masuk ke tempat khusus dikeringkan lalu air sisa masuk dibak equalisasi
lalu larutan lebih jernih siap diuraikan oleh bakteri jika sudah diurai jika masih keruh di
alirkan dibak sedimentasi dan apabila jernih dipompa ke fish pound atau ada ikan nilanya
dan masuk keoutlet.

3.3 VISI DAN MISI YANG ADA DI PT SUPRAMA

Visi : Menjadi perusahaan mi dan makanan alternatif yang terbaik diIndonesia dan di akui
oleh pasar dunia.

Misi : Menghasilkan makanan berkualitas dengan harga terjangkau dan mudah diperoleh
konsumen dengan menghasilkan manfaat yang berkelanjutan bagi stakeholder.

Makalah Hasil Observasi K3 Page 9


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
PT. Surya Pratista Hutama (SUPRAMA) merupakan salah satu perusahaan mie kering
terbesar di Jawa Timur. Perusahaan yang memproduksi mie kering ini terletak di Kabupaten
Sidoarjo. Beberapa produk yang dihasilkan antara lain Mie Cap Burung Dara, Mie Baso
Super, Mie Bakso 44,dan Mie Doro Mas.
Salah satu cara untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh dari program K3
terhadap produktivitas tenaga kerja adalah dengan kuesioner yang dianalisis menggunakan
metode Partial Least Square(PLS). Metode tersebut merupakan metode analisis yang
powerful karena dapat diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak
asumsi,serta ukuran sampel tidak harus besar, yaitu antara 30 sampai 100 sampel(Liana,
2009). Dengan memperhatikan hal tersebut maka metode PLS merupakan metode yang tepat
digunakan karena memiliki keunggulan dalam menampilkan sebuah model komprehensif
bersama dengan kemampuannya mengukur hubungan-hubungan yang ada, sehingga mampu
memberikan hasil sesuai dengan kajian yang diteliti.

Makalah Hasil Observasi K3 Page 10


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://id.metodepekerjaan.blogspot.com
https://id.wikipedia.org/wikipedia/pekerjaan

Makalah Hasil Observasi K3 Page 11

Anda mungkin juga menyukai