Materi Penkes
Materi Penkes
GANGGUAN MENSTRUASI
A. Definisi Menstruasi
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel
tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan
menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor
kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini
B. Fungsi Menstruasi
Fungsi siklus menstruasi ialah menghasilkan telur (ovum) yang matang dan menyediakan
lapisan dalam rahim untuk penempelan embrio. Jika sel telur dan sperma tidak bertemu maka
telur akan mengalami degenerasi atau peluruhan dan dibuang bersama bahan-bahan lain yang
keluar dari tubuh wanita melalui saluran vagina.
1. Pengertian Menopause
a. Ketika menstruasi menurun pada wanita, menjadi puncak dari semua periode kehidupan ketika
organ – organ reproduksi menjadi tidak aktif ( Hamilton, 1995: 68 ).
b. Menopause adalah berhentinya proses ovulasi, suatu proses pelepasan sel telur dari indung telur,
secara permanen setelah aktivitas ovarium atau indung telur menghilang. Singkatnya, menopause
adalah haid terakhir. Menurut Manuaba ( 1999: 190 ) ada 3 fase menopause yaitu:
a. Fase pra menopause ( klimakterium ) yaitu fase dimana seorang wanita akan mengalami kekacauan
pola menstruasi, terjadi perubahan psikologis / kejiwaan dan terjadi perubahan fisik. Berlangsung
selama antara 4 – 5 tahun. Terjadi pada usia 48 – 55 tahun.
b. Fase menopause yaitu fase dimana menstruasi terhenti secara total. Perubahan dan keluhan
psikologis dan fisik makin menonjol. Berlangsung sekitar 3 – 4 tahun pada usia antara 56 – 60 tahun.
c. Fase pasca menopause ( senium ) yaitu fase dimana wanita mulai beradaptasi terhadap perubahan
psikologis dan fisik, keluhan makin berkurang dan terjadi pada usia di atas 60 - 65 tahun.
INFERTILITAS
1. DEFINISI
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah
melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497).
Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan menghasilkan
keturunan (Elizbeth, 639).
Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun
berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum
mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.
2. ETIOLOGI
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a. Pada wanita
· Gangguan organ reproduksi
1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan membunuh sperma dan
pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran
mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu.
Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi
sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
· Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya
hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi.
Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang
menyebabkan terjadinya disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua
hormone ini. Maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan
ovulasi.
· Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada
endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah
abortus
· Endometriosis
· Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita
hamil.
· Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat
menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan.
b. Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
· Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
· Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
· Abnormalitas ereksi
· Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
· Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan
pada obstruksi pada saluran genital
· Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.
5. PENCEGAHAN INFERTILITAS
a. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah
zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius
(Steven RB,1985).
b. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok
terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven RB,1985).
c. Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosterone yang
tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985).
d. Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).
6. PATOFISIOLOGIS
a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi
hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga
terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik
yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga
penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum
tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi
proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik
yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang
dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga
terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga
menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan
implantasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang
mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar
dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria
yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
ABORTUS
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
C. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam,
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum) janin lahir mati,janin masih
hidup,mola kruenta,fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
D. Manifetasi Klinis
F. Jenis-jenis abortus
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus di bagi atas:
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada
tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat. Abortus iminens merupakan peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam
uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Tanda dan gajala : Perdarahan memalui OUE disertai mules sedikit, uterus membesar sesuai
umur kehamilan, serviks belum membuka dan kehamilan positif (Winkjosastro, 2006 :305).
3. Abortus inkomplit,
Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masihada sisa tertinggal dalam uterus.
Tanda dan gejala : Kanalis servikalis terbuka, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dalam OUE, perdarahan dapat banyak sehingga menyebabkan
syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan (Wiknjosastro, 2006, hal.
307).
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
Abortus Kompletus (Keguguran lengkap) adalah abortus seluruh hasil konsepsi telah telah
dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga ruang rahim kosong.
Tanda dan gejala : Perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, hasil konsepsi telah keluar
dengan lengkap (Winkjosastro, hal. 308).
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih. (2)
Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau artifisial /
terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).
Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
G. DIAGNOSTIK
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari faktor
risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu
dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. jika keadaan umum buruk
lakukan resusitasi dan stabilisasi segera.
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar
dari ostium.
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang.
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan juga
apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan mudah / lunak, atau tidak
(melihat ada tidaknya dilatasi serviks).