Anda di halaman 1dari 15

1.

GANGGUAN MENSTRUASI

A. Definisi Menstruasi
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel
tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan
menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor
kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini

B. Fungsi Menstruasi
Fungsi siklus menstruasi ialah menghasilkan telur (ovum) yang matang dan menyediakan
lapisan dalam rahim untuk penempelan embrio. Jika sel telur dan sperma tidak bertemu maka
telur akan mengalami degenerasi atau peluruhan dan dibuang bersama bahan-bahan lain yang
keluar dari tubuh wanita melalui saluran vagina.

C. Waktu Terjadinya Menstruasi


Menstruasi biasa terjadi pertama kali sejak usia 12-13 tahun. Menstruasi berlangsung
kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45-50 tahun. Panjang rata-rata daur
menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat
bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari
bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi dan nutrisi wanita
tersebut.

D. Gejala yang Timbul Selama Menstruasi


Selama menstruasi maupun sebelum atau sesudahnya wanita akan mengalami masalah
seperti sakit kepala, pengumpulan cairan, ketegangan payudara, mudah marah, keresahan, sakit
tulang belakang, kesakitan dan kekejangan pada bagian abdomen atau perut serta tekanan
perasaan.
Rasa tidak nyaman ini terjadi akibat perubahan hormon dalam tubuh wanita, namun hal
ini adalah keadaan normal dan tidak membahayakan selama gejala tersebut tidak mengganggu
maupun menghalangi aktivitas sehari-hari.
E. Gangguan Menstruasi dan Siklusnya
1. Amenorea / tidak ada haid
Amenorea bukan suatu penyakit tetapi merupakan suatu gejala. Amenorea adalah tidak
adanya menstruasi selama 3 bulan atau lebih.
Penyebab amenorea antara lain:
1. Selaput dara yang buntu/ tidak berlubang
2. Kelainan fungsi dari kelenjar-kelenjar penghasil hormon dalam tubuh
3. Kelainan fungsi dari indung telur akibat kelainan kongenital, maupun akibat adanya tumor di
indung telur
4. Penyakit kronis seperti TBC, kurang gizi, kelainan hati dan ginjal serta kelainan metabolik
2. Hipermenorea / perdarahan yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal
(lebih dari 8 hari)
Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam rahim, misalnya adanya mioma uteri dari
permukaan endometrium lebih luas dari biasanya dan dengan kontraktilitas yang terganggu,
polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu menstruasi dan lain
sebagainya.
3. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari
biasanya. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.
4. Polimenorea
Polimenorea yaitu siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari).
Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari biasanya. Polimenorea dapat disebabkan
oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau terjadi pendeknya masa
luteal.
5. Oligomenorea
Oligomenorea adalah siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35 hari. Pada
kebanyakan kasus oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.
Siklus menstruasi biasanya juga ovulatoar dengan proliferasi lebih banyak dari biasanya.
6. Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri sewaktu menstruasi. Nyeri ini terasa pada perut bagian bawah
dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis. Nyeri dapat terasa sebelum, selama dan sesudah
menstruasi, dapat bersifat kolik atau terus-menerus. Nyeri diduga karena adanya kontraksi.
Terapi disesuaikan dengan penyebab rasa nyeri.

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN


TENTANG MENOPAUSE

1. Pengertian Menopause

a. Ketika menstruasi menurun pada wanita, menjadi puncak dari semua periode kehidupan ketika
organ – organ reproduksi menjadi tidak aktif ( Hamilton, 1995: 68 ).
b. Menopause adalah berhentinya proses ovulasi, suatu proses pelepasan sel telur dari indung telur,
secara permanen setelah aktivitas ovarium atau indung telur menghilang. Singkatnya, menopause
adalah haid terakhir. Menurut Manuaba ( 1999: 190 ) ada 3 fase menopause yaitu:

a. Fase pra menopause ( klimakterium ) yaitu fase dimana seorang wanita akan mengalami kekacauan
pola menstruasi, terjadi perubahan psikologis / kejiwaan dan terjadi perubahan fisik. Berlangsung
selama antara 4 – 5 tahun. Terjadi pada usia 48 – 55 tahun.
b. Fase menopause yaitu fase dimana menstruasi terhenti secara total. Perubahan dan keluhan
psikologis dan fisik makin menonjol. Berlangsung sekitar 3 – 4 tahun pada usia antara 56 – 60 tahun.
c. Fase pasca menopause ( senium ) yaitu fase dimana wanita mulai beradaptasi terhadap perubahan
psikologis dan fisik, keluhan makin berkurang dan terjadi pada usia di atas 60 - 65 tahun.

2. Perubahan pada menopause


a. Perubahan Fisik
Ada 2 gejala menopause yang khas yaitu: Hot flushes yaitu rasa panas yang disertai warna kulit yang
kemerahan terutama pada bagian tubuh sebelah atas. Perspiration adalah keluarnya keringat yang
sangat banyak, dikatakan seperti orang yang baru kehujanan terjadi pada malam hari, sering bersamaan
dengan hot flushes.
Perubahan – perubahan pada organ – organ tubuh wanita sebagai berikut:
1) Alat kelamin luar: atrofi dan gatal – gatal.
2) Vagina: sakit pada waktu senggama (dyspareunia), keputihan bercampur darah dan vaginistis.
3) Kandung seni: sering kencing dan ngompol.
4) Rahim dan otot dasar panggul: prolaps.
5) Kulit dan selaput lendir: mengeriput, kering atau gatal, mudah luka, rambut kering mudah rontok,
mulut dan mata kering.
6) Payudara: mengecil, lembek dan menggantung.
7) Tulang: keropos ( osteoporosis ), nyeri punggung.
8) Sistem pembuluh darah: penumpukan lemak di dalam pembuluh darah ( artherosklerosis ).
b. Perubahan Psikologis
Banyak gejala psikologis telah dihubungkan dengan menopause termasuk depresi, kecemasan,
kelelahan, labilitas emosional, mudah marah ( iritabilitas ) dan insomnia. ( Happy, 1998: 17 ).
Gejala perubahan psikologi pada wanita menopause pada umumnya adalah: rasa hati murung, hilang
minat dan rasa senang, penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian, pengurangan rasa harga diri dan
percaya, pikiran perihal dosa dan diri tidak berguna, pandangan suram dan pesimistik terhadap masa
depan, gagasan atau tindakan mencederai diri / bunuh diri.
c. Perubahan Seksual
Perubahan seksual yang terjadi pada wanita menopause adalah: gangguan libido atau gangguan hasrat
seksual, rangsang seksual yang terganggu pada wanita, orgasme yang terhambat, dyspareunia,
vaginismus.
d. Perubahan Sosial
1) Klimakterium merupakan masa yang tidak dikehendaki oleh wanita karena dengan berhentinya
proses menstruasi, wanita menopause menganggap telah kehilangan identitas kewanitaannya.
2) Wanita menopause menganggap dirinya sebagai beban bagi keluarga.
3) Wanita yang beraktifitas tinggi dalam lingkungan sosial pada waktu mudanya bisa menjadi kurang
aktif pada masa ini karena rasa kurang percaya diri.
4) Dalam lingkungan pekerjaan, wanita pada masa ini sulit diterima apalagi yang mengutamakan
penampilan fisik.
5) Hubungan dengan anak dan suami yang semula dekat menjadi jauh karena anak sudah punya
kesibukan sendiri serta suami kurang memperhatikan perubahan tersebut.

3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause


Perubahan – perubahan fisik, psikologis, seksual dan sosial yang menyertai wanita pada masa
menopause berbeda – beda, seperti diuraikan oleh Happy ( 1998) hal ini disebabkan oleh karena:
a. Faktor Fisik
1) Penurunan fungsi hormon oleh karena menurunnya fungsi ovarium.
2) Status gizi, dimana seorang wanita dengan status gizi yang baik akan memperlambat timbulnya
menopause.
3) Menarche, dimana makin dini menarche terjadi maka makin lambat menopause timbul.
4) Kesehatan umum, dimana wanita dengan penyakit kronis akan lebih cepat mengalami menopause.
b. Faktor Psikologis
1) Kematangan pribadi dimana kepribadian yang terintegrasi dengan baik akan mempengaruhi reaksi
psikologis secara positif terhadap gangguan klimakterium.
2) Pengetahuan, dimana dengan adanya pengetahuan yang cukup bagi seorang wanita tentang
klimakterium akan memberi kekuatan bagi wanita tersebut untuk menghadapi klimakterium.
3) Adanya perbedaan tanggapan wanita tentang menopause, dimana sebagian wanita masih
menganggap menopause sebagai masa yang menakutkan, namun ada juga yang menganggap bahwa
masa menopause adalah masa yang alamiah.
4) Pekerjaan, dimana wanita dengan pekerjaan yang berat dan membutuhkan waktu banyak,
kemungkinan akan memperberat masalah pada masa menopause sehingga akan menambah beban fisik
dan psikologisnya.
c. Faktor Sosial
Adanya pendapat masyarakat yang merugikan bahwa wanita yang telah memasuki masa menopause
dianggap tidak berguna lagi karena sudah tidak bisa melahirkan anak lagi dan telah kehilangan daya
tariknya sebagai seorang wanita.

4. Proses terjadinya menopause


Proses terjadinya menopause disebabkan karena semakin tuanya ovarium sehingga fungsinya dalam
memproduksi hormon estrogen menjadi menurun.
Proses menjadi tua sudah mulai pada umur 40 tahun. Jumlah folikel pada ovarium waktu lahir lebih
kurang 750.000 buah, pada waktu menopause tinggal beberapa ribu buah. Tambahan pula folikel yang
tersisa ini rupanya juga lebih resisten terhadap rangsangan gonadotropin. Dengan demikian, siklus
ovarium yang terdiri atas pertumbuhan folikel, ovulasi dan pembentukan korpus luteum lambat laun
berhenti.
Pada menopause terdapat penurunan produksi hormon estrogen dan kenaikan hormon gonadotropin.
Kadar hormon akhir ini terus tetap tinggi sampai kira-kira 15 tahun setelah menopause kemudian mulai
menurun. Tinggi kadar hormon gonadotropin disebabkan oleh berkurangnya produksi estrogen sehingga
native feed back terhadap produksi gonadotropin berkurang. Keadaan ini menurunkan rangsang pada
hipotalamus dan hipofise. Penurunan kadar estrogen mempengaruhi organ- organ tubuh yang berada di
bawah pengaruh estrogen ( Sarwono, 1997: 129 ).

5. Perubahan dan tips untuk menyiasati masa menopause


Berikut beberapa perubahan dan tips untuk menyiasati masa menopause:
a) Penurunan Kesuburan
Ini berkaitan dengan kualitas dari sel telur yang dihasilkan oleh tubuh seorang wanita. Proses ini dimulai
sekitar usia 35 sampai 38, sekitar 10 sampai 15 tahun sebelum menopause terjadi.
Aturlah kehamilan Anda. Semakin tua saat mengandung, semakin besar resiko melahirkan bayi dengan
ketidaknormalan genetik. Tetap gunakan alat kontrasepsi. Tidak berarti dengan penurunan kesuburan,
Anda terlindung dari kehamilan.
b) Perubahan Siklus Haid
Perubahan yang terjadi sangat bervariasi antar individu. Ada yang jarak antar siklusnya memendek, ada
yang memanjang, ada pula pendarahan yang terjadi menjadi lebih banyak atau hanya sedikit (spotting).
Bahkan sebagian wanita akan mengalami haid yang tiba-tiba berhenti dan tidak haid lagi untuk
selamanya.
Bersikaplah tenang. Jika menemui perdarahan haid yang lebih banyak atau lama perdarahan yang lebih
lama atau juga pendarahan yang terjadi antara masa haid, segeralah kunjungi dokter untuk
mendapatkan tindak lanjut agar hal-hal yang berbahaya dapat dihindari.
c) Hot Flashes
Gejala dari Hot Flashes adalah sensasi rasa hangat sampai panas sekujur tubuh yang terjadi secara
mendadak terutama pada daerah dada, muka dan kepala sebagai akibat dari melebarnya pembuluh
darah. Gejala-gejala lain yang mengikutinya seperti berkeringat, peningkatan jumlah nadi serta
peningkatan detak jantung.
Berusahalah untuk mengenali dan menghindari hal-hal pencetus hot flashes ini seperti ruangan yang
hangat, emosi, minuman panas, makanan tertentu, kopi, alkohol, rokok. Gunakan baju yang sejuk,
gunakan kipas angin serta tidur di ruangan yang sejuk. Ketika hot flashes muncul, tariklah nafas yang
dalam dan lambat untuk menenangkan diri Anda. Olah raga rutin dapat mengurangi stress atau dapat
juga dengan meditasi, yoga atau pijat.
d) Perubahan Emosional
Banyak hal-hal yang melatarbelakangi hal ini. Hot flashes sering kejadiannya berlangsung pada malam
hari, yang menyebabkan wanita yang mengalaminya akan mengalami kesulitan tidur. Kurangnya waktu
tidur ini dapat menyebabkan keletihan serta perubahan emosional seperti mudah marah. Perubahan
hormonal juga ikut berpengaruh. Selain itu, banyak peristiwa kehidupan yang terjadi pada masa ini yang
terjadi yang sedikit banyak juga berpengaruh, contohnya pertentangan dengan kaum muda, takut
menjadi tua, pernikahan anak, persiapan masa pensiun bagi yang bekerja dan sebagainya.
Ikutlah aktivitas yang menyenangkan. Perbanyak kawan bicara. Makanlah secara teratur dan yang
bergizi, kurangi lemak, alkohol dan kafein. Olah raga secara teratur. Cobalah teknik mengurangi stress
seperti nafas yang dalam, meditasi. Lakukan aktivitas bagi diri Anda sendiri seperti pijat, manicure.
Tidurlah yang cukup setiap malam. Tertawalah sebanyak-banyaknya . Carilah pihak-pihak yang
berkompeten untuk membantu Anda.
e) Perubahan Vagina dan Inkontinensia
Pada masa ini vagina akan memendek serta menyempit. Dinding vagina menjadi tipis dan kehilangan
elastisitasnya. Gejala-gejala yang akan timbul seperti rasa panas, gatal, pendarahan serta sakit pada saat
bersenggama. Sedangan pada saluran kemih akan timbul apa yang disebut inkontinensia, yang artinya
pengeluaran urin secara tidak sadar atau ngompol. Hal ini dapat berdampak pada lingkungan sosial serta
higienitas personal.
Untuk perubahan pada vagina : Gunakan vaginal moisturizer untuk melembutkan vagina. Gunakan
lubrikan vagina yang bersifat larut air atau water-soluble untuk melembabkan vagina. Lakukan Pap's
smear serta pemeriksaan kebidanan lainnya secara berkala.
Untuk inkontinesia : Atur jumlah minuman yang diminum secukupnya . Kurangi kafein dan makanan
yang asam karena akan mengiritasi kandung kemih. Jaga kebersihan sehingga terbebas dari infeksi.
Lakukan latihan otot dasar panggul (Kegel Exercise). Kurangi berat badan.
f) Perubahan Aktivitas Seksual
Pada usia tua aktivitas seksual akan berubah pada kedua belah pihak pasangan, baik sang wanita
maupun sang pria. Banyak faktor yang mendasarinya seperti, perubahan usia, hormonal serta kejiwaan
masing-masing pasangan. Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi berkurangnya respon seksual,
aktivitas seksual yang menurun, hasrat seksual yang berkurang, pasangan seksual yang menjadi
disfungsional (misal difungsi ereksi) dan sebagainya.
Perpanjang masa foreplay, hal ini akan memperpanjang orgasme. Ubah kebiasaan seksual Anda, misal
dengan melakukan hubungan senggama pada pagi hari saat tingkat energi lebih tinggi. Lakukan
pendekatan dengan pasangan Anda sehingga hubungan yang lebih baik dapat terbangun. Cobalah saling
membantu dalam mengatasi masalah seksual masing-masing pasangan.
g) Bertambahnya berat badan
Bertambahnya berat badan akan muncul akibat bertambahnya lemak dan berkurangnya massa otot
tubuh. Selain itu detak jantung akan cenderung lebih cepat. Hal ini dicetuskannya antara lain oleh faktor
hot flashes seperti yang telah dijelaskan di atas serta perubahan emosional. Sakit kepala pun akan ikut
muncul pada wanita yang rentan terhadap perubahan hormonal. Serta hal-hal yang lain yang mengikuti
dengan penurunan usia wanita tersebut.
Mengkonsumsi makanan gizi seimbang dengan rendah kalori. Olah raga secara teratur. Hindari pencetus
stress. Lakukan hal-hal yang meredakan ketegangan. Minumlah air yang cukup. Gunakan sun-block
untuk mencegah kanker kulit. Bila perlu konsumsi makanan tambahan.
h) Menjaga vitalitas tubuh. Caranya, dengan mengonsumsi makanan yang kaya gizi. Selain itu, hindari
makanan yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi.
i) Lakukan olahraga secara teratur dan terukur. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap
bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu
menghilangkan antioksidan yang berkeliaran di dalam tubuh.
Beberapa jenis olahraga yang bisa dilakukan pada saat menopause antara lain jalan cepat, dan senam.
Bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, dianjurkan untuk melakukan senam aerobik dan senam
osteoporosis.
Berpikir positif. Wanita yang baru atau belum lama memasuki masa menopause biasanya akan
dirundung kegalauan dan kegelisahan. Mereka merasa sudah tidak cantik dan menarik lagi, sehingga
takut ditinggalkan suami dan sebagainya. Ketakutan semacam ini justru akan makin memperburuk
keadaan. Sebab pikiran negatif akan menimbulkan hal yang negatif pula.

INFERTILITAS

1. DEFINISI
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah
melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497).
Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan menghasilkan
keturunan (Elizbeth, 639).
Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun
berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum
mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.

2. ETIOLOGI
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a. Pada wanita
· Gangguan organ reproduksi
1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan membunuh sperma dan
pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran
mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu.
Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi
sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.

· Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya
hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi.
Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang
menyebabkan terjadinya disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua
hormone ini. Maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan
ovulasi.
· Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada
endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah
abortus
· Endometriosis
· Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita
hamil.

· Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat
menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan.

b. Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
· Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
· Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
· Abnormalitas ereksi
· Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
· Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan
pada obstruksi pada saluran genital
· Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.

3. FAKTOR-FAKTOR INFERTILITAS YANG SERING DITEMUKAN


Factor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan sangat tergantung pada keadaan local,
populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.
a. Faktor koitus pria
Riwayat dari pasangan pria harus mencakup setiap kehamilan yang sebenarnya, setiap riwayat
infeksi saluran genital, misalnya prostates, pembedahan atau cidera pada genital pria atau daerah
inguinal, dan setiap paparan terhadap timbel, cadmium,radiasi atau obat kematerapeutik.
Kelebihan konsumsi alcohol atau rokok atau paparan yang luar biasa terhadap panas lingkungan
harus dicari.
b. Faktor ovulasi
Sebagian besar wanita dengan haid teratur (setiap 22 – 35hari) mengalami ovulasi, terutama
kalau mereka mengalami miolimina prahaid (misalnya perubahan payudara, kembung, dan
perubahan suasana hati).
c. Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lender encer yang banyak yang
bereksudasi keluar dari serviks untuk berkontak dengan ejakulat semen. Untuk menilai
kualitasnya, pasien harus diperiksa selama fase menjelang pra ovulasi (hari ke-12 sampai 14 dari
siklus 28 hari).
d. Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae, pertengahan segmen, atau pada
istmus kornu. Penyumbatan fimbriae sajauh ini adalah yang banyak ditemukan. Salpingitis yang
sebelumnya dan penggunaan spiral adalah penyebab yang lazim, meskipun sekitar separohnya
tidak berkaitan dengan riwayat semacam itu. Penyumbatan pertengahan segmen hamper selalu
diakibatkan oleh sterilisasi tuba. Penyumbatan semacam itu, bila tak ada riwayat ini, menunjukan
tuberculosis. Penyumbatan istmus kornu dapat bersifat bawaan atau akibat endometriosis,
adenomiosis tuba atau infeksi sebelumnya. Pada 90% kasus, penyumbatan terletak pada istmus
dekat tanduk (kornu) atau dapat melibatkan bagian dangkal dari lumen tuba didalam dinding
organ.
e. Faktor peritoneum
Laparoskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka sebelumnya pada 30 sampai
50% wanita dengan infertilitas yang tak dapat diterangkan. Endometriosis adalah penemuan yang
paling lazim. Perlekatan perianeksa dapat ditemukan, yang dapat menjauhkan fimbriae dari
permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan.
(Cristina, 600-607)

5. PENCEGAHAN INFERTILITAS
a. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah
zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius
(Steven RB,1985).
b. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok
terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven RB,1985).
c. Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosterone yang
tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985).
d. Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).

6. PATOFISIOLOGIS

a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi
hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga
terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik
yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga
penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum
tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi
proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik
yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang
dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga
terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga
menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan
implantasi zigot yang berujung pada abortus.

b. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang
mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar
dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria
yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

ABORTUS

A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
 Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:
 Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
 Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
 Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
 Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
 Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
 Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

C. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam,
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum) janin lahir mati,janin masih
hidup,mola kruenta,fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D. Manifetasi Klinis

Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.


Pemeriksaan fisik : KU lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
 Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
 Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
E. Komplikasi

 Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi


 Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah

F. Jenis-jenis abortus
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus di bagi atas:
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada
tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat. Abortus iminens merupakan peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam
uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Tanda dan gajala : Perdarahan memalui OUE disertai mules sedikit, uterus membesar sesuai
umur kehamilan, serviks belum membuka dan kehamilan positif (Winkjosastro, 2006 :305).

2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuti dengan dilatasi serviks.


Abortus Insipiens (Keguguran Sedang Berlangsung) adalah perdarahan dari uterus sebelum
kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat.
Tanda dan gejala : perdarahan bertambah banyak, rasa mules menjadi lebih sering dan kuat serta
dilatasi serviks meningkat

3. Abortus inkomplit,
Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masihada sisa tertinggal dalam uterus.
Tanda dan gejala : Kanalis servikalis terbuka, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dalam OUE, perdarahan dapat banyak sehingga menyebabkan
syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan (Wiknjosastro, 2006, hal.
307).

4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
Abortus Kompletus (Keguguran lengkap) adalah abortus seluruh hasil konsepsi telah telah
dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga ruang rahim kosong.
Tanda dan gejala : Perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, hasil konsepsi telah keluar
dengan lengkap (Winkjosastro, hal. 308).

5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih. (2)

6. Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan dimana penderita mengalami


keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Penanganan :
Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang bergizi, anjuran istirahat yang cukup,
larangan koitus dan olah raga. Merokok dan minum alkohol dikurangi atau dihentikan. Pada
serviks inkompeter terapinya adalah operatif : SHIRODKAR atau Mc DONALD (Cervical
Cerclage).
7. Abortus infeksiosus dan abortus septik
Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital.
Penanganan:
Bila perdarahan banyak berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.Berikan antibiotika yang
cukup dan tepat (buat pembiakan dan uji kepekaan obat) :
a) Berikan suntikan penisilin l juta satuan tiap 6 jam.
b) Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam atau antibiotik spectrum luas lainnya.
24 – 28 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan banyak,
lakukan dilatasi dan kuretase pengeluaran hasil konsepsi.infus dan pemberian antibiotika
diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
8. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinya
ke dalam peredaran darah atau peritonium.
Penanganan:
Pada abortus septik terapi sama saja hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan yang tepat
sesuai hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.Tindakan operatif,
dilakukan melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan, dilakukan bila keadaan umum
dan panas mulai mereda.

Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau artifisial /
terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).
Abortus spontan diduga disebabkan oleh :

 kelainan kromosom (sebagian besar kasus)


 infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
 gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
 oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)

G. DIAGNOSTIK
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari faktor
risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu
dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. jika keadaan umum buruk
lakukan resusitasi dan stabilisasi segera.
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar
dari ostium.
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang.
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan juga
apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan mudah / lunak, atau tidak
(melihat ada tidaknya dilatasi serviks).

H. Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus


1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes,
penyakitgh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)

Anda mungkin juga menyukai