PENDAHULUAN
Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah suatu penyakit autoimun yang kronik dan menyerang
berbagai sistem dalam tubuh. Tanda dan gejala dari penyakit ini bisa bermacam- macam, bersifat
sementara, dan sulit untuk didiagnosis. Karena itu angka yang pasti tentang jumlah orang yang
terserang oleh penyakit ini sulit diperoleh. SLE menyerang perempuan kira- kira delapan kali
lebih sering daripada laki- laki. Penyakit ini sering kali dimulai pada akhir masa remaja atau
awal masa dewasa. Di Amerika Serikat, penyakit ini menyerang perempuan Afrika Amerika tiga
kali lebih sering daripada perempuan Kaukasia. Jika penyakit ini baru muncul pada usia di atas
60 tahun, biasanya akan lebih mudah untuk diatasi.
Semula SLE digambarkan sebagai suatu gangguan kulit, pada sekitar tahun 1800-an, dan diberi
nama lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk “kupu-kupu”, melintasi tonjolan hidung dan
meluas pada kedua pipi yang menyerupai gigitan serigala. Lupus discoid adalah nama yang
sekarang diberikan pada penyakit ini apabila kelainannya hanya terbatas pada gangguan kulit.
SLE adalah salah satu kelompok penyakit jaringan ikat difus yang etiologinya tidak diketahui.
SLE ditandai dengan autoantibodi dalam sirkulasi terhadap asam deoksiribonukleat (DNA).
Kelompok ini meliputi SLE, skleroderma, polimiositis, arthritis rheumatoid, dan sindrom
Sjogren. Gangguan- gangguan ini seringkali memiliki gejala yang saling tumpang tindih satu
dengan yang lainnya dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis menjadi semakin
sulit untuk ditegakkan secara akurat. SLE dapat bervariasi dari suatu gangguan ringan sampai
suatu gangguan yang bersifat fulminan dan mematikan. Namun demikian, keadaan yang paling
sering ditemukan adalah keadaan eksaserbasi atau hampir remisi yang berlangsung untuk waktu
yang lama. Diagnosis SLE dipastikan dari hasil tes yang positif terhadap faktor antinuklear
(ANA) (suatu uji skrining yang berguna) dan uji yang lebih spesifik untuk antibodi anti-DNA.
Insiden tahunan SLE di Amerika serikat sebesar 5,1 per 100.000 penduduk, sementara prevalensi
SLE di Amerika dilaporkan 52 kasus per 100.000 penduduk, dengan rasio jender wanita dan
laki-laki antara 9-14:1. Belum terdapat data epidemiologi SLE yang mencakup semua wilayah
Indonesia. Data tahun 2002 di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, didapatkan 1.4%
kasus SLE dari total kunjungan pasien di poliklinik Reumatologi Penyakit Dalam, sementara di
RS Hasan Sadikin Bandung terdapat 291 Pasien SLE atau 10.5% dari total pasien yang berobat
ke poliklinik reumatologi selama tahun 2010.
Manifestasi klinis SLE sangat luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah, jantung,
paru, ginjal, susunan saraf pusat (SSP) dan sistem imun. Dilaporkan bahwa pada 1000 pasien
SLE di Eropa yang diikuti selama 10 tahun, manifestasi klinis terbanyak berturut-turut adalah
artritis sebesar 48,1%, ruam malar 31,1%, nefropati 27,9%, fotosensitiviti 22,9%, keterlibatan
neurologik 19,4% dan demam 16,6% sedangkan manifestasi klinis yang jarang dijumpai adalah
miositis 4,3%, ruam discoid 7,8 %, anemia hemolitik 4,8%, dan lesi subkutaneus akut 6,7%.
Morbititas dan mortalitas pasien SLE masih cukup tinggi. Berturut-turut kesintasan (survival)
SLE untuk 1-5, 5-10, 10-15, 15-20, dan 20 tahun adalah 93-97%, 84-95%, 18-19, 70-85%, 18-
19, 64-80%, dan 53-64%. Kesintasan 5 tahun pasien SLE di RSCM adalah 88% dari pengamatan
terhadap 108 orang pasien SLE yang berobat dari tahun 1990-2002. Angka kematian pasien
dengan SLE hampir 5 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Pada tahun-tahun pertama
mortalitas SLE berkaitan dengan aktivitas penyakit dan infeksi (termasuk infeksi M.
tuberkulosis, virus, jamur dan protozoa. Sedangkan dalam jangka panjang berkaitan dengan
penyakit vaskular aterosklerosis. Mengingat manifestasi klinis, perjalanan penyakit SLE sangat
beragam dan risiko kematian yang tinggi maka diperlukan upaya pengenalan dini serta
penatalaksanaan yang tepat. Identifikasi dan penatalaksanaan dini SLE biasanya dapat
memberikan prognosis yang lebih baik.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. I
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
No.CM : 00297937
1. ANAMNESIS
Keluhan Tambahan : Mual, pusing, kejang, batuk, badan pegal, lebam di kedua kaki dan
kedua tangan
Pada tanggal 18 Februari 2015 malam, pasien sempat mengalami kejang 1 kali dengan durasi
sekitar 2 jam. Pada saat kejang pasien tidak sadar. Sebelum dan setelah kejang pasien sadar.
Kejang terjadi pada seluruh tubuh.
Pasien juga merasakan keluhan lain yaitu pegal- pegal pada seluruh tubuh. Rasa pegal pada
seluruh tubuh dirasakan sering timbul sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan disertai nyeri sendi-
sendi dan badannya terasa lemah serta mudah lelah. Pada bulan Maret 2014 pasien telah
didiagnosis menderita SLE dengan ditemukannya sel LE pada pemeriksaan penunjang di RSMS.
Keluhan pegal pada seluruh tubuh semakin memberat dan mengganggu aktifitas. Keluhan
bertambah saat pasien melakukan aktifitas- aktifitas berat seperti mencuci baju. Keluhan akan
berkurang saat pasien beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya lebam- lebam dan bercak-
bercak kehitaman di seluruh tubuh. Lebam- lebam uncul sekitar 2 tahun yang lalu. Awalnya
berwarna kemerahan kemudian berubah warna menjadi hitam tersebar di seluruh tubuh. Bercak
berwarna hitam muncul semakin banyak.
Pasien juga pernah mengalami gusi berdarah 1 tahun yang lalu. Pasien mengakui sekitar 5 tahun
yang lalu mulai mengalami kejang kurang lebih 4 kali dalam seminggu. Semakin lama kejang
mulai menghilang. Pasien sudah rutin melakukan pengobatan untuk penyakit SLEnya.
Pada saat anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan, keluhan sesak pasien sudah berkurang,
pusing sudah berkurang, sudah tidak ada mual, badan masih sering pegal- pegal, masih ada
lebam di kaki dan tangan, dan bercak berwarna hitam pada seluruh tubuh.
1. Personal
Pasien sudah menikah dan tinggal bersama suami, 1 orang anak, dan ibunya. Aktifitas pasien
menurun sejak pasien mengalami sakit 5 tahun yang lalu. Sejak 5 tahun yang lalu pasien
mengalami berbagai macam penyakit dan pernah mondok di RS 5 kali. Pasien pernah
mendapatkan tranfusi darah 4 kantong. Karena mudah lelah dan sering mengalami nyeri sendi,
kaku tulang, pegal- pegal pada otot badan maka pasien hanya dapat melakukan aktifitas sehari-
hari yang ringan. Ibu pasien sering membantu memasak dan mencuci baju serta mengurus anak
pasien. Pasien rutin memeriksakan penyakit SLEnya ke rumah sakit.
2. Occupational
Pasien sehari- hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari
berasal dari penghasilan suami sebagai buruh dan berkebun.
3. Community
Pasien tinggal di sebuah pedesaan. Hubungan pasien dengan keluarganya tergolong baik.
Hubungan pasien dengan tetangga dan masyarakat sekitar tergolong baik.
4. Diet
Pola makan pasien baik 3 kali sehari. Nasi, lauk, sayur cukup bervariasi. Nafsu makan baik,
terkadang menurun terutama ketika gejala- gejala penyakitnya muncul. Pasien tidak pernah
merokok maupun mengkonsumsi alkohol.
5. Drug
Pasien mengkonsumsi obat-obatan untuk SLE yaitu Metil Prednison 3 x 1 tab PO dan Asam
Folat 2 x 1 tab PO.
1. PEMERIKSAAN FISIK
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 36,7 0C
4. Berat badan : 59 kg
5. Tinggi badan : 155 cm
6. Status generalis
7. Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
Mulut
1. Pemeriksaan leher
Palpasi : JVP5+3 cm
1. Pemeriksaan thoraks
Paru
Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, tidak tampak ketertinggalan gerak antara
hemithoraks kanan dan kiri, kelainan bentuk dada (-).
Wheezing-/-
Jantung
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC VI 2 jari lateral LMCS dan kuat angkat (-)
1. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Cembung
1. Pemeriksaan ekstremitas
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Darah Lengkap
Hitung Jenis
Kimia Klinik
Hematologi
Darah Lengkap
Hematokrit : 25 % ↓ (42 – 52 %)
Hitung Jenis
X Foto Torak AP
Batas kanan jantung tertutup perselubungan homogen, batas kiri jantung baik
1. Resume
2. Anamnesis
3. Sesak nafas
4. Keluhan lain: Mual, pusing, kejang, batuk, badan pegal, lebam di kedua kaki dan kedua
tangan
5. Riwayat SLE telah terdiagnosa dengan ditemukan sel LE pada pemeriksaan penunjang
bulan Maret 2015.
6. Pemeriksaan fisik
7. Vital sign :
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 36,7 0C
1. Diagnosis
Anemia ringan
1. Penatalaksanaan
Non Farmakologi
1. Istirahat
2. Kurangi aktifitas berat
3. Minum obat teratur
Farmakologi :
1. O2 3 lpm NK
2. IVFD RL 16 tpm
3. Inj Metil Prednison 3×125 mg iv
4. Inj Furosemid 2 x 1 Amp iv
5. Inj Ketorolac 2 x 30 mg iv
6. Inj Ranitidin 2 x 1 Amp iv
7. O Asam Folat 2 x 1 tab
Monitoring
1. Keadaan Umum/Kesadaran
2. Vital Sign
3. Gejala- gejala SLE yang muncul
1. PROGNOSIS
Prognosis untuk SLE bervariasi dan tergantung pada keparahan gejala, organ- organ yang
terlibat, dan lama waktu remisi dapat dipertahankan. SLE tidak dapat disembuhkan,
penatalaksanaan ditujukan untuk mengatasi gejala. Prognosis berkaitan dengan sejauh mana
gejala- gejala ini dapat diatasi.