Tugas Sistem Utilitas - Yasinta Lola Iriadi (1407120998) Kelas C
Tugas Sistem Utilitas - Yasinta Lola Iriadi (1407120998) Kelas C
1. Jelaskan siklus hidrologi, sumber-sember air, komposisi berbagai jenis air, dan
penggunaan air untuk industri!
2. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi pengolahan air!
3. Jelaskan karakteristik kimia air dan satuan satuan konsentrasi yang digunakan!
4. Jelaskan cara dan metode yang digunakan untuk masing-masing karakterisik kimia air
yang disebutkan pada no.3!
5. Jelaskan zat pengotor dalam air!
6. Jelaskan cara pengolahan air eksternal!
Jawaban:
a. Evaporasi
Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi.
Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah, bendungan atau
waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari. Penguapan serupa juga
terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut
dengan istilah evaporasi. Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang
berwujud gas sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin
tinggi panas matahari (misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air
dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar.
b. Transpirasi
Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah.
Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan
tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi. Sama seperti
evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan mahluk
hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi,
jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi
c. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh permukaan
bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan mahluk hidup.
Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus
hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut
ke atas permukaan atmosfer.
d. Sublimasi
Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi, maupun
evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas atmosfer bumi juga
dipengaruhi oleh proses sublimasi. Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di
puncak gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit,
sublimasi juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas
atmosfer bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses
penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat.
e. Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi,
dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu, uap air
tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui proses
kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu
udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut. Partikel-partikel es yang terbentuk
akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain sehingga membentuk awan. Semakin
banyak partikel es yang bergabung, awan yang terbentuk juga akan semakin tebal dan
hitam.
f. Adveksi
Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi.
Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal
akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan awan akan
menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui
bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.
g. Presipitasi
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi. Proses
prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada
proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius,
presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air
akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di
daerah beriklim sub tropis.
h. Run Off
Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run off
pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya
terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga
samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju
lapisan hidrosfer.
i. Infiltrasi
Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di
permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan bergerak ke
dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Proses pergerakan
air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat
membawa air tanah kembali ke laut. Setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang
telah mengalami siklus hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut
secara berangsur-angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di
awali oleh proses evaporasi.
Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya
panas matahari.
Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.
Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.
1. Air Laut
Air ini sifatnya asin karena mengandung garam NaCl. kadal garam Nacl dalam air laut
3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum.
2. Air Hujan
Cara menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya jangan saat air hujan baru mulai
turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Air hujan juga mempunyai sifat agresif
terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-baik reservoir sehingga hal ini akan
mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Air hujan juga mempunyai sifat luna
sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun
3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di perbukaan bumi, Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur,
batang kayu, daun, kotoran industri dan lainnya. Untuk meminumnya harus melewati
proses pembersihan yang sempurna.
4. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah di dalam zone jenuh dimana tekanan
hidrstatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer
5. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tana dengan
hampir tidak dipengaruhi oleh musim, sedangkan kualitasnya sama dengan air dalam.
Beberapa komposisi lainnya dalam air adalah seperti Silica as SiO2, Iron as Fe,
Manganese as Mn, Calsium as Ca, Magnesium as Mg, Sodium (Na) + Potassium (K),
Carbonate as CO3, Bicarbonate as HCO3, Sulfate as SO4, Chloride as Cl, Fluoride as F,
Nitrate as NO3, Dissolved solids, Total hardness as CaCO3, Non carbonate hardness as,
CaCO3, Color, Turbidity, pH (in pH units).
2. Pendinginan
Air dimanfaatkan untuk pendingin pabrik yang berukuran besar atau skala besar.
Pendingin pabrik atau perkantoran dalam skala besar tidak menggunakan air conditioner
seperti pada ruangan yang kecil, tetapi menggunakan AC central atau biasa disebut
dengan HVAC. HVAC digunakan dalam pabrik yang besar dan perkantoran yang
bertingkat dengan pendingin air. Air juga digunakan sebagai pendingin untuk peralatan
industri. Untuk peralatan pada kilang, air digunakan sebagai cooling water, sedangkan
heat exchanger dan cooling tower, air digunakan sebagai fluida.
a. Pengolahan Eksternal
Pengolahan eksternal dilakukan di luar titik penggunaan air yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan impurities. Jenis-jenis proses pengolahan eksternal ini
antara lain :
- Sedimentasi
- Filtrasi
- Pelunakan (softening)
- Deionisasi (Demineralization)
- Deaerasi
b. Pengolahan Internal
Pengolahan internal adalah pengolahan yang dilakukan pada titik penggunaan air dan
bertujuan untuk menyesuaikan (conditioning) air kepada kriteria kondisi system dimana
air tersebut akan digunakan. Usaha untuk mencapai tujuan pengolahan internal dilakukan
dengan penambahan berbagai bahan kimia ke dalam air yang diolah. Bahan-bahan kimia
tersebut, akan bereaksi dengan impurities sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam
penggunaan air tersebut. Oksigen, sebagai contoh, dapat diikat dengan menggunakan
sodium sulfit atau hydrazine. Sifat lumpur yang dapat melekat pada logam peralatan
proses dihilangkan dengan penambahan bahan-bahan organik yang termasuk dalam
golongan tanin, lignin atau alginat.
c. Pengolahan Lengkap
Pengolahan lengkap adalah pengolahan air yang meliputi pengolahan fisik, kimia,
dan bakteriologik. Pengolahan ini biasanya dilakukan terhadap air sungai yang
kotor/keruh.
Intake
Tempat pengambilan air baku dilengkapi dengan ‘Bar screen’ / penyaring yang
bertujuan untuk menyaring benda-benda terapung (sampah) agar tidak sampai
masuk ruang intake karena bisa mengganggu kinerja pompa.
Flokulasi
Adalah proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan flok-flok
kecil yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi) sehingga menjadi
besar dan mudah untuk diendapkan. Dalam proses flokulasi mengalami
pengadukan lambat memberikan kesempatan flok-flok kecil menjadi semakin
besar dan mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah terbentuk.
Sedimentasi
Di dalam proses sedimentasi partikel-partikel / flok- flok yang terbentuk dari
flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi. Pada bak sedimentasi dilengkapi
‘tube settler’ yang bertujuan untuk mempercepat proses pengendapan.
Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus yang belum
dapat terendapkan pada bak sedimentasi. Proses filtrasi dilakukan dengan cara
melewatkan air melalui media porous yaitu; pasir silica/ kwarsa.
Chlorinasi
Adalah pembubuhan zat disinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium Hypochlorit)
yang bertujuan untuk membunuh bakteri yang mungkin ada, baik di reservoir,
jaringan pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan.
- Aerasi : adalah suatu proses pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi kadar zat
besi yang melampaui batas ambang yang telah ditetapkan DepKes – RI.
- Chlorinas: adalah pembubuhan zat disinfeltan (misal gas chlor, sodium Hypochlorit)
yang bertujuan untuk membubuh bakteri yang mungkin ada, baik di reservoir ,
jaringan pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan.
Besi
Besi atau Ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat
dibentuk. Pada umumnya, besi di dalam air dapat bersifat :
Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri)
Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar, seperti
Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3, dan sebagainya
Tergabung dengan zat organis atau zat padat inorganis (seperti tanah liat)
Besi di alam dapat ditemui dalam bentuk pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3), magnetite
(Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite (HFeO2), dan ochre [Fe(OH)3] (Cole, 1988 dan
Moore, 1991). Senyawa besi pada umumnya sukar larut dan cukup banyak terdapat di
dalam tanah. Kadang-kadang besi juga terdapat sebagai senyawa siderite (FeCO3)
yang bersifat mudah larut dalam air
Fluorida (F)
Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Fluor adalah
halogen yang sangat reaktif sehingga selalu terdapat dalam bentuk senyawa. Unsur ini
ditemukan dalam bentuk ion fluorida (F–). Fluor yang berikatan dengan kation
monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF bersifat mudah larut; sedangkan fluor yang
berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF2 dan PbF2 bersifat tidak larut dalam
air. Sumber fluorida di alam adalah fluorspar (CaF2), cryolite (Na3AlF6), dan
fluorapatite. Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari pembakaran batu bara.
Fluorida banyak digunakan dalam industri besi baja, gelas, pelapisan logam,
aluminium, dan pestisida.
Kesadahan
Kesadahan (hardness) disebabkan adanya kandungan ion-ion logam bervalensi
banyak (terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Sr). Kation-kation
logam ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun dengan anion-
anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan/karat pada peralatan logam.
Kation-kation utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain Ca2+, Mg2+, Sr2+,
Fe2+, dan Mn2+. Anion-anion utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain
HCO3 –, SO42-, Cl–, NO3 –, dan SiO32-. Air sadah merupakan air yang dibutuhkan oleh
sabun untuk membusakan dalam jumlah tertentu dan juga dapat menimbulkan kerak
pada pipa air panas, pemanas, ketel uap, dan alat-alat lain yang menyebabkan
temperatur air naik.
Klorida (Cl)
Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan.
Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl–). Ion klorida adalah salah
satu anion anorganik utama yang ditemukan pada perairan alami dalam jumlah yang
lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk
senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl 2).
Selain dalam bentuk larutan, klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada batuan
mineral sodalite [Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke
perairan. Sebagian besar klorida bersifat mudah larut.
Mangan
Mangan (Mn), metal kelabu-kemerahan, merupakan kation logam yang memiliki
karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous
(Mn2+) dan manganik (Mn4+). Di dalam tanah, Mn4+ berada dalam bentuk senyawa
mangan dioksida yang sangat tak terlarut di dalam air dan mengandung
karbondioksida. Pada kondisi reduksi (anaerob) akibat dekomposisi bahan organik
dengan kadar yang tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi
menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mn2+ berikatan dengan nitrat, sulfat, dan klorida
serta larut dalam air. Mangan dan besi valensi dua hanya terdapat pada perairan yang
memiliki kondisi anaerob (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003). Jika perairan mendapat
cukup aerasi, Mn2+ mengalami reoksidasi membentuk Mn4+ yang selanjutnya
mengalami presipitasi dan mengendap di dasar perairan.
4) Berikut cara dan metode yang digunakan untuk masing-masing karakterisik kimia air
yang disebutkan pada no.3!
Nomor (1) dan (2) adalah satuan yang menunjukkan berat masing-masing zat per
satuan volume adalah miligram per liter (mg/1). Part per million (ppm) tetap dipakai
terutama untuk menyatakan konsentrasi gas oksigen dan H2S terlarut. Dari Tabel 2.2
terlihat bahwa mg/1 mempunyai harga yang sama dengan ppm apabila densitas larutan
mempunyai harga 1,0. Nomor (3) milieqivalent per liter (meq/1) Dari kolom 3 Tabel 2.1
terlihat bahwa masing-masing kation atau anion mempunyai berat atom atau berat radikal
tertentu. Kolom 4 menyatakan berat ekivalen yang didapat dari berat atom atau berat
radikal dibagi dengan berat valensi. Sebagai contoh, natrium/sodium mempunyai valensi
satu. Jika valensi ion adalah dua atau lebih, maka berat ekivalen adalah 1/2, 1/3 dan
seterusnya dari berat atom/radikal tersebut. Nomor (4) dan (5) ekivalen per million dan
grain per gallon jarang dipakai pada laporan analisis air modern tapi dituliskan sebagai
referensi jika ditemui. Nomor (6) Ekivalen CaCO3 masih tetap dipakai pada perhitungan
proses pelunakan air (water softening) dan sebagai satuan standard untuk alkalinitas dan
kesadahan (hardness). Nomor (7) Persen berat dipakai untuk menunjukkan konsentrasi
yang tinggi seperti macam-macam garam yang ditambahkan ke air untuk menaikkan
densitas.
Padatan Terlarut
Air adalah pelarut yang baik, sehingga dapat melarutkan zat-zat dari batu-batuan dan
tanah yang terkontak dengannya. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam
air karena kontaknya dengan batu-batuan tersebut, antara lain : CaCO3, MgCO3,
CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. Air yang akan dipakai untuk
pembangkit uap atau sistem pendingin mempunyai dua parameter penting yang
merupakan akibat dari padatan terlarut, yaitu kesadahan (hardness) dan alkalinitas
(alkalinity). Padatan terlarut lainnya, seperti garam terlarut, asam dan zat organik
tidak dibahas disini.
Gas Terlarut
Berbagai gas dapat larut dalam air, antara lain : CO2, O2, N2, NH3, NO2 dan H2S.
Gas-gas yang terlarut tersebut pada umumnya tidak menimbulkan korosi kecuali
CO2, O2 dan NH3. Karbon dioksida sesungguhnya adalah suatu asam jika bergabung
dengan air, dan dengan demikian dapat menyerang logam.
B. Proses filtrasi
Proses ini khusus untuk menghilangkan zat padat tersuspensi