Anda di halaman 1dari 10

BERKAS SINAR

Dosen Pengampu:
Dr. Ika Purwidyaningrum, M.Sc., Apt

Kelompok I
Anggota:
1. Ignatius Diky K (21154661A)
2. Hendri Evantrio (21154664A)
3. M. Ikhwanudin Al-Faris (21154668A)
4. Kris Ayu Wijayaningrum (21154669A)
5. Yerryco Pujja Lorenza (21154676A)
6. Alfani Ahmad Suryadi (21154682A)
7. Bintang Juvania D (21154683A)
8. Devi Nur Indah Sari (21154684A)
9. Imas Qodri Nur Fakih (21154686A)
10. Reyneldis Lastry Adem (20144214A)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paparan sinar matahari secara berlebih merupakan mediator eksogen utama
terjadinya kerusakan pada kulit yang dapat mempercepat terjadinya penuaan dan resiko
terjadinya kanker pada kulit. Sinar UV pada dasarnya memiliki manfaat dalam pembentukan
vitamin D3 (Cholecalciferol) yang digunakan untuk metabolisme pembentukan tulang dan
sistem imun. Selain itu, radiasi sinar UV juga dapat digunakan untuk terapi penyakit tbc,
psoriasis, dan vitiligo (Cefali dkk., 2016). Akan tetapi, paparan sinar UV secara terus-
menerus justru dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan (Kockler dkk., 2012). Sinar UV
dibagi menjadi 3 daerah, yaitu: UV C(100-290 nm), UV B (290-320 nm), dan UV A (320-
400 nm) dimana sinar UV C dapat tersaring oleh lapisan atmosfer dan tidak dapat sampai ke
permukaan bumi, UV B dapat menetrasi lapisan permukaan kulit yang paling atas, dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan DNA dan terbakar surya, dan sinar UV A yang dapat
menetrasi lapisan kulit lebih dalam sampai lapisan dermis, dapat menyebabkan terjadinya
penuaan, pigmentasi, eritema, tanning, dan kerusakan DNA akibat adanya senyawa oksigen
reaktif atau ROS (Reactive Oxcygen Species). Efek buruk jika terpapar sinar UV terlalu lama
dapat menyebabkan terjadinya kanker kulit, terbakar surya, kerusakan mata seperti katarak
dan melanoma, penuaan kulit secara prematur, pigmentasi, eritema, dan kerusakan sistem
imun (Cefali dkk., 2016; Kockler dkk., 2012, Kulkarni dkk., 2014).
Kulit manusia pada dasarnya memiliki mekanisme tersendiri untuk melindungi dari
bahaya sinar UV, yaitu dengan melakukan pembentukan butir-butir pigmen (melanin) yang
akan memantulkan kembali sinar UV. Jika kulit terpapar sinar matahari, maka akan timbul
dua tipe reaksi melanin, seperti penambahan melanin secara cepat ke permukaan kulit dan
pembentukan tambahan melanin baru. Akan tetapi, apabila kulit terpapar sinar UV secara
terus-menerus dapat mengakibatkan hiperpigmentasi yang dapat memicu timbulnya noda
hitam pada kulit dan kerusakan kulit lainnya, seperti penuaan dini dan kanker kulit
(Trenggono dkk., 2007). Oleh karena itu, untuk menjaga kulit dari efek buruk radiasi sinar
UV, maka diperlukan perlindungan menggunakan tabir surya (Balakhrishnan dan
Narayanasmamy, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sinar UV ?
2. Apa saja jenis sinar matahari yang mengenai kulit kita?
3. Bagaimana mengetahui terjadinya pigmentasi cepat dan pigmentasi lambat ?
4. Bagaimana cara menentukan nilai MED ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sinar UV
2. Untuk mengetahui jenis-jenis sinar matahari yang mengenai kulit kita
3. Untuk mengetahui terjadinya pigmentasi cepat dan pigmentasi lambat
4. Agar dapat menentukan nilai MED
BAB II
ISI

1. Sinar Matahari dan Kerusakan Kulit


Kulit melindungi tubuh dari sinar matahari. Sinar matahari merupakan sumber radiasi
ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh. Pemaparan berlebihan dalam waktu singkat
menyebabkan luka bakar karena matahari. Pemaparan jangka panjang menyebabkan
penebalan lapisan kulit paling atas (epidermis) dan peningkatan pembentukan pigmen
(melanin) oleh sel-sel penghasil pigmen (melanosit). Melanin merupakan zat pelindung
alami yang menyerap energi dari sinar ultraviolet dan mencegah masuknya sinar ke
jaringan yang lebih dalam.
Sinar UV yang mempengaruhi kehidupan biologik mempunyai panjang gelombang
antara 250-400 nm, dengan pembagian segmen sebagai berikut:
1. Segmen UV-A (320-400 nm)
Paling banyak mencapai bumi 100 kali UV-B, tetapi dengan kekuatan lemah 1:1000
UV-B. segmen sinar ini masuk ke dalam dermis, menyebabkan kerusakan jaringan
demis sehingga proses penuaan dipercepat, menyebabkan reaksi fotosensitivitas dan
bersama UV-B berperan dalam proses keganasan kulit. UV-A sinarnya paling banyak
masuk ke Bumi karena mudah menembus lapisan ozon yang melindungi Bumi. Sinar
ini dapat menembus awan dan kaca, dengan intensitas cahaya yang bersifat stabil dari
pagi hingga siang hari.
2. Segmen UV-B (290-320 nm)
Merupakan sinar terkuat yang mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan di
bagian bawah epidermis, berupa luka bakar (sunburn), kelainan pra-kanker dan
keganasan. Lapisan ozon mengabsorbsi 90% segmen UV-B terutama pada panjang
gelombang 290-300 nm. Sebagian dari sinar UVB terserap oleh awan dan berhenti
pada lapisan ozon dan kaca. Intensitas radiasi sinar UVB maksimal terjadi pukul
10.00 hingga pukul 14.00, saat sinar matahari terang. Dalam jumlah yang sedikit,
sinar ini dapat memberi vitamin D untuk tulang.
3. Segmen UV-C (200-290 nm)
Merupakan sinar terkuat yang diabsopsi oleh lapisan ozon sehingga tidak mecapai
permukaan bumi. Tetapi dengan adanya kebocoran lapisan ozon saat ini dan
penurunannya sebanyak 8% setiap dekade, maka sinar UV-C dapat mencapai bumi
dan sangat membahayakan lingkungan. Pembentukan radikal bebas intrasel yang
reaktif akan mempercepat proses kerusakan dan penuaan kulit. Tetapi, karena
pemanasan global, dikhawatirkan ada lapisan ozon yang bocor, sehingga
menimbulkan berbagai dampak negatif pada manusia, seperti kerusakan kulit dan
kanker kulit.
Kepekaan terhadap sinar matahari (fotosensitivitas) bervariasi, tergantung kepada
ras/bangsa, pemaparan sebelumnya dan keadaan kulit keseluruhan. Orang berkulit gelap
memiliki lebih banyak melanin (melanosom berukuran lebih dari 1 mikron, tunggal dan
tidak mengalami degradasi) sehingga lebih tahan terhadap efek matahari yang berbahaya
(termasuk luka bakar karena matahari, penuaan kulit dini dan kanker kulit), misalnya pada
ras Negro dan Aborigin. Orang kulit putih memiliki melanosom yang terbentuk dari
gabungan bebarapa partikel dengan ukuran kurang dari 1 mikron yang akan mengalami
degradasi, bisa mengalami luka bakar yang serius meskipun hanya mengalami sedikit
pemaparan, misalnya pada ras Eropa (Kaukasoid), Mongoloid dan Indian Amerika. Jika
tidak memakai pelindung, bisa terjadi kanker kulit.
Luka bakar karena matahari terjadi akibat pemaparan sinar ultraviolet B (UV-B) yang
berlebihan. Gejala yang timbul tergantung kepada pigmen kulit yang memiliki dan
banyaknya pemaparan, kulit menjadi merah, membengkak dan terasa nyeri dalam 1 jam
sampai 1 hari setelah pemaparan. Lalu terbentuk lepuhan-lepuhan dan kulit bisa
mengelupas. Beberapa penderita mengalami demam, menggigil dan lemah. Dan pada luka
bakar hebat bisa terjadi syok.
2. Pigmentasi
Pigmentasi adalah perubahan warna kulit seseorang yang disebabkan adanya
penyakit, atau perlukaan yang bisa menimbulkn perubahan warna yang lebih gelap
(hyperpigmentation) atau lebih terang (hypopigmentation). Sistem pigmentasi pada
manusia terdiri dari 2 tipe sel, yaitu melanosit dan keratinosit beserta komponen seliler
yang berinteraksi membentuk hasil akhir yaitu pigmen melanin. Melanosit adalah sel yang
memproduksi tironase dan melanosom. Melanosit mengeluarkan melanosom ke dalam
keratinosit melalui aktivitas sitokrin. Melanosom terdapat dalam melanosit yang
berinteraksi dengan tirosinase membentuk melanin.
Melanin adalah pigmen berwarna coklat hitam, menyerap cahaya dan tidak larut.
Pada mamalia melanin dibagi atas : eumelanin (coklat-hitam), dan feomelanin (kuning-
merah). Proses melanisasi dari melanosom terjadi di dalam melanosit dan terbagi dalam 4
stadium yaitu stadiumI, stadium II,III,dan IV. Pembentukan melanin dipengaruhi oleh aksi
dan interaksi berbagai gen. Pigmentasi melanin pada manusia terbagi dalam 2 komponen
yaitu :
1. Warna kulit konstitusif, yaitu pigmentasi melanindi kulit sesuaidengan program
genetika tanpa pengaruh sinar matahari.
2. Warna kulit fakultatif, yaitu perubahan warna kulit sebagai akibat dari cahaya,
hormon, dan faktor genetik.
Variasi warna kulit manusia memiliki rentang dari warna kulit tidak berwarna (putih
pucat) sampai warna kulit gelap( Fitzpatrick dan Ortonne,2003). Warna kulit ditentukan
pigmen. Jenis pigmen yang berperan dalam penentuan warna kulit adalah karoten (kuning-
orange), melanin (coklat), oksihemoglobin (merah), dan hemoglobin bentuk
reduksi (biru). Pigmen melanin mempunyai peran paling besar dalam menentukan warna
kulit seseorang ( Soepardiman,2007).
Sinar UV juga akan merusak gugus sulfhidril yang merupakan penghambat
tirosinase, sehingga dengan adanya sinar UV enzim tirosinase bekerja secara maksimal
dan memicu proses melanogenesis. Mekanisme perlindungan alami menginduksi
peningkatan melanosit dan perubahan fungsi melanosit sehingga timbul proses tanning
cepat dan lambat sebagai respons terhadap radiasi UV. UV-A menimbulkan reaksi
pigmentasi cepat, pada reaksi pigmentasi lambat yang disebabkan oleh UV-B, melanosit
mengalami proliferasi, terjadi sintesis, dan redistribusi melanin pada keratinosit
disekitarnya.
3. Minimal Dosis Erythema
MED (PS) adalah dosis minimal erythema untuk kulit yang dilindungi setelah
penggunaan 2 mg cm-2 atau 2 µl cm-2 formulasi produk tabir surya, MED (US) adalah
dosis minimal erythema untuk kulit yang tidak dilindungi, adalah kulit yang tidak
menggunakan produk tabir surya. Semakin besar SPF semakin kuat perlindungan tabir
surya yang diberikan.
Daya tahan kulit terhadap sinar matahari dapat dinyatakan dengan MED yaitu
keadaan kulit dibawah sinar matahari (tanpa tabir surya ) sebelum mengalami tanda-tanda
kemerahan. MED berdasarkan warna kulit:
Tipe 1 : Blondi, rambut pirang kemerahan, mata biru atau hijau, bertahan 10-20 menit.
Tipe 2 : Kulit putih, rambut pirang kekuningan, mata biru, bertahan 15-30 menit
Tipe 3 : kulit kuning langsat, rambut coklat, mata coklat bertahan 20-40 menit
Tipe 4 : kulit coklat muda, rambut hitam, mata coklat tua bertahan 20-50 menit
Tipe 5 : kulit sawo matang, rambut hitam, mata coklat tua bertahan 30-60 menit
Tipe 6 : kulit hitam, rambut hitam, mata hitam bertahan 40-75 menit
Menghitung kekuatan SPF :
1. SPF 15 : memiliki kekuatan (15-1)/ 15 yaitu 0,93% yang artinya mampu menahan
93% sinar UV untuk masuk ke dalam kulit.
2. SPF 30 : memiliki kekuatan (30-1)/30 yaitu 0,967% yang artinya mampu menahan
96,7% sinar UV untuk masuk kedalam kulit.
3. SPF 50 : memiliki kekuatan (50-1)/50 yaitu 0,98% yang artinya mampu menahan
98% sinar UV untuk masuk kedalam kulit.

SPF yang tercantum dalam tabir surya adalah menunjukkan kemampuan tabir surya
melindungi kulit. Tabir surya dengan SPF menyatakan lamanya kulit yang berada dibawah
sinar matahari tidak mengalami rasa terbakar. Sedangkan angka SPF menunjukkan
beberapa kali daya tahan alami kulit seseorang dilipat gandakan sehingga aman dibawah
sinar matahari.

Contoh : apabila SPF 15 artinya apabila seseorang mempunyai ketahanan alami pada
tipe 3 (30 menit) maka apabila mengoleskan SPF 15 akan bertahan lebih lama yaitu : 15
kali 30 menit : 450 menit atau 7,5 jam.
SPF didefinisikan sebagai suatu perbandingan :

(𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑈𝑉 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑛 𝑒𝑟𝑦𝑡ℎ𝑒𝑚𝑎 (𝑀𝐸𝐷)𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑖)
(𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑈𝑉 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑀𝐸𝐷 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑖)

Atau sebagai perbandingan antara pajanan UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan


erythema minimal pada kulit yang dilindungi dan pajanan yang dapat menghasilkan erythema
yang sama pada kulit yang tidak dilindungi. Definisi resmi dari SPF oleh Over-The-Counter
(OTC) panel adalah :

𝑀𝐸𝐷 (𝑃𝑠)
𝑆𝑃𝐹 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 =
𝑀𝐸𝐷 (𝑈𝑠)
BAB III
KESIMPULAN

1. Sinar matahari merupakan sumber radiasi ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh.
Pemaparan berlebihan dalam waktu singkat menyebabkan luka bakar karena matahari.
2. jenis-jenis sinar matahari yang mengenai kulit kita yaitu Segmen UV-A, Segmen UV-B,
dan segmen UV C.
3. Sinar UV-A menimbulkan reaksi pigmentasi cepat, pada reaksi pigmentasi lambat yang
disebabkan oleh UV-B.
4. MED (PS) adalah dosis minimal erythema untuk kulit yang dilindungi setelah penggunaan
2 mg cm-2 atau 2 µl cm-2 formulasi produk tabir surya, MED (US) adalah dosis minimal
erythema untuk kulit yang tidak dilindungi, adalah kulit yang tidak menggunakan produk
tabir surya.
DAFTAR PUSTAKA

Balakhrishnan, K.P., & Narayanasmamy, N., 2011, Botanicals as Sunscreens: Their Role in
The Prevention of Photoaging and Skin Care, International Jurnal Research in
Cosmetic Science, India Cefali LC, Ataide JA, Moriel P, Foglio MA, Mazzola PG.
2016. Plant-based active photoprotectants for sunscreens. Int J Cosmet Sci.
Aug;38(4):346-53.
Fitzpatrick,T.B & Ortonne, JP. 2003. Normal Skin Color and general consideration of
pigmentary disorder.
Kockler, J., Oelgemoller, M., Robertson, S., & Glass, BD. 2012. Photostability of
Sunscreens, Journal of Photochemistry and Photobiology C, 13 (1), 91-110.
Mahalle, N., Garg, M.K., Naik, S.S., dan Kulkarni, M.V. 2014. Study of pattern of
dyslipidemia and its correlation with cardiovascular risk factors in patients with proven
coronary artery disease. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism, 18: 48–55.
Nofianty, T., 2008, Pengaruh Formulasi Sediaan Losio terhadap Efektifitas Minyak Buah
Merah Sebagai Tabir Surya Dibandingkan terhadap Sediaan Tabir Surya yang
Mengandung Oktinoksat, Skripsi, FMIPA, Departemen Farmasi, Universitas Indonesia,
Depok.
Soepardiman, L. 2007. Kelainan Pigmen Djuanda ,A, Hamzah,M, 7 Aisah, S. Ilmu Penyakit
kulit dan kelamin (5th ed). Jakarta: FKUI.
Trenggono, Retno, I.S., Latifah, f., & Djajadisastra, J., (ed). 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengtahuan Kosmetik, 6-7,l 11-13, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai