PENDAHULUAN
mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat gizi yang tinggi. Salah satu sumber
daging yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah ayam.
Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari
pemotongan ayam broiler, petelur afkir, dan ayam kampung. Ayam broiler
merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan
daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler
mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional.
Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong
yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan
karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada standar khusus yang
dijadikan acuan.
Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari
cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang
bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan. Oleh karena itu
tepat.
Padjadjaran
3
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Penetasan
memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta
penetasan buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, jika faktor yang berpengaruh
daya tetas pada penetasan buatan yang diharapkan dapat lebih baik maka bisa
justru lebih buruk dari penetasan alami. Keberhasilan penetasan buatan tergantung
banyak faktor antara lain telur tetas, mesin tetas dan tata laksana penetasan
Proses penetasan telur secara alami yaitu telur dierami oleh induknya
Fumigasi mesin tetas merupakan suatu langkah awal yang penting pada
penetasan. Fumigasi juga salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya tetas
telur, oleh karena itu agar proses penetasan berjalan dengan baik perlu perlakuan
fumigasi yang tepat. Daya tetas telur yang mendapat perlakuan fumigasi lebih
menyebabkan kematian pada embrio, maka dari itu perlu dilakukan pencampuran
Fumigasi pada telur tetas juga langkah yang penting agar telur terhindar
dari bakteri yang bisa mengganggu perkembangan embrio pada proses penetasan.
Fumigasi telur sangat penting karena kerabang telur mengandung banyak bakteri
kelembaban sangat sesuai dengan kebutuhan bakteri dan kapang, sehingga bakteri
dan kapan yang hidup pada proses penetasan akan berkembang biak dengan cepat
Fumigasi dilakukan pada saat telur akan diletakan di dalam mesin tetas
dengan teknik dan dosis fumigasi yang sesuai, fumigasi telur tetas yang tidak
tepat dapat merusak kutikula telur, sehingga penguapan telur dengan densifektan
(KMnO4 sebanyak 17,5 gram dan formalin 40% sebanyak 35 ml) merupakan
pelaksanaan fumigasi telur yang tepat. Diantara penyebab embrio mengalami mati
dini yaitu karena penyimpanan telur yang kurang baik, terlalu lama dan dosis
penyeleksian telur tetas, karena jika telur tetas yang tidak sesuai dengan kriteria
5
telur yang dapat ditetaskan/ memiliki daya tetas yang tinggi tetap ditetaskan akan
merugikan dan lebih bahayanya akan berdampak ke telur lain yang sesuai kriteria.
Telur tetas yang sesuai kriteria dapat ditetaskan / memiliki daya tetas tinggi yaitu:
Bentuknya oval, tekstur halus, berukuran sedang, dan cangkang tebal. Bentuk dari
telur juga perlu diperhatikan karena juga dapat mempengaruhi bobot tetas,
penyerapan suhu pada telur dengan bentuk lancip lebih baik bila dibandingkan
dengan telur berbentuk tumpul maupun bulat, hal ini menyebabkan proses
Bentuk dari telur juga akan mempengaruhi bobot tubuh DOC, ukuran
besar telur berpengaruh pada ukuran besar anak ayam yang baru menetas
(Gillespie, 1992). Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan
produktifitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi
untuk strain atau jenis ayam, umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu,
bentuk telur harus normal, sempurna lonjong dan simetris, seragam, berat 35 – 50
ditetaskan telur-telur burung puyuh harus diseleksi. Memilih telur burung puyuh
yang akan ditetaskan harus teliti, beberapa tips memilih telur burung puyuh yang
5) Memilih telur yang baru, bukan telur yang sudah disimpan lebih dari 3 hari
6) Jika ingin dijadikan khusus sebagai telur tetas setelahkeluar dari burung
gram per butir. Ukuran normal tersebut dapat dicapai setelah induknya berumur
2,5 bulan. Dengan demikian pengambilan telur tetas burung puyuh dilaksanakan
Telur burung puyuh dapat ditetaskan dengan mesin tetas buatan. Selama
ditetaskan telur tadi perlu diputar 900 dan paling sedikit sehari diputar 4-6 kali.
Menetaskan telur burung puyuh tidak berbeda dengan telur ayam. Minggu
pertama : 38,30 C (1010 F). Minggu kedua sampai menetas : 390 C (1030 F).
Suhunya diusahakan jangan sampai lebih dari 39,40 C (1030 F). Termometer
untuk mengukur suhu mesin tetas diletakkan sejajar dengan ujung telur, dengan
ditetaskan. Kelembabannya tidak boleh kurang dari 60% (tabung yang basah pada
hasil penelitian para ahli bahwa daya tetas telur yang disimpan selama 6 hari lebih
tinggi dibandingkan dengan telur tetas disimpan lebih dari 7 hari. Telur yang
disimpan terlalu lama, apalagi dalam kondisi lingkungan yang kurang baik, bisa
(Andrianto, 2005).
7
mendapatkan panas yang merata. Selain itu juga untuk menjaga agar bibit tidak
menempel pada kulit dalam fase permulaan penetasan dan untuk mencegah zat
kuning telur dengan tenunan selaput pembungkus anak (allanthoin) pada fase
berikutnya. Membalik telur dilakukan setiap hari mulai hari ketiga atau
dilaksanakan paling sedikit 3 kali atau lebih baik bila diputar 5 sampai 6 kali
1030F (39,40 C) untuk semua penetasan telur unggas. Kelembaban mesin tetas
untuk penetasan telur berbagai jenis unggas relatif sama, yaitu sekitar 60-70%.
Selama persiapan ventilasi atas mesin tetas ditutup sampai hari penetasan ke tiga
Temperatur mesin merupakan salah satu faktor yang sangat penting pada
saat proses penetasan, temperatur yang tidak tepat akan berpengaruh pada
rendahnya daya tetas. Telur ayam akan menetas pada penetasan buatan bila
tersedia temperatur dalam mesin tetas yang baik pada hari ke – 1 sampai ke – 18
adanya penurunan temperatur pada mesin. Temperatur yang baik pada saat
persiapan penetasan yaitu sebaiknya diturunkan suhunya hingga 98,8oF pada hari
Commented [N3]: Ini masuk anak subab penetasan aja
ke – 19 hingga hari ke – 21 (Rahayu et al., 2001).
8
2.9 Fertilitas
Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang
digunakan dalam suatu penetasan. Nuryati dkk (2002) menyatakan bahwa agar
telur dapat menetas menjadi anak, telur tersebut harus dalam keadaan fertil
ataudisebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang telah dibuahi sel
jantan.
terlalu tinggi, pemberian cahaya, kulitas dan kuantitas ransum serta dan
kesehatan unggas tersebut. Di samping hal-hal yang telah dikemukakan itu
Penurunan itu cepat terjadi setelah tahun pertama jantan digabung dengan
betina.
fertilitas merosot.
5) Ada pejantan yang senang kawin pada beberapa betina saja, dan yang
6) Kawin suntik yang dilakukan pada sore hari akan menghasilkan fertilitas
pada hari ke 7, saat itu sudah jelas terlihat perkembangan embrio berupa sebuah
titik dengan cabang-cabang berwarna merah di dalam kuning telur fertil yang
mati. Cirinya saat peneropongan tampak sebagai gumpalan gelap yang tidak
bergerak dan harus dikeluarkan dari mesin tetas (Suprijatna dkk, 2005).
embrio, dan mengeluarkan telur yang mati atau kosong. Telur yang tidak baik dari
akan menurunkan daya tetasnya. Telur-telur yang disimpan daya tetasnya akan
tinggi dari pada telur yang disimpan dalam ruangan terbuka (Nugroho dan Mayun,
1981).
baik pula kandungan nutrisinya. Ransum yang baik ini dicirikan dengan
keseimbangan yang serasi antara protein, energi metabolisme, vitamin, mineral
dan air. Protein yang diberikan juga harus merupakan keseimbangan dari
10
temperatur, energi dalam ransum, tingkat produksi telur dan lain-lain (Rasyaf,
1994).
Tidak semua telur tetas dapat digunakan dalam penetasan. Hanya telur
yang memenuhi persyaratan saja yang dapat digunakan. Oleh karena itu, perlu
selama waktu penetasan. Ada dua periode kritis pada masa penetasan : 1. selama
tiga hari pertama dari masa penetasan 2. pada masa burung puyuh akan menetas
kematian yang tinggi pada embrio pada umumnya disebabkan karena embrio tidak
mampu berfungsi dengan baik, saat kritis itu antara lain pada perubahan posisi
pada saat akan menetas. Atau saat anak burung puyuh mulai mematuki kulit
kerabang telur untuk menetas, anak burung puyuh tak dapat memakai albumen
yang tersisa, kegagalan absorbsi yolk sack saat peralihan dari allanthoin ke
III
3.1 Alat
1.4.1 Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas
1. Mesin Tetas, sebagai tempat untuk menetaskan telur puyuh.
2. Cawan Petridis, sebagai tempat untuk menyimpan larutan untuk fumigasi.
3. Gelas Ukur, untuk mengukur dan menyimpan bahan yang digunakan.
4. Alat Ukur (Meteran), mengukur volume mesin tetas.
1.4.2 Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas
1. Egg Tray, menyimpan telur yang ada.
2. Mesin Tetas, melakukan penetasan
3. Timbangan Ohauss, menimbang berat telur tetas
4. Candler, untuk mengcandling telur tetas
5. Cawan Petridis, sebagai tempat untuk menyimpan larutan untuk fumigasi.
1.4.3 Penetasan Telur Tetas
1. Mesin Tetas, melakukan penetasan.
2. Egg Tray, menyimpan telur yang ada.
3. Candler, untuk mengcandling telur tetas
4. Cawan Petridis, sebagai tempat untuk menyimpan larutan untuk fumigasi.
3.2 Bahan
3.2.1 Fumigasi Mesin Tetas
1. KMnO4, bahan untuk menghilangkan mikroorganisme patogen.
2. Formalin (H2CO) 40%, bahan untuk menghilangkan mikroorganisme
patogen.
3.2.2 Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas Commented [N5]: Tdk difymigasi
bagian thermoregulator.
3) Hari pertama sampai dengan hari ketiga tidak usah diputar, dan baru diputar
pada hari keempat. Pemutaran telur dilakukan pada hari keempat sampai
dengan berakhirrnya periode setter ( hari ke-18). Pemutaran telur dilakukan
3x sehari yaitu pada pukul 07.00-07.30 WIB, 12-12.30 WIB, dan 16.00-
16.30 WIB.
4) Catat setiap harinya pada lembaran yang telah disediakan yaitu nama dan
NPM yang bertugas,tanda tangan, suhu sebelum pemutaran dan sesudah
pemutaran dan kejadin diluar dugaan (missal : mati listrik, telur ada yang
pecah,dsb).
5) Perhatikan bak air untuk kelembaban, jangan sampai kering. Isi bak air
antara ½ sampai ¾ bagian wadah.
6) Apabila terjadi mati listrik, siapkan penyalaan lampu temple dan tunggu
sampai suhu penetasan tercapai. Catat lamanya mati listrik.
7) Catat kejadian-kejadian selama penetasan berlangsung dalam tabel
pengamatan penetasan telur pada kolom keterangan.
8) Hitung presentasi fertiitas telur pada hari ke-7 dan presentase daya tetas.
14
IV
Berat
No Berat Telur
Telur awal Fertil Infertil Menetas
Telur Akhir (b1)
(b0)
...(g)...
1 14,8 13,5 -
2 11,6 10,4 - -
3 12,2 10,9 -
4 11,1 10,2 -
5 11,9 10,8 - -
6 12,4 11 -
7 11,1 10,2 -
8 11,6 10,4 - -
9 11 10,4 -
10 10,8 9,8 - -
11 10,9 9,8 - -
12 11,2 10 - -
13 12 10,9 -
14 9,4 8,5 - -
15 11,9 10,2 -
16 11,2 8,5 - -
17 10,6 9,5 -
18 10,1 9,1 - -
19 10,3 9 - -
20 11,8 10,5 - -
21 11,1 9,1 - -
22 12,6 11,1 -
23 11 10,2 -
24 11,1 10 -
25 10,3 3,6 - -
26 10,8 9,7 - -
27 12,8 11,6 -
28 11,7 10,3 -
29 11,6 6 - -
30 11,4 10,3 -
31 11,1 10,1 - -
32 12,6 11,7 - -
33 12,4 11,3 -
34 11,2 10 -
35 12,1 10,8 -
36 12,6 9,7 - -
37 10,1 - - -
18
38 11,4 9 - -
39 11,5 10,4 -
40 10,3 9 - -
41 10,9 9,9 -
42 9,5 7,3 - -
43 10,3 9,3 -
44 9,7 8,6 -
45 11,5 7,8 - -
46 11,3 10,3 - -
47 11 10,2 - -
48 11,8 10,8 -
49 10,3 9,3 - -
50 11,1 10,5 - -
Penilaian pasgarnya ??/
4.2 Pembahasan
4.2.1 Fumigasi Mesin Tetas
terkena larutan formalin kulit akan terasa pedih dan terkelupas. Bila gas
Formaldehida terkena mata dan hidung akan terasa pedih, gas Formaldehida akan
ke wadah yang berisi KMnO. Bahan tersebut harus tahan panas. Setelah diuapkan
mesin tetas segera ditutup dan didiamkan selama 24 - 48 jam dengan kondisi
Telur yang baru diambil dari kandang telah tercemar mikroba yang
mesin tetas atau terlalu banyak menggunakan obat pembunuh kuman dapat
mesin tetas beruturut-turut yaitu 51,3 cm, 53,5 cm, dan 29,7 cm. Kemudian
dihitung volume dari mesin tetas tersebut sehingga diperoleh volemenya 0,081
m3. Bahan yang digunakan untuk melakukan fumigasi kali ini adalah KMnO4dan
Formalin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasudjana dan Suprijatna(2010)
bahwa Bahan yang tepat dipergunakan untuk fumigasi adalah formalin yang
selain menjaga kualitas DOQ yang di hasilkan seleksi ini bertujuan untuk
meningkatkan daya tetas dan keberhasilan dalam penetasan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rasyaf (2008) yaitu Telur yang akan di tetas kan merupakan telur
terbaik yang telah di seleksi guna meningkatan daya tetas dan keberhasilan
penetasan. Selain ukuran telur yang ideal, telur puyuh yang ditetaskan harus
Kebersihan telur akan semakin baik jika kerabang telur dalam keadaan
bersih dan tidak terkontaminasi kotoran apapun. Kontaminasi pada telur dapat
terjadi sejak telur masih berada dalam tubuh induk dan udara luar setelah telur
berada di udara terbuka. Bagian dalam dan bagian luar telur tetas sama-sama
Commented [N11]: End note yg dikurung hanya tahun saja
memengaruhi hasil penetasan (Rasyaf, 2008). Telur-telur yang kotor akan mudah
terkontaminasi oleh bakteri yang masuk melalui pori-pori pada kerabang telur
Seleksi telur yang baik untuk ditetaskan dapat meningkatkan daya tetas
sebesar 5% menurut (Kortlang 1985). Berat telur puyuh yang baik untuk
ditetaskan antara 9 – 11 gram dengan bentuk yang normal. Kerusakan telur tetas
umumnya terjadi beberapa jam setelah ditelurkan, karena perubahan suhu telur
dari suhu tubuh (37°C) ke suhu kamar yang lebih rendah menyebabkan
penyusutan isi telur. Bakteri dengan mudah dapat masuk melalui pori-pori telur,
dan apabila sudah berada di dalam telur sulit sekali untuk dibunuh tanpa
membunuh embrio yang ada. Bentuk telur juga berpengaruh terhadap daya tetas
telur. Hal ini dikarenakan telur dengan bentuk lancip dapat menerima panas suhu
ruang inkubasi dengan baik, sehingga proses metabolisme embrio didalamnya
dapat berjalan dengan baik sehingga berbobot tetas lebih rendah bila
dibandingkan dengan telur dengan bentuk bulat. Penyerapan suhu pada telur
dengan bentuk lancip lebih baik bila dibandingkan dengan telur berbentuk tumpul
maupun bulat, hal ini menyebabkan proses metabolisme embrio didalamnya dapat
berjalan dengan baik sehingga bobot tetasnya lebih tinggi hal ini menurut
Commented [N12]: Sebutkan pernyataannya
pernyataan (North 1994).
Telur-telur ini di ukur berat, panjang dan diameternya untuk mengetahui bentuk
tersebut apakah bulat, lonjong atau normal. Keseluruhan telur ini memiliki bentuk
21
dan ukuran yang berbeda-beda, dan yang dominan adalah bulat dan normal,
sehingga akan mempengaruhi daya tetasnya. Selain dari kualitas eksterior yang
memang terdapat beberapa telur yang tidak fertil/infertil yang dapat diketahui .
Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya pemecahan telur pada telur-telur yang
dianggap infertil pada hari ke 7. Namun pada Industri penetasan telur, jika saat
candling hari ketiga tidak terlihat adanya serabut pembuluh darah dan pada saat
candling hari ketujuh tidak terlihat bagian hitam pada telur yang menandakan
telur tersebut sudah berbentuk embrio, maka telur-telur infertil tersebut akan
dikeluarkan dari mesin tetas dan akan dijadikan sebagai telur tetas.
Perkembangan embrio ayam terjadi dalam dua media yaitu dalam tubuh
induk dan diluar tubuh induk. Perkembangan dalam tubuh induk yaitu setelah
terbentuknya zigot dari persatuan sel sperma dengan ovum, maka pertumbuhan
embrio pun dimulai. Sesaat setelah lima jam ovulasi, saat telur berkembang dalam
isthmus terjadi pembedahan sel yang pertama. Duapuluh menit kemudian disusul
di daerah lain dan seterusnya sehingga satu jam setelah itu pada saat telur
meninggalkan isthmus, embrio sudah tersusun dari 16 sel. Setelah empat jam di
peristiwa ini disebut dengan gastrulasi, yang biasanya dilengkapi pada saat telur
dikeluarkan dari tubuh induk. Kedua lapisan ini adalah ektoderm dan mesoderm.
Lapisan ketiga yaitu endoderm akan terbentuk ketika telur sudah di tempatkan di
dalam incubator. Ektoderm akan terbentuk sistem saraf dari bagian – bagian dari
mata, bulu, paruh, kuku, dan kulit. Sedangkan dari mesoderm terbentuk tulang,
otot, darah, sistem reproduksi dan sistem ekskresi. Endoderm terbentuk organ –
22
organ respirasi, sekresi, serta saluran pencernaan. Pada saat telur dikeluarkan,
beberapa ribu sel akan dihasilkan dan blastodisc akan menggambarkan suatu unit
selagi temperature di atas 75º F. Sel telur tidak akan membelah lagi bila
temperatur kembali rendah, oleh karena itu mulai saat telur ditelurkan sampai
artinya tidak terjadi pembelahan sel antara waktu tersebut. Perkembangan embrio
sumbu exis longitudinal tubuh dan ekstremitas posterior. Pada hari pertama,
mengelilingi kuning telur). Pada hari kedua jantung mulai tampak berdenyut. Pada
hari ketiga, lapisan endoderm melekat pada kantong kuning telur dan area ovaca
yang akanberkembang menjadi pembuluh darah dan butir-butir darah. Pada hari
alami terdapat selaput tertentu yang diperlukan untuk mengambil bahan makanan
yang terdapat dalam telur. Selaput tersebut adalah selaput luar yang disebut
kantung kuning telur yang membungkus kuning telur, selaput ini mengsekresikan
enzim yang merupakan kandungan kuning telur menjadi suatu bahan makanan
yang larut, dapat diserap, dan diangkat untuk perkembangan embrio. Pada embrio
tubuh yang berkontraksi di daerah pusat sehingga terbentuk tali pusar. Tali pusar
ini menghubungkan embrio dengan kantung kuning telur dengan selaput ekstra
embrionik lain. Karena kuning telur dipakai oleh embrio, maka jumlahnya atau
Kantung telur ditarik masuk kedalam ruang perut bersama sisa kuning telur
sebagai sumber makanan sementara untuk anak ayam yang baru menetas.
Kantung kuning telur dihubungkan dengan tubuh embrio oleh tungkai kuning
telur. Pekembangan embrio dibantu oleh selaput yang disebut selaput selaput
ekstra embrional, yaitu amnion dan chorion, yolk sac, dan allantois. Penyerapan
dapat berlangsung karena adanya membran ekstra ebrional tersebut. Yolk atau
protein kuning telur menjadi asam amino sehingga mudah diserap oleh embrio
(Nuryati, 2000).
Amnion dan chorion mulai tumbuh dari daerah kepala yang selanjutnya
cairan transparan yang berfungsi memelihara embrio agar bergerak bebas selama
24
(Hasyim dkk, 2007). Amnion merupakan kantong yang membantu embrio muda
transparan dan bersifat mukoid, dihasilkan oleh dinding amnion dan kulit tubuh
embrio. Menjelang kelahiran cairan ini ditelan oleh foetus kembali. Pada ayam
kerabang telur dengan alantois. Chorion berasal dari sebelah luar zona amniotic.
selaput yang membantu system sirkulasi dan apabila telah berkembang sempurna
sistem darah.
3) Lapisan luar (ectoderm), akan berkembang menjadi sistem saraf dan kulit.\
diamati di minggu kesatu dan kedua saja boleh ditekankan di hari tsb.
dalam telur sampai telur pecah dan menghasilkan anak ayam. Penetasan dilakukan
secara alami oleh induk ayam atau secara buatan (artifisial) dengan menggunakan
mesin tetas. Telur yang akan ditetaskan merupakan telur fertil yakni telur yang
telah dibuahi oleh sperma jantan, biasanya diperoleh dari perusahaan pembibitan.
Pada praktikum penetasan telur tetas, digunakan telur tetas puyuh sebanyak 50
butir dan menghasilkan DOQ (Day Old Quail) sebanyak 24 ekor, sedang sisanya
2 ( antara yang menetas dengan yang fertil) sebesar 85%. Selain fertilitas dan daya
tetas telur, perlu diamati mengenai berat susut telur (%), dan kualitas DOQ secara
kualitatif maupun kuantitatif. Berat susut telur (%) dapat dihitung berdasarkan
Rata-rata penyusutan bobot telur dalam praktikum ini yakni sebesar 13%.
Besarnya susut telur ini terbilang normal untuk penetasan telur, dimana embrio
didalam telur dapat berkembang dengan baik tanpa terjadi dehidrasi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Rahn (1977), bahwa kehilangan air merupakan proses
normal selama inkubasi, biasanya 12 sampai 14% air yang hilang dalam telur.
Selain itu, perlu diketahui bahwa telur yang fertil namun tidak menetas dapat
terjadi akibat temperatur dan usia embrio melalui proses penguapan air.
Contoh nyata dalam praktikum ini yakni adanya 3 nomor terlur yang tidak
dengan penyusutan bobot telur lebih dari 13%, dan pemutaran telur yang kurang
baik karena terlewat beberapa kali selama periode pemutaran. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Nugroho dan Manyun (1986) bahawa telur burung puyuh
dapat ditetaskan dengan mesin penetas telur ayam. Selama ditetaskan telur diputar
90º dan paling sedikit sehari diputar 4-6 kali. Dehidrasi yang terjadi juga
dipengaruhi oleh gerakan peningkatan ion Ca+ dan Na+ dalam membran
Yang selanjutnya suhu inkubasi yang lebih tinggi dari optimal menyebabkan
kematian embrio oleh dehidrasi dan suhu di bawah optimal menyebabkan over-
hidrasi embrio dan gangguan pertukaran gas. Hal ini sesuai dengan pernyataan
meningkatkan kehilangan air selama inkubasi. Nakage (2003), suhu inkubasi yang
lebih tinggi dari optimal menyebabkan telur kehilangan air yang berlebihan (lebih
tinggi dari 14%), sehingga dapat menyebabkan kematian embrio oleh dehidrasi.
Suhu di bawah penurunan daya tetas optimal karena berkurangnya kehilangan air
Fertilitas telur puyuh yang ditetaskan yakni sebesar 56%. Fertilitas adalah
persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu
diberikan, umur betina yang berproduksi, suhu lingkungan dan produksi telur
betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agromedia (2000), bahwa fertilitas
Produksi telur. Sedangkan Produktivitas telur puyuh yang tinggi dapat dicapai
hingga 250 – 300 butir / tahun. Biasanya, puyuh akan berproduksi pada umur 35
hari sampai 45 hari, dengan bantuan pakan yang berkualitas sehingga produksi
telur tertinggi dapat tercapai. Defesiensi mineral berupa Ca dan Phospor pada
telur dapat mempengaruhi fertilitas telur dan pembentukan embrio serta daya tetas
telur sehingga dapat menurunkan kualitas puyuh tersebut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suprijatna (2005), bahwa apabila pakan induk defisiensi akan mineral
maka berdampak pada fertilitas dari telur yang ditetaskan, hal ini juga
dan Phosphor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan tulang dan
kerabang telur.
Daya tetas telur berkerabang tipis akan rendah dan telur mudah pecah.
Rasyaf (1993), untuk menghasilkan daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan
protein dan energi tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral. Semua itu
bertujuan untuk mendukung pertumbuhan embrio saat telur ditetaskan Daya tetas
telur terbagi dua yakni daya tetas telur yang menetas dari telur yang di eramkan
dan daya tetas telur yang menetas dari telur yang fertil. Masing masing hasil
perhitungan daya tetasnya yakni 48% dan 85%. Daya tetas ini menunjukkan
ditetapkan. Daya tetas ini dipengaruhi lama penyimpanan telur, dan kriteria
seleksi penetasan telur yakni bobot, bentuk, kebersihan dan lainnya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Nugroho dan Manyun (1986), bahwa daya tetas akan menurun
apabila telur disimpan terlalu lama. Telur-telur yang disimpan daya tetasnya akan
menurun, kira-kira 3% tiap tambahan sehari. Telur yang disimpan dalam kantng
plastik PVC (polyvinylidene chloride) dapat tahan lebih lama, kira-kira 13-21 hari
28
dibandingkan telur yang disimpan dalam ruangan terbuka (Nugroho dan Manyun,
1986).
DOQ yang dihasilkan 24 ekor dan rat rata mnetas dalam keadaan sehat dan
baik. Hal tersebut dapat dilihat dari ciri ciri umum ternak sehat yakni mata
bersinar, bergerak aktif atau lincah hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiharto
(2005), bahwa anak burung puyuh yang baru menetas dari telur disebut DOQ
(Day Old Quail). Day old quail besarnya seukuran jari dengan berat 8-10 gram
dan berbulu jarum halus. Day old quail yang sehat berbulu kuning mengembang,
gerakan lincah, biasanya seragam dan aktif mencari makan atau minum.
KESIMPULAN
mencegah jamur atau mikroba tumbuh pada mesin tetas dan sangat efektif
karena disamping mudah dilakukan, gas tersebut mempunytai daya basmi
2) Seleksi pada telur tetas puyuh terdiri dari berat, bentuk, kebersihan,
DAFTAR PUSTAKA
Aan Kusnindar. 2001. Hubungan Antara Specific Gravity dan Shape Index
Dengan Lama Tetas dan Daya Tetas Telur Itik. Skripsi. Fakultas
Commented [N15]: Dapus itu 1 spasi, jarak ke dapus lain diberi
Peternakan Unpad. Jatinangor. enter 1x
Agus, G.T.K., K.A Agus, A.Dinawati dan U.T Dipo. 2001. Mesin Tetas. Cetakan
Ar A dan Rahn H. 1980.Water In The Avian Egg Over All Budget of Incubation.
American Zoologist.
Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Petelur
Gillespie, R. J., 1992. Modern Livestock and Poultry Production. Fourth Edition.
Jakarta.
Harun, M.A.S. 2001. Artificial Incubation of Muscovy Duck Eggs: Why Some
Swadaya, Jakarta.
1047-1051.
Universitas Diponegoro
Mortality, Hatch Rate, Egg Water Loss And Partridge Chick Weight
23:369–376.
Nugroho dan I. Mayun. 1981. Beternak burung puyuh. Eka Offset. Semarang.
Nuryati , T, Sutarto, M. Khamim, dan P.S. Hardjosworo. 2002. Sukses
Kanisus. Yogyakarta.
Yogyakarta.
Press: London.
Paimin, F.B. 2003. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Cetakan keenam belas.
Rahn, H. 1977. Humidity in The Avian Nest and Egg Water Loss During
Pertama. Yogyakarta.
Swadaya.Jakarta
Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Eggs. John Willey and
Pustaka: Jakarta.
33
Tona, K. 2003. Effects of Egg Storage Time on Spread of Hatch, Chick Quality
Van der Pol, C. W. 2013. Effect of Relative Humidity During Incubation at A Set
Winarno, F.G., 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
34
LAMPIRAN