Makalah Dan Asuhan Keperawatan Pada Penanganan Kejang Rint
Makalah Dan Asuhan Keperawatan Pada Penanganan Kejang Rint
Di susun oleh :
1. Suhairiyati ( 7313049 )
2. Siti maisyaroh ( 73130
3. Rosalina hafifah ( 7313067 )
JOMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada kami. Sehingga kami bisa menyelesaikan makalah sebagai
tugas yang nantinya dapat menambah manfaat bagi kami dan pembaca yang lain.
Meskipun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah KEPERAWATAN KRITIS , kami berharap bahwa makalah ini bermanfaat bagi kami
selanjutnya.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada bapak dosen pebimbimng mata kuliah
KEPERAWATAN KRITIS dan juga pada teman-teman yang telah memberi motivasi secara
moral maupun material.
COVER
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa
3.3 Intervensi dan Implementasi
BAB IV
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya merupakan
kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi, angka kejadian kejang
demam di Amerika Serikat dan Eropa 2–7%, sedangkan di Jepang 9–10%. 21% kejang
demam durasinya kurang dari 1 jam, 57% terjadi antara 1-24 jam berlangsungnya demam,
dan 22% lebih dari 24 jam. Sekitar 30% pasien akan mengalami kejang demam berulang
dan kemudian meningkat menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1
tahun. Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah kompleks, 25% kejang
demam kompleks tersebut berkembang ke arah epilepsi. (Rifqi Fadly Arief, 2015,
penatalaksanaan kejang demam )
Insiden kejang demam di Amerika berkisar antara 2-5% pada anak umur kurang dari
5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80-90%
dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana.Di Jepang angka kejadian kejang
demam adalah 9-10%. 4Kejang demam terjadi pada 2-4% anakzberumur 6 bulan sampai 5
tahun. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului dengan Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA,
radang telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C
pun bisa mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan
kebutuhan oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan
dampak sisa jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap
mendapat penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya
dari kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah
seperti resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke
belakang yang mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas...................
Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat diturubkan
melalui upaya pencegahan dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada
anak. Dan perlu diingat bahwa maslah penanggulangan kejang demam ini bukan hanya masalah
di rumah sakit tetapi mencskup permasalahan yang menyeluruh dimulai dari individu anak
tersebut, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi penyakit kejang demam pada anak.
2. Mengetahui Etiologi penyakit kejang demam pada anak
3. Mengetahui faktror – faktor yang mempengaruhi penyakit kejang demam pada anak .
4. Mengetahui klasifikasi penyakit kejang demam pada anak
5. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam
BAB II
POKOK BAHASAN
2.1 Pengertian
Kejang adalah keluaran muatan neuron serebral yang abnormal dan berlebihan.
Kejamg dapat mengakibatkan aktifitas sensorik, motorik, atu perilaku dan dapat terkait dengan
perubahan tingkat kesadaran. Gejala spesifik tergantung pada keluaran muatan di otak tempat
asal kejang yang paling sering adalah lobus frontal dan temporal serta hipokampus. Sebagian
kejang sangat ringan sehingga hanya pasien yang menyadarinya. Sebagian yang lain cukup
berat. Periode aktal kejang aktivitas motorik asimetris, geraan kepala dari sisi ke sisi, elain itu
juga memiliki awitan bertahap. Aktifitas motorik dapat berlangsung selama beberapa menit,
tidak seperti epilepsi. Subekthi Budi, 2014)
Kejang demam / Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium ( di luar
rongga tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi ( demam ).
Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah
infeksi. Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya
kejang demam. (Price S.A 2010).Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile
konvulsi, adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38oC),
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar susunan saraf pusat). Penyakit ini
paling sering terjadi pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC
tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas
1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009).
Buku....................
1. Gangguan vaskuler
a.Perdarahan akibat ptechie akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di
intracerebral atau intra ventrikuler.
b. Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di sub kranial atau subdural.
c. Trombosis
d. Penyakit perdarahan seperti defiasiensi vitamin K
e. Sindroma hiperviskositas
2. Gangguan metabolisme
a. Hipokalsemia
b.Hipomagnesemia
c. Hipoglkemia
d. Amino Asiduria
e. Hipo dan hipernatremia
f. Hiperbilirubinemia
g.Difisiensi dan ketergantungan akan piridoksin.
3. Infeksi
a. Meningitis
b.Enchepalitis
c. Toksoplasma kongenital
d. Penyakit cytomegali inclusion
4. Toksik
a. Obat konvulsion
b.Tetanus
c. Echepalopati timbal
d. Sigelosis Salmenalis
5. Kelainan kongenital
a. Paransefali
b.Hidrasefali
2.3 Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain :
2. Efek product toksik dari pada mikroarganisme ( kuman dan virus ) terhadap otak.
5. Enhepalitis vital ( radang otak akibat virus ) yang ringan yang tidak diketahui atau
enchepalopati toksik sepintas.
2.4 Klasifikasi
Merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh tipe serangan konvulsi
akut pada anak –anak dapat merupakan manisfestasi sementara penyakit akut yang melibatkan
otak. Umumnya kejang demam terjadi setelah 6 bulan pertama kehidupan, namun dalam 2 – 3
tahun pertama insidennya terus menerus mencapai usia 6 – 8 tahun dan sesudah itu kejang itu
menjadi jarang.
a. Epilepsi Idiopatik
b. Epilepsi Organik
Dapat terjadi setelah kerusakan otak didapat pada masa pranatal, natal dan posnatal . anak
sering memperlihatkan cacat motorik dan retardasi mental.
Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tronik – klonik. Epilepsi ini dapat terjadi
pada malam hari tanpa disadari klien.lidah atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal
atau tempat tidur basah oleh kemih dappat terjadi 1 – 2 hari.
Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata ke atas, gerakan alis mata, kepala
mengangguk , anggukan kepala sedikit gemetar pada otot – otot badan dan anggota tubuh.
e. Epilepsi Psikomotorik
Berupa gerakan motorik tetapi tidak berulang dan sering kompleks,sering didapatkan
kepucatan disekitar mulut, pekikan nyaring atau usaha minta pertolongan dan lain- lain.
Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat lain, misalnya dari ibu
jari ke jari yang lain, pergelangan tangan, lengan, wajah dan kemudian kaku yang sama.
Jika tingkat perkemabangan tidak pernah normal terjadi pada usia 4 bulan, terdapat cacat
serebelum kongenital atau sebab organik lainnya.
Jika anak tumbuh normal sampai usia 6 bulan atau lebih, memiliki kemampuan motorik
yang baik namun dengan kemampuan bahasa dan penyesuaian yang buruk dibanding usia
kronologisnya.
Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitkan dengan hilangnya tonis postural
tubuh secara mendadak.
i. Kejang Noktural
Mimpi buruk dan tidur berjalan ( somnambolisme ) paling sering terjadi pada saat tidur
nyensyak yaitu 1- 2 jam setelah istirahat.
j. Kejang Induksi
Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan. Setelah anak belajar menarik perhatian
dengan cara ini, maka sulit untuk mengubah sifat ini.
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar SSP : misalnya
tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam
24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat
berbentuk tonik – klonik, tonik, klonik, vokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti
sendiri.
Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah
beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan
saraf. Menurut FKUI – RSCM Jakarta pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam
sederhana yaitu:
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
1. Kejang Parsial
Kesadaran tidak terganggu dapat mencakup satu / lebih hal berikut ini:
Tanda-tanda motoris seperti kedutan pada wajah, tangan / salah satu sisi tubuh,
umunya gerakan setiap kejang sama.
Tanda / gejala otonomik seperti muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
Gejala somatosensoris / sensoris khusus seperti: mendengar musik, merasa seakan
jatuh dari udara, parestesia.
a. Kejang absens
b. Kejang mioklonik
Kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi mendadak.
Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila patologik berupa kedutan-
kedutan singkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki.
Umunya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok.
Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
Kejang tonik – klonik
Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit.
Dapat disertai hilangnya control kandung kemih dan usus.
Tidak ada respirasi dan sianosis.
Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremias atas dan bawah.
Letargie, konfusi, dan tidur dalam postictal
c. Kejang atonik
d. Status epileptikus
2.7 Patofisiologi
a. Elektrokardiogram (EEG), dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan focus dari
kejang.
Diagnosis epilepsy tidak hanya tergantung pada temuan EEG yang abnormal.
Tidur alami lebih disukai selama EEG, meskipun sedasi dengan pemantauan
mungkin diindikasikan.
b. Pemindaian CT.
Menggunakan kajian sinar – X yang lebih sensitive dari biasanya untuk mendeteksi
perbedaan kerapatan jaringan.
e. Uji lab yang diminta berdasarkan riwayat anak dan hasil pemeriksaan.
2.9 Penatalaksanaan
Kegawatannnn
preawatan
a. Selama Kejang
Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
Mengamankan pasien di lantai, jika memungkinkan.
Melindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah cedera.
Lepaskan pakaian yang ketat.
Singkirkan semua perabot yang mencederai pasien selama kejang.
Jika pasien di tempat tidur, singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.
Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan diantara
gigi-gigi untuk mengurangi lidah atau pipi dari gigitan.
Jangan berusaha untuk membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk
memasukkan sesuatu. Gigi patah dan cedera pada bibir dan lidah dapat terjadi
karena tindakan ini.
Jika mungkin, tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala flexi ke
depan, yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan pengeluaran saliva dan
mucus. Jika disediakan penghisap, gunakan jika perlu untuk membersihkan secret.
b. Setelah Kejang
Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa
jalan nafas paten.
Periode apuea pendek dapat terjadi selama / secara tiba-tiba setelah kejang.
Pasien pada saat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan.
Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk
menangani situasi dengan pendekatan yang lembut.
Fenobarbital
Indikasi: kejang mioklonik, tonik – klonik, status epileptikus.
Fenitoin (dilantin)
Indikasi: kejang parsial, tonik-klonik, status epileptikus.
Karbamazepin.
Primidon (Mysoline)
Indikasi: kadang-kadang digunakan untuk mengobati kejang tonik – klonik.
Etosuksimid (zarontin).
Klonazepam (klonopin)
a. Pengkajian umum
Pada Kejang demam paling penting peran perawat selama pasien kejang adalah observasi
kejangnya dan gambarkan kejadiannya. Setiap episode kejang mempunyai karakteristik yang
berbeda misal adanya halusinasi (aura ), motor efek seperti pergerakan bola mata , kontraksi
otot lateral harus didokumentasikan termasuk waktu kejang dimulai dan lamanya kejang.
Sehingga pada pengkajian klien dengan kejang demam tergolong sakit berat pada pengkajian
umum gawat darurat.
b. Pengkajian kesadaran
Pada kasus kejang demam kesadaranya adalah antara Unrespon sebab klien tidak sadar
terhadap penyakitnya.
c. Pengelompokan triage
kasus ini adalah emergensi karena dapat mengancam jiwa dan akan mati tanpa tindakan dalam
0 menit
d. Pengkajian Primer
PENUTUPAN
4.1 KESIMPULAN
Kejang adalah keluaran muatan neuron serebral yang abnormal dan berlebihan.
Kejamg dapat mengakibatkan aktifitas sensorik, motorik, atu perilaku dan dapat terkait dengan
perubahan tingkat kesadaran. Gejala spesifik tergantung pada keluaran muatan di otak tempat
asal kejang yang paling sering adalah lobus frontal dan temporal serta hipokampus. Sebagian
kejang sangat ringan sehingga hanya pasien yang menyadarinya. Sebagian yang lain cukup
berat. Periode aktal kejang aktivitas motorik asimetris, geraan kepala dari sisi ke sisi, elain itu
juga memiliki awitan bertahap. Aktifitas motorik dapat berlangsung selama beberapa menit,
tidak seperti epilepsi. Subekthi Budi, 2014)
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar SSP : misalnya
tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam
24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat
berbentuk tonik – klonik, tonik, klonik, vokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti
sendiri.
4.2 SARAN
Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi keluarga dan lingkungan harus
dapat menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan dan
kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-perilaku yang
ditujukan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Hardhi, 2013, Nanda Nic-Noc Jilid Ii, Yogyakarta, EGC jakarta.
Merenstein, Gerald. 2001. Buku pegangan pediatrik. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta.
Subekthi Budi, 2014, keperawatan kritis,pendeketan asuhan holistik, jakarta, kedokteran EGC.