Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN GANGGUAN HALUSINASI “

Dosen Pembimbing : Abdul Ghofar, S.Kep. Ners, M. Pd.I

Kelompok 07 :

1. Himmatul Auliya Afifah (7313085)


2. Dewi Retno Puspitosari (7313065)
3. Afrizal Febiansyah (7313048)
4. Ahmad Fatihul Maarif (73130)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatNya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan


kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini di masayang akan datang.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


atas segala bantuan semuapihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Jombang, 18 Oktober 2016

Kelompok 7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv
A. MASALAH UTAMA .......................................................................................................
B. PROSES TERJADINYA MASALAH .............................................................................
1. Pengertian ....................................................................................................................
2. Jenis-jenis halusinasi ...................................................................................................
3. Tanda Dan Gejala ........................................................................................................
4. Rentang Respon ..........................................................................................................
5. Faktor predisposisi ......................................................................................................
6. Faktor presipitasi .........................................................................................................
7. Sumber koping ............................................................................................................
8. Mekanisme koping ......................................................................................................
C. POHON MASALAH ........................................................................................................
D. MASALAH KEPERWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL .......................................
E. DATA YG PERLU DI KAJI ............................................................................................
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN ......................................................................................
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ..................................................................
H. IMPLEMENTASI .............................................................................................................
I. EVALUASI .......................................................................................................................
J. SP (STRATEGI PELAKSANAAN) .................................................................................
1. Proses keperawatan .....................................................................................................
a. Kondisi klien .........................................................................................................
b. Diagnosis ...............................................................................................................
c. Tujuan ...................................................................................................................
d. Tindakan keperawatan ..........................................................................................
2. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan ........................................................................
a. Fase Orientasi ........................................................................................................
b. Fase Kerja..............................................................................................................
c. Fase terminasi .......................................................................................................
K. DAFTAR PUSTAKA/ RUJUKAN
KONSEP DASAR DAN TEORI

A. MASALAH UTAMA
Gangguan sensori atau persepsi : halusinasi pendengaran

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan
pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. (Keliat, 2010).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal. (Stuart & Laraia,2005)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. (Keliat, 2010).
2. Jenis-jenis halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang
klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan
atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke,
tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan
makan atau pembentukan urine
g. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3. Tanda dan gejala


a. Berbicara dan tertawa sendiri
b. Bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu
c. Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
e. Merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Ingin memukul atau melempar barang – barang

4. Rentang Respon
Respon Adaftif Respon Maladaftif

1. Pikiran logis 1. Distorsi


1. Gangguan
2. Persepsi akurat pikiran (
pikir atau
3. Emosi pikiran kotor)
delusi
konsisten 2. Ilusi
2. Halusinasi
dengan 3. Reaksi
3. Perilaku
pengalaman berlebihan
disorganisasi
4. Perilaku sesuai atau kurang
4. Isolasi sosial
4. Perilaku aneh
dan tidak biasa
Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.

1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu
yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman: yaitu manifestasi perasaan yang
konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya
berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum
yang berlaku.
5. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada
area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang
telah dialami sebelumnya.
6. Reaksi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
7. Perilaku aneh atau tidak biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social
atau budaya umum yang berlaku.
8. Perilaku disorganisasi/ menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
9. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.

Berdasarkan diatas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi


paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi
dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan),
sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra
walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.
5. Faktor predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:


kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
6. Faktor Presipitasi
Menurut Keliat (2006), secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor
dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan.
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

7. Sumber Koping
Lazarus mengidentifikasi 5 sumber koping yang dapat membantu individu
beradaptasi dengan stressor :
a. Ekonomi
b. Keterampilan
c. Tehnik pertahanan
d. Dukungan sosial
e. Motivasi

(Keliat, 2006)

8. Mekanisme Koping
Jika individu berada pada kondisi ini ia akan menggunakan berbagai cara
untuk mengatasinya, individu dapat menggunakan satu atau lebih sumber koping
yang tersdia. Mekanisme koping pada pasien dengan halusinasi yaitu :
a. Regresi
Menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi
Menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.
c. Menarik diri
Sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
C. POHON MASALAH

Resiko terhadap tindakan


kekerasan

Gangguan persepsi / Halusinasi

(Core problem)

Kerusakan komunikasi verbal Isolasi Sosial Defisit perawatan Diri

Perubahan proses pikir : Kurang pengetahuan keluarga


waham merawat klien

Gangguan konsep diri :

Harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Gangguan sensori atau persepsi : halusinasi pendengaran/ lihat
2. Resiko tinggi terhadap tindakan kekerasan yang diarahkan pada lingkungan
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan komunikasi verbal
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial : menarik diri
6. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
7. Kurang pengetahuan keluarga merawat klien

(Rasmun, 2001)
E. DATA YANG PERLU DIKAJI
Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada
formulir pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2006) meliputi
beberapa faktor antara lain:
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, alamat, pendidikan, agama, status, pekerjaan, jenis kelamin,
dan No RM.

b. Alasan masuk rumah sakit


Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang
dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan.

c. Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Presipitasi


Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah
kesehatan, lingkungan dan perilaku.
1. Kesehatan : Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan
hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
2. Lingkungan : Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah
tangga, kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas
sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial,
kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.
3. Sikap : Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi,
ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala.
4. Perilaku : Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien
yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya.
Apabila perawat mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi
maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui
jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan
meliputi :
 Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
 Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.
 Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
munculnya halusinasi untuk memvalidasi pertanyaan klien.
 Respon klien
Untuk mengetahui apa yang di lakukan pasien ketika halusinasi itu muncul,
perawat

d. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan terlambat
 Pada Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
 Pada Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
 Pada Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
a. Komunikasi peran ganda.
b. Tidak ada komunikasi.
c. Tidak ada kehangatan.
d. Komunikasi dengan emosi berlebihan.
e. Komunikasi tertutup.
f. Orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas
dan komplik orang tua.

e. Faktor sosial budaya


Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang
terlalu tinggi.
f. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri
tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri
negatif dan koping destruktif.

g. Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel,
perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.

h. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah),
berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
1. Status mental
 Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
 Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
 Aktivitas motorik : meningkat/menurun
 Afek : sesuai/maladaprif
 Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai
dengan nformasi
 Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik
dan dapat mempengaruhi proses pikir
 Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis
 Tingkat kesadaran
 Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2. Mekanisme koping
 Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
 Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggungjawab kepada oranglain.
 Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan stimulus internal
3. Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi,
pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.
Setelah di lakukan pengkajian di atas bisa di dapatkan data objektif dan data subjektif
menurut jenis halusinasinya seperti ini :

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif

Dengar/ suara 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara-suara atau


sendiri. kegaduhan
2. Marah-marah tanpa sebab 2. Mendengar suara yang
3. Mencondongkan telinga mengajak bercakap-cakap
ke arah tertentu 3. Mendengar suara memerintah
4. Menutup telinga 4. Melakukan sesuatu yang
berbahaya
Penglihatan 1. Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar, bentuk
tertentu geometris, bentuk kartun
2. Ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas
Penghidu 1. Tampak seperti sedang Mencium bau-bauan, seperti bau
mencium bau-bauan darah, urine, feses, terkadang bau
tertentu yang menyenangkan.
2. Menutup hidung
Pengecapan 1. Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urine
2. Muntah atau feses

Perabaan Menggaruk-garuk 1. Mengatakan ada serangga


permukaan kulit dipermukaan kulit
2. Merasa seperti tersengat listrik
(Keliat, 2010)

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif dan objektif ditemukan pada
pasien, diagnosis keperawatan yang dapat dirumuskan adalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu, dan peraba).
(Keliat,2006)
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA
EVALUASI
Gangguan sensori TUM : Klien dapat
persepsi : mengontrol
halusinasi (lihat/ halusinasi yang
dengar/ penghidu/ mengalaminya
raba/ kecap)
TUK 1 : Klien Setelah X pertemuan 1.1.Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
dapat membina klien mampu menggunakan prinsip komunikasi sebagai dasar interaksi yang
hubungan saling membina hubungan terpeutik. terapeutik antara perawat-
percaya saling percaya dengan a. Sapa klien dengan ramah baik klien.(Rasmun, 2001)
perawat dengan verbal maupun non verbal.
kriteris evaluasi : b. Perkenalkan nama, nama panggilan
ekspresi wajah dan tujuan perawat berkenalan.
bersahabat, c. Tanyakan nama lengkap dan nama
menunjukan rasa panggilan yang disukai klien.
senang, ada kontak d. Buat kontrak yang jelas
mata, mau berjabat e. Tunjukan sikap jujur dan menepati
tangan, mau janji setiap kali interaksi.
menyebutkan nama, f. Tunjukan sikap empati dan
mau membahas menerima apa adanya.
salam, mau duduk g. Beri perhatian kepada klien dan
berdampingan denagn perhatikan kebutuhan dasar klien.
Ungkapan perasaan klien
perawat mau 1.2.Beri kesempatan klien untuk
kepada perawat sebagai
mengutarakan mengungkapkan perasaannya.
bukti bahwa klien mulai
masalahnya.
mempercayai
perawat.(Rasmun, 2001)

1.3.Dengarkan ungkapan klien dengan Rasa empati akan


penuh perhatian ekspresi perasaan klien. meningkatkan hubungan
saling percaya.(Rasmun,
2001)

TUK 2 :
Klien dapat Setelah X interaksi 2.1. Adakan kontrak sering dan singkat Mengurangi waktu bagi
mengenal klien dapat secara bertahap. klien sehingga dapat
halusinasinya menyebutkan : mengurangi frekuensi
a. Isi halusinasi. (Rasmun, 2001)
b. Waktu
c. Frekuensi Halusinasi harus dikenalkan
d. Situasi dan 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait terlebih dahulu oleh perawat
kondisi yang halusinasinya (dengar/lihat/ penghidu/ agar intervensi efektif.
menimbulkan raba/ kecap), jika menemukan klien (Rasmun, 2001)
halusinasi. yang sedang halusinasi : bicara dan
tertawa tanpa stimulus, memandang ke
kanan/ kekiri/ kedepan seolah-olah ada
teman bicara.
- Klien mungkin tidak
2.3. Bantu klien mengenal halusinasinya mampu untuk
a. Jika menemukan klien sedang mengungkapkan
halusinasi, tanyakan apakah ada persepsinya, maka
bisikan yang didengar/ melihat perawat dapat
bayangan yang tanpa wujud atau memfasilitasi klien
merasakan sesuatu yang tidak ada untuk
wujudnya. mengungkapkan
b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan secara terbuka.
apa yang dialaminya. - Klien mungkin tidak
c. Katakan bahwa perawat percaya mampu untuk
klien mengalami hal tersebut, mengungkapkan
namun perawat sendiri tidak persesinya, maka
mengalaminya (dengan nada perawat dapat
bersahabat tanpa menuduh atau memfasilitasi klien
menghakimi) untuk
d. Katakan bahwa klien lain juga ada mengungkapkan
yang seperti klien secara
e. Katakan bahwa perawat akan terbuka.(Rasmun,
membantu klien 2001)

2.4. Jika klien tidak sedang berhalusinasi Peran serta aktif klien
klarifikasi tentang adanya pengalaman sangat menentukan
halusinasi, diskusikan dengan klien : efektifitas tindakan
a. Isi, waktu dan frekuensi terjadinya keperawatan yang
halusinasi (pagi, siang, sore, malam dilakukan.(Rasmun, 2001)
atau sering dan kadang-kadang)
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi.
2.5. Diskusikan dengan klien apa yang Meningkatkan orientasi
dirasakan jika terjadi halusinasi (marah/ realita klien dan rasa
takut, sedih, senang, bingung) beri percaya klien. (Rasmun,
kesempatan mengungkapkan perasaan. 2001).

2.6. Diskusikan dengan klien apa yang Upaya untuk memutus


dilakukan untuk mengatasi perasaan halusinasi perlu di lakukan
tersebut. oleh klien sendiri agar
halusinasinya tidak
berlanjut. (Rasmun, 2001)

2.7. Diskusikan tentang dampak yang akan Membantu klien untuk


dialaminya bila klien menikmati mengontrol
halusinasinya. halusinasinyabila faktor
pencetusnya telah
diketahui.(Rasmun, 2001)

TUK 3 : 1. Setelah X 3.1. Identifikasi bersama klien cara Tindakan yang biasanya
Klien dapat interaksi klien tindakan yang dilakukan jika terjadi dilakukan klien merupakan
mengontrol menyebutkan halusinasi (tidur, marah, menyibukan upaya mengatasi
halusinasinya tindakan yang diri,dll) halusinasi.(Rasmun, 2001)
biasanya di lakukan 3.2. Diskusikan cara yang digunakan klien Memberikan hal positif dan
untuk a. Jika cara yang digunakan adaptif negatif akan meningkatkan
mengendalikan beri pujian harga diri klien.(Rasmun,
halusinasinya. b. Jika cara yang digunakan maladaptif 2001)
2. Setelah X interaksi diskusikan kerugian cara tersebut.
klien menyebutkan
cara baru 3.3. Diskusikan cara baru untuk Dengan halusinasi yang
mengontrol memutuskan/ mengontrol timbulnya terkontrol oleh klien maka
halusinasinya. halusinasinya : resiko kekerasan tidak
3. Setelah X interaksi terjadi.(Rasmun, 2001)
a. Menghardik halusinasi : katakan
klien dapat memilih
pada diri sendiri bahwa ini tidak
dan memperagakan
nyata (“saya tidak mau dengar/
cara mengatasi
lihat/ penghidu/ raba/ kecap pada
halusinasi (dengar/
saat halusinasi terjadi).
lihat/ penghidu/
b. Menemui orang lain (perawat/
raba/ kecap)
teman/ anggota keluarga) untuk
4. Setelah X interaksi
menceritakan tentang halusinasinya/
klien melaksanakan
bercakap.
cara yang telah
c. Membuat dan melaksanakan jadwal
dipilih untuk
kegiatan sehari-hari yang telah
mengendalikan
disusun.
halusinasinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan
5. Setelah X tentang penggunaaan obat untuk
pertemuan klien mengendalikan halusinasi.
mengikuti terapi 3.4. Bantu klien memilih cara yang sudah
aktivitas kelompok. dianjurkan dan latih untuk mencobanya. Memberikan kesempatan
pada klien untuk memutus
tindakan meningkatkan
harga diri klien. (Rasmun,
2001)

3.5. Pantau pelaksanaan yang telah di pilih


dan dilatih, jika berhasil beri pujian. Pujian merupakan
pengakuan yang dapat
meningkatkan motivasi dan
harga diri klien.(Rasmun,
2001)
3.6. Anjurkan dan ikut sertakan klien
mengikuti terapi aktivitas kelompok,
stimulasi persepsi/ orientasi realita.
Akan membantu klien
melupakan halusinasinya
dan meningkatkan data
konsentrasi klien.(Rasmun,
2001)

TUK 4 : 1. Setelah X 4.1. Buat kontrak dengan keluarga untuk Kontrak dalam melakukan
Klien dapat pertemuan pertemuan (waktu, tempat dan topik) pengkajian merupakan
dukungan dari keluarga, keluarga interaksi yang terapeutik
keluarga dalam menyatakan setuju antara perawat- klien.
mengontrol untuk mengikuti (Rasmun, 2001)
halusinasinya. pertemuan dengan 4.2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat - Keluarga yang
perawat. pertemuan keluarga/ kunjungan rumah). mampu merawat
2. Setelah X interaksi a. Pengertian halusinasi klien dengan
keluarga b. Tanda dan gejala halusinasi halusinasi paling
menyebutkan c. Proses terjadinya halusinasi efektif mendukung
pengertian, tanda d. Cara yang dapat dilakukan klien dan kesembuhan klien
dan gejala, proses keluarga untuk memutus halusinasi. dengan masalah
terjadinya e. Obatan-obatan halusinasi halusinasi.
halusinasinya dan f. Cara merawat anggota keluarga - Sebagai upaya
tindakan untuk yang halusinasi di rumah (beri latihan klien
mengendalikan kegiatan, jangan biarkan sendiri, sebelum berada di
halusinasi. makan bersama, bepergian bersama, rumah
memantau obat-obatan dan cara (Rasmun, 2001)
pemberiannya untuk mengatasi
halusinasi.
g. Beri informasi waktu kontrol ke
rumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi
tidak dapat diatasi di rumah.
TUK 5 : 5.1. Diskusikan dengan klien tentang Meningkatkan pengetahuan
Klien dapat manfaat dan kerugian tidak minum dan motivasi klien untuk
1. Setelah X interaksi
memanfaatkan obat, nama, warna, dosis, cara efek minum obat secara teratur.
klien menyebutkan
obat dengan baik. terapi dan efek samping pemggunaan (Rasmun, 2001)
:
obat.
a. Manfaat minum
obat
5.2. Pantau klien saat penggunaan obat. Memastikan klien supaya
b. Kerugian tidak
tidak salah meminum obat
minum obat
(Rasmun, 2001)
c. Nama, warna,
dosis, efek
5.3. Anjurkan klien klien minta sendiri obat Memastikan bahwa klien
terapi dan
pada perawat agar dapat mrasakan minum obat secara teratur.
efeksamping
manfaatnya. (Rasmun, 2001)
obat.
2. Setelah X interaksi
5.4. Beri pujian jika klien menggunakan Pujian merupakan
klien
obat dengan benar pengakuan yang dapat
mendemonstrasikan
meningkatkan atau memberi
pengguna obat
dengan benar. motivasi supaya lebih
3. Setelah X interaksi semangat jika di suruh
klien menyebutkan minum obat lagi.
akibat berhenti (Rasmun, 2001)
minum obat tanpa 5.5. Diskusikan akibat berhenti minum obat Memastikan spaya klien
konsultasi dokter. tanpa konsultasi dengan dokter. tidak pernah lupa dan takut
ketika tidak minum obat.
(Rasmun, 2001)
5.6. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
dokter/ perawat jika terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan.
H. IMPLEMENTASI

MASALAH :

PERTEMUAN :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Kondisi klien bisa dilihat dari pengkajian data Subjektif dan data objketif dari
klien dengan halusinasi. Pada klien halusinasi akan di dapatkan :
 Data subjektif
Mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap, mendengar suara memerintah,melakukan sesuatu yang
berbahaya, melihat bayangan, sinar, bentuk geomatris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster, dll.
 Data objektif
Bicara atau tertawa sendiri, Marah-marah tanpa sebab, Mencondongkan
telinga ke arah tertentu, Menutup telinga, menunjuk-nunjuk sesuatu ke arah
tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, dll. (Keliat, 2010)
2. Diagnosis
Gangguan persepsi sensori : halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu, dan
peraba) (Keliat, 2010)
3. Tujuan
 Klien mampu mengenali halusinasi yang di alaminya
 Pasien dapat mengontrol halusinasinya
 Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal (Keliat, 2010)
4. Tindakan keperawatan
Setelah diagnosis ditegakan, perawat melakukan tindakan keperawatan bukan
hanya pada pasien, tetapi juga keluarga.
Tindakan keperawatan pasien halusinasi, yaitu sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan pada pasien
 Bantu pasien mengenali halusinasi
 Melatih pasien mengontrol halusinasi

B. Strategi komunikasi dan pelaksanaan


SP I pasien

Tujuan : Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien, mengidentifikasi isi halusinasi


pasien, mengidentifikasi waktu halusinasi pasien, mengidentifikasi
frekuensi halusinasi pasien, mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
halusinasi, mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi dan
menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian.

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamt pagi! Saya perawat yang akan merawat Anda.saya suster SN,
senang di panggil suster N. Nama anda siapa? Senang di panggil apa?”
b. Evaluasi /Validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini?
c. Kontrak : Topik, Tempat, Waktu
“Baiklah bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang
selama ini D dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Dimana kita duduk?
Di ruang tamu? Bagaimana kalau 30 menit?
2. Fase Kerja
“Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu?”
“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan D paling sering
mendengar suara itu? Berapa kali sehari D alami?”
“Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang D lakukan saat
mendengar suara itu? Apakah dengar cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana
kalu kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?”
“D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat, minum
obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu car dahulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya adalah saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak
mau dengar…Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu di ulang-
ulangsamapi suara itu tidak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu,…
bagus! Coba lagi! Ya bagus, D sudah bisa.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah memeragakan latihan tadi?”
b. Evaluasi Objektif
“Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut!”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?
(Anda masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien).
d. Kontrak Yang Akan Datang (Topik, Tempat, Waktu)
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Pukul berapa D? Bagaimana kalau dua jam
lagi? Dimana tempatnya.”
“Baiklah, sampai jumpa.”

SP II pasien

Tujuan : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien


mengendalikan halusinasi dengan cara percakap-cakap dengan orang
lain dan menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, D!
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul? Apaka
sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkah suara-suaranya? Bagus!
Sesuai janji kita tadi, saya akan latih cara keduauntuk mengontrol
halusinasidengan bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Kontrak : Topik, Tempat, Waktu )
Kita akan latihan selama 20 menit. Mau dimana? Disini saja?”
2. Fase Kerja
“Cara kedua untuk mencegah/ mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung
saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D.
Contohnya begini, “Tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya!” Atau kalau ada orang di rumah, misalnya kakak D, katakana, “ Kak, ayo
ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-suara.” Begitu D. Coba D lakukan
seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, l;atih
terus ya D!” Disini, D dapat mengajak perwat atau pasien lain untuk bercakap-
cakap.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaiman perasaan D setelah latihan ini?
b. Evaluasi Objektif
Jadi, sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah suara-suara
itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi.
c. Rencana Tindak Lanjut
Bagaimana kalua kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. mau kjam
berapa bercakap-cakap? Nah, nanti lakukan secara teratursewaktu-waktu
suara itu muncul!
d. Kontrak Yang Akan Datang (Topik, Tempat, Waktu)
Besok pagi saya akan kesini lagi. Bagaimana kalau jam 10 pagi? Mau
dimana? Disini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi!”

SP III

Tujuan : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien


mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang
biasa dilakuka pasien) dan menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik, dan )
“Selamat pagi D!
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan D hari ini?”
c. Kontrak : Topik, Tempat, Waktu
“Apakah sura-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang
telah kita latih? Bagaimana hasilnya? Bagus!”
“Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiata terjadwal.”
“Mau dimana kita bicar? Baik, kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita
bicara? Bagaiman kalau 30 menit? Baiklah.”
2. Fase Kerja
“Apa saj yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya apa?” (terus kaji hingga didapatkan kegiatannya sampai malam).
“Wah banyak sekali kegiatannya! Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut)! Bagus sekali jiak D bias lakukan!”
“Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebutmuncul. Kegiatan
yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaiman perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali!
b. Evaluasi ObjektifCoba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara. Bagus sekali!
c. Rencana Tindak Lanjut
Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D.
Coba lakuakn sesuai jadwal ya!” (Perawat dapat melatih aktivitas yang lain
pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai
malam).
d. Kontrak Yang Akan Datang (Topik, Tempat, Waktu)
“Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita menbahas cara minum
obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12? Di
ruang makan ya! Sampai jumpa!”
SP IV

Tujuan : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, Memberikan pendidikan


kesehtan tentang penggunaan obat secara teratur dan Menganjurkan
pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang D!
b. Evaluasi/Validasi
Bagaiman perasaan D siang ini? Apakah suara-suaranya msih muncul?
Apakah sudah digunakan tiga cara yang elah kita latih? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah tadi apgu sudah minum obat?
c. Kontrak : Topik, Tempat, Waktu
Baik hari ini kita aka mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum.
Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggumakan siang. Disini
saja ya D?”
2. Fase Kerja
“D, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suara
berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara yang D
dengar dan menggangu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat ynag D
minum ? (perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang warna oranye
(Chlorpromazine,CPZ) gunanya untuk menghilankan suara-suara, obat yang
berwarna putih (Tpyhexilpendil, THP) gunanya agar D merasa rileks dan tidak
kaku, sedangkan yang merah jambu (Haloperidol, HLP) berfungsi untuk
menenangkan pikiran dan menghilangkan suara-suara. Semua obat ini di minum 3
kali sehari, setiap pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Kalau suara-suara sudah
hilang obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti jonsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat D akan kambuh dan sulit sembuh seperti keadaan semula. Kalau
obat habis, D bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus
teliti saat minum obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya D. Jangan keliru dengan obat
milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya,
dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga
harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum dan D juga harus cukup minum
10 gelas perhari.”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap mengenai obat ?”
b. Evaluasi Objektif
“Sudah beraoa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara ? coba sebutkan
! Bagus (bila jawaban benar)”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Mari kita masukan jadwal minum obat pada perawat atau pada keluarga kalau
dirumah. Nah makanan sudah datang !”
d. Kontrak Yang Akan Datang (Topik, Tempat, Waktu)
“Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah
kita bicarakan. Mau pukul berapa ? bagaimana kalau pukul 10 pagi ? sampai
jumpa. Selamat pagi !”

SP 1 keluarga

Tujuan : Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat


pasien, menjelaskan pengertian tanda dan gejala halusinasi dan jenis
halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya dan menjelaskan
cara-cara merawat pasien halusinasi

1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik, dan)
“Selamat pagi Bapak/ibu ! saya SS, perawat yang merawat anak Bapak/ibu”.
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apa pendapat Bapak tentang anak
Bapak/Ibu? Hari ini kita kaan berdiskusi tentang apa masalah yang anak
Bapak/Ibu alami dan bantuan apa yang Bapak dapat berikan.”
c. Kontrak : Topik, Tempat, Waktu
“Kita mau diskusi dimana ? bagaimana kalau di ruang wawancara ? Berapa
lama waktu Bapak/Ibu ? Bagaimana kalau 30 menit ?”
2. Fase kerja

“Masalah apa yang bapak alami dalam merawat D ? apa yang bapak/ibu
lakukan?

Ya , gejala yang di alami oleh anak bapak/ibu itu di sebut halusinasi , yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada bendanya. Tanda-
tandanya bicara dan tertawa sendiri , atau marah marah tanpa sebab. Jadi , jika
anak ibu/bapak mengatakan mendengar suara suara, sebenarnya suara itu tudak
ada. Kalau anak bapak/ibu mengatakan melihat bayangan bayangan ,
sebenarnya bayangan itu tidak ada. Oleh karena itu, kita di harapkan dapat
membantunya dengan beberapa cara. Terdapat beberapa cara untuk membantu
anak bapak/ibu agar dapat mengendalikan halusinasi. Cara cara tersebut adalah
:

Pertama , di hadapan anak bapak/ibu jangan membantah atau mendukung


halusinasi. Kedua, jangan biarkan anak bapak/ibu melamun dan sendiri karena
kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap
cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama dan ibadah
bersama. Terkait dengan kegiatan , saya telah melatih anak bapak/ibu untuk
membuat jadwal kegiatan sehari hari. Tolong bapak/ibu pantau dalam
pelaksanaannya dan berikan pujian jika D berhasil melakukannya. Ke tiga, bantu
anak bapak/ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait obat ini, saya juga telatih anak bapak/ibu untuk minum obat
secara teratur. Jadi, bapak/ibuk dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada tiga
macam, yang berwarna orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan
suara suara dan bayangan. Yang warnaya putih namanya THP gunanya untuk
membuat D tenang dan tidak kaku. Yang berwarna biru namanya HLP gunanya
untuk menenangkan pikiran. Semua obat ini harus D minum 3 kali sehari pukul 7
pagi, 1 siang, 7 malam. Obat harus selalu di minum untuk mencegah
kekambuhan. Terakhir, jika tanda tanda halusinasi mulai muncul , putus
halusinasi dengan cara menepuk punggung D. kemudian suruh D menghardik
suara tersebut.sekarang mari kita latihan memutus halusinasi D. sambil menepuk
punggung anak bapak/ibu, katakana : D, sedang apa kamu ? kamu ingatkan apa
yang di ajarkan perawata jika suara suara itu datang ? ya, usir itu D, ! tutp
telinga kamu dan katakana pada suara itu saya tidak mau dengar! Ucapkan
berulang ulang ,D. sekarang coba bapak/ibu praktikan cara yang baru saya
ajarkan. Bagus pak/bu.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif, , dan “Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan
memutus halusinasi D ?
b. Evaluasi Objektif
sekarang coba bapak/ibu sebutkan empat cara merawat D!”
c. Rencana Tindak Lanjut

Bagus pak/bu , bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu, untuk mempratikkan
cara memutus halusinasi di hadapan D!”

d. Kontrak Yang Akan Datang (Topik, Tempat, Waktu)

“Jam berapa kita bertemu ? Baik , sampai jumpa !”

SP II keluarga

Tujuan : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan


halusinasi dan melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien halusinasi

1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik dan

“Selamat pagi! Bagaimana perasaan bapak/ibu pagi ini ?”

b. Evaluasi/Validasi
“Apakah bapak/ibu masih ingat bagaimana cara memutuskan halusinasi anak
bapak/ibu yang sedang mengalami halusinasi ? bagus!”
c. Kontrak : Topik, Tempat, Waktu
Sesuai dengan perjanjian kita , selama 30 menit ini kita akan mempraktikan cara
memutus halusinasi langusng di hadapan anak bapak/ibu. Mari kita datangi anak
bapak/ibu!”
2. Fase kerja
“Selamat pagi D, bapak/ibu D sangat igin membantu D mengendalikan suara
suara yang sering di dengar. Untuk itu pagi ini bapak/ibu D datang untuk
mempraktikan cara memutus suara suara yang sering D dengar. D, nanti kalau
sedang dengar suara suara dan D bicara atau tersenyum senyum sendiri,
bapak/ibu akan mengingatkan ya ? sekarang coaba bapak/ibu peragakan cara
memutus halusinasi yang sedang D alami seperti yang sudah kita pelajari
sebelumnya. Tepuk punggung D lau suruh D mengusir suara dengan menutup
telinga dan menghardik suara tersebut. ( perawat yang mengobservasi apa yang
dilakukan keluarga terhadapan pasien )

“Bagus sekali! Bagaimana D ? senang di bantu bapak/ibu ? nah, bapak/ibu ingin


melihat jadwal harian D. ( perawat memragakan dan kemudian perawat
mendorong orang tua memberikan pujian.) baiklah, sekarang saya dan orang tua
D ke ruang perawat dulu.” ( perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk
melakukan terminasi dengan keluarga ).

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah mempraktikkan cara memutus


halusinasi langsung di hadapan anak bapak/ibu.”

b. Evaluasi Objektif
“Di ingat ingat pelajaran kita hari ini ya pak/ibu. Bapak/ibu dapat melakukan
cara itu lagi jika anak bapak/ibu mengalami halusinasi. “
c. Rencana Tindak Lanjut“Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk
membicarakan tentang jadwal kegiatan harian D di rumah.
d. Kontrak Yang Akan Datang (Topik, Tempat, Waktu)
Pukul berapa bapak/ibu bias datang ? kita bertemu di tempat ini lagi ya ? sampai
jumpa.

SP III keluarga

Tujuan : Membantu membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat


(disscharge planning) dan menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak/bu, karena besok D sudah boleh pulang maka sesuai janji kita
sekarang ketemu untuk membicarakanjadwal D selama di rumah.
b. Evaluasi/Validasi
“bagaimana pak/bu , selama bapak/ibu membesuk apakah sudah mempraktikkan
cara merawat D ?
c. Kontrak : Topik, Tempat, Waktu )

“Nah, sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah ? mari kita duduk di ruang
perawat !”

Berapa lama bapak/ibu ada waktu ? bagaimana kalau 30 menit ?”

2. Fase kerja

“ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat di lanjutkan di rumah.
Coba bapak/ibu lihat mungkinkah di rumah. Siapa yang kira kira memotivasi dan
mengingatkan ? pak/bu , jadwal yang telah di buat selama D di rumah sakit
tolong di lanjutkan di rumah., baik jadwal aktivitas maupun minum obatnya”

Hal hal yang harus di lakukan lebih lanjut adalah perilaku yang di tampilkan
anak ibu dan bapak selama di rumah. Misalnya kalau B terus mendengar suara
suara yag mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum
obat atau meperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi,
segera hubungi suster B di puskesmas terdekat dari rumah bapak/ibu , ini nomor
telepon puskesmasnya: ( 0651 ) 554xxx. Selanjutnya suster B akan membantu
memantau perkembangan D selama di rumah”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“bagaimana bapak/ibu ? apa yang anda ingin tanyakan ?
b. Evaluasi Objektif
“coba bapak/ibu sebutkan cara cara mrawat D di rumah ?
c. Rencana Tindak Lanjut
“bagus! ( jika ada yang lupa segera di ingatkan oleh perawat ) ini jadwalnya
untuk di bawa pulang.
d. Kontrak Yang Akan Datang (Topik, Tempat, Waktu)
Selanjutnya, silakan ibu selesaikan administrasi yang di butuhkan, kami akan
siapkan D untuk pulang.”

I. EVALUASI

Diagnose Keperawatan Tujuan Evaluasi

Perubahan sensori TUK 1: Klien dapat S:


persepsi : halusinasi membina hubungan a. klien menjawab pertanyaan dengan
pendengaran/lihat (core saling percaya. singkat.
problem) b. klien mengatakan namanya Ny.X
namun ingin di panggil dengan Ny.M
O : Bicara spontan, suara pelan, ekspresi
tenang klien banyak menunduk, terkesan
pendiam.

A : Hubungan saling percayaperlu di


tingkatkan

P : Pertemuan berikutnya besok pagi topik


mengenal halusinasinya.

TUK 2 : Klien dapat S : Klien mendengar suara-suara


mengenal
Misalnya :
halusinasinya.
- Saya mendengar suara-suara kakak saya
yang menyuruh ayah (alm) mengubur
saya hidup-hidup
- Saya mendengar suara guru saya waktu
SMA namanya P.

O : Kontak mata lama, Klien sering menunduk,


Bicara pelan lancar, Kadang ketawa, tidak
sesuai stimulus.

A : Klien mengenal halusinasinya perlu


ditingkatkan.

P : Pertemuan besok pagi topic mengontrol


halusinasi.

TUK 3 : Klien dapat S : Umtuk mengontrol halusinasi ada 4 cara.


mengontrol Pertama, harus berani mengatakan “tidak”
halusinasinya. mau mendengar suara-suara. Kedua, harus
ada aktivitas misalnya rehab, mencuci plato,
menyapu, cucian. Ketiga, minta tolong sam
suster/keluarga kalau mendengar suara-
suara. Keempat, minum obat teratur.

O : Kontak mata lama

Bicara lancar

Ekspresi tenang

A: TUK 3 tercapai klien dapat menyebutkan


cara memutus (mengaontrol halusinasi)

P : Pertemuan berikutnya

TUK 4 : Klien dapat S:


dukungan dari
- Halusinasi : persepsi yang salah
keluarga dalam
tanpa rangsangan dari luar.
mengontrol
- Tanda-tandanya : bicara sendiri,
halusinasinya.
tertawa sendiri, marah tiba-tiba.
- Timbul saat menyendiri/melamun,
tidak timbul saat ada kegiatan.
- Memutuskan untuk mengataasi
segera halusinasi untuk mencegaha
bahaya kekerasan yang dilakukan.
- Memberi kegiatan rumah sehari-
hari, tidak memberi peluang klien
untuk menyendiri.
- Membantu suasana rumah yang
menyenangkan klien.
- Mengikutsertakan klien dalam
aktifitas keluarga, ngobrol bersama.
- Membawa klienuntuk kontrol teratur
ke rumah sakit, memastikan tidak
pernah putus obat
O:

- Keluarga dapat ddengan lancar


menjelaskan kembali kemampuannya
selama diskusi. Keluarga
- Keluarga nampak antusias
mendengarkan dan bertanya tentang hal
yang belum diketahui
A : TUK 4 tercapai keluarga dapat menjelaskan
kembali apa yang di jelaskan oleh perawat
setelah diskusi

P : Klien mendapat dukungan keluarga dalam


mengontrol halusinasi.

TUK 5 : Klien dapat S:


memanfaatkan obat
- Klien dapat mengenali macam dan
untuk mengontrol
jumlah obat yang digunakan.
halusinasinya.
- Klien menyebutkan guna masing-
masing obat.
- Klien akan makan obat sesuai dengan
peraturan dokter.

O:

- Klien memperhatikan obat yang


diperhatikan oleh perawat
- Klien menanyakan satu persatu obat
yang dikenalkan.
- Klien minum obat siang setelah makan
siang
A : TUK 5 tercapai klien dapat menyebutkan
jenis, nama obat dan guna obat unuk
mengontrol halusinasi.

P : Sementara hentikam intervensi namun tetap


pada pengawasan/ kontrol
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2014. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. 2010. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Rasmun,Skp. 2001.Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga.
Jakarta : EGC
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman
untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai