Case 7
Case 7
Kasus 7
I. IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 58 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Lulus SMP
Alamat : Surabaya
Tanggal pemeriksaan : 11 Juli 2011
A. ALASAN UTAMA:
Sulit tidur
1
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
sebelumnya. Badannya terasa mudah lelah sehingga pasien banyak duduk dan
tiduran saja. Untuk belanja di warung pun pasien juga malas dan pasien
memilih menunggu penjual sayur yang lewat di depan rumahnya.
Pikiran pasien menjadi kosong dan sering melamun. Jika melakukan
pekerjaan rumah sering tidak beres karena sulit berkonsentrasi. Nafsu makan
pasien berkurang, sehingga badannya menjadi lebih kurus.
Sejak empat bulan ini pasien rutin periksa ke Poli Mata RS
Dr.Soetomo karena oleh dokter yang memeriksa dinyatakan pasien menderita
glaukoma. Pasien telah menjalani operasi mata sebanyak 2 kali dan harus
opname. Pasien sering memikirkan penyakit glaukoma yang dideritanya
karena tidak kunjung sembuh. Dokter yang memeriksa pernah mengatakan
bahwa tekanan dalam bola mata pasien masih tinggi, dan bila tidak ditangani
dengan baik dapat menyebabkan kebutaan. Hal tersebut membuat pasien
merasa sedih, takut dan cemas karena membayangkan bila dirinya kelak akan
buta tetapi tidak ada seorangpun yang bersedia merawatnya, harus meminta
bantuan dan dilayani oleh orang lain karena pasien tidak mempunyai anak,
anak tirinya kurang memperhatikan terhadap pasien, serta usia suaminya
sudah tua dan suaminya menderita stroke yang juga memerlukan perawatan.
Pasien sering membayangkan kelak dirinya semakin tua dan kedua
matanya buta, kemanapun harus memakai tongkat atau dituntun orang lain,
tidak ada orang yang peduli kepada pasien, sedangkan pasien tidak mau
hidupnya tergantung bantuan orang lain. Hal tersebut membuat pasien putus
asa dan ingin bunuh diri saja, karena jika pasien meninggal saat ini maka
kelak tidak akan merepoti orang lain.
Selama 4 bulan menderita glaukoma, pasien telah 2 kali MRS. Selama
pasien MRS, menantu dan anak tiri pasien selalu menunggunya, tetapi minta
diberi upah Rp.50.000 sehari. Keadaan ini membuat pasien merasa jengkel
kepada menantunya karena selama ini pasien memperlakukan anak tiri dan
menantunya dengan baik, sering diberi uang, bahkan sebagian rumah pasien
diberikan kepada mereka tetapi saat pasien sakit mereka tega meminta upah
sedangkan pasien tidak mempunyai banyak uang. Menantu berusaha merebut
harta pasien dan rumah yang saat ini ditempati pasien yang merupakan harta
warisan orang tua pasien.
Pasien mengeluhkan kedua matanya yang terasa kemeng meski telah
mendapat obat dari dokter poli mata. Pandangan mata pasien semakin kabur,
bahkan pasien tidak jelas melihat wajah pemeriksa. Ketika menantunya
menanyakan tentang karcis parkir, pasien mencari di dalam tasnya, kemudian
2
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
3
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
menginap di rumah saudaranya selama 3-4 hari dan akan pulang setelah
suaminya datang untuk membujuknya.
Pasien menceritakan tentang anak tiri yang pertama dan kedua yang
sering menggoda pasien dan mengajak berhubungan badan, tetapi hal tersebut
selalu ditolak pasien karena merasa tidak enak kepada suaminya. Pasien
mencatat di buku kecil semua peristiwa yang telah dilakukan oleh anak tiri
kepadanya. Seorang teman pasien yag duda sering telefon, mengajak makan
siang, datang ke rumah, mengajak pasien untuk kawin lari tetapi pasien
menolak ajakan tersebut karena tidak enak kepada suami.
Pasien dengan wajah tersipu-sipu menceritakan bahwa dirinya sudah 6
tahun selalu menolak jika diajak berhubungan badan dengan suaminya dengan
alasan malas karena sudah tua. Pasien juga menceritakan bahwa dirinya tidak
mau lagi tidur sekamar dengan suaminya.
Pasien mengatakan selama ini kurang nyaman jika kontrol ke Poli
Jiwa jika didampingi oleh anak menantunya, karena sampai di rumah anak
menantunya akan menceritakan kondisi pasien ke tetangganya bahwa
sebentar lagi pasien akan masuk RSJ Menur. Pasien meminta kepada
pemeriksa agar pada pertemuan ini dan selanjutnya menantu pasien tidak usah
ikut mendampingi pasien. Ketika pemeriksa menjelaskan perlunya mendapat
informasi tentang perkembangan kondisi pasien, wajah pasien tampak kecewa
dan mengatakan kalau pasien harus didampingi menantunya saat berhadapan
dengan pemriksa, selanjutnya pasien tidak akan kontrol lagi.
Selama proses wawancara, pasien terkesan berusaha menarik perhatian
pemeriksa.
Heteroanamnesis :
Dengan Ny. N (35 th, menantu pasien) dan Tn.I (45 th, anak tiri pasien)
didapat pada tanggal 11 Juli 2011.
Pasien mengalami kondisi sulit tidur selama 1,5 bulan karena takut
akan menjadi buta akibat glaukoma yang dideritanya. Dokter Mata yang
menangani pasien mengatakan jika pasien tidak rutin berobat maka
penyakitnya akan berkembang yang dapat menyebabkan kebutaan, tetapi
pasien sudah membayangkan bahwa sebentar lagi matanya akan buta.
4
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
5
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
Dengan Tn.T (70 th), suami pasien, didapat pada tanggal 12 Agustus
2011.
Suami pasien sejak 5 tahun ini mengalami sakit stroke sehingga tidak
bisa bekerja dengan baik, hanya sesekali mendapat pesanan lukisan dan
borongan membuat relief taman. Suami pasien tidak mengalami kelumpuhan
seperti yang diceritakan oleh pasien. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,
sejak 2 tahun ini pasien atas kemauannya sendiri membuat kue sesuai
pesanan. Suami sering membantu pasien mengerjakan pembuatan kue.
Sebelum mengenal pasien, Tn.T bekerja sebagai penjual jamu yang
menjadi langganan ibu pasien dan sering berjualan di depan sekolah pasien.
Saat itu Tn.T telah mempunyai isteri dan 4 anak.
Ibu pasien marah setelah mengetahui pasien menjalin hubungan dg
Tn.T, kemudian pasien minggat dari rumah. Karena hubungan dengan isteri
kurang harmonis dan mertuanya selalu ikut campur tangan rumah tangganya,
Tn.T memutuskan untuk menceraikan isterinya, kemudian menjemput pasien
yang sedang minggat dan selanjutnya menikah dengan pasien.
Setelah menikah pasien bersama suaminya tinggal di rumah kontrakan,
kemudian tinggal di rumah warisan suami, dan sejak 4 tahun lalu tinggal di
rumah warisan orang tua pasien. Suami pasien kemudian bekerja sebagai
makelar, selanjutnya menjadi pelukis, pemahat patung dan membuat relief
taman sehingga ekonomi keluarga membaik.
Sejak awal menikah, pasien selalu berusaha mencari perhatian,
berpenampilan rapi dan suka berdandan yang agak berlebihan. Jika diingatkan
membuat pasien marah hingga minggat dari rumah.
Anak tiri pasien tidak pernah memulai menggoda pasien, justeru
pasien yang sering mencari perhatian dan menggoda anak tiri pertama dan
kedua, hingga Tn.T pernah memergoki pasien berada di dalam kamar mandi
6
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
bersama anak tirinya. Karena sudah diingatkan berulang kali tidak digubris,
Tn.T menitipkan pasien untuk tinggal di rumah bekas isterinya. Pasien juga
diketahui mempunyai hubungan asmara dengan tetangga ketika kontrak
rumah di daerah Gubeng dan pernah ditangkap warga, diserahkan ke Polisi
dan diberitakan di koran karena ketahuan berhubungan dengan pemuda yang
masih berstatus siswa STM. Pasien selalu menarik perhatian jika melihat pria
yang tampan, bersikap dan berdandan yang berlebihan. Suami selalu
mengingatkan pasien untuk tidak berperilaku seperti itu, tetapi pasien tidak
mau mengakui kesalahannya, bahkan marah-marah dan minggat dari rumah
dan akan kembali ke rumah setelah minggat 3 hari atau setelah dijemput oleh
suaminya. Hal tersebut sudah sering terjadi. Pasien juga sering minggat dari
rumah apabila keinginannya tidak dipenuhi dan bertengkar dengan suami.
Suami pasien sebenarnya sudah kuwalahan untuk menghadapi perilaku
pasien, tetapi suami memilih diam karena merasa dirinya sudah tua, malu jika
tetangga, anak-anaknya dan bekas isterinya mengetahui ada konflik antara
pasien dengan suaminya, apalagi bila sampai menceraikan pasien.
Sejak 6 tahun ini pasien menolak jika diajak berhubungan badan
dengan suami dengan alasan malas. Jika suami minta dilayani pasien menjadi
marah. Pasien juga tidak mau tidur dalam satu kamar dengan suaminya.
Tn. T berpesan kepada pemeriksa agar berhati-hati menghadapi pasien
karena pasien pandai sekali menarik perhatian. Pemeriksa juga diingatkan
agar tidak sepenuhmya percaya terhadap setiap pembicaraan pasien karena
pasien senang membesar-besarkan masalah dan mengarang cerita untuk
mendapatkan perhatian.
Sejak satu tahun ini pendengaran suami pasien menurun sehingga
sering mengalami salah paham jika berkomunikasi dengan pasien dan
akhirnya bertengkar.
7
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
8
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
Pasien menikah pada usia 18 tahun dengan Tn.T yang telah beristeri
dan mempunyai 4 anak, atas dasar suka sama suka, dan hingga kini tidak
mempunyai anak. Kehidupan rumah tangganya seolah-olah harmonis
karena suami berusaha mentoleransi sikap pasien meski sebenarnya tidak
sesuai dengan keinginan suami. Suami merasa malu apabila urusan rumah
tangganya diketahui orang lain sehingga cenderung menuruti keinginan
pasien. Akhir-akhir ini sering terjadi salah paham setelah suaminya
mengalami gangguan pendengaran.
7. Riwayat Agama
Selama ini pasien rutin mengerjakan sholat dan puasa di bulan
Ramadhan. Semenjak sakit pasien tidak rutin mengerjakan sholat.
8. Aktifitas sosial
Pasien jarang bergaul dengan tetangga dan lebih senang tinggal di
rumah. Meskipun rumahnya bersebelahan dengan rumah menantu, pasien
hanya berkomunikasi jika perlu saja.
9. Penggunaan waktu Luang
Dalam waktu luangnya, pasien sering membuat kue dan
menggambar.
9
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
6
1 Keterangan:
7
1.Teras
5 2.Ruang Tamu
3.Kamar Tidur Suami
4 4.Kamar Tidur Pasian
5.Ruang keluarga
3 6.Ruang Makan
7.Kamar Mandi
8.Dapur
2
F. GENOGRAM
1 2
3 4
Keterangan :
1. Tn.Sj , Ayah kandung pasien, telah meninggal. Bercerai ketika pasien
kelas IV SD. Pekerjaan di perusahaan pelayaran sehingga jarang pulang.
2. Ny. Sa, 67 tahun, ibu kandung pasien. Telah meninggal. Sifat keras,
cerewet, selalu mengatur.
3. Pasien
4. Tn.T, 70 tahun, suami pasien. Sifat sabar, mengalah, jarang menceritakan
masalah keluarganya kepada orang lain.
10
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
G. FAKTOR KETURUNAN
Tidak didapatkan informasi yang memadai.
H. FAKTOR PENCETUS
Pasien takut akan menjadi buta setelah menderita glaukoma.
I. PREMORBID
Pasien adalah seorang yang ingin menang sendiri, suka dipuji,
penampilannya selalu rapi, cerewet, keinginannya harus segera dituruti
dan sering pergi dari rumah dan mengancam akan bunuh diri jika
keinginannya tidak dipenuhi. Pasien jika ada masalah lebih senang
menceritakan kepada tetangga dibanding kepada keluarganya, senang
membuat berita yang tidak sesuai dengan kenyataan, jika memberi sesuatu
kepada anaknya sering diceritakan kepada tetangga. Pasien hanya bergaul
kepada beberapa tetangga dan lebih senang tinggal di rumah, sering over
acting dalam bersikap sehingga sering panik jika menghadapi masalah.
Kadang pasien sangat baik kepada seseorang dan rela memberikan apa
yang diminta oleh seseorang tersebut, tetapi tiba-tiba bisa berubah
sebaliknya bila orang tersebut tidak menuruti keinginan pasien.
J. FAKTOR ORGANIK
Glaukoma, hipertensi, riwayat asma dan batu ginjal.
11
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
12
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
13
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
Daya ingat jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat menu yang
sarapan pagi.
Daya ingat jangka menengah : baik, dapat mengingat tentang masa
pasien setelah lulus SMP.
Daya ingat jangka panjang : baik, pasien dapat mengingat beberapa
nama temannya saat kecil.
4. Konsentrasi :
Cukup, pasien dapat melakukan pengurangan angka secara berurutan
dari 100-7 dengan benar.
5. Perhatian : cukup
14
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
Pemeriksaan fisik :
Kesadaran : GCS : 4 5 6
Tekanan darah : 130/80 mmHg, Nadi: 80x/mnt, RR: 18x/mnt,
Suhu : 36,5 ºC
Kulit : turgor baik
Kepala : mata anemis -/-, ikterus -/-, terkesan tekanan intra okular
meningkat
Leher : struma (-), tekanan vena jugularis normal
Dada : Jantung : Suara I-II murni, murmur (-), gallop rythm (-)
Paru : sonor, vesikuler, fremitus kiri dan kanan normal, ronchi -/-,
Wheezing -/-
Abdomen : flat, bising usus (+) normal, supel, hepar dan lien tak teraba,
nyeri tekan (-).
Ekstremitas : akral hangat, edema -/- , tremor-/-
B. Status neurologis
GCS 456
Pupil bulat isokor, Ø 3mm/3mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+
Nervus Cranialis lain : dalam batas normal.
Motorik : dalam batas normal ; Sensorik : dalam batas normal
15
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
sembuh. Pasien merasa sedih, takut dan cemas karena membayangkan kelak
matanya buta, tidak ada yang bersedia merawatnya, harus meminta bantuan dan
tergantung kepada orang lain. Hal tersebut membuatnya putus asa dan ingin
bunuh diri saja.
Pasien merasa jengkel kepada menantunya karena selama menunggu
pasien opname minta diberi upah Rp.50.000. Menantu berusaha merebut harta
pasien dan rumah yang saat ini ditempati pasien.
Pasien mengeluhkan kedua matanya yang terasa kemeng, pandangan
mata semakin kabur, tetapi dengan mudah menemukan karcis yang terjatuh di
bawah kursinya dan meyakinkan kepada pemeriksa bawa pandangannya kabur
Pasien pernah melakukan usaha bunuh diri dengan menyilet pergelangan
tangan, meminum obat asma sebanyak 10 butir sekaligus setelah bertengkar
dengan suaminya. Pasien sering tidak minum obat dan membuang obat yang
diberikan oleh dokter Mata dan kembali mau minum obat setelah dirayu oleh
suami dan menantunya. pasien kembali mau minum obat. Sejak berusia 18 tahun,
pasien sering kabur dari rumah bila keinginannya tidak dipenuhi.
Suaminya lumpuh sejak 6 tahun ini sehingga tidak bisa bekerja lagi
sebagai pelukis dan pembuat relief taman. Meski suami lumpuh, pasien tetap
iklas merawatnya dengan harapan suami cepat sembuh. Pasien melakukan itu
karena teringat saat dulu pasien pernah ditolong oleh suaminya.
Setelah pendengaran suaminya yang menurun, pasien sering bertengkar
dengan suaminya karena salah paham sehingga membuat pasien tidak betah
tinggal di rumah dan kemudian seringkali kabur dari rumah untuk menginap di
rumah saudaranya dan akan pulang setelah suaminya datang untuk
membujuknya.
Orang-tua cerai ketika pasien berusia 9 tahun. Pasien banyak diasuh oleh
ibunya yang disiplin, cerewet, sering menimpakan kesalahan kepada pasien,
sering memukul dan memarahi pasien, dan ayah tirinya pernah mencoba
memperkosa pasien.
Pasien menceritakan tentang anak tirinya yang pertama dan kedua sering
menggoda pasien dan mengajak berhubungan badan, teman pasien seorang duda
sering telefon, mengajak makan siang, datang ke rumah, mengajak pasien untuk
kawin lari tetapi pasien menolak ajakan tersebut karena tidak enak kepada suami.
Pasien sudah 6 tahun selalu menolak jika diajak berhubungan badan
dengan suaminya dan tidak mau lagi tidur dalam satu kamar.
16
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
Pasien mengatakan selama ini kurang nyaman jika kontrol ke Poli Jiwa
didampingi oleh anak menantunya.Jika pada pertemuan selanjutnya menantunya
diwawancarai oleh pemeriksa, maka pasien tidak akan datang kontrol lagi.
Selama proses wawancara, pasien terkesan berusaha menarik perhatian
pemeriksa.
Dari heteroanamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami kondisi sulit
tidur selama beberapa bulan ini karena takut akan menjadi buta akibat glaukoma
yang dideritanya. Dokter Mata yang menangani pasien mengatakan jika pasien
tidak rutin berobat maka penyakitnya akan berkembang yang dapat menyebabkan
kebutaan, tetapi pasien sudah membayangkan bahwa sebentar lagi matanya akan
buta.
Nafsu makan pasien menurun, pasien malas makan dan melakukan
pekerjaan rumah seperti biasanya, sering melamun, mengeluh badannya lemas
tidak bertenaga.
Pasien tinggal serumah dengan suami yang sakit stroke sejak 5 tahun
tetapi suaminya tidak lumpuh seperti yang diceritakan oleh pasien.Sejak 6 tahun
pasien menolak diajak berhubungan sex dengan suaminya.
Pasien sering minggat dari rumah bila keinginannya tidak dituruti dan
bertengkar dengan suami karena masalah sepele, kemudian akan pulang sendiri
atau pulang setelah dijemput oleh suaminya. Pasien juga sering mengancam
akan bunuh diri, over acting dalam bersikap dan senang membesar-besarkan
keluhannya sehingga tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, setelah membari
sesuatu kepada anaknya sering diceritakan kepada tetangganya, lebih suka
menceritakan kepada tetangga tentang masalah yang dihadapi sehinga membuat
jengkel keluarganya.
Dalam berpakaian, penampilan pasien selalu rapi dan mempunyai selera
yang mengikuti model yang sedang populer saat ini, bahkan terkadang
berpenampilan seperti anak muda jaman sekarang dan berlebihan.
Setelah dipuji pasien akan memberikan sesuatu kepada orang yang
memujinya tersebut, sehingga kondisi ini sering dimanfaatkan orang untuk
meminta sesuatu kepada pasien.
Pasien yang sering mencari perhatian dan menggoda anak tirinya yang
pertama dan kedua, hingga suami pasien pernah memergoki pasien berada di
dalam kamar mandi bersama anak tirinya, pernah diketahui mempunyai
hubungan asmara dengan tetangganya dan pernah ditangkap warga karena
ketahuan berhubungan dengan pemuda yang masih berstatus siswa STM.
17
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
FORMULASI ETIOLOGI
Biologi Gloukoma
Pola asuh yang tidak Takut penglihatannya Campuran Gangguan
Psikologi adekuat dan adanya akan menjadi buta Kepribadian
riwayat sexual dan Histrionik dan
physical abuse Gangguan
Kepribadian
Ambang
Interpersonal Pasien tergantung Hubungan pasien Pasien tidak
Sosial kepada pemeriksa. dengan anak tiri dan mempunyai anak
menantu kurang baik
Sistem Medis Kesulitan
transportasi ke RS
18
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
perasaan cemas tentang dirinya akan menjadi buta akibat glaukoma. Keluhan
tersebut lebih dari satu bulan tetapi tidak melebihi 6 bulan sehingga pada pada
aksis I berdasarkan PPDGJ III memenuhi kriteria Gangguan Penyesuaian
dengan predominan gangguan emosi lainnya (F42.23).
Ditemukan adanya disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat yang
meliputi afek, pengendalian impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya
berhubungan dengan orang lain yang muncul sejak masa remaja dan berlanjut
sampai usia dewasa maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan
kepribadian khas berdasarkan PPDGJ III.
Pasien adalah seorang yang penampilannya selalu rapi, senang jika
dipuji, selalu menarik perhatian, sering over acting dalam bersikap, ingin
menang sendiri, cerewet, sering panik jika menghadapi masalah, keinginannya
harus segera dituruti, sering pergi dari rumah dan mengancam akan bunuh diri
jika keinginannya tidak dipenuhi, jika memberi sesuatu kepada anaknya sering
diceritakan kepada tetangga tetapi tidak sesuai dengan kenyataan, senang
membesar-besarkan masalah, suka merayu dan tidak suka bepergian sendirian.
Kondisi tersebut membuat keluarga pasien merasa jengkel, terganggu dan tidak
nyaman dengan sifat-sifat pasien sehingga mengarah kepada Gangguan
Kepribadian Histrionik.
Jika mempunyai masalah pasien lebih senang menceritakan kepada
tetangga dibanding kepada keluarganya. Pasien hanya bergaul kepada beberapa
tetangga dan lebih senang tinggal di rumah. Kadang pasien sangat baik kepada
seseorang dan rela memberikan apa yang diminta oleh seseorang tersebut, tetapi
tiba-tiba bisa berubah sebaliknya. Hal ini mengarahkan kepada diagnosa
Gangguan Kepribadian Ambang.
Dari yang tersebut diatas, pada aksis II mengarah kepada Campuran
Gangguan Kepribadian Histrionik dan Gangguan Kepribadian Ambang.
Pada aksis III, didapatkan glaukoma OD/OS, riwayat asma, batu ginjal
dan hipertensi.
Pada aksis IV didapatkan adanya kecemasan pasien terhadap keluhan
fisik dan permasalahan hubungan dengan pasangan.
Pada aksis V, berdasarkan penilaian secara global, GAF Scale saat ini 55
= gejala sedang disabilitas sedang, dan GAF scale tertinggi dalam 1 tahun
terakhir 85 = gejala minimal,berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian yang biasa.
19
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
A. Biologik : Glaukoma.
B. Psikologik : - Gangguan kepribadian.
- Takut penglihatannya menjadi buta.
- Pasien sangat tergantung kepada pemeriksa.
C. Sosial : Pasien tidak mempunyai saudara dan teman dekat.
X. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
- Fluoxetin 20 mg 1-0-0
- Alprazolam 0,25 mg 0-0-1
2. Psikoterapi
Diberikan dengan tujuan untuk mempertahankan insight dan kepatuhan
pasien terhadap pengobatan, dengan cara : Ventilasi / katarsis, Sugesti,
Reassurance, Bimbingan dan penyuluhan. Selain itu juga membantu pasien
mengenali suasana perasaannya sehingga bisa belajar mengatur dan
mengatasi situasi yang mengikutinya.
3. Edukasi Keluarga
20
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
21
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
setelah dijemput dan dirayu suaminya, karena pasien menjadi tahu bahwa
suaminya masih mencintainya. Suami pasien cenderung mengalah,
mentoleransi kekurangan dan menuruti kemauan pasien karena tidak ingin
rumah tangganya berantakan lagi. Hal ini membuat pasien semakin semaunya
sendiri dan keinginannya harus dipenuhi. Bila keinginan tidak dipenuhi pasien
akan minggat dari rumah dan mengancam bunuh diri. Setelah suaminya
membujuk pasien untuk pulang ke rumah dan mengurungkan niat untuk
bunuh diri, pasien akan menurut dan mengikuti keinginan suamunya tersebut.
Hal ini tanpa disadari membuat pasien sering mengancam bila mempunyai
keinginan yang tidak dipenuhi, membuat cerita palsu dan membesar-besarkan
masalah untuk mendapatkan perhatian.
Setelah menderita glaukoma, pasien membayangkan dirinya kelak akan
buta, tidak ada yang merawat, harus menggantungkan hidupnya kepada orang
lain sedangkan suaminya yang biasa memanjakannya semakin tua dan
menderita stroke, pasien tidak mempunyai saudara dan anak sehingga pasien
berfikir lebih baik mati sekarang saja.
XII. PROGNOSIS
Dubois ad malam
Hal-hal yang meringankan :
Insight pasien 6
Pasien patuh dalam berobat
Respon pengobatan yang baik
XIII. DISKUSI
Mengenai perjalanan gangguan yang dialami oleh pasien ini yang
terkait dengan diagnosisnya, pengobatan yang sesuai dengan keadaan yang
dialami pasien baik psikofarmaka (pemberian anti depresan yang aman untuk
pasien glaukoma), penentuan tipe psikoterapi lanjutan serta teknik manipulasi
lingkungan yang terbaik bagi pasien. Permasalahan gangguan kepribadian
pasien yang harus diturunkan kwalitasnya sehingga menjadi ciri kepribadian.
22
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
Tanggal 20/06/2011
S : saat ini sudah bisa tidur, alprazolam hanya diminum kadang2, pikiran sudah
mulai tenang, ADL baik
O : GAF 70-61
A : F32.1 Episode Depresi Sedang
P : Alprazolam 0,5 mg 1x1 Fluoxetin 1x 20mg
# Tanggal 11/07/2011
S : Menantunya jika mengantar berobat/menunggu di RS minta bayaran 50 rb/hr,
menantu berusaha merebut rumah yg merupakan warisan orang tau pasien.
Suami lumpuh sejak 6 tahun karena stroke, meski suami lumpuh pasien iklas
merawatnya dg harapan suami cepat sembuh dan teringat saat dulu px ditolong
oleh suami. Anak tiri 1 dan 2 sering menggoda px dan mengajak berhubungan
badan. Teman px yg duda sering datang ke rumah dan mengajak kawin lari.
Sulit tidur krn obat habis,mata kemeng karena tekanan bola mata yg tinggi. Px
menceritakan selama ini kurang nyaman jika ke poli jiwa krn selalu didampingi
anak tirinya, kmdn anak tirinya menceritakan kondisi px ke tetangganya bahwa
sebentar lagi px akan masuk RSJ Menur.
O : kontak verbal, relevan, lancar m/a adekuat PB realistik, koheren, memadai
kemauan dbn Psikomotor dbn
A : F32.1 Episode Depresi Sedang
P : alprazolam 0 – 0 - 0,25mg, Fluoxetin 20mg – 0 – 0
Tanggal 25/7/2011
23
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
# Tanggal 08/08/2011
S : Pasien datang tidak untuk berobat, tetapi hanya akan berpamitan kepada
pemeriksa karena tidak akan meneruskan pemeriksa. Pasien putus asa karena
penyakit glaukoma yang diderita semakin parah dan pandangannya semakin
kabur. Dalam perjalanan ke RSDS pasien berusaha agar ditabrak mobil saat
menyeberang jalan.Selama 4 bulan ini, selalu tdk dpt tidur krn memikirkan
penyakitnya,suami dan anak tirinya. Px sudah 4x melakuakn percobaan bunuh
diri, tidak ada teman curhat selama ini. Alasan ingin bunuh diri krn px tidak
punya anak, jika tua tidak mau menjadi beban orang lain. Px tidak mau bergaul
sekedar ngobrol dg tetangga krn merasa takut atau malu jika penyakitnya dan
masa lalunya diketahui banyak orang. Px hanya mau berkumpul berkumpul dg
orang pandai agar punya banyak ilmu. Tgl 21 juli 2011 rumah pasien
kemalingan sehingga seminggu ini tidak minum obat karena obat hilang. Px
mengatakan sakit suami semakin parah, px merasa kasihan kpd suami, apalagi
anak2 suami tidak ada yg mengerti ayahnya, meski anak2 suami tsb anak yg
pandai. Px selalu pamit ke suami kemanapun akan pergi, selalu rapi, selalu
menata isi lemari, mengerjakan semua kegiatan sendiri krn tidak mau
menggantungkan kepada orang lain.
O : Pasien berjilbab ungu, kaos putih panjang, celana panjang ungu tua, bersepatu
hitam. M/A sedih, PB realistik, asosiasi longgar, preokupasi dg penyakitnya,
ide bunuh diri, Gaf 80-71
A : F32.3 Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik.
Tentamen suicide.
P : Px MRS di Ruang Sejahtera (09/08/2011 sampai 23/08/2011)
24
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
# Tanggal 26/8/2011
S : Px KRS 23/08/2011 dg episode depresi berat dg gx psikotik dan tentamen
suicide. Ketika KRS mendapat seroquel 2x 50mg, depakote ER 1x500mg.
Kemarin minta diantar belanja menantunya untuk keperluan membuat kue krn
banyak pesanan.
O : wanita paruh baya, berjilbab ungu, baju kotak2 warna ungu, sandal tinggi
seperti anak muda. Tas kulit warna merah, bicara bersemangat dan terkesan
menarik perhatian pemeriksa. Kontak verbal. Elevan,,lancar M/a euphoria, PB
realistik, flight of idea, memadai Kemauan dbn, Psikomotor dbn GAF 60-51
A : F32.3
P : asam valproat 1x 500mg. quetiapine 2x 50mg.
05/09/2011
S : px baru KRS dari R.sejahtera (status belum naik) px mengeluh jika obatnya
saatpagi diminum px merasa ngantuk. Px tak lagi merasa ingin bunuh diri. Px
merasa tak bisa santai krn banyak yang dipikirkan shg tekanan bola mata tetap
tinggi ( glaukoma)
O : kontak verbal, relevan, lancar M/a tampak sedih PB preokupasi thd
masalahnya. Gaf 70-61
A : f32.1
P : asam valproat 1x 500mg, quetiapine 2x 50mg
# 03/10/2011
S : 4 hari lalu krn pusing px menjebol bak mandi dan dipakai kungkum oleh px. Px
menceritakan hal tsb sambil tertawa. Px datang membawa kue tart, gelas,
sendok, garpu, piring, gunting, kacang, apel dan anggur untuk diberikan kepada
pemeriksa krn alasan dulu pernah melihat pemeriksa minum memakai gelas
plastik dan px merasa kasihan melihatnya. Px merasa cemas dan pandangan
matanya semakin kabur. Px menceritakan tidak bayar listrik selama 8 bulan krn
uang tidak disetorkan oleh menantunya, etapi listrik tidak diputus oleh PLN. Px
selalu disakiti bang Toyib (suaminya), menceritakan kejelekan menantu dan
anak tirinya. Px menceritakan semua agar pemeriksa percaya kepada px,
menceritakan bekas istri suaminya yg minta bagian hasil penjualan rumah px
untuk nyahur utang, Ketika px menggambar bunga suami sering lewat didepan
px krn cemburu dan mengira px sedang menulis surat untuk Adi (penjual
25
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
sayur). Resep poli Jiwa terakhir tidak diambil krn px stress dan tidak mau
minum obat.Px ingin cerai. Px diantar suami.Px membawa lukisan.
O : px berjilbab pink, kaos putih panjang, kontak +, verbal, relevan, lancar M/
adekuat PB non realisik, aslong, PTM. Kemauan dbn Psikomotor dbn. GAF 60-
51
A : f32.1
P : Asam Valproat 1x 500mg, Quetiapine 2x50mg
# 17/10/2011
S : px memakai baju ungu, kerudung ungu. Px mengatakan siwak dg suami, marah
kepada menantunya krn anaknya disuruh sekolah di SMA ipiems tetapi tidak
diberi uang saku, Px dekat dan sayang dg cucunya tsb.Px datang sendiri agar
tidak dipikir cengeng. Setelah minum obat rutin tetap sulit tidur karena kalah dg
pikirannya yg sumpek. Px periksa ke poli mata, TIO meningkat lagi menjadi
27. Px berjalan kaki dari rungkut ke Nginden krn suami px tidak mau
mengantar px untuk arisan, Sampai rumah kaki px langsung bengkak, px
menceritakan sambil tertawa.
O : GAF 70-61 M/A inadekuat, realistik, koheren, memadai kemauan
menurun,psikomotor dbn.
A : f32.1
P : asam valproat 1x250mg, quetiapine 2x100mg
26
Untuk kalangan sendiri, tidak untuk dipublikasikan
27