Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Bola langit


Alam semesta yang begitu luas, sehingga kita hanya bisa memprediksi
bentuk dari alam semesta ini. Dengan mengasumsikan bahwa langit yang luas
sebagai bentuk dari sebuah bola yang besar dengan fakta bahwa bumi
berbentuk bola dengan lintasan elips (hampir bola). Sehingga dapat kita
gambarkan bahwa alam semesta ini berbentuk bola.

Gambar 1 Koordinat Bumi


Sumber: (Riswanto.2015)

Gambar 2 Meridini Langit


Sumber: (Riswanto.2015)

Pada Gambar 1 merupakan bentuk pengambaran dari koodinat bumi.


Garis lintang merupakan garis yang memotong sumbu ke arah utara dan selatan
bumi yang ditunjukan pada simbol LS (lintang selatan) dan LU (Lintang utara).
Sedangkan garis bujur adalah garis yang membujur dan memotong tegak lurus
garis lintang yang disimbolkan dengan BB (Bujur Barat) dan BT (Bujur
Timur). Sementara Zenit adalah garis yang tegak lurus ke atas terhadap
horizon, dengan asumsi horizon adalah bidang mendatar pada permukaan bumi
tempat kita berada. Dan Nadir adalah garis tegak lurus terhadap horizon yang
berada di bawah horizon bumi artinya berada di bawah kita. Sehingga dapat
diartikan Zenit adalah kebalikan dari nadir.

Pada Gambar 2 menjelaskan mengenai kutub dan equator dari meridian


(bola langit). Dengan kerangka acuan pusat adalah titik B pada seluruh titik
perpotongan. Kita dapat mengetahui posisi equator langit yang memotong
tegak lurus equator bumi (asumsikan B adalah Bumi) begitu halnya dengan
kutub Utara dan selatan juga saling berpotongan. KLU (kutub lintang utara)
meridian atau bola langit dan KLB (kutub lintang barat) bola langit. Gambar
menunjukan adanya perpotongan antara U dan S bola langit terhadap U dan S
bumi dengan posisi tegak lurus.

Bumi berputar membutuhkan waktu 23 jam 56 menit 4 detik, dengan


arah putaran dari barat ke timur dengan porosnya yaitu pada kutub utara dan
selatan. Dengan asumsi bahwa bintang menempel pada bola langit maka ketika
kita memandang ke langit, bintang-bintang dan benda langit akan bergerak ke
arah yang berlawanan yaitu dari timur ke barat. Perhatikan gambar berikut ini,
Gambar 3 Sistem tinggi dan azimuth
Sumber: (Riswanto.2015)

Pergerakan benda langit dari timur ke barat seperti bintang pada titik P,
dapat dikatakan terbit di timur dan tenggelam di barat. Pada titik C, bintang P
akan mencapai puncak tertinggi yang disebut kulminasi. Namun terdapat pula
bintang yang lintasannya berbentuk lingkaran dan berada di atas horizon
seperti pada bintang Q, bintang ini tidak akan pernah terbenam dan dinamakan
bintang sirkumpolar. Berdasarkan gambar 2, kita juga dapat mengetahui
kemiringan sumbu putar bola langit. Bagi pengamat yang berada di belahan
bumi utara maka KLU berada di atas horizon dan KLS berada di bawah
horizon. Besarnya busur dari horizon sampai ke kutub langit disebut tinggi
kutub. Seperti misalnya kota yogyakarta berada pada 7°48′5″LU
110°21′52″BT. Maka KLU akan berada (pembulatan) 7,50 di atas horizon.
Jadi, tinggi kutub merupakan lintang geografis suatu tempat. Semakin ke utara
posisi pengamatan maka akan semakin tinggi lintang pengamatan dan semakin
banyak ditemui bintang sirkumpolar atau bahkan bintang yang dijumpai hanya
bintang sirkumpolar pada daerah kutub sehingga dapat diartikan posisi langit
tegak lurus terhadap horizon dan lintasan semua bintang sejajar terhadap
bintang horizon. Maka di daerah kutub bumi kedudukan benda langit adalah
sejajar. Sedangkan untuk daerah equator seperti di Pontianak (Kalimantan)
daerah khatulistiwa, semua bintang lintasannya membentuk ½ lingkaran dan
tidak dijumpai bintang sirkumpolar. Lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.
(Riswanto.2015:23-25)
Gambar 4 Lintang Pengamat (Yogyakarta)

Sumber:

B. Koordinat Langit sebagai Penentu Koordinat Bintang dan Wilayah


Posisi suatu tempat dapat ditentukan dengan menggunakan acuan bola
langit, begitu halnya dengan posisi bintang. Sebagai contoh yang telah
dijelaskan sebelumnya yaitu kota Yogyakarta. Koodinat suatu bintang pada
permukaan bola langit dapat ditentukan dengan menetapkan lingkaran dasar
dan titik asal koordinat. Terdapat 3 jenis koordinat yang dapat kita gunakan
yaitu koordinat horizon, koordinat equator, dan koordinat ekliptika.
1. Koordinat Horizon
Apabila koordinat geografis melakukan pemetaan pada bola bumi, maka
koordinat horizon melakukan pemetaan pada bola horizon.

Gambar 5 Bola Horizon


Sumber:
Berdasarkan gambar 5 terlihat bahwa pengamat di permukaan bola
mempunyai sebuah bola horizon yang menyelubunginya. Dapat
disimpulkan bahwa setiap pengamat di tempat berbeda akan memiliki bola
horizon yang berbeda pula. Bola horizon yang sebenarnya jauh lebih
besar, bahkan hingga memotong bola langit. Bahkan bola horizon pada
dasarnya ialah bola langit yang terlihat dari posisi tertentu. Parameter
penting dalam koordinat horizon antara lain,

Gambar 6 Koordinat Horizon


Sumber:
Z = Titik Zenith, titik yang berada tepat diatas pengamat
N =Titik Nadir, titik yang berada tepat dibawah pengamat
U,T,S,B = titik-titik cardinal, atau titik-titik arah mata angin. Berturut-turut
ialah arah Utara, Timur, Selatan, dan Barat.

Sedangkan koordinat horizon terdiri atas :

a. Altitude : Analog dengan lintang. Merupakan ketinggian benda diatas


horizon, positif kearah zenith, negative kearah nadir. Rentangnya dari
+900 hingga -900. Misalkan benda yang berada tepat di titik Zenith akan
mempunyai altitude 900, dan benda yang berada tepat di horizon
altitudenya 00. Syarat suatu bintang terlihat (bagi pengamat dengan
ketinggian 0 meter) ialah memiliki altitude positif.
b. Azimuth: serupa dengan bujur, yaitu posisi benda diukur dari Utara-
Timur-Selatan-Barat. Rentangnya dari 00 hingga 3600, atau dari 0 jam
hingga 24 jam. Sebagai contoh titik arah tenggara akan memiliki
azimuth 1350, dan titik barat laut sebesar 3150. Bintang dalam gambar
contoh diatas memiliki koordinat horizon sekitar azimuth 900 dan
altitude +450
(anonim.2015:52)
2. Koordinat Equator.
Koordinat ekuatorial memetakan posisi suatu benda baik yang terlihat
maupun yang tidak terlihat, tanpa memperdulikan posisi pengamat.
Koordinat equator terdiri dari 2 sistem yaitu:
a. Sistem RA-DEC
Terdapat dua jenis koordinat equator pada sistem ini yaitu Asension
Recta (RA atau ∝) dan Deklinasi (DEC), Skema koordinat equator
sistem ini yaitu:

Gambar 7 Sistem RA-DEC


Sumber:

1) Deklinasi: serupa dengan lintang, yaitu ketinggian sebuah


benda diukur dari ekuator langit. Ke arah Kutub Langit Utara
positif, dan sebaliknya negative. Dari +900 hinga -900
2) Asensio Recta: yaiti posisi bintang diukur sepanjang ekuator
langit dari titik Aries (meridin Greenwichnya bola langit)
positif bila diukur berlawanan arah dengan putaran bola langit
dan pergerakan bintang-bintang. Misalnya bila bintang-bintang
terbit ditimur dan tenggelam dibarat, asensio recta diukur dari
barat ke timur dilangit. Bernilai 00 hingga 3600 atau 0 jam
hingga 24 jam.
b. Sistem HA-DEC
Sistem ini merupakan gabungan antara koordinat horizon dan koordinat
ekuator. Sekemanya yaitu:
Gambar 8 Siste, HA-DEC
Sumber:
Gambar 8 merupakan pengamatan lintang sekitar 600, karena
altitude KLU dari horizon sebesar 600. Maka posisi ekuator langit akan
tegak lurus terhadap KLU. Apabila sistem RA-DEC menggunakan Aries,
maka sistem ini menggunakan titik sigma ∑ , yaitu titik perpotonga
ekuator langit dengan meridin pengamat/bujur pengamatan yaitu lingkaran
besar yang melalui titik Utara, Zenit, dan selatan.
a. Deklinasi, persisi sama dengan yang digunakan pada sistem RA-
DEC.
b. Hour Angle, diukur dari titik sigma sepanjang ekuator langit, positif
apabila searah dengan putaran bola langit dan pergerakan bintang
(otomatis berlawanan dengan arah asensio rekta). Bernilai 0 sampai
24 jam, atau +12 jam hingga -12 jam.
Hour Angle juga merupakan posisi bintang dari titik kulminasinya
(mencapai meridian pengamat). Seringkali HA dinyatakan dalam +2 jam,
atau -3 jam, yang berturut-turut berarti mencapai kulminasi 2 jam yang
lalu, serta membutuhkan 3 jam lagi untuk mencapai kulminasi. Otomatis
semua benda yang ada di meridian pengamat akan memiliki hour angle 0
jam.
Apabila bintang digambar dalam sistem RA-DEC, pada posisi titik
aries (yang berubah-ubah setiap saat) maka diperoleh seperti gambar
dibawah ini!
Gambar 9 RA-DEC
Sumber:

Anda mungkin juga menyukai