DIALISIS PERITONEAL
Oleh
Khairul Huda
(1102013148)
Pembimbing
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
2.1 Definisi…………………………………………………… 3
2.7 Komplikasi……………………………………………. 11
18
DAFTAR PUSTAKA
2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2 Selama pertukaran pasien dapat membaca, menonton TV atau tidur 6
3
DAFTAR TABEL
Halaman
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dialisis adalah suatu tindakan mengambil alih fungsi ginjal, biasanya setelah
ginjal kehilangan kemampuannya 85% -90%. Hal ini berlangusng kadang sampai
Setiap tahun sekitar 1-3 orang anak per 1 juta populasi penduduk berakhir
pada gagal ginjal terminal. Pengobatan/terapi yang dikembangkan pada anak dengan
gagal ginjal terminal adalah dengan menyokong kehidupan tetapi akan berlarut-larut
pada anak dengan gagal ginjal terminal, namun tetap saja beberapa bentuk dialisis
masih diperlukan untuk menjaga kehidupan sampai donor ginjal yang cocok
ditemukan.1
menunggu untuk transplantasi ginjal, karena itu terapi dialisis telah berkembang
dialisis peritoneal kronik dari suatu bentuk/kondisi atau yang lain sekarang menjadi
alternatif yang menarik sebagai bentuk terapi bagi anak-anak dengan gagal ginjal
5
terminal tersebut.1
hemodialisis (HD).2
bagi anak-anak dengan gagal ginjal terminal. Dan beberapa waktu terakhir ini,
saluran untuk cairan peritoneal. Keuntungan yang nyata dari penggunaan APD bagi
gaya hidup dan rehabilitasi sosial adalah untuk penggunaan dosis lebih besar
daripada CAPD dan membuat APD lebih dipilih sebagai bentuk dialisis pada anak-
anak. Data yang ada menunjukkan bahwa proporsi penggunaan APD berkisar dari
62-91%.2
menyenangkan, khususnya pada pasien anak-anak, keluarga dan tentu saja bagi tim
pasien dewasa di ruang hemodialisis. Hal ini menunjukkan bahwa pemisahan ruang
bagi anak-anak dan dewasa membutuhkan biaya lebih besar apalagi bagi negara
berkembang.3
6
menangani pasien anak-anak, pasien anak-anak mempunyai kebutuhan psikologik,
emosional, sosial dan dukungan akademik yang juga dapat memberikan dampak
positif baik pada ketaatan terapi maupun responnya. Sangat penting untuk dapat
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
rongga peritoneal yang diikuti dengan waktu periode dialisis yang bervariasi diikuti
pengobatan yang lebih maju dan gagal ginjal permanen. Sejak tahun 1980an,
ginjal, telah banyak dipelajari sehingga membuat DP menjadi lebih efektif dan
memiliki efek samping yang minimal. Jika pasien tidak memiliki jadwal untuk
keuntungan.5
mandiri baik itu di rumah, di kantor, bahkan dalam perjalanan. Namun harus bekerja
sama dengan baik dibawah instruksi tim medis, yaitu ahli ginjal, perawat, teknisi,
ahli gizi/nutrisi, dan pekerja sosial. Namun dari keseluruhan itu yang paling penting
8
2.3 Cara Kerja & Cairan Dialisis Peritoneal
Dalam dialisis peritoneal, tabung lunak yang disebut kateter digunakan untuk
mengisi rongga peritoneal dengan cairan pembersih yang disebut dengan cairan
dialisis (dialysis solution). Dinding dari rongga perut di lapisi oleh membran yang
disebut peritoneum, yang memungkinkan produk sisa dan kelebihan cairan lewat
darah ke cairan dialisis. Cairan tersebut berisi gula yang disebut dekstrosa yang
akan menarik sisa/kotoran dan kelebihan cairan ke dalam rongga perut. Sisa atau
kotoran dan cairan ini kemudian akan ikut terbuang bersama cairan dialisis saat
proses pengurasan. Cairan yang telah dipakai, berisi sisa atau kotoran dan kelebihan
9
Gambar 2.1 Dialisis peritoneal 5
yang memerlukan waktu sekitar 30-40 menit. Waktu yang diperlukan cairan dialisis
berada di dalam rongga perut disebut dengan dwell time atau waktu tinggal. Jadwal
yang khusus untuk 4 pertukaran dalam sehari, masing-masing dengan dwell time 4-6
jam. Tipe DP yang berbeda memiliki jadwal pertukaran harian yang berbeda pula.5
tidak memerlukan mesin. Sesuai dengan namanya ambulatory yang berarti dapat
berjalan, pasien dapat berjalan sementara cairan dialisis masih berada di perutnya.
memerlukan mesin yang disebut cycler untuk mengisi dan menguras perut, biasanya
saat pasien tidur. CCPD disebut juga Automated Peritoneal Dialysis (APD).4,5
Cairan Dialisis
prinsipnya kurang lebih sama. Pada umumnya cairan dialisat tidak mengandung
terganggunya fungsi ginjal. Bila DP dilakukan pada pasien dengan kadar kalium
dalam batas normal atau rendah, dalam cairan dialisat tersebut ditambahkan kalium
Tiap satu liter cairan dialisat mengandung: 5.650 gram NaCl, 0,294 grm
CaCl2, 0,153 gram MgCl2, 4.880 gram Nalaktat dan 15.000 gram glukosa. Bila
10
cairan dialisat mengandung kadar glukosa lebih dari 1,5 % bersifat hipertonik
dialisat hipertonik ini dapat digunakan untuk mengeluarkan cairan tubuh yang
diberkan pada permulaan dialisat dengna dosis 500-1000 U tiap 2 liter cairan.
trauma abdomen yang baru saja terjadi, kelainan intrabdomen yang belum
diketahui sebabnya, luka bakar dinding abdomen yang cukup luas terutama
bila disetai ingeksi atau perawatan yang tidak adekuat. Salah satu cara yang
11
Faktor yang mempengaruhi klirens peritoneum adalah besar kecilnya molekul,
berada dalam kavum peritoneum), suhu cairan dialisat, tekanan osmosis cairan
yang pasien kehendaki untuk diikuti, disamping faktor lainnya. Pasien bisa saja
memulai dengan jenis DP yang satu dan kemudian berganti dengan jenis yang lain,
Pada tipe CAPD, akan dimasukkan sekantong cairan dialisis segar ke dalam
perut. Setelah 4-6 jam atau lebih dari dwell time, cairan yang telah bercampur
dengan produk sisa atau kotoran akan dikuras. Kemudian proses diulang dari awal
dengan sekantong cairan dialisis yang segar. CAPD menawarkan kontrol biokimia
yang memadai pada keadaan uremia dan dapat dilakukan di rumah. Pasien tidak
memerlukan bantuan mesin untuk tipe CAPD ini, yang diperlukan hanyalah gaya
gravitasi untuk mengisi dan mengosongkan perut pasien. Dokter yang akan
memberikan instruksi berapa jumlah kantong yang harus digunakan dalam proses
pertukaran, biasanya 3 atau 4 kantong pertukaran di siang hari dan satu kantong di
malam hari dengan waktu tinggal yang lebih lama sementara pasien tidur.1,5
12
Gambar 2.2 Selama pertukaran pasien dapat membaca, menonton TV atau tidur 5
pertukaran 3 sampai 5 kali semalam saat pasien tidur. Saat pagi hari, pasien
13
memulai satu pertukaran dengan dwell time yang terakhir.5
CCPD merupakan terapi yang saat ini mulai banyak dianjurkan dilakukan
dimana anak bisa bebas beraktifitas di siang hari dan DP dilakukan di malam hari
saat anak tertidur. Pembukaan dan penutupan kateter hanya dua kali dalam 24 jam
Pada pasien dewasa, dilakukan tiga kali pertukaran di malam hari dan satu
pertukaran dan dwell time di malam hari, ditambah dengan waktu di siang hari akan
meningkatkan efisiensi dialisis sehingga pasien dapat menikmati satu atau dua hari
dalam seminggu tanpa terapi. Jeda terapi ini akan menurunkan kelelahan baik pada
14
Gambar 2.6 Continuous Cycler-Assisted Peritoneal Dialysis (CCPD) 4
Jika dipilih tipe CAPD, mungkin akan ada masalah dengan dwell time yang
lama sepanjang malam. Sebagian dekstrosa dari cairan masuk ke dalam darah dan
menjadi glukosa. Absorbsi dekstrosa tidak menimbulkan masalah selama dwell time
yang singkat. Namun sepanjang malam, beberapa orang menyerap terlalu banyak
dekstrosa yang akan menarik cairan dari rongga perut kembali ke tubuh sehingga
Jika masalah ini timbul, maka mungkin diperlukan minicycler, suatu alat
versi kecil dari mesin yang secara otomatis mengisi dan menguras cairan di perut
pasien yang digunakan untuk pertukaran cairan dialisis sekali atau beberapa kali
yang lebih singkat akan meminimalkan penyerapan cairan dan memberikan jarak
cairan di waktu siang hari, yang memiliki dwell time lebih lama. Pasien mungkin
memerlukan tambahan pertukaran di antara siang dan sore hari untuk meningkatkan
jumlah produk sisa atau kotoran yang akan dibuang dan mencegah penyerapan
15
2.7 Pencegahan Masalah
Infeksi adalah masalah yang paling utama dihadapi oleh pasien yang
melakukan DP. Tim medis harus mengetahui secara mendalam tentang bagaimana
menjaga kateter bebas kuman untuk mencegah terjadinya peritonitis, yang berarti
penyebaran kuman telah dilakukan, namun peritonitis tetap menjadi masalah utama
diperhatikan diantaranya:4,5
Cari tempat yang bersih, kering dan nyaman untuk memulai pertukaran
Tetap waspada untuk gejala dari infeksi dan segera lakukan sehingga
Demam
Warna yang tidak biasanya atau berkabut pada cairan dialisis yang
digunakan.
16
Penutup kateter telah terdorong keluar
2.8 Komplikasi
a. Komplikasi mekanis
b. Komplikasi metabolik
17
berupa hiperglikemia tak tekendali dan kemungkinan dapat juga terjadi
pasien.
c. Komplikasi radang
purulenta.
- Sepsis lebih sering terjadi pada pasien dengan infeksi fokal diluar
- Peritonitis.
Selain itu, komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang menggunakan
berlanjut menjadi sepsis dari saluran yang terinfeksi tersebut. Jadwal dialisis yang
tertunda atau tidak selesai karena pasien tidak menginginkan menyelesaikan dialisis
sesuai jadwal. Konsultasi dengan psikiatri juga mungkin diperlukan bagi sebagian
setidaknya satu dari sekitar 80,5% pasien yang berobat setiap bulan.1,2,7
18
dengan fungsi ginjal itu sendiri secara tidak langsung selain fungsinya dalam
transfusi darah. Hal ini terjadi karena ginjal memproduksi eritropoeitin yang
merangsang sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah yang mana
pasien dialisis. Penyakit ini disebut dengan renal osteodystrophy. Tulang menjadi
tipis dan lunak atau lemah hingga dapat mengalami perubahan bentuk. Hal ini dapat
terjadi pada pasien anak-anak ataupun dewasa. Gejala dapat dilihat pada pasien
dialysis. Meskipun gatal merupakan hal yang wajar bahkan pada orang tanpa
gangguan fungsi ginjal, hal ini dapat diperparah oleh toksin uremia yang berada di
Gangguan tidur banyak terjadi pada pasien dialisis. Hal ini terjadi karena
rasa tidak nyaman, mudah terkejut, gelisah dan kelemahan pada kaki. Pasien akan
sehingga dapat mengganggu pasangan tidurnya. Selain itu pasien dialisis juga sering
Pada pasien yang telah melewati dialisis selama 5 tahun, kemungkinan akan
terjadi dialysis related amyloidosis (DRA). DRA berkembang saat protein yang
kekakuan dan cairan di persendian, seperti pada kasus artritis. Ginjal berfungsi
19
menyaring protein ini, namun dialisis tidak seefektif itu.5
Gagal ginjal akut terjadi pada 23% dari neonatus yang dirawat di bagian
medis dari gagal ginjal akut pada neonatus. Keputusan untuk melakukan dialisis
tambahan cairan yang masuk untuk mencapai nutrisi yang dibutuhkan pasien
Pada neonatus dengan gagal ginjal akut dan secara khusus memerlukan
durasi dialisis yang singkat, keputusan untuk melakukan dialisis dipengaruhi oleh
berat badan dari neonatus tersebut. Meskipun keberhasilan dan keefektifan dialisis
20
telah dilaporkan pada neonatus dengan berat kurang dari 1 kg, kasus seperti ini sulit.
Faktor lain yang ikut berpengaruh adalah keuntungan dan kerugian masing-masing
dialisis serta jenis dan ukuran kateter yang dapat digunakan untuk DP bagi pasien
menyelamatkan nyawa pada neonatus dengan gagal ginjal akut, beberapa penelitian
21
melaporkan angka kesembuhan berkisar dari 50-90%. Neonatus dengan gagal ginjal
non oliguria mungkin memiliki prognosis yang lebih baik. Banyak neonatus yang
dilakukan dialisis karena gagal ginjal kemudian meninggal akibat komplikasi yang
tidak berhubungan dengan dialisisnya atau gagal ginjal. Penting diperhatikan bahwa
dialisis inisial dapat menyebabkan penurunan urine yang keluar dan penurunan
ginjal.6
perhatian saat akan dimulai dialisis pada neonatus dengan gagal ginjal akut.6
dengan gagal ginjal kronik adalah lebih sulit dibandingkan keputusan untuk
mengatur dialisis pada gagal ginjal akut. Dialisis jangka panjang pada neonatus
dengan gagal ginjal kronis hanya dipakai sebagai “jembatan” untuk melakukan
karena akan mengurangi kualitas hidupnya dan resiko kematian yang tinggi. Resiko
kematian pada bayi dengan dialisis pada satu tahun pertama kelahiran berkisar 15%.
Beberapa dari kematian bayi-bayi ini adalah kematian yang mendadak, bayi yang
mati untuk transplantasi ginjal saat bayi telah mencapai berat kurang lebih 10 kg.
Hasil yang ditunjukkan pada pasien yang menerima transplantasi ginjal sangat
dramatis beberapa tahun terakhir ini dan sekarang bisa dikatakan hampir sempurna,
22
dengan transplan angka kehidupan pasien mendekati 100% pada 2 tahun paska
Dalam penelitian terbaru dilaporkan bahwa pasien usia 0-5 tahun yang
menerima donor ginjal ukuran dewasa tanpa nekrosis tubular akut memiliki angka
kehidupan lebih lama dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pada pasien usia 0-
2,5 tahun yang menerima donor ginjal tanpa nekrosis tuular akut angka kehidupan
mencapai 26,3+5 tahun. Meskipun demikian, bayi dengan disfungsi organ lain yang
berat (paru, otak, atau penyakit jantung parah) sebaiknya tidak dilakukan dialisis
hidup.6,7
Dialisis peritoneal tidak selalu berhasil pada setiap bayi dengan gagal ginjal.
Bayi dengan penyakit paru yang sangat berat menyebabkan pada terbatasnya
gerakan diafragma saat ada sejumlah cairan yang mengisi rongga perutnya. Hernia
diafragmatika akan menyebabkan cairan dialisis dari perut masuk ke daerah pleura
omfalokel atau gastroskizis, tidak bisa dilakukan DP. Bayi yang pernah dioperasi
23
ginjal. Dimulainya terapi dialisis pada neonatus masik kontroversi, dimana angka
kematian neonatus yang mendapatkan terapi dialisis awal pada usia kurang dari 1
bulan masih tinggi. Angka kematian anak usia kurang dari dua tahun yang
menerima dialisis masih tinggi dibandingkan kelompok umur lebih tua. Penelitian
Pada pasien anak yang baru pertama kali akan melakukan dialisis diperlukan
dialisis dilakukan dirumah, sebaiknya orangtua yang berada di dekat anak saat
dipisahkan dari pasien dewasa ditemani oleh orangtuanya. Suasana ruangan yang
nyaman dan memang disesuaikan dengan anak-anak. Selain itu, PD memang cocok
untuk keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah karena biayanya yang lebih
penduduk yang memiliki resiko (hipertensi, diabetes dan proteinuria). Dalam survei
terbaru, insiden rata-rata untuk penyakit ginjal stadium akhir (end-stage renal
disease/ESRD) adalah 30,7 per 1 juta penduduk, dan prevalensinya berkisar 23,4 per
1 juta penduduk. Pada tahun 2006, sekitar 10.000 pasien telah diobati dengan
hemodialisis. Namun demikian, masih banyak pasien dengan ESRD yang belum
24
medis yang terlatih menjadi alasan utama mengapa pengobatan gagal ginjal tidak
CAPD mulai dipakai pertama kali pada tahun 1985. Pada pertengahan tahun
2007, pasien CAPD berjumlah 774 orang. Pasien yang berhenti masih sangat tinggi,
BAB III
PENUTUP
Dialisis peritoneal adalah dasar, rasional dan dapat dikerjakan pada anak-
anak dengan kegagalan fungsi ginjal. Dengan pengaturan penggunaan pada gagal
25
ginjal akut di perawatan intensif, DP yang berkelanjutan pada anak dengan gagal
elektrolit dan cairan dengan resiko yang lebih kecil untuk masalah hemodinamik.
Diluar dari Rumah Sakit, praktik penggunaan DP pada anak dengan gagal ginjal
fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
26
4. Khanna R, Nolph KD. Dialysis as a treatment of end stage renal disease.
Chapter 4: Principle of peritoneal dialysis. Halaman 4.1-4.11.
5. -----. Treatment method for kidney failure: peritoneal dialysis. NIDDK
2006;6:1-24.
6. Marsha ML, Annabelle N, Chua, Peter DY. Neonatal peritoneal dialysis.
NeoReviews 2005;6:e384-e391.
7. Walters S, Porter C, Brophy PD. Dialysis and pediatric acute kidney
injury: choice of renal support modality. Pediatr Nephrol 2009;24:37-48.
8. Sherbotie J. Outcomes after neonatal and infant dialysis. AAP Grand
Rounds 2007;17:66.
9. Kari JA. Peritoneal dialysis in children. Saudi J Kidney Dis Transplant
2005;16:348-253.
10. Suhardjono. The development of a continuous ambulatory peritoneal
dialysis program in Indonesia. Perit Dial Int 2008;28:559-562.
27